• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul 03 PERDAGANGAN INTERNASIONAL Kosngosan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modul 03 PERDAGANGAN INTERNASIONAL Kosngosan"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

AR 1

Mata Kuliah : PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Modul : 3 (tiga)

Dosen : Ahmad Rifai, SP., MP.

Materi : Teori Perdagangan Internasional

A. Perkembangan Teori Perdagangan Internasional (Teori Modern)

5. Teori Heckscher – Ohlin (H – O)

Teori H – O dikembangkan oleh ekonom Swedia Eli Heckscher dan Bertil Ohlin. Teori ini disebut juga dengan teori proporsi faktor (factor proportion)

atau teori ketersediaan faktor (factor endowment), karena teori ini menekankan pada saling keterkaitan antara perbedaan proporsi faktor-faktor produksi antar negara dan perbedaan proporsi penggunaannya dalam memproduksi barang-barang.

Dasar pemikiran teori ini adalah bahwa perdagangan antar negara terjadi karena adanya opportunity cost yang berbeda antar negara. Perbedaan

opportunity cost atau ongkos alternatif antar negara disebabkan oleh adanya

perbedaan dalam ketersediaan jumlah faktor produksi, misalnya: tenaga kerja, modal (kapital), tanah, dan bahan baku pada suatu negara dibandingkan dengan negara lain. Atau dengan kata lain perdagangan antar negara terjadi disebabkan oleh adanya perbedaan karunia sumberdaya

(resources) antar negara.

Perbedaan teori H-O dengan teori Keunggulan Absolut dan Keunggulan Komparatif:

 Teori keunggulan absolut, menyatakan bahwa negara yang memiliki

sumberdaya yang melimpah, akan berspesialisasi pada produksi dan ekspor yang dihasilkan dengan sumberdaya tersebut. Teori H-O, menyatakan belum tentu karena adanya perbedaan tingkat intensitas penggunaan faktor tersebut dalam proses produksi pada masing-masing negara.

 Teori keunggulan komparatif, menyatakan bahwa bila suatu negara

memiliki biaya produksi yang rendah (harga faktor rendah) atas suatu faktor akan berspesialisasi pada produksi dan ekspor barang tersebut. Teori H-O menyatakan belum tentu karena adanya perbedaan tingkat intensitas penggunaan faktor tersebut dalam proses produksi pada masing-masing negara.

Asumsi-Asumsi:

1. Perekonomian yang dianalisis dapat memproduksi dua jenis barang (output). Misalnya: kain (diukur dengan meter) dan pangan (diukur dengan ton).

2. Faktor produksi (input) yang dibutuhkan untuk memproduksi kedua jenis barang tersebut ada dua, yaitu tenaga kerja (yang diukur dengan jam kerja) dan tanah (yang diukur dengan hektar).

3. Teknologi produksi adalah tetap.

(2)

AR 2

padat karya (labor-intensive), sedangkan makanan diproduksi dengan padat tanah (land-intensive).

Labor intensive dan land intensive, merupakan nisbah (rasio) penggunaan tenaga kerja terhadap tanah. Bukan nisbah tenaga kerja atau tanah terhadap output. Oleh sebab itu suatu barang tidak dapat dikelompokkan sekaligus sebagai padat karya dan padat tanah, melainkan harus salah satu saja.

Sehingga:

KF KC

LF LC

KF LF

KC LC

X X X

X X

X X

X

  atau

Pendefinisian Notasi:

XLC = tenaga kerja (jam kerja) yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 m kain

XLF = tenaga kerja (jam kerja) yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 ton

XKC = luas tanah (hektar) yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 m kain

XKF = luas tanah (hektar) yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 ton

makanan

makanan

K = jumlah penawaran tanah dalam perekonomian

L = jumlah penawaran tenaga kerja dalam perekonomian

Dari formulasi di atas, dapat disimpulkan bahwa:

 industri kain menggunakan tenaga kerja yang lebih banyak daripada menggunakan tanah, atau penggunaan tenaga kerja pada industri kain lebih banyak daripada pada industri makanan (industri kain

dikatakan Labor intensive)

 industri mkanan menggunakan tanah lebih banyak dibandingkan

industri kain, atau penggunaan tanah lebih banyak pada industri makanan daripada industri kain (industri makanakan dikatakan Land intensive).

Batas Kemungkinan Produksi (BKP)

Karena ada batas ketersediaan tanah dan tenaga kerja (sumberdaya), maka proses produksi tidak dapat menggunakan input lebih banyak dari yang tersedia, sehingga:

kerja) tenaga penggunaan

an keterbatas (adalah

.

.

tanah) penggunaan an

keterbatas (adalah

.

.

K Q X Q X

L Q X Q X

F KF c

KC

F LF c

LC

 

 

QC = jumlah produksi kain (meter); QF = jumlah produksi makanan (ton)

(3)

AR 3

C KF KC

KF F

C LF LC

LF F

Q X X X

K Q

Q X X X

L Q

       

       

Artinya:

Jika seluruh tenaga kerja (L) digunakan untuk memproduksi makanan, maka akan diperoleh makanan paling banyak (L/XLF) ton, atau jumlah seluruh

tenaga kerja dibagi dengan jumlah jam kerja yang dibutuhkan untuk memproduksi 1 ton makanan. Tetapi, jika yang diproduksi kain, maka setiap unit kain memerlukan XLC unit tenaga kerja yang dialihkan dari produksi

makanan, sehingga mengurangi output maksimum makanan yang dapat diproduksi sebesar (XLC / XLF) ton.

Kemungkinan Produksia dapat digambarkan sebagai berikut:

Harga Output dan Harga Input (faktor)

Dalam teori H-O, faktor produksi dapat berpindah antar sektor.

Beberapa faktor produksi adalah spesifik untuk sektor-sektor tertentu (misal asumsi bahwa kain labor intensive dan makanan land intensive), maka perubahan harga relatif akan mempengaruhi pada distribusi pendapatan pada pemilik faktor produksi tersebut.

Maka, karena ada dua faktor produksi (L dan K), perubahan upah tenaga kerja (w), dan perubahan sewa tanah (r), akan mempengaruhi pendapatan pemilik faktor produksi tersebut.

Asumsi pada analisis ini adalah pasar dalam keadaan Perfect Competition

(persaingan sempurna), sehingga harga output persis sama dengan biaya produksi yang dibutuhkan untuk memproduksi barang tersebut.

r X w X P

r X w X P

KF LF

F

KC LC

C

. .

. .

 

 

0 L/XLC K/XKC QC (output kain)

Output makanan

(QF) L/XLF

(4)

AR 4

Jika kita berpedoman pada asumsi bahwa hanya ada dua faktor produksi (yaitu Labor dan Land), maka jika pada suatu negara memiliki factor endowment pada labor, maka sesuai dengan hukum pasar harga faktor tersebut (upah tenaga kerja = w) lebih rendah dibandingkan dengan sewa lahan (r).

Demikian juga sebaliknya, jika negara tersebut memiliki factor endowment

pada tanah (land) , maka sesuai hukum pasar sewa lahan (r) pada negara tersebut lebih murah dibandingkan dengan upah tenaga kerja (w).

Walaupun akibat factor endowment yang dimiliki oleh suatu negara atas suatu faktor produksi, yang mengakibatkan harga faktor tersebut lebih rendah di negara tersebut, maka belum tentu negara tersebut unggul dalam produksi barang yang dihasilkan dari kelimpahan faktor tersebut.

Akan tetapi keunggulan suatu negara atas produksi dan ekspor suatu barang akan ditentukan oleh intensitas penggunaan faktor (factor intensity) pada proses produksi suatu barang. Dengan kata lain jika suatu negara memiliki

Labor intensive pada industri kain maka negara tersebut berspesialisasi pada industri kain, sedangkan negara yang memiliki land intensive pada industri makanan, maka negara tersebut berspesialisasi pada produksi dan ekspor makanan.

6. Paradoks Leontief

Wassily Laontief, melakukan pengujian terhadap model H-O, dengan menggunakan Data Amerika Serikat. Pemilihan Amerika Serikat didasarkan pada bahwa AS, merupakan negara yang lebih makmur dibandingkan negara-negara lain, dan pekerja-pekerja AS tampaknya bekerja dengan nisbah modal terhadap tenaga kerja yang lebih tinggi dibandingkan pekerja-pekerja di negara lain.

Dengan kondisi ini, hipotesis yang dapat diajukan sesuai dengan model H-O, adalah: AS akan berspesialisasi pada produksi dan ekspor barang-barang yang diproduksi dengan kapital intensive.

Referensi

Dokumen terkait

Jika Negara berniat memenuhi Hak Rakyat atas Air maka Rancangan Undang-Undang mengenai Air yang sedang dipersiapkan harus mengedepankan hak atas air dan akses terhadap air bersih

Jurnal Ilmiah Media Processor Vol.9 No.2, Juni 2014 ISSN 1907-6738 158 Pada penelitian ini akan dibahas mengenai rancangan VLAN pada jaringan komputer STIKOM Dinamika Bangsa

lebih lanjut tentang “Pemanfaatan Limbah Selulosa Dalam Kulit Durian (Durio zibethinus) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Bioetanol Melalui Proses Fermentasi Saccharomyces

Sistem Pengawasan Mutu (Quality Control/ QC) hendaklah dirancang dengan tepat untuk menjamin bahwa tiap obat mengandung bahan dengan mutu yang benar dan jumlah yang ditetapkan

Nilai yang diperoleh akan menggambarkan seberapa besar dampak erupsi Gunungapi Merapi 2010 dalam hal ini digunakan hujan abu vulkanik terhadap produksi padi di

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:..

1.Produksi jangka pendek , adalah suatu perusahaan yang memiliki input tetap dalam menentukan berapa banyaknya jumlah input variabel yang harus digunakan

Pendekatan kepemimpinan berdasarkan penerimaan menganggap bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan mempengaruhi perilaku para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka