67 BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Izin Penelitian
Pada tanggal 11 September 2011 penulis meminta surat permohonan izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang ditujukan kepada Kepala Sekolah SMP Negeri 8 Salatiga. Sebelumnya penulis telah meminta izin kepada kepala sekolah SMP Negeri 8 Salatiga secara informal untuk menyampaikan maksud dan tujuan penulis mengadakan penelitian di SMP Negeri 8 Salatiga. Berdasarkan surat permohonan izin penelitian tersebut, kepala sekolah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Penulis juga melakukan persiapan instrumen alat test berupa check list, satuan layanan konseling kelompok Adlerian, sebuah permainan sebelum melakukan konseling kelompok Adlerian dan silabus pelaksanaan konseling kelompok sampai selesai. Penulis juga membentuk kelompok kontrol dan eksperimen sebagai sampel penelitian.
4.2 Gambaran Mengenai Siswa
68
yang mempunyai masalah rasa rendah diri yang tinggi. Kemudian penulis mendapatkan 12 siswa dari 4 kelas tersebut yang mempunyai rasa rendah diri yang tinggi. Siswa dibagi dua untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok dibagi dua yang sama-sama 6 anggota, memiliki 4 laki-laki dan 2 perempuan, hasil skor hampir sama pada tiap-tiap masalah rasa rendah diri yang dialami tiap siswa yang dapat dilihat pada tabel 3.1 dan 3.2. Hal inilah yang membuat kelompok bisa dilaksanakan dan menjadikan layanan konseling kelompok Adlerian sangat dibutuhkan.
4.3 Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dua kali yaitu pre test dan post tes. Pre test dilaksanakan pada tanggal 20 September 2011 dengan jadwal yang ditentukan guru BK (pamong) karena di hari tersebut ada 4 kelas jam BK dengan menyebarkan Check List masalah rasa rendah diri yang terdiri dari 48 item. Pre tes diberikan kepada siswa kelas VII A, VII C, VII D, VII F SMP Negeri 8 Salatiga yang berjumlah 124 siswa.
69 4.4 Pelaksanaan Eksperimen
Pelaksanaan eksperimen ini dilakukan dalam 9 sesi. Berikut sesi pertama sampai dengan sembilan.
Sesi pertama (Pembentukan Kelompok) : 4 Januari 2012
70
Sesi Dua (pembentukan kelompok dan identifikasi masalah) : 7 Januari 2012
71 Sesi Tiga : 11 Januari 2012
72 Sesi Empat : 14 Januari 2012
Pada awal pertemuan keempat, konselor kembali meyakinkan konseli untuk selalu terbuka terhadap apa yang menjadi masalahnya sebelum konselor memberikan permainan dengan tujuan mengakrabkan sesama anggota kelompok. Pada sesi keempat ini, merupakan pembahasan konseli bernama NIP yang memiliki skor yang tergolong kategori tinggi dalam masalah rasa rendah diri dengan skor 31. Melalui checklist yang diisi oleh NIP, pemimpin kelompok dapat mengetahui apa saja yang membuat NIP merasa rendah diri. Kemudian pemimpin kelompok memberikan kompensasi kepada konseli untuk kearah superioritas, membantu NIP untuk mengurangi rasa rendah diri dengan cara membahas dan menyelesaikan masalah dari pernyataan dalam checklist tersebut satu per satu. Seperti pertemuan sebelumnya, pemimpin kelompok sangat berharap teman-teman yang lain memberi pendapat ataupun saran untuk membantu mengurangi masalah rendah diri yang dialami NIP. Pada akhir pertemuan, NIP berjanji untuk mencoba saran pemimpin kelompok dan teman-temannya tentang mengurangi rasa rendah diri.
Sesi kelima : 18 Januari 2012
73
pada saat mengungkapkan permasalahan mereka. Pemimpin kelompok memberikan kompensasi untuk ke arah superioritas dan membantu membahas permasalahan satu per satu supaya tidak ada yang tertinggal satu pun masalah rasa rendah diri. Hal ini bukan hanya pemimpin kelompok yang memberikan saran ataupun gagasan. Tetapi teman sesama konseli juga berkewajiban untuk memberikan pandangan atau gagasan yang berguna untuk membantu FKN memperbaiki dirinya. Pada akhir pertemuan, FKN berjanji untuk mencoba mengurangi permasalahan rendah diri yang dimiliki berdasarkan saran konselor dan teman-temannya.
Sesi keenam : 21 Januari 2012
74
seputar penurunan masalah rendah diri yang harus ditanyakan oleh konselor ataupun teman konseli lain.
Sesi ketujuh : 25 Januari 2012
Pertemuan ketujuh ini digunakan untuk membahas permasalahan NN yang merupakan siswa dengan skor rasa rendah diri kategori tinggi yaitu 30. Pemimpin kelompok kembali menggunakan permainan untuk menciptakan komunikasi dan suasana yang hangat pada pertemuan konseling kelompok sesi ketujuh ini. Pemimpin kelompok selalu memberikan kompensasi kearah superioritas kemudian membahas permasalahan yang dialami oleh NN dan menyuruh NN untuk terbuka dengan masalahnya didepan teman-temannya. Dengan tujuan pertemuan konseling ini bisa membantunya menyelesaikan permasalahan yang dialami. Tidak lupa pula teman sesama konseli berkewajiban untuk memberikan ide atau gagasan supaya membantu NN menyelesaikan masalahnya. Pada akhir acara, NN berjanji untuk memperbaiki dirinya dengan cara mencoba saran yang diberikan konselor dan teman-temannya.
Sesi kedelapan : 28 Januari 2012
75
ini adalah pertemuan akhir dalam membahas permasalahan konseli, teman-teman konseli DN sangat termotivasi untuk mengeluarkan ide dan pendapat yang diharapkan dapat membantu DN memperbaiki dirinya. Pada akhir pertemuan, DN mengucapkan terima kasih kepada konselor dan teman-temannya atas saran yang sangat membangun dan berjanji untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan DN.
Sesi kesembilan : 1 Februari 2012
76 Post Test: 4 Februari 2012
Konselor memberikan post test kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol di ruang yang berbeda. Kelompok eksperimen di ruang VIII F dan kelompok kontrol di ruang VIII E.
Tindak lanjut: 6 Februari 2012
Setelah selesai, penulis menemui guru BK dan membicarakan bahwa konseling kelompok telah selesai. Penulis memberikan hasil dan data yang digunakan untuk menurunkan permasalahan rendah diri konseli. Tanggapan guru pamong terhadap hasil dan data yang diberikan peneliti beliau merasa senang karena penulis bisa membantu beliau selaku guru BK untuk menurunkan angka rasa rendah diri yang dialami muridnya.
4.5 Analisis Data
4.5.1 Analisis data Deskriptif
77 Tabel 4.1
Kategori rasa rendah diri kelompok eksperimen sebelum perlakuan
Range Kategori Frekuensi Pre Test
Persen
40-48 Sangat Tinggi - -
30-39 Tinggi 6 100%
20-29 Sedang - -
10-19 Rendah - -
0-9 Sangat Rendah - -
Jumlah 6 100%
Pada tabel pre test kelompok eksperimen variabel rasa rendah diri pada kategori tinggi (100%)
Tabel 4.2
Kategori rasa rendah diri kelompok eksperimen sesudah perlakuan
Range Kategori Frekuensi Post test
Persen
40-48 Sangat Tinggi - -
30-39 Tinggi - -
20-29 Sedang - -
10-19 Rendah - -
0-9 Sangat Rendah 6 100%
jumlah 6 100%
78 Tabel 4.3
Kategori rasa rendah diri kelompok kontrol tidak diberi perlakuan
Range Kategori Frekuensi Pre Test
Persen
40-48 Sangat Tinggi - -
30-39 Tinggi 6 100%
20-29 Sedang - -
10-19 Rendah - -
0-9 Sangat Rendah - -
jumlah 6 100%
Pada tabel pre test kelompok kontrol variabel rasa rendah diri pada kategori tinggi (100%)
Tabel 4.4
Kategori rasa rendah diri kelompok kontrol tidak diberi perlakuan
Range Kategori Frekuensi Post test
Persen
40-48 Sangat Tinggi - -
30-39 Tinggi 6 100%
20-29 Sedang - -
10-19 Rendah - -
0-9 Sangat Rendah - -
jumlah 6 100%
Pada tabel post test kelompok kontrol variabel rasa rendah diri pada kategori tinggi (100%)
79 Tabel 4.5
Data skor pre test dan skor post test kelompok eksperimen
No Nama Pre test Post test Perbedaan
Skor 1 M. FH (kelompok eksperimen) 32 7 25 2 NIP (kelompok eksperimen) 31 7 24 3 FKN (kelompok eksperimen) 31 8 23 4 PPW (kelompok eksperimen) 30 6 24 5 NN (kelompok eksperimen) 30 6 24 6 DA (kelompok eksperimen) 30 5 25
80 Tabel 4.6
Data skor pre test dan skor post test kelompok kontrol
No Nama Pre test Post test Perbedaan
Skor 1 NA ( Kelompok kontrol) 32 32 0
2 IJ( Kelompok kontrol) 31 31 0
3 YJK ( Kelompok kontrol) 30 30 0
4 PF( Kelompok kontrol) 30 31 1
5 GW ( Kelompok kontrol) 30 32 2 6 MS ( Kelompok kontrol) 30 31 1
Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa variabel rasa rendah diri siswa kelompok kontrol relatif sama dan ada yang naik. NA yang sebelumnya pada saat check list disebar total skor 32 dan tetap menjadi 32 karena tidak diberi perlakuan konseling kelompok Adlerian. Pada IJ skoring 31 tetap menjadi menjadi 31. Pada YKJ Skoring 30 tetap menjadi 30. Pada PF dari skoring 30 menjadi 31 ada kenaikan skor 1. Pada GW dari skoring 30 menjadi 2 ada kenaikan skor 2 .Pada MS dari skoring 30 menjadi 31 ada kenaikan skor 1.
4.5.2 Analisis data Mann Whitney Test
81
dengan melihat mean rank (harga rata-rata ) antara kelompok kontrol dan eksperimen sebelum dan sesudah diberi layanan konseling kelompok Adlerian.
Untuk mengetahui signifikasi penurunan rasa rendah diri pada kelompok eksperimen siswa kelas VII SMP N 8 Salatiga dilakukan perhitungan menggunakan analisis Mann Whitney U. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel:
Tabel 4.7 Uji Mann Whitney
Pre Test dan Post Test Rasa Rendah Diri Kelompok kontrol NPar Tests
Mann-Whitney Test Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
skor pre test 6 5.08 30.50
post test 6 7.92 47.50
Total 12
Test Statisticsb
skor Mann-Whitney U 9.500
Wilcoxon W 30.500
Z -1.450
Asymp. Sig. (2-tailed) .147 Exact Sig. (2-tailed) .210
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
82
dari Mann Whitney U= 9,500, nilai Z = -1,450 dan nampak Asymp. Sig. 2 tailed 0,147 > 0,050. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara rasa rendah diri pada skor pre test dan post test. Dengan mean rank pre test kelompok kontrol 5,08 dan mean rank post test kelompok kontrol 7,92. Selisih mean rank post test antara kelompok kontrol 2,84.
Tabel 4.8 Uji Mann Whitney
Pre Test dan Post Test Rasa Rendah Diri Kelompok Eksperimen NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
skor pre test 6 9.50 57.00
post test 6 3.50 21.00
Total 12
Test Statisticsb
skor Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.918
Asymp. Sig. (2-tailed) .004 Exact Sig. (2-tailed) .002
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
83
Sig. 2 tailed 0,004 < 0.050. Dengan demikian dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara rasa rendah diri pada skor pre test dan post test. Dengan mean rank pre test kelompok eksperimen 9.50 dan mean rank post test kelompok eksperimen 3,50. Selisih mean rank pre test dan post test antara kelompok eksperimen 6,00. Jadi dapat disimpulkan bahwa siswa yang mendapatkan perlakuankonseling kelompok Adlerian rasa rendah dirinya menurun.
Tabel 4.9 Uji Mann Whitney
Post Test rasa rendah diri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol NPar Tests
Mann-Whitney Test
Test Statisticsb
skor Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 21.000
Z -2.918
Asymp. Sig. (2-tailed) .004 Exact Sig. (2-tailed) .002
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: kelompok
Pada tabel 4.9 terdapat hasil pengolahan statistik antara post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan rumus Mann Whitney nampak bahwa
Ranks
kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
skor eksperimen 6 3.50 21.00
kontrol 6 9.50 57.00
84
skor dari Mann Whitney U= 0,000, nilai Z = -2,918 dan nampak Asymp. Sig. 2 tailed 0,004 < 0,050. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara skor rasa rendah diri pre test dan post test pada kelompok eksperimen. Dengan mean rank post test kelompok eksperimen 3,50 dan mean rank post test kelompok kontrol 9,50. Selisih mean rank post test antara kelompok eksperimen dan kontrol 6.00. Jadi dapat dapat disimpulkan kelompok eksperimen yang diberikan konseling kelompok rasa rendah dirinya menurun.
4.6 Uji Hipotesis
Penulis mengajukan hipotesis : ” Konseling Kelompok Adlerian dapat Menurunkan Secara Signifikan Rasa Rendah Diri Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Salatiga Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012.”
Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikasi Asymp.Sig. 2-tailed 0,004 < 0,05 dengan mean rank pada pre test 9,50 sedangkan mean rank pada post test adalah 3,50 sehingga ada penurunan mean rank kelompok eksperimen sebesar 6,00. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima.
4.7 Pembahasan Hasil Penelitian
85
skor mean rank pada post test kelompok eksperimen adalah 3,50. Ada penurunan skor mean rank kelompok eksperimen sebesar 6,00.
Dalam penelitian ini pada saat pre test skor siswa kelompok eksperimen memiliki rasa rendah diri yang tinggi yang sama dialami kelompok kontrol, setelah diberikan konseling kelompok Adlerian pada kelompok eksperimen yang dilakukan sembilan sesi dari pembentukan kelompok dua sesi, proses konseling kelompok enam sesi dan evaluasi satu sesi dan dirasa cukup untuk membuat rasa rendah diri siswa menurun karena semua masalah yang dialami tiap konseli sudah dibahas satu-persatu tiap item dari aspek (fisik, psikologis dan sosial) dan diselesaikan satu persatu yang membuat tiap konseli yang mempunyai masalah yang sama ditiap aspek bisa mengikuti dan mempratekkan dalam kesehari-hariannya dengan mengikuti tips-tips penyelesaian masalah yang diberikan oleh penulis.
86
Test, hasil analisis dapat dilihat pada tabel 4.8 (analisis pre test dan post test kelompok eksperimen) dan tabel 4.9 (analisis post test kelompok eksperimen dan kontrol).
Temuan ini sejalan dengan penelitiannya Brough, Marjorie F (1994), yang menunjukkkan bahwa terdapat pengurangan rasa rendah diri. Persamaan hasil temuan ini dimungkinkan sama-sama menggunakan 1 teori dari tokoh Adler yang membuat penelitian ini menjadi sejalan dari teori rasa rendah diri Adler, dan konseling kelompok Adlerian
87
dan kekurangan gizi yang mengakibatkan rasa rendah diri tidak dapat berkurang. Michael dan David apabila melakukan penelitian lagi di Burundi, sebaiknya setelah memberikan konseling kelompok Alderian ditambah dengan memberikan bantuan obat-obatan, bahan makanan, pembelajaran tentang kehidupan diluar yang mungkin tidak banyak didapatkan oleh remaja Burundi, yang bisa dilakukan dengan membuat sebuah organisasi/team untuk membantu kehidupan remaja di Burundi agar remaja yang mempunyai perasaan rendah diri dapat berkurang.