• Tidak ada hasil yang ditemukan

ProdukHukum Perdagangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ProdukHukum Perdagangan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KERINGANAN BEA MASUK ATAS IMPOR BARANG DAN BAHAN UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN, PERALATAN DAN KAROSERI

KENDARAAN BERMOTOR KHUSUS

(Keputusan Menteri Keuangan RI No. 100/KMK.05/2000 tanggal 31 Maret 2000)

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa untuk mendorong pertumbuhan industri kendaraan bermotor khusus di dalam negeri, dipandang perlu memberikan keringanan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk pembuatan komponen, peralatan dan karoseri kendaraan bermotor khusus; b. bahwa dalam rangka meningkatkan efektivitas pemberian fasilitas bea masuk dengan

tetap memperhatikan kepentingan penerimaan negara, dipandang perlu mengganti Keputusan Menteri Keuangan No. 346/KMK.01/1999 dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Mengingat : 1. Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (LN RI Tahun 1995 No. 75, TLN No. 3612);

2. Keputusan Presiden No. 355/M Tahun 1999;

3. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 440/KMK.05/1996 tentang Penetapan Sistem Klasifikasi Barang dan Besarnya Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor sebagaimana telah diubah dan ditembah terakhir dengan Keputusan Menteri Keuangan No. 569/KMK.01/1999.

M E M U T U S K A N : Menetapkan :

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG KERINGANAN BEA MASUK ATAS BARANG DAN BAHAN UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN, PERALATAN DAN KAROSERI KENDARAAN BERMOTOR KHUSUS.

Pasal 1

Atas impor barang dan bahan untuk pembuatan komponen, peralatan dan karoseri kendaraan bermotor khusus sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Keputusan ini, oleh industri kendaraan bermotor khusus diberikan keringanan bea masuk dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Atas impor barang dan bahan untuk pembuatan komponen, peralatan dan karoseri kendaraan bermotor khusus diberikan keringanan bea masuk sehingga tarif akhir bea masuknya menjadi 5% (lima persen). 2. Dalam hal tarif bea masuk yang tercantum dalam Buku Tarif Bea Masuk Indonesia (BTBMI) 5% (lima

persen) atau kurang, maka yang berlaku adalah tarif bea masuk dalam BTBMI. Pasal 2

(1) Permohonan untuk mendapatkan fasilitas sebagaimana dimaksud dala m Pasal 1 diajukan oleh produsen kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

(2)

Keringanan Bea Masuk, dengan dilampiri daftar barang yang diberikan keringanan bea masuk serta penunjukan pelabuhan bongkar.

(3) Industri kendaraan bermotor khusus yang mendapatkan keringanan bea masuk wajib :

a. Menyelenggarakan pembukuan pengimporan barang dan bahan untuk keperluan audit di bidang Kepabeanan

b. Menyimpan dan memelihara untuk sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun terhitung sejak realisasi impor pada tempat usahanya, dokumen, catatan-catatan, dan pembukuan sehubungan dengan pemberian fasilitas keringanan bea masuk.

c. Menyampaikan laporan tentang realisasi impor. Pasal 3

Permohonan untuk memperoleh keringanan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1, dilampiri dokumen sebagai berikut :

1. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP);

2. Surat Izin Usaha dari Departemen/Instansi terkait; 3. Daftar jumlah, jenis, spesifikasi dan harga barang.

Pasal 4

Atas barang yang telah mendapatkan fasilitas keringanan bea masuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), apabila pada saat pengimporannya tidak memenuhi ketentuan tentang jumlah, jenis, spesifikasi barang yang tercantum dalam daftar barang dipungut bea masuk dan pungutan impor lainnya.

Pasal 5

(1) Atas barang yang telah mendapatkan fasilitas keringanan bea masuk hanya dapat digunakan untuk kepentingan industri yang bersangkutan.

(2) Penyalahgunaan barang sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mengakibatkan batalnya fasilitas bea masuk yang diberikan atas barang tersebut sehingga bea masuk yang terhutang harus dibayar beserta denda 100% (seratus persen) dari kekurangan bea masuk.

Pasal 6

(1) Untuk pengamanan hak keuangan negara dan menjamin dipenuhinya ketentuan-ketentuan kepabeanan dan cukai yang berlaku, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melakukan audit atas pembukuan, catatan, dan dokumen Pengusaha Industri dan Pengusaha Pengolah Limbah yang berkaitan dengan pemasukan, penggunaan, pengeluaran dan sediaan barang.

(2) Berdasarkan hasil audit sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pengusaha Industri dan Pengusaha Pengolah Limbah bertanggung jawab atas pelunasan bea masuk dan cukai yang terutang dan sanksi administrasi berupa denda.

Pasal 7

Perusahaan yang telah memperoleh fasilitas pembebasan bea masuk atas impor barang dan bahan untuk pembuatan komponen, peralatan dan karoseri kendaraan bermotor khusus berdasarkan ketentuan lama dan belum merealisir seluruh impornya dapat tetap menggunakan keputusan pemberian fasilitas pabean berdasarkan ketentuan lama hingga berakhirnya masa berlaku keputusan yang bersangkutan, dengan ketentuan tidak dapat diperpanjang dan atau diubah.

(3)

Pada saat Keputusan ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Keuangan No. 346/KMK.01/1999 dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 9

Ketentuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Keputusan ini, diatur lebih lanj ut oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.

Pasal 10 Keputusan ini berlaku sejak tanggal 1 April 2000.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 31 Maret 2000 MENTERI KEUANGAN, ttd.

(4)

DAFTAR BARANG DAN BAHAN UNTUK PEMBUATAN KOMPONEN, PERALATAN DAN KAROSERI KENDARAAN BERMOTOR KHUSUS

I. MOBIL KRAN HIDROLIK 1. Winch

2. Hydraulic Cylinder 3. Telescopic Cylinder 4. Hydraulic Valve

5. Hydraulic Motor & Gear 6. Drive Shaft

7. Hydraulic Pump 8. High Pressure Hoses

II. MOBIL DISTIBUTOR ASPAL 1. Burner

2. Heat Resistant Pipe 3. Asphalt Pump 4. Kerosene Pump 5. Safety Valve 6. Fuel Flow Meter 7. Insulation Material 8. Temperature Gauge 9. Asphalt Hose 10.Electric Winch

III. MOBIL PEMADAT SAMPAH 1. Hydraulic Cylinder

2. High Pressure Hoses 3. Hydraulic Valve 4. Drive Shaft

IV. MOBIL PENGADUK SEMEN 1. Hydraulic Motor & Gear Box 2. Hydraulic Pump

3. Drive Shaft

4. High Pressure Hoses 5. Oil Cooler

V. MOBIL PENYAPU JALAN 1. Hydraulic Cylinder

2. Dump Device 3. Blower

4. Side Brush Device

5. Center Brush Supporting Device 6. Center Brush Device

(5)

8. Valve Stand VI. DUMP TRUK 1. Hydraulic Pump 2. Control Valve

3. Main Hydraulic Cylinder 4. Drive Shaft

5. Hydraulic Hoses

VII. MOBIL PENGISI BAHAN BAKAR PESAWAT TERBANG 1. Main Pump

2. Valve Seat (For Piping) 3. Discharge System 4. Drive Sgaft

VIII. TRUK TANGKI 1. Vacuum Pump 2. Safety Valve 3. 3 Way Valve 4. Suction Valve 5. Hydraulic Cylinder 6. Control Valve 7. Gear Pump 8. Drive Shaft 9. Y Selector Valve IX. TRAILER 1. Axle > 8 ton 2. Turn Table 3. 5th Wheel 4. 1 Beam 5. Landing Gear

6. Ring Feeder/Pinthle Hook 7. Emergency Valve

8. Emergency Relay Valve 9. King Pin

10.Square Tube

11.Electrical Connection 12.Air Connection Coupling 13.Winch

14.Twist Lock 15.Wheel Rim

X. MOBIL PEMADAM KEBAKARAN 1. Main Pump Unit

2. Transfer Case

(6)

4. Ball Cock

Referensi

Dokumen terkait

Nyeri dada yang berlangsung lebih lama dan tidak hilang dengan istirahat atau obat angina bisa merupakan tanda adanya serangan jantung (infark)d. Gejala seperti mual, fatigue,

Ada beberapa tahapan yang dapat ditempuh untuk membangun kemitraan Polri dengan Masyarakat, yaitu: (1) Mengoptimalkan fungsi forum kemitraan polisi dan masyarakat

Metode ini digunakan untuk menerangkan bahan atau materi pelajaran yang bersifat teoritis bahkan semua pelajaran menggunakan metode ceramah. Pada dasarnya semua

 Dengan meletakkan tumit dilan Dengan meletakkan tumit dilantai tai jari-jari di jari-jari di kedua belah kaki diluruskan keatas lalu. kedua belah kaki diluruskan keatas

Animasi Desain Multimedia Interaktif ini bertujuan untuk menunjang Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan khususnya pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan

Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, telah diatur pembebasan bea masuk atas impor mesin serta barang dan bahan untuk pembangunan atau pengembangan

Pengusaha yang telah memperoleh fasilitas pembebasan Bea Masuk atas impor mesin, barang dan bahan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Perlakuan Perpajakan dan Kepabeanan