• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PENINGKATAN HASIL PADI GOGO VARIETAS SITU PATENGGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PENINGKATAN HASIL PADI GOGO VARIETAS SITU PATENGGANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH JARAK TANAM TERHADAP PENINGKATAN HASIL PADI GOGO VARIETAS SITU PATENGGANG

Plant Spacing Effect on Improving Upland Rice Yield of Situ Patenggang Variety

Oleh: Sunjaya Putra

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat Alamat korespondensi: Sunjaya Putra (putrasunjaya@yahoo.com) ABSTRAK

Peningkatan produksi padi dalam mendukung ketahanan pangan dapat dilakukan melalui pemanfaatan lahan kering dengan menanam padi gogo varietas unggul baru dan pengaturan jarak tanam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jarak tanam optimal yang dapat meningkatkan hasil padi gogo varietas Situ Patenggang di lahan kering. Penelitian dilaksanakan di lahan kering Desa Nagrak Utara, Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat pada bulan Januari-April 2008. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah padi gogo varietas Situ Patenggang, pupuk NPK dosis 200 kg/ha, Urea 100 kg/ha dan NPK cair 3 l/ha. Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri atas enam perlakuan dan empat ulangan. Macam perlakuan yaitu ; 1) Jarak tanam tegel (25x25 cm), 2) Jarak tanam tegel (20x20 cm), 3) Jarak tanam legowo (30x25 x12,5 cm), 4) Jarak tanam legowo (30x20x10 cm), 5) Jarak tanam legowo (30x25xlarikan), dan 6) Jarak tanam legowo (30x20xlarikan). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jarak tanam legowo (30x25x larikan), legowo (30x25x12,5), legowo (30x20xlarikan), dan legowo (30x20x10) dapat meningkatkan hasil padi gogo varietas Situ Patenggang masing-masing sebanyak 27,3%, 34%, 36,6% dan 44,9% dibandingkan dengan hasil produksi padi gogo di Indonesia dan 1,4 %, 7%, 8,8% dan 15,4% di Jawa Barat. Jarak tanam legowo (30x20x10) dapat menghasilkan padi gogo sebanyak 3,29 ton/ha. Sedangkan hasil terendah diperoleh dengan menggunakan jarak tanam tegel (25x25 cm) sebanyak 2,22 ton/ha.

Kata Kunci : jarak tanam, padi gogo, produksi

ABSTRACT

Increasing rice production in support of food security can be done through the utilization of dry land planted with upland rice and plant spacing. The purpose of this research is to determine plant spacing effect to increased upland rice yield of Situ Patenggang varieties in dry land. Research conducted in the upland village of North Nagrak, Nagrak Sukabumi district in West Java in January-April 2008. Materials used in the study were Situ Patenggang upland rice, NPK fertilizer dose of 200 kgha-1, urea 100 kgha-1 and NPK liquid 3 lha-1. Method of research using randomized block design of six treatments and 4 replications. Kinds of treatment, namely: 1) Spacing of square (25x25 cm), 2) Spacing of square (20x20 cm), 3), Spacing of legowo (25x30x 12.5 cm), 4) Spacing of legowo (30x20x10 cm), 5) Spacing of legowo (30x25xspreed), and 6) Spacing of legowo (30x20xspreed). The results of experience conclused that spacing of legowo (30x25x spreed), legowo (30x25x12, 5), legowo (30x20x spreed), and legowo (30x20x10) can increased yield of upland rice Situ Patenggang respectively of 27.3%, 34%, 36.6% and 44 , 9% compared with upland rice yield in Indonesia and 1.4%, 7%, 8.8% and 15.4% in West Java. The spacing of legowo (30x20x10) can produce about 3.29 tonnesha-1. While, the lowest result obtained by using the spacing of square (25x25 cm) about 2.22 tonnesha-1.

Keywords : plant spacing, upland rice, yield

PENDAHULUAN

Pengadaan pangan nasional ke depan akan menghadapi tantangan yang semakin berat dengan semakin bertambahnya

penduduk Indonesia. Sementara

peningkatan produksi padi untuk memenuhi kebutuhan pangan mengalami stagnasi terutama disebabkan oleh peningkatan produktivitas yang sulit dicapai. Menurut Adiningsih dan Supartini

(2)

(1995), pada periode 1989 - 2000, produksi padi mengalami pelandaian dengan laju kenaikan rata-rata hanya mencapai 0,03% dan BPS (2007) pada periode 2000-2007 laju kenaikan rata-rata 1,34%. Fenomena terjadinya penurunan produksi disebabkan beberapa faktor seperti tidak efisiennya penggunaan pupuk anorganik dan terjadi degradasi lahan, adanya cekaman lingkungan seperti kekeringan, kebanjiran, dan gangguan OPT (tikus, penggerek batang, hama wereng, dan penyakit kerdil hampa, kerdil rumput, tungro, dll). Permasalahan tersebut semakin berat dengan berkurangnya lahan sawah irigasi akibat alih fungsi lahan dari lahan pertanian menjadi perumahan dan industri serta bersaing dengan komoditas yang bernilai ekonomis lebih tinggi.

Peluang pengembangan padi gogo dilahan kering iklim basah di Jawa Barat masih cukup luas. Pada tahun 2006 luas panen padi gogo di Jawa Barat mencapai 110.424 hektar dengan hasil rata-rata 2,85 ton/ha dan hasil tertinggi 3,1 ton/ha (BPS, 2007). Dengan demikian sumbangan padi gogo terhadap ketahanan pangan di Jawa Barat pada tahun 2006 cukup besar mencapai 315.082 ton/ha. Sedangkan hasil rata-rata padi gogo di Indonesia yaitu 2,27 ton/ha. Meskipun demikian hasil padi gogo tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan rata-rata hasil padi

sawah yang mencapai 5,39 ton/ha di Jawa Barat (BPS, 2007).

Rendahnya produksi padi Gogo di Indonesia disebabkan belum digunakannya inovasi teknologi yang tepat. Petani

umumnya menanam padi gogo

menggunakan varietas lokal dan jarak tanam yang tidak beraturan. Oleh karena

itu perlu adanya upaya untuk

meningkatkan produksi padi melalui terobosan inovasi teknologi. Upaya terobosan tersebut harus menggunakan pendekatan yang lebih taktis dengan intensifikasi yang menyeimbangkan antara peningkatan produktivitas dengan konservasi sumberdaya. Salah satu upaya meningkatkan produksi padi selain memanfaatkan lahan kering yaitu dengan menggunakan varietas unggul baru dan pengaturan jarak tanam.

Produktivitas padi gogo unggul baru hasil penelitian Litbang Pertanian seperti varietas Situ Patenggang dapat menghasilkan 4,6 GKG ton/ha lebih tinggi dari varietas baru lainnya, mempunyai sifat toleran terhadap kekeringan, tahan terhadap penyakit blas dan bersifat aromatik sementara varietas unggul baru lainnya seperti Situ Bagendit 4 ton/ha dan Limboto 4,5 ton/ha kurang tahan terhadap penyakit blas (BB Padi, 2007). Hasil penelitian Hastini dan Permadi (2007), padi gogo varietas Situ Patenggang dapat menghasilkan jumlah gabah isi 154,62 per

(3)

malai, jumlah butir 283,58 per malai dan hasil 7,76 ton/ha bila ditanam di lahan sawah dataran tinggi. Sedangkan dengan pemberian pupuk Silikat dan Fosfat tinggi tanaman mencapai 89,7 cm dan jumlah anakan 12,3 (Pulung, 2007). Hasil GKG padi gogo varietas Situ Patenggang dengan menerapkan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Lampung mencapai 4,77 ton/ha dibandingkan dengan cara petani hanya mencapai 2,89 ton/ha (Toha, 2007). Sedangkan menurut Krismawati (2007), penggunaan pupuk N, P, dan K dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah anakan, jumlah malai, berat gabah, bobot 1000 butir dan hasil varietas Situ Patenggang. Sementara hasil padi gogo varietas IR-64 hanya mencapai 2,85 ton/ha, Bantaran 3,35 ton/ha dan Jatiluhur 4,13 ton/ha dengan naungan 62% (Yuniastuti, 2009).

Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan inovasi teknologi sistem cara tanam yang disebut cara tanam legowo pada lahan sawah. Sistem tanam legowo merupakan cara tanam padi dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan, sehingga terjadi penambahan rumpun dan populasi tanaman padi persatuan luas. Prinsip dasar cara tanam legowo adalah menjadikan semua barisan rumpun tanaman berada di bagian pinggir (dekat galeng) untuk memanfaatkan adanya pengaruh barisan pinggir tanaman

padi (border effect). Hal ini disebabkan banyaknya lorong di petakan sehingga menghasilkan bulir yang lebih berisi (bernas). Hasil penelitian Pahrudin (2004) penggunaan jarak tanam legowo mampu menghasilkan gabah lebih tinggi dibandingkan dengan jarak tanam tegel kenaikan hasil mencapai 1,2 ton/ha Gabah Kering Panen.

Cara tanam sistem legowo dengan mengatur jarak tanam di lahan kering belum banyak dilakukan seperti halnya di lahan sawah. Selain itu ruang terbuka pada sistem legowo untuk lahan kering perlu diperhitungkan agar tidak banyak ditumbuhi oleh gulma. Sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengaruh jarak tanam terhadap

peningkatan hasil padi gogo varietas Situ Patenggang di lahan kering.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di lahan kering Desa Nagrak Utara, Kecamatan Nagrak Kabupaten Sukabumi Jawa Barat pada musim hujan mulai bulan Januari-April 2008 dengan curah hujan pada bulan Januari 253 mm, Februari 247 mm, Maret 410 mm, dan April 397 mm. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah padi gogo varietas Situ Patenggang dan pupuk anorganik (Tabel 1).

Metode penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 6

(4)

perlakuan dan 4 ulangan. Tiap petak percobaan berukuran 5 m x 4 m. Macam perlakuan antara lain :

1. Jarak tanam tegel (25 x 25 cm). 2. Jarak tanam tegel (20 x 20 cm).

3. Jarak tanam legowo (30 x 25 x 12,5 cm).

4. Jarak tanam legowo (30 x 20 x 10 cm). 5. Jarak tanam legowo (30 x 25 x

larikan).

6. Jarak tanam legowo (30 x 20 x larikan).

Sistem tanam sesuai dengan perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.

Persiapan lahan diawali dengan pengolahan tanah menggunakan cangkul sekaligus membersihkan gulma yang

tumbuh dengan membenamkannya

kedalam tanah. Lahan dibuat petak

percobaan dengan ukuran 5 x 4 meter dan dibiarkan selama satu minggu dengan tujuan agar gulma atau rumput yang dibenam sudah membusuk pada saat benih padi ditanam. Kemudian lahan ditugal

dengan menggunakan alat yang

mempunyai 5 mata tugal untuk perlakuan dengan jarak tanam tegel (25 x 25 cm), tegel (20 x 20 cm), legowo (30 x 25 x 12,5 cm), dan legowo (30 x 20 x 10 cm). Tiap petakan ditanam benih padi sebanyak 3-4 butir per lubang. Untuk perlakuan legowo (30 x 25 x larikan) dan legowo (30 x 20 x larikan), lahan dilarik dengan kayu dan benih yang ditanam ditebar disepanjang larikan. Setelah itu lubang tanam dan larikan ditutup dengan tanah. Pemupukan pertama menggunakan NPK dan Urea ⅔ dosis pada umur 7 hst, sisanya sebanyak ⅓ Tabel 1. Jenis pupuk, dosis per ha dan total unsur hara yang diberikan

Jenis Pupuk Dosis per ha Total unsur yang diberikan

NPK 15-15-15 (Phonska) 200 kg N : 75,9 kg/ha

P : 30,3 kg/ha K : 30,3 kg/ha

Urea 100 kg

Pupuk daun (NPK cair) N (30%), P (10%), K (10%)

3 liter

Gambar 1. Sistem tanam dengan menggunakan jarak tanam tegel dan legowo.

Jarak Tanam Legowo (30x25x12,5) atau (30x20x10) 30 cm 10 atau 12,5 cm 20 atau 25 cm 20 atau 25 cm 20 atau 25 cm

Jarak Tanam Tegel (20x20 cm) atau (25 x 25 cm)

20 atau 25 cm

30 cm

Benih ditabur

Jarak Tanam Legowo (30x25xlarikan) atau (30x20xlarikan)

(5)

Urea diberikan pada umur 30 hst. Pemberian pupuk susulan menggunakan NPK cair dengan cara disemprotkan pada bagian daun tanaman pada umur 45 hst, 60 hst (primordia bunga) dan 75 hst.

Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan membersihkan tanaman dari gulma dengan cara disiang menggunakan cangkul kecil/parang sebanyak dua kali pada umur 30 hst dan 60 hst. Pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan konsep pengendalian hama terpadu melalui monitoring perkembangan hama dan penyakit. Padi gogo disemprot dengan fungisida jenis Difenokonazol 250 g/l untuk mengendalikan serangan penyakit blast. Panen padi gogo dilakukan dengan cara disabit dan dirontok menggunakan alas yang terbuat dari terpal pada umur 110 hst.

Data yang diamati yaitu:

1. Tinggi tanaman: Diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai tertinggi, pada umur 60 hst.

2. Jumlah anakan: Jumlah anakan per rumpun diamati pada 10 rumpun contoh yang diambil secara acak pada umur 60 hst. Rumpun tanaman contoh adalah rumpun yang sama dengan yang digunakan pada pengamatan tinggi tanaman.

3. Jumlah malai: Jumlah malai per rumpun diamati pada 10 rumpun contoh yang sama dengan yang

digunakan pada pengamatan tinggi tanaman dihitung pada umur 90 hst. 4. Jumlah gabah/malai: Dihitung jumlah

gabah isi per malai dari 3 (tiga) rumpun tanaman contoh/sampel yaitu, rumpun yang sama pada saat pengamatan tinggi tanaman dan jumlah anakan produktif.

5. Bobot 1000 butir gabah isi: Ditimbang 1000 butir gabah bernas dari setiap petak percobaan dengan kadar air 14 %.

6. Hasil gabah kering/plot: Panen semua malai dalam satu plot dikurangi 2 (dua) baris keliling (tanaman border) setelah gabah dijemur dan dibersihkan kemudian ditimbang (kg), kemudian di ukur kadar airnya,

7. Data Cuaca: Data meteorologi (suhu, curah hujan) selama pelaksanaan percobaan dari statsiun klimatologi di Desa Nagrak Utara

8. Analisa Fisika- Kimia Tanah: Contoh tanah komposit dari kedalaman 20 cm dan 40 cm, parameter analisa yaitu : pH, Al-dd, C-organik, N total, C/N, P2O5, K2O, KTK, Tekstur tanah dll.

Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan analisis varians pada taraf α = 5% dan jika ada beda nyata dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) dengan α = 5%.

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Lahan

Penelitian jarak tanam padi gogo dilaksanakan di Desa Nagrak Utara dengan keadaan tofografi perbukitan dan berada pada ketinggian 450 dpl. Suhu udara rata-rata 23,4o C dan kelembaban nisbi 82 %. Hasil analisa tanah dapat dilihat pada Tabel 1.

Penelitian dimulai pada bulan Januari 2008 hingga awal April 2008 dengan curah hujan pada bulan tersebut berturu-turut 253, 247,410 dan 397 mm/bulan dengan

hari hujan masing-masing 14, 25, 24 dan 16 hari hujan. Menurut Bakhri et al. (1994), budidaya padi baik dilahan sawah tadah hujan atau lahan kering membutuhkan curah hujan diatas 200 mm/bulan selama 3-4 bulan secara berurutan sehingga tanaman berhasil baik. Kondisi curah hujan pada saat pembungaan yaitu pada Bulan Maret cukup tinggi sebanyak 410 mm/bulan. Hal ini mempengaruhi tingkat keberhasilan penyerbukan bunga pada tanam padi.

Tabel 1. Hasil Analisa Tanah di Lokasi Penelitian

No. Parameter Satuan Hasil

Pemeriksaan Kriteria Penilaian 1. pH H2O (1:2,5) 6 Agak masam 2. pH KCl (1:2,5) 3,68 - 3. Kemasaman-dd cmol/kg 1,7463 - 4. Al-dd cmol/kg 1,5377 - 5. H-dd cmol/kg 0,2086 - 6. C-Organik % 2,0289 Sedang 7. N-total % 0,19 Rendah 8. C/N 8 Rendah 9. P2O5 (HCl 25%) mg/100g 18,0522 Rendah 10. K2O (HCl 25%) mg/100g 41,7735 Tinggi

11. P-tersedia Bray (Dalam bentuk P2O5)

mg/kg 3,5771 Sangat rendah

12. Susunan Kation :

 Ca-dd cmol/kg 1,0433 Sangat rendah

 Mg-dd cmol/kg 1,5159 Sedang  K-dd cmol/kg 0,3513 Sedang 13. KTK cmol/kg 23,4788 Sedang 14. Unsur Makro-Mikro Fe mg/kg 16,1075 - Zn mg/kg 1,5955 - Cu mg/kg Tidak terukur - 15. Tekstur  Pasir % 12 -  Debu % 35 -  Liat % 53 -

(7)

Tabel 2. Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, Jumlah Malai, Jumlah Butir, Bobot 1000 Butir dan Hasil Gabah Varietas Situ Patenggang pada Beberapa Jarak Tanam

Perlakuan (cm) TT JA JM JB GH BB HG Tegel 25x25 107,6 b 11 a 10 a 181 a 56,54 a 24,18 a 2,22 c Tegel 20x20 106,3 b 10 a 9 a 169 a 50,19 a 24,91 a 2,82 b Legowo 30x25x12,5 114,4 ab 10 a 10 a 202 a 45,06 a 25,29 a 3,05 ab Legowo 30x20x10 119,6 a 10 a 9 a 184 a 52,20 a 25,53 a 3,29 a Legowo 30x25x larikan 109,3 ab 9 a 7 a 169 a 51,57 a 24,98 a 2,89 b Legowo 30x20x larikan 113,5 ab 8 a 8 a 169 a 47,65 a 25,04 a 3,10 ab Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama dalam kolom menunjukkan pengaruh

tidak berbeda nyata menurut Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf α = 5%. TT = tinggi tanaman (cm), JA = jumlah anakan per rumpun, JM = jumlah malai per rumpun, JB = jumlah butir per malai, GH = gabah hampa (%), BB = bobot 1000 butir (g) dan HG = Hasil Gabah Kering Giling (ton).

Tinggi Tanaman

Pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap tinggi tanaman. Penggunaan jarak tanam legowo (30x20x10) memberikan pertumbuhan tinggi tanaman berbeda nyata dengan perlakuan jarak tanam tegel (25x25) dan tegel (20x20), namun tidak berbeda nyata dibanding perlakuan dengan jarak tanam legowo (30x25x12,5), legowo (30x25x larikan), dan legowo (30x20x larikan). Hal ini menunjukan bahwa pada jarak tanam yang lebih rapat setiap tanaman akan berlomba untuk mendapatkan sinar

matahari yang cukup untuk

pertumbuhannya. Selain itu pada jarak tanam yang rapat sistem perakaran tanaman akan lebih awal memanfaatkan pupuk N (Masdar, 2007) dan menurut Segner (2004), konsentrasi N mengalami penurunan yang lebih menonjol pada masa pertumbuhan padi pada jarak tanam rapat.

Jumlah Anakan

Hasil analisis terhadap jumlah anakan menunjukkan tidak terdapat perbedaan jumlah anakan per rumpun pada setiap perlakuan jarak tanam. Jumlah anakan berkisar antara 8-11 dengan jumlah terbanyak pada jarak tanam tegel (25x25). Meskipun demikian bila dibandingkan antar perlakuan memperlihatkan adanya kecenderungan terjadinya pengurangan jumlah anakan pada jarak tanam yang semakin sempit. Hal ini berkaitan dengan ruang hidup yang dibutuhkan untuk pertumbuhan padi terbatas dan terjadinya persaingan antar tanaman padi untuk mendapatkan unsur hara. Sejalan dengan hasil penelitian Masdar (2007) bahwa pada jarak tanam yang sempit diyakini pada awalnya inisiasi anakan berupa 4 tunas primer tumbuh normal dan berkembang menjadi 4 anakan primer, namun tunas berikutnya tidak sepenuhnya bisa berkembang menjadi anakan karena

(8)

lemahnya dukungan makanan dari anakan primer yang berfungsi sebagai induk dan terjadinya persaingan antar anakan serumpun.

Jumlah Malai, Jumlah Butir Per Malai, Gabah Hampa dan Bobot 1000 Butir

Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap jumlah malai per rumpun, jumlah butir per malai, persentase gabah isi dan bobot 1000 butir pada varietas Situ Patenggang. Namun demikian pada jarak tanam yang semakin rapat menunjukkan adanya kecenderungan penurunan jumlah malai. Berdasarkan hasil penelitian Okezei and Ahisson (1985), jumlah anakan dan jumlah malai berkurang dengan berkurangnya jarak tanam. Berdasarkan hasil penelitian Arafah (2005), Nasruddin dan Sunanto (2005), dan Permadi dkk. (2004), bahwa keempat faktor tersebut lebih dipengaruhi oleh ketersediaan kandungan unsur hara N, P dan K.

Jumlah butir per malai berkisar antara 169-202 butir dan terbanyak pada perlakuan legowo (30x25x12,5) dengan persentase gabah hampa terkecil. Persentase gabah hampa berkisar antara 45,06-56,54%. Tingginya gabah hampa disebabkan pada masa pembungaan curah hujan cukup tinggi yaitu 410 mm/bulan pada Bulan Maret. Hal ini mempengaruhi

rendahnya tingkat keberhasilan

penyerbukan pada tanaman padi. Sedangkan bobot 1000 butir berkisar antara 24,18-25,53 g.

Hasil Gabah Kering (k.a. 14%)

Analisis terhadap hasil gabah kering giling (GKG) pada Tabel 2. menunjukkan bahwa perlakuan jarak tanam memberikan pengaruh yang nyata terhadap hasil padi gogo varietas Situ Patenggang. Hasil gabah kering pada perlakuan jarak tanam legowo (30x20x10) berbeda nyata dengan perlakuan jarak tanam tegel (25x25), tegel (20x 20) dan jarak tanam legowo (30x25x larikan), namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan legowo (30x25x12,5) dan legowo (30x20x larikan). Sementara perlakuan jarak tanam tegel (25x25) menghasilkan gabah terendah dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sejalan dengan hasil penelitian Permadi (2003) bahwa penggunaan sisten tanam legowo mendapatkan hasil lebih tinggi dari jarak tanam tegel.

Peningkatan hasil padi gogo varietas Situ Patenggang dengan menggunakan jarak tanam dibandingkan dengan produksi padi gogo di Indonesia dan Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 3.

Penggunaan jarak tanam legowo (30x25x larikan), legowo (30x25x12,5), legowo (30x20x larikan), dan legowo (30x20x10) dapat meningkatkan hasil padi

gogo varietas Situ Patenggang

(9)

Tabel 3. Peningkatan hasil padi gogo Situ Patenggang dengan menggunakan jarak tanam

No. Perlakuan (cm) Hasil GKG

(ton/ha)

Peningkatan Hasil

Indonesia* Jawa Barat**

1 Tegel 25x25 2,22 c - - 2 Tegel 20x20 2,82 b 24,2 - 3 Legowo 30x25x12,5 3,05 ab 34,4 7,0 4 Legowo 30x20x10 3,29 a 44,9 15,4 5 Legowo 30x25x larikan 2,89 b 27,3 1,4 6 Legowo 30x20x larikan 3,10 ab 36,6 8,8

Keterangan: * = Hasil rata-rata Indonesia 2,27 ton/ha (BPS, 2007); ** = Hasil rata-rata Jawa Barat 2,85 ton/ha (BPS, 2007)

padi gogo di Indonesia 2,27 ton/ha dan Jawa Barat 2,85 ton/ha. Kenaikan hasil masing-masing jarak tanam dibandingkan dengan hasil rata-rata Indonesia yaitu 27,3%, 34%, 36,6% dan 44,9% dan rata-rata hasil di Jawa Barat masing-masing 1,4 %, 7%, 8,8% dan 15,4%.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Jarak tanam legowo (30x25x larikan), legowo (30x25x12,5), legowo 30x20x larikan, dan legowo (30x20x10) dapat meningkatkan hasil padi gogo varietas Situ Patenggang masing-masing sebanyak 27,3%, 34%, 36,6% dan 44,9% dibandingkan dengan hasil produksi rata-rata padi gogo di Indonesia dan 1,4 %, 7%, 8,8% dan 15,4% dibandingkan dengan hasil rata-rata di Jawa Barat. Jarak tanam legowo (30x20x10) dapat menghasilkan padi gogo sebanyak 3,29 ton/ha. Sedangkan hasil terendah diperoleh dengan menggunakan jarak tanam tegel (25x25 cm) sebesar 2,22 ton/ha.

Saran

Untuk meningkatkan hasil padi gogo di lahan kering disarankan menggunakan jarak tanam legowo (30x20x10) dengan varietas unggul baru Situ Patenggang.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, J. S. dan Supartini. 1995. Pengelolaan pupuk pada sistem usahatani lahan sawah. Makalah

disajikan dalam Apresiasi Metodologi Pengkajian Sistem Usahatani Berbasis Padi dengan Wawasan Agribisnis. Bogor, 7 - 9

September 1995. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor. Arafah. 2005. Pengaruh pemberian pupuk

organik dan an-organik terhadap pertumbuhan dan hasil padi sawah.

Jurnal Agrivigo, 4(2): 148-155.

Bakhri, S., S. Hardjosoewignjo, F. Rumawas dan A. S. Karama. 1994. Tumpangsari padi gogo dengan stilo (Stylosanthes guyanensi Abul) untuk produksi hijauan makanan ternak. Jurnal Agrikam, 9(2): 23-32.

BB Padi. 2007. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Padi. Badan Litbang Pertanian, Departermen Pertanian.

(10)

BPS. 2007. Jawa Barat dalam Angka. (on-line). http//www.bps.go.id/jawabarat diakses 27 Agustus 2008

Hastini, T. dan K. Permadi. 2007. Pengujian beberapa varietas unggul baru padi di dataran tinggi berpengairan teknis. Jurnal Agrivigor, 7(1): 26-31.

Krismawati, A. 2007. Kajian teknologi usahatani padi di lahan kering

kalimantan tengah. Jurnal

Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, 10(2): 84-94.

Masdar. 2007. Interaksi jarak tanam dan jumlah bibit per titik tanaman pada sistem intensifikasi padi terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman.

Jurnal Akta Agrosia, Edisi Khusus

(1): 92-98.

Nasruddin, R. dan Sunanto. 2005. Pengaruh pemupukan npk tablet

terhadap pertumbuhan dan

komponen hasil padi sawah. Jurnal

Agrivigor, 4(2): 126-130.

Okezie, I. A. and A. Ahissou. 1985. Effect of interrow spacing and weeding frequency on the performance of selected rice cultivars on hydromorphic soils of West Africa.

Crop Protection Jaournal, 4(1):

71-76.

Pahrudin, A. 2004. Cara tanam padi sistem legowo mendukung usaha tani di Desa Bojong, Cikembar, Sukabumi.

Buletin Teknik Pertanian, 9(1):

89-98.

Permadi. K., H.M. Toha dan K. Pirngadi. 2004. Pengaruh pupuk P-WSP36 dan N-Urea pada pertumbuhan dan hasil padi gogo Varietas Limboto dan Situ Bagendit. Jurnal Agrivigor, 3(3): 188-199.

Permadi, K. 2003. Pengaruh waktu aplikasi pupuk P dan K terhadap hasil padi sawah Varietas IR 64 yang di tanam dengan Sistem Legowo. Buletin

Penelitian Seri Hayati, 6(2): 49-54.

Pulung. 2007. Teknik pemberian pupuk silikat dan fosfat serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan padi gogo di rumah kaca. Buletin Teknik Pertanian, 12(2): 63-65.

Seginer, I. 2004. Plant spacing effect on the nitrogen concentration of a crop. European Journal of Agronomy, 21(3): 369-377.

Toha, H.M. 2007. Peningkatan

produktivitas padi gogo melalui penerapan pengelolaan tanaman terpadu dengan introduksi varietas unggul. Jurnal Penelitian Pertanian

Tanaman Pangan, 26(3): 180-186.

Yuniastuti, S., S.M. Sitompul dan Didik Suprayogo. 2009. Pemanfaatan model simulasi untuk kajian pengembangan padi gogo di sistem agroforestri. Jurnal Agrivita, 31(1): 91-101.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini upaya meningkatkan eksudat asam sitrat kecambah padi gogo varietas Situ bagendit adalah dengan memberi praperlakuan benih dengan cara perendaman benih

Tujuan kajian keragaan beberapa varietas unggul baru padi gogo di lahan sub-optimal Gunungkidul, Yogyakarta adalah mengembangkan penggunaan varietas unggul baru Inpago,

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa perlakuan perendaman benih dalam larutan asam askorbat 10% w/v dan 20% w/v tidak dapat meningkatkan pertumbuhan kecambah padi gogo varietas

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jarak tanam dengan sistem tanam jarwo 2:1 terhadap pertumbuhan dan produksi padi varietas Inpari IR Nutri

Lahan penelitian Daya Adaptasi Varietas Padi Gogo dan Padi Rawa di Lahan Ultisol, terdapat petakan percobaan dengan tanaman yang berumur 2 minggu setelah tanam..

kecenderungan bahwa varietas dengan jumlah anakan produktif yang tidak terlalu respons terhadap jarangnya jarak tanam, yang ditanam pada jarak tanam sempit

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa perendaman benih padi gogo varietas Situ bagendit dalam larutan asam sitrat 5 mM dan 10 mM asam sitrat tidak dapat meningkatkan

Pada penelitian ini digunakan larutan asam sitrat untuk meningkatkan eksudat asam organik kecambah padi gogo varietas Situ bagendit sehingga diharapkan dapat meningkatkan