• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PUSAT MATA NASIONAL RUMAH SAKIT MATA CICENDO

Laporan kasus : Pemilihan Lensa Kontak Pada Pasien Astigmatisme Disertai Mata Kering

Penyaji : Ludwig Melino Tjokrovonco

Pembimbing : dr. Susanti Natalya S., Sp.M(K)., MKes.

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh Pembimbing

dr. Susanti Natalya S., Sp.M(K)., MKes.

Selasa, 24 Mei 2018 Pukul 07.30 WIB

(2)

1

CONTACT LENSES SELECTION FOR ASTIGMATISM AND DRY EYES PATIENTS

ABSTRACT

Introduction : Astigmatism and dry eye in some cases make it hard to fit patient’s

contact lenses, therefore causing patient’s convenience more challenging to be reached.

Purpose : to report best contact lenses selection for astigmatism and dry eyes

patients.

Case Report : A 29 years old woman consulted to Refractive, Low Vision and

Contact Lens Unit at National Eye Center Cicendo Eye Hospital in 12th March 2018. Visual acuity for the right eye was 0.02 and left eye was CFFC. Best corrected visual acuity of the right eye was 0.25 using correction S-4.00 C-2.00 x 100 and the left eye was 0.2 using correction S-13.00 C-1.25 x 100. Near vision acuity was 0,8M at 30 cm without addition. Her OSDI score was 26, Schirmer test I 15mm in 5 minutes, and TBUT 8 s on both eyes. Patient was diagnosed as moderate visual impairment with bilateral compound myopic astigmatism and moderate dry eyes, pseudophakic and attached retina of right eye, and high myopia and refractive amblyopia of left eye. Patient was managed by a rigid gas permeable contact lenses.

Conclusion : RGP contact lenses provide clearer vision and better oxygen

permeability for astigmatism and dry eye patients, while soft contact lenses provide more convenience and faster adaptation for patients. Hybrid contact lenses should be considered even though in Indonesia its usage is still limited.

Keywords : astigmatism, dry eyes, rigid gas permeable, toric soft lens

I. Pendahuluan

Astigmatisme merupakan kelainan refraksi yang umum dialami oleh 4% hingga 30% dari populasi. Orang Asia dan Amerika menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok etnis lainnya. Penelitian oleh Opacic KC melaporkan dari 45% mata yang dikoreksi memiliki astigmatisme lebih dari 0.75 D, dan 2% memiliki astigmatisme lebih dari 3 D. Kacamata, lensa kontak, dan bedah refraktif merupakan beberapa alternatif untuk mengkoreksi astigmatisme. Kacamata paling sering digunakan untuk mengoreksi astigmatisme, namun penggunaan kacamata dapat menyebabkan timbulnya distorsi spasial akibat variasi magnifikasi gambar pada tiap meridian yang dapat timbul pada lensa kacamata astigmat. Penggunaan lensa kontak memiliki keunggulan

(3)

dibandingkan kacamata dimana efek magnifikasi gambar lebih minimal dan tidak menimbulkan distorsi spasial.1-4

Lensa kontak sudah sangat umum digunakan oleh banyak orang, baik untuk indikasi optik,therapeutik, prostetik maupun kosmetik. Lensa kontak berdasarkan jenisnya dibagi menjadi tipe keras, lunak, rigid gas permeable (RGP), dan hybrid. Penggunaan lensa kontak tipe keras sudah ditinggalkan karena bahan polymethylmethacrylate (PMMA) yang keras dan tidak permeabel terhadap oksigen. Lensa kontak lunak lebih sering dipilih karena proses adaptasi yang cepat dan lebih nyaman untuk pemakainya dibandingkan lensa RGP. Namun, lensa RGP memiliki keunggulan yaitu menghasilkan penglihatan yang lebih jernih dan stabil terutama dalam mengkoreksi astigmatisme.5-8

Penggunaan lensa kontak bukan berarti tanpa efek samping. Dry Eye Workshop Study II (DEWS II) tahun 2017 menyebutkan sekitar 50% pengguna lensa kontak mengeluhkan gejala mata kering. DEWS II juga menyebutkan bahwa mata kering akibat penggunaan lensa kontak dimasukkan dalam mata kering tipe evaporatif. Ketidaknyamanan dan rasa kering pada mata menjadi alasan utama penghentian penggunaan lensa kontak. Astigmatisme dan mata kering termasuk kondisi-kondisi yang memberikan tantangan tersendiri dalam pemilihan jenis dan material lensa kontak yang sesuai. Oleh karena itu, sejak beberapa tahun terakhir produsen lensa kontak terus berinovasi dalam mengembangkan bahan, desain, dan teknik perawatan lensa kontak untuk mengurangi keluhan-keluhan tersebut. Laporan kasus ini bertujuan untuk membahas bagaimana pemilihan lensa kontak yang tepat untuk pasien-pasien astigmatisme yang disertai mata kering.9-11

II. Laporan Kasus

Seorang wanita 29 tahun dikonsulkan ke Unit Refraksi, Low Vision dan Lensa Kontak Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo pada tanggal 12 Maret 2018 dari Unit Vitreoretina dengan pseudofakia OD + attached retina OD + suspek refraktif error OS. Awalnya pasien mengeluhkan mata kanan buram mendadak pada saat bangun tidur dan langsung berobat ke Unit Vitreoretina Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo pada 19 Mei 2017 kemudian

(4)

didiagnosis dengan retinal detachment OD + proliferatif vitreoretinopathy grade B-C + myopia gravior ODS. Pasien mengalami operasi pertama VPP+MP+EL+SO1300 mata kanan pada tanggal 2 Agustus 2017 dan operasi kedua untuk evakuasi silikon dan small incision cataract surgery (SICS) mata kanan pada tanggal 28 Desember 2017.

Pasien juga mengeluhkan kedua mata terasa lebih kering dan sering berair selama 3 bulan terakhir paska operasi. Pasien sebelumnya mempunyai riwayat menggunakan kacamata minus 15.00 D pada kedua mata sejak usia 12 tahun. Pasien juga pernah mencoba menggunakan soft contact lens, namun terkadang tidak nyaman dan timbul gejala iritasi. Pasien terakhir menggunakan lensa kontak lunak yang dibeli di optik 6 bulan yang lalu. Riwayat alergi disangkal, riwayat penyakit sistemik disangkal. Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga.

Pemeriksaan fisik pasien memperlihatkan keadaan umum baik, tanda vital dan status generalis dalam batas normal. Pemeriksaan objektif dengan refraktometer diperoleh hasil mata kanan S-5.00 C-2.75 x 105 dan mata kiri S-13.00 C-1.50 x 100. Pemeriksaan subjektif menggunakan ETDRS chart didapatkan visus dasar mata kanan 0.02 dengan koreksi terbaik S-4.00 C-2.00 x 100 didapatkan tajam penglihatan 0.25 dan visus dasar mata kiri CFFC dengan koreksi terbaik S-13.00 C-1.25 x 100 didapatkan tajam penglihatan terbaik 0.2. Pemeriksaan penglihatan dekat secara binokuler didapatkan hasil 1.6 M dalam jarak 30 cm tanpa pemberian adisi. Jarak antar pupil untuk penglihatan jauh 62 mm.

Pemeriksaan status oftalmologis menunjukkan posisi kedua mata orthotropia. Pergerakan bola mata baik ke segala arah pada kedua mata. Tekanan intraokuler mata kanan dengan non contact tonometer sebesar 15 mmHg dan mata kiri sebesar 14 mmHg. Pemeriksaan segmen anterior kedua mata dengan slit lamp didapatkan lensa intraokular posterior chamber, lain-lain dalam batas normal. Pemeriksaan Amsler, Ishihara, dan sensitivitas kontras dengan kartu Hiding Heidi pada kedua mata dalam batas normal. Penilaian mata kering secara subjektif dengan skor Ocular Surface Disease Index (OSDI) didapatkan sebesar 26 poin. Penilaian kualitas air mata pada kedua mata dengan tes Schrimer 1 15mm/5 menit dan tes tear break up time (TBUT) didapatkan 8 detik. Pemeriksaan funduskopi

(5)

didapatkan attached retina pada mata kanan dan myopic fundus pada kedua mata. Pasien didiagnosa dengan moderate visual impairment + myop gravior OS + astigmatisme myopia compositus ODS + pseudofakia OD + attached retina OD + ambliopia refraktif OS + moderate dry eye ODS. Pasien disarankan menggunakan lensa kontak tipe rigid gas permeable (RGP).

Proses fitting lensa kontak RGP dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan refraksi dan keratometer. Tiga parameter yang harus diukur saat fitting adalah diameter, base curve, dan kekuatan (power) lensa kontak yang akan digunakan oleh pasien. Pengukuran diameter lensa kontak RGP didapatkan berdasarkan diameter horizontal iris (HVID) dikurangi 2 mm. HVID pasien sebesar 11 mm sehingga diameter lensa kontak RGP yang digunakan sebesar 9 mm. Pemeriksaan keratometer dilakukan untuk menilai base curve lensa kontak yang akan digunakan oleh pasien. Hasil keratometer didapatkan nilai K1 (horizontal) dan K2 (vertikal) yang dihitung dalam dioptri dan milimeter sebagai berikut : OD nilai K1 = 7.62 mm / 44.25 D dan nilai K2 = 7.29 mm / 46.25 D. OS nilai K1 = 7.45 mm / 45.25 D dan nilai K2 = 7.25 mm / 46.50 D.

Hasil pemeriksaan keratometer pada pasien ini selanjutnya dikonversi dengan memperhitungkan nilai astigmat kornea yang terdapat pada pasien dengan menggunakan tabel nomogram seperti pada gambar tabel 2. Setiap nomogram memiliki nilai yang berbeda-beda tergantung produsen yang menghasilkan lensa kontak RGP. Lensa kontak RGP trial yang tersedia di unit Lensa Kontak Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo adalah lensa kontak RGP Menicon EX. Lensa kontak ini memiliki diameter 9.2 mm dengan power -4.00 dioptri dan base curve antara 7.20 – 8.40.

Tabel 2. Normogram Lensa Kontak Menicon EX

Astigmat Kornea D = 8.8 mm D = 9.2 mm D = 9.6 mm

0.00 – 0.75 D BC = flat K 0.25 D flatter 0.50 D flatter

1.00 – 1.75 D 0.25 D steeper BC = flat K 0.25 D flatter

2.00 – 2.50 D 0.50 D steeper 0.25 D steeper BC = flat K

>2.50 Disarankan lensa torik RGP

(6)

Hasil pemeriksaan refraksi memperlihatkan nilai astigmat kornea pasien pada mata kanan sebesar -2.00 D dan mata kiri sebesar -1.50 D. Nilai astigmat kornea tersebut bila dikonversi ke dalam tabel nomogram Menicon EX dengan diameter 9,2 mm akan diperoleh nilai base curve OD 0.25 D steeper dibandingkan nilai flat K dan base curve OS sama dengan nilai flat K. Pasien dilakukan fitting dengan lensa kontak RGP trial diameter 9.2 mm, base curve OD 7.55 mm dan OS 7.45 mm dengan kekuatan -4.00 D. Untuk menentukan kekuatan lensa kontak yang akan diberikan maka harus dilakukan overrefraksi terlebih dahulu.

Gambar 2. Lensa kontak RGP pada mata kiri tanpa fluoresein (kiri); dengan fluoresein pada mata kiri (tengah kiri); lensa kontak RGP pada mata kanan tanpa fluoresein (tengah kanan); dengan fluoresein pada mata kanan (kanan)

Dikutip dari: RS Mata Cicendo

Overrefraksi pada mata kanan dengan trial lens didapatkan hasil plano sehingga total kekuatan lensa kontak yang diberikan untuk mata kanan sebesar -4.00 D + 0 D = S – -4.00 D. Overrefraksi pada mata kiri dengan trial lens didapatkan nilai S-9.00 D. Hasil ini kemudian dikonversi dengan menggunakan tabel koreksi jarak vertex, sehingga diperoleh hasil -8.25 D. Sehingga total kekuatan lensa kontak yang diberikan untuk mata kiri sebesar -4.00 D + (-8.25 D) = S - 12.25 D. Evaluasi fitting lensa kontak dilakukan dengan pemeriksaan slit lamp untuk melihat sentrasi, pergerakan dan pola perwarnaan fluoresein. Hasil pemeriksaan slit lamp menunjukkan sentrasi baik, pergerakan lensa kontak saat mata berkedip dalam batas toleransi yaitu 1-2 mm dan pola pewarnaan fluoresein dalam batas normal seperti pada gambar 2.

(7)

III. Diskusi

Kelainan refraksi mempengaruhi sebagian besar populasi di seluruh dunia, tanpa memandang usia, jenis kelamin, dan kelompok etnis. Kelainan refraksi timbul apabila sinar masuk ke dalam mata tidak jatuh tepat pada retina. Kelainan refraksi terdiri dari myopia,hipermetropia, dan astigmatisme. Kelainan refraksi yang timbul pada pasien dapat mencakup lebih dari satu jenis kelainan refraksi. Perbedaan kelainan refraksi pada kedua mata disebut anisometropia. Anisometropia dapat dibedakan berdasarkan kelainan refraksinya menjadi isoanisometropia apabila kelainan refraksi pada kedua mata sama-sama hipermetropia (anisohipermetropia) atau miopia (anisomiopia) dan antimetropia apabila satu mata mengalami miopia dan lainnya hipermetropia.1,5,7

Anisometropia juga dapat diklasifikasikan menurut besarnya perbedaan kelainan refraksi pada kedua mata, yaitu anisometropia rendah, sedang dan tinggi. Anisometropia rendah adalah keadaan perbedaaan kelainan refraksi antara kedua mata yang kurang dari 2 dioptri dan umumnya dapat ditoleransi dengan pemberian kacamata. Anisometropia sedang adalah anisometropia dengan perbedaan kelainan refraksi antara kedua mata berkisar 2 hingga 6 dioptri dan pasien cenderung memiliki kesulitan dalam penglihatan binokular. Pada anisometropia tinggi perbedaan kelainan refraksi pada kedua mata mencapai lebih dari 6 dioptri dan pasien umumnya tidak memiliki gejala akibat adanya supresi sentral.1,4,5

Pasien diatas mengalami anisometropia tinggi karena terdapat perbedaan ukuran kelainan refraksi antara mata kanan dan mata kiri sebesar 8.5 dioptri. Anisometropia pada dewasa yang lebih dari 3 dioptri akan menyebabkan aniseikonia yang ditandai perbedaan ukuran bayangan pada kedua mata. Hal ini umumnya tidak dapat ditoleransi dengan koreksi kacamata. Ukuran bayangan yang terbentuk di retina dipengaruhi oleh jarak vertex lensa koreksi. Salah satu cara untuk mengurangi aniseikonia dapat dilakukan dengan mengurangi jarak vertex. Lensa kontak memiliki jarak vertex yang lebih pendek dibandingkan kacamata, sehingga ukuran bayangan yang dibentuk pada lensa kontak tidak banyak mengalami perubahan dibandingkan dengan kacamata. Pemberian lensa

(8)

kontak menjadi pilihan tatalaksana pada kasus-kasus anisometropia untuk mengurangi timbulnya anisekonia seperti pada pasien ini.1,3-5

Lensa kontak sebagai salah satu metode dalam penanganan kelainan refraksi memiliki 4 parameter seperti lensa konvensional, yaitu kurvatura permukaan posterior (base curve), kurvatura permukaan anterior (power curve), diameter dan power. Berbeda dengan lensa kacamata, bentuk permukaan posterior lensa kontak didesain sedemikian rupa sehingga memiliki kesesuaian dengan permukaan anterior kornea. Indikasi pemberian lensa kontak terdiri dari indikasi optik, therapeutik, kosmetik dan prostetik. Indikasi pemberian lensa kontak pada kasus diatas adalah untuk indikasi optik yaitu menangani anisometropia tinggi disertai myopia dan astigmatisme.7,8,13,14

Pembagian jenis lensa kontak berdasarkan fleksibilitasnya terdiri dari lensa kontak keras, lunak, rigid gas permeable (RGP) dan hybrid. Lensa kontak keras yang terbuat dari bahan polymethylmethacrylate (PMMA) yang keras dan tidak permeable terhadap oksigen sehingga pemakaiannya sudah ditinggalkan dan digantikan oleh RGP. Lensa kontak RGP bersifat lebih fleksibel dibandingkan PMMA dan bersifat permeabel terhadap oksigen dengan variasi nilai Dk/t 20 hingga 250. Beberapa lensa kontak RGP dapat digunakan untuk penggunaan dalam waktu yang lama (overnight/ extended wear).3,8,13-15

Beberapa kondisi seperti astigmatisme, mata kering, keratokonus, giant papillary conjunctivitis, paska bedah refraktif, dan presbiopia merupakan kondisi-kondisi yang memiliki tingkat kesulitan cukup tinggi dalam proses fitting lensa kontak yang tepat. Sulit bukan berarti pasien tidak dapat menggunakan lensa kontak. Pada kasus diatas pasien memiliki astigmatisme yang disertai adanya mata kering sehingga dibutuhkan pertimbangan yang baik dalam menentukan lensa kontak yang sesuai.7,13,14

Pasien dengan astigmatisme perlu dipertimbangkan pemilihan lensa kontak yang tepat sesuai dengan besar astigmatismenya seperti pada tabel 3. Pasien ini memiliki astigmatisme sebesar 1-2 D sehingga lensa kontak yang dapat diberikan adalah lensa kontak lunak torik atau lensa kontak RGP sferis. Lensa kontak torik merupakan lensa kontak yang didesain khusus untuk mengkoreksi astigmatisme.

(9)

Lensa kontak lunak torik pada pasien dengan astigmatisme lebih dari 0.75 D akan menghasilkan tajam penglihatan yang lebih baik dibandingkan lensa kontak lunak sferis. Lensa kontak lunak torik juga diindikasikan pada pasien dengan power silinder yang lebih dari 25% power sferisnya sesuai dengan ‘Rule of four’. Namun, lensa kontak lunak torik dapat memberikan tajam penglihatan yang bervariasi akibat timbulnya rotasi dari lensa pada saat pergerakan bola mata dan mengedip. Misalignment antara lensa kontak torik dan astigmatisme okular akan menghasilkan residual astigmatisme yang signifikan.5,13,16,17

Tabel 3.1. Astigmatisme dan Pilihan Lensa Kontak

Besar Astigmatisme Pilihan Lensa Kontak Terbaik

Kurang dari 1 D Lensa kontak lunak sferis atau RGP

1-2 D Lensa kontak lunak torik atau RGP sferis

2-3 D Lensa kontak lunak torik custom atau RGP sferis

Lebih dari 3 D RGP torik atau lensa kontak lunak torik custom Sumber : Weisenthal RW5

Yunard et al menyebutkan lensa kontak RGP menghasilkan kualitas penglihatan yang lebih baik dalam mengkoreksi astigmatisme dibandingkan lensa kontak lunak torik dan kacamata. Lensa RGP sferis mampu mengkoreksi astigmatisme kornea sampai 3 D meskipun demikian astigmatisme diatas 2 D mulai dipertimbangkan untuk menggunakan lensa kontak RGP torik. Pemakaian lensa kontak RGP pada awalnya sering menimbulkan rasa tidak nyaman sehingga membutuhkan masa adaptasi yang lebih lama dan adanya kesulitan dalam fitting lensa kontak. Pasien ini disarankan untuk menggunakan lensa kontak RGP karena kualitas penglihatan yang dihasilkan lebih baik dan dapat mengkoreksi astigmatisme. Penggunaan lensa kontak lunak tidak disarankan karena pasien memiliki pengalaman tidak nyaman sebelumnya.1,2,5,16

Penggunaan lensa kontak tidak terlepas dari beberapa kontraindikasi seperti salah satunya adalah mata kering. Mata kering derajat ringan-sedang merupakan kontraindikasi relatif menggunakan lensa kontak sedangkan mata kering derajat berat merupakan kontraindikasi mutlak terhadap penggunaan lensa kontak, kecuali lensa kontak terapeutik pada kasus-kasus tertentu. Dry Eye Workshop

(10)

Study II (DEWS II) tahun 2017 menyebutkan sekitar 50% pengguna lensa kontak mengeluhkan gejala mata kering. Rumpakis J menyebutkan baik di Amerika, Eropa, Asia maupun Afrika, rasa tidak nyaman menduduki peringkat pertama alasan seseorang menghentikan penggunaan lensa kontak yaitu sebesar 41.9% - 52.9% disamping penglihatan yang kurang jernih (3.8% - 17.5%) dan harga yang mahal (11.6% - 17.5%).5,8-11,18

Studi oleh University of Waterloo di Amerika juga menyebutkan ketidaknyamanan timbul pada 40 % pengguna lensa kontak lunak dan 58% pengguna lensa kontak keras. Studi tersebut juga menyebutkan rasa kering timbul pada 10% pengguna lensa kontak lunak dan pada 11% pengguna lensa kontak keras. Pada kasus di atas, pasien mengeluhkan adanya rasa mengganjal yang hilang timbul pada kedua mata. Penilaian dengan skor Ocular Surface Disease Index (OSDI) didapatkan sebesar 26 poin. Pemeriksaan oftalmologis menunjukkan adanya TBUT 8 detik pada kedua mata. Berdasarkan DEWS II maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita mata kering derajat sedang dan dapat diberikan lensa kontak dengan beberapa pertimbangan khusus.9-11,19

Pemilihan lensa kontak pada mata kering harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu material, permeabilitas oksigen (Dk/t), kadar air, dan wettability dari lensa kontak itu sendiri. Lensa kontak RGP dan lensa kontak lunak silikon hidrogel dapat menjadi pilihan untuk pasien dengan mata kering. Lensa kontak RGP umumnya menggunakan material fluorinated silicone acrylate sedangkan lensa kontak silikon hidrogel merupakan kombinasi material silikon dengan monomer hidrogel. Silikon bersifat hidrofobik dan mampu mengikat oksigen lebih baik dibandingkan hidrogel yang bersifat hidrofilik. Transpor oksigen pada lensa kontak hidrogel bergantung pada kadar air dalam lensa kontak tersebut. Semakin tinggi kadar air pada lensa kontak hidrogel maka semakin baik transpor oksigennya namun hal ini akan menyebabkan absorpsi air dari permukaan mata juga semakin tinggi sehingga menyebabkan kekeringan pada mata.3,5,8,15,20 Pemilihan material ini erat hubungannya dengan tingkat permeabilitas oksigen dari suatu lensa kontak. Lensa kontak RGP dan silikon hidrogel rata-rata memiliki kadar Dk/t yang sangat tinggi lebih dari 100 sehingga mampu mencegah hipoksia

(11)

pada kornea pasien. Lensa kontak RGP juga memiliki kadar air yang rendah kurang dari 4% dibandingkan dengan kadar air lensa kontak hidrogel sebesar 38-75% dan silikon hidrogel sebesar 24-48%. Kadar air yang rendah baik untuk pasien dengan mata kering karena lensa tidak banyak mengikat air dari permukaan mata sehingga meminimalisir timbulnya kekeringan pada mata. Lensa kontak RGP dipilih pada pasien ini karena selain menghasilkan penglihatan yang lebih jernih, lensa kontak RGP memiliki kadar air rendah, wettability dan permeabilitas oksigen yang lebih baik dibandingkan lensa kontak lunak.3,6,8,15,20

Saat ini sudah dikembangkan lensa kontak hybrid, dimana lensa ini menggabungkan lensa kontak RGP di bagian sentral dan lensa kontak lunak di bagian perifermya. Lensa hybrid memiliki keunggulan menghasilkan penglihatan yang jernih seperti lensa kontak RGP dan memiliki tingkat kenyamanan yang tinggi yang dihasilkan dari lensa kontak lunak. Lensa hybrid memiliki tingkat permeabilitas oksigen yang sangat tinggi mengingat lensa ini terdiri dari material fluorinated silicone acrylate di bagian sentral dan silikon hidrogel di bagian perifernya. Lensa hybrid ini bisa menjadi alternatif pilihan yang baik untuk kasus-kasus astigmatisme disertai mata kering. Pada kasus-kasus diatas diputuskan pasien diberikan lensa RGP untuk koreksi visualnya dikarenakan penggunaan lensa hybrid di Indonesia masih sangat terbatas dan harganya yang cukup mahal.21-3 Prognosis pada pasien ini adalah quo ad vitam ad bonam, quo ad functionam dubia dan quo ad sanationam dubia mengingat dibutuhkan waktu adaptasi yang lebih lama dan tingkat kenyamanan dari lensa kontak RGP. Edukasi mengenai penggunaan rutin tetes air mata buatan non preservatif, cara membersihkan dan perawatan lensa kontak merupakan hal yang penting disampaikan pada pasien pengguna lensa kontak. Hal ini bertujuan untuk meminimalisir rasa tidak nyaman yang mungkin timbul.24-6

IV. Kesimpulan

Pemberian lensa kontak memiliki keunggulan dbandingkan kacamata pada kasus-kasus anisometropia tinggi. Namun, beberapa kondisi hard to fit seperti pada astigmatisme dan mata kering memerlukan pemilihan tipe dan material lensa

(12)

kontak secara lebih bijak. Lensa kontak RGP menghasilkan penglihatan yang lebih jernih dan permeabilitas oksigen yang lebih baik untuk kasus astigmatisme dan mata kering dibandingkan lensa kontak lunak torik, meskipun lensa kontak lunak memberikan kenyamanan dan adapatasi yang lebih cepat. Peranan lensa kontak hybrid juga harus dipertimbangkan mengingat lensa kontak hybrid mampu menggabungkan keunggulan lensa kontak RGP dan lensa kontak lunak meskipun penggunaan di Indonesia masih terbatas.

(13)

12

DAFTAR PUSTAKA

1. Opacic KC. Correction of astigmatism with contact lenses. Acta Clinica Croatica 2012;51(2):305-7.

2. Twa M, Moreira S. Astigmatism and Toric Contact Lenses. Dalam : Contact Lenses in Opthalmic Practice. New York : Springer; 2004. Hal 90-108.

3. Chaudhry M. Contact Lens Primer. New Delhi : Jaypee Brothers; 2007. Hal 50-8, 79-80, 99-120

4. Read SA, Vincent SJ, Collins MJ. The visual and functional impacts of astigmatism and its clinical management. Ophthalmic & Physiological Optics: the Journal of the British College of Ophthalmic Opticians (Optometrists) 2014;34(3):267-94.

5. Weisenthal RW, et al. Section 2 : Clinical Optics. Dalam: Basic Science and Clinical Course. USA: American Academy of Ophthalmology; 2016. Hal 134–65.

6. Filho RG, Giovedi MA, Nichols JJ. Design and Nomenclature of Contact Lenses. Dalam : Contact Lenses in Opthalmic Practice. New York : Springer; 2004. Hal 1-6.

7. Gasson A, Morris J. The Contact Lens Manual : A Practical Guide to Fitting. Edisi ke-4. London : Butterworth Heinemann Elsevier; 2010. Hal 75-108. 8. Efron N. Contact Lens Practice. Edisi ke-3. London : Elsevier; 2018. Hal

95-102, 115-22

9. Craig JP, et al. TFOS DEWS II Report Excecutive Summary. Ocul Surf 2017;15:269-649.

10. Nichols JJ, et. al. The TFOS Workshop on contact lens discomfort. Invest Ophthalmol Vis Sci 2013;54(11):1-156.

11. Rumpakis J. New Data on Contact Lens Dropouts: An International Perspective. [Diunduh 13 Mei 2017]. Tersedia dari

https://www.reviewofoptometry.com/article/new-data-on-contact-lens-dropouts-an-international-perspective

12. Thomas D. Menicon Contact Lenses and Care Products. [Diunduh 13 Mei 2017]. Tersedia dari https: //www.sightcare.co.uk/downloads/ Menicon% 20standard%20Price%20list%202018.pdf

13. Lima CA, Jose NK, Nichols JJ. Indications, Contraindications, and Selection of Contact Lenses. Dalam : Contact Lenses in Opthalmic Practice. New York : Springer; 2004. Hal 7-16.

14. Jurkus JM. Patient Selection for Contact Lens Wear. Dalam : Manual of Contact Lens Prescribing and Fitting. Missouri : Butterworth Heinemann Elsevier;2006. Hal 89-97

15. Woods CA, Bruce AS. Gas-Permeable Lens Materials. Dalam : Manual of Contact Lens Prescribing and Fitting. Missouri : Butterworth Heinemann Elsevier;2006. Hal 203-14

16. Yunard A, Rahayu T. Comparison of Rigid Gas Permeable and Toric Soft Lens for Correcting Astigmatism. Ophthalmol Ina 2016;42(1):21-6.

(14)

17. Sulley A, Young G, Lorenz KO, Hunt C. Clinical evaluation of fitting toric soft contact lenses to current non-users. Ophthalmic & Physiological Optics: the Journal of the British College of Ophthalmic Opticians (Optometrists) 2013;33(2):94-103.

18. Weisenthal RW, et al. Section 8 : External Disease and Cornea. Dalam: Basic Science and Clinical Course. USA: American Academy of Ophtalmology; 2016. Hal. 49-56, 75-6.

19. Sullivan B, et al. Correlations between commonly used objective signs and symptoms for the diagnosis of dry eye disease: clinical implications. Acta Ophthalmol. 2014;92(2):161-6.

20. Keir N, Jones L. Wettability and silicone hydrogel lenses: a review. Eye Contact Lens. 2013;39(1):100-8.

21. Hassani M, et al. A Comparison of The Visual Acuity Outcome Between Clearkone and RGP Lenses. Journal of Current Opthalmology 2018;30:85-6. 22. Pilskalns B, et al. Oxygen Demands with Hybrid Contact Lenses. Optom Vis

Sci 2007;84:334-42.

23. Sicks LA. Hybrid Lens Basics. American Optometric Association; 2016. 24. Richdale K, et al. Frequency of and factors associated with contact lens

dissatisfaction and discontinuation. Cornea. 2007;26(2):168-74.

25. Tilia D, et al. Effect of lens and solution choice on the comfort of contact lens wearers. Optom Vis Sci. 2013;90(5):411–8.

26. Ramamoorthy P, Nichols JJ. Compliance factors associated with contact lens-related dry eye. Eye Contact Lens. 2014;40(1):17-22

Gambar

Gambar  2.  Lensa  kontak  RGP  pada  mata  kiri  tanpa  fluoresein  (kiri);  dengan   fluoresein pada mata kiri (tengah kiri); lensa kontak RGP pada mata  kanan  tanpa fluoresein  (tengah  kanan);  dengan fluoresein  pada  mata  kanan (kanan)

Referensi

Dokumen terkait

Individu dengan kelainan penglihatan warna akan menghasilkan pola kesalahan yang khas, nomor, dan posisi kesalahan dapat digunakan untuk mengarahkan diagnosis dan

Pada kasus pertama pasien langsung disarankan pemeriksaan untuk penegakkan diagnosis dan tatalaksana kemoterapi, namun pada kasus kedua pasien tidak datang untuk kontrol

Manfaat yang dimiliki hand magnifier adalah harga relatif lebih murah, dapat mengatur jarak antara mata dan objek secara fleksibel, dan ringan sehingga mudah

Prosedur anestesi umum pada tatalaksana laserasi kanalikuli dengan COVID-19 dapat dihindari, apabila tidak terdapat trauma berat di daerah lain.. Teknik anestesi MAC

Gambaran katarak traumatika dapat beragam, mulai dari robekan kecil di kapsul anterior yang menyebabkan katarak lokal, hingga kekeruhan total dengan material lensa

Pemeriksaan segmen anterior mata kiri didapatkan hasil palpebra superior dan inferior blefarospasme, konjungtiva bulbi terdapat injeksi siliar, kornea donor intak dengan

Fungsi lapisan musin adalah mengubah epitel kornea dari yang bersifat hidrofobik menjadi hidrofilik, berinteraksi dengan lapisan lipid untuk menurunkan tegangan

Blok Diagram Secara Keseluruhan Dari gambar 1, sistem kerja navigasi kapal laut berbasis image processing metode color detection terdiri dari 2 blok utama yaitu blok perangkat