• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

8   

BAB II

LANDASAN TEORI

II.1 Perusahaan Pembiayaan

II.1.1 Pengertian Perusahaan Pembiayaan (Multifinance)

Perusahaan pembiayaan merupakan suatu entitas yang kegiatan utamanya bergerak dalam jasa keuangan seperti sewa guna usaha (leasing), anjak piutang (factoring), usaha kartu kredit (credit card), dan pembiayaan konsumen (consumer financing). Jenis-jenis kegiatan yang ditawarkan perusahaan pembiayaan sekilas hampir sama dengan apa yang ditawarkan oleh Bank, hanya saja perusahaan pembiayaan menyajikan porsi kredit yang lebih kecil kecil dibandingkan dengan porsi yang disalurkan oleh Bank.

Menurut Keputusan Presiden RI nomor 61 tahun 1988 :

“Lembaga Pembiayaan adalah badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Kegiatan lembaga pembiayaan termasuk :

‐ Sewa guna usaha ‐ Modal ventura

‐ Perdagangan surat berharga ‐ Anjak piutang

(2)

9 ‐ Usaha kartu kredit

‐ Pembiayaan konsumen

Kegiatan tersebut dapat dilakukan oleh Bank, Lembaga Keuangan Bukan Bank, dan perusahaan pembiayaan”.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI nomor 448/KMK.017/2000 :

“Perusahaan Pembiayaan adalah badan usaha di luar Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank yang khusus didirikan untuk melakukan kegiatan yang termasuk dalam bidang usaha Lembaga Pembiayaan”.

Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008) aset yang diambil alih (AYDA) adalah aset yang diperoleh perusahaan pembiayaan baik melalui pelelangan, maupun diluar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual agunan diluar lelang. Hal ini dapat terjadi apabila nasabah tidak memenuhi kewajibannya kepada perusahaan pembiayaan untuk melunasi perjanjian kredit yang telah disepakati.

Allowance for bad debt account (ABDA) adalah cadangan terhadap kemungkinan kerugian yang timbul akibat tidak tertagihnya piutang. Didalam perusahaan pembiayaan, ABDA merupakan kredit konsumen yang tidak dapat ditagih (bermasalah) yang diklasifikasikan sebagai biaya. Terdapat dua metode untuk memperhitungkan kredit bermasalah, yaitu :

1. Direct write-off method 2. Allowance method

(3)

10 Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP non-performing loan (NPL) adalah kredit pinjaman nasabah dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet. Kredit kurang lancar ditandai dengan menurunnya kemampuan nasabah perusahaan pembiayaan dalam membayar bunya dan pokok pinjaman sesuai schedule yang telah ditetapkan. Nasabah dikatakan nasabah NPL apabila dia telah menunggak pembayaran lebih dari 90 hari. NPL dapat dipengaruhi oleh :

a. Kemauan atau itikad baik nasabah

b. Kebijakan pemerintah dan Bank Indonesia c. Kondisi perekonomian

Account non starter (NS) merupakan nasabah perusahaan pembiayaan yang mengalami kendala dalam melakukan pembayaran pokok hutang beserta bunga sesuai dengan tanggal pembayaran yang telah disepakati. Nasabah dikatakan NS apabila telah menunggak pembayaran sampai dengan 60 hari.

II.1.2 Kegiatan Usaha Perusahaan Pembiayaan

Kegiatan perusahaan pembiayaan merupakan sebagian kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan. Dalam pasal 2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 tentang perusahaan pembiayaan, disebutkan bahwa bentuk kegiatan usaha dari perusahaan pembiayaan antara lain :

a. Sewa Guna Usaha

Sewa guna usaha (leasing) merupakan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk

(4)

11 digunakan oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembiayaan secara angsuran.

Kegiatan sewa guna usaha dilakukan dalam bentuk pengadaan barang modal bagi penyewa guna usaha, baik dengan maupun tanpa hak opsi untuk membeli barang tersebut. Pengadaan barang modal dapat juga dilakukan dengan cara membeli barang penyewa guna usaha yang kemudian disewagunausahakan kembali. Selama perjanjian sewa guna usaha (leasing) masih berlaku, hak milik atas barang modal objek transaksi sewa guna usaha berada pada Perusahaan Pembiayaan.

b. Anjak Piutang

Anjak piutang (factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut dengan pengurusan atas piutang tersebut. Dalam pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan, dijelaskan bahwa kegiatan anjak piutang dilakukan dalam bentuk piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut.

Kegiatan anjak piutang tersebut, dapat dilakukan dalam bentuk anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang (without recourse) dan anjak piutang dengan jaminan dari penjual piutang (with recourse). Anjak piutang tanpa jaminan dari penjual piutang (without recourse) adalah kegiatan anjak piutang dimana perusahaan pembiayaan menanggung seluruh resiko tidak tertagihnya piutang. Sedangkan anjak piutang dengan jaminan dari penjual piutang (with recourse) adalah kegiatan anjak piutang dimana penjual piutang

(5)

12 menanggung resiko tidak tertagihnya sebagian atau seluruh piutang yang dijual kepada Perusahaan Pembiayaan.

c. Usaha Kartu Kredit

Usaha kartu kredit (credit card) adalah kegiatan pembiayaan untuk pembelian barang dan/atau jasa dengan menggunakan kartu kredit. Kegiatan usaha kartu kredit dilakukan dalam bentuk penerbitan kartu kredit yang dapat dimanfaatkan oleh pemegangnya untuk pembelian barang dan/atau jasa. Perusahaan pembiayaan yang melakukan kegiatan usaha kartu kredit, sepanjang berkaitan dengan sistem pembayaran wajib mengikuti ketentuan Bank Indonesia.

d. Pembiayaan Konsumen

Pembiayaan konsumen (consumer finance) adalah kegiatan pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran. Kegiatan pembiayaan konsumen dilakukan dalam bentuk penyediaan dana untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan pembayaran secara angsuran.

Kebutuhan konsumen yang dimaksud adalah : ‐ Pembiayaan kendaraan bermotor ‐ Pembiayaan alat-alat rumah tangga ‐ Pembiayaan barang-barang elektronik ‐ Pembiayaan perumahan

(6)

13 PSAK 30 (Sewa)

Di dalam PSAK 30 dikatakan bahwa sewa (lease) adalah suatu perjanjian dimana lessor memberikan haknya kepada lessee untuk menggunakan suatu aset selama periode waktu yang telah disepakati. Sebagai imbalannya, lessee melakukan serangkaian pembayaran kepada lessor.

Dalam sewa pembiayaan, lesssor mengakui aset berupa piutang sewa pembiayaan di neraca sebesar jumlah yang sama dengan investasi sewa neto tersebut. Perlakuan terhadap aset dalam sewa pembiayaan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk dijual adalah sebagai berikut :

• Disajikan sebagai aset sewa untuk dijual.s

• Diukur sebesar nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatatnya dan nilai wajar setelah dikurangi beban penjualan aset tersebut.

• Diungkapkan dalam laporan keuangan untuk memungkinkan evaluasi dampak keuangan dari adanya perubahan penggunaan aset.

II.1.3 Tujuan Perusahaan Pembiayaan

Tujuan dari perusahaan pembiayaan adalah mendirikan dan menjalankan usaha-usaha di bidang lembaga pembiayaan yaitu kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut perusahaan dapat melaksanakan kegiatan usaha di bidang keuangan, yaitu sewa guna usaha, kartu kredit, anjak piutang, dan pembiayaan konsumen.

(7)

14 II.1.4 Peraturan Perusahaan Pembiayaan

1. Kelembagaan

- Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan

- Peraturan Menteri Keuangan No. 84/PMK.012/2006 Perusahaan Pembiayaan

2. Pemeriksaan

- Peraturan Menteri Keuangan No 166/PMK.010/2008 tentang Pemeriksaan Perusahaan Pembiayaan

3. Know Your Customer (P4MN)

- Peraturan Menteri Keuangan No 30/PMK.010/2010 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan Non Bank

4. Fit dan Proper

- Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor Per -03/BL/2008 tentang Penilaian Kemampuan dan Kepatuhan Bagi Anggota Direksi dan Dewan Komisaris Perusahaan Pembiayaan

II.2 Pengendalian Internal

II.2.1 Pengertian Pengendalian Internal

Menurut Warrens, Reeve, dan Fees (2006:235) pengendalian internal merupakan kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva perusahaan dari penyalahgunaan, dan memastikan bahwa informasi usaha yang disajikan akurat dan memastikan bahwa hukum beserta peraturan telah diikuti.

(8)

15 Menurut Committee of Sponsoring Organizations (COSO) of Treadway Commission Report, seperti dikutip oleh Bagnaroff, Moscove, Simkin (2001) yaitu :

“A process, effected by a board of directors, management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives in the following categories-effectiveness and efficiency of operations,. Reliability of financial reporting, and compliance laws and regulations Or Internal controls are the tools that managers use (but are often not taught) to help achieve their business objective in the following categories:

- Effectiveness and efficiency of operations - Reliability of financial reporting

- Compliance with external laws and regulations”

Definisi diatas dapat diartikan sebagai pengendalian internal adalah alat yang digunakan oleh para manajer (tetapi jarang diajarkan) untuk membantu dalam pencapaian tujuan usaha mereka dalam kategori berikut ini :

‐ Efektivitas dan efisiensi operasional

‐ Keandalan dari laporan keuangan

‐ Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

Pengendalian internal menurut IAI (2001:319.2):

Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personel lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini :

a. Keandalan laporan keuangan b. Efektifitas dan efisiensi operasi

(9)

16 Dari definisi diatas dapat diartikan bahwa pengendalian internal adalah alat bagi manajemen untuk menjaga kekayaan organisasi, meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja organisasi, dan sebagai alat manajemen untuk mengendalikan ketelitian dan akurasi pencatatan data akuntansi.

II.2.2 Tujuan Pengendalian Internal

Menurut Mulyadi (2001) tujuan pengendalian internal dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Pengendalian internal akuntansi (internal accounting control)

Meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk menjaga kekayaan organisasi dan memeriksa ketelitian dan keandalan data akuntansi. Pengendalian internal akuntansi yang baik akan menjamin kekayaan para investor dan kreditur yang ditanamkan dalam perusahaan serta menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya.

2. Pengendalian internal administrative (internal administrative control)

Meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan terutama untuk mendorong efisiensi dan dipatuhinya kebijakan manajemen. Tujuan pengendalian internal terhadap kredit adalah untuk mengatur kegiatan pemberian kredit agar dapat mengurangi risiko terjadinya kegagalan pengkreditan dan mengurangi terjadinya kredit macet. Kredit memiliki risiko yang cukup tinggi apabila terjadi kemacetan pada saat pemberian kredit. Untuk mengurangi risiko terjadinya kemacetan kredit pada

(10)

17 saat jatuh tempo perusahaan harus menjalankan pengendalian internal terhadap kreditnya secara efektif.

Selain itu pengendalian internal yang baik juga dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan itu sendiri, antara lain :

‐ Dapat memperkecil kesalahan-kesalahan data akuntansi sehingga dapat menghasilkan data laporan akuntansi yang benar.

‐ Dapat melindungi dan membatasi kemungkinan terjadinya kecurangan dan penggelapan-penggelapan.

‐ Menghasilkan skema pekerjaan yang efektif dan efisien dan dipatuhinya kebijakan-kebijakan perusahaan.

II.2.3 Elemen-Elemen Pengendalian Internal

Unsur pengendalian internal didalam tiap perusahaan umumnya sama yaitu yang bertujuan untuk mengatur dan mengarahkan kegiatan operasional perusahaan agar menjadi efektif dan efisien dalam pencapaian tujuannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Biasanya perbedaan pengendalian internal disetiap perusahaan terletak pada besarnya komposisi dan banyaknya pengendalian yang ada disetiap perusahaan. Hal ini disesuaikan dengan besar kecilnya perusahaan, falsafah manajemen, dan gaya operasi manajemen.

(11)

18 Menurut Committee of Sponsoring Organizations (COSO) of Treadway Commission report, komponen pengendalian internal ada lima yang terdiri dari :

1. Lingkungan pengendalian (control environment) Menurut Elder, Beasley, dan Arens (2010) :

“Consist of the action, policies, and procedures that reflect the overall attitudes of the top management, directors, and owners of an entity about internal control and its importance to the entity”

Yang dapat diartikan bahwa lingkungan pengendalian itu terdiri dari tindakan, pengawasan, dan prosedur yang mencerminkan keseluruhan sikap dari manajemen atas, direksi, dan para pemilik modal tentang pengendalian internal dan seberapa pentingnya untuk entitas.

Komponen pendukung pengendalian lingkungan : 1. Commitment to competence

2. Integrity and ethical values

3. Board of director and audit committee participation 4. Management’s philosophy and operating style 5. Organizational structure

6. Human resource policies and practices 2. Penilaian risiko (risk assessment)

Merupakan pengidentifikasian dan analisis entitas mengenai risiko yang relevan terhadap pencapaian tujuan entitas, yang membentuk suatu dasar mengenai bagaimana risiko harus dikelola.

(12)

19 Menurut Mulyadi (2002) penaksiran risiko merupakan metode untuk mengidentifikasikan, menganalisa, dan mengelola risiko yang relevan dalam penyusunan laporan. Risiko dapat berubah atau timbul karena terjadinya perubahan dalam personel, lingkungan bisnis, peraturan, tren pasar dan lain-lain.

Penilaian risiko oleh manajemen juga harus mencakup pertimbangan khusus atas risiko yang dapat muncul dari perhubahan kondisi seperti yang diuraikan dalam AU 319.29 :

‐ Perubahan dalam lingkungan operasi ‐ Personel baru

‐ Sistem informasi baru atau dimodifikasi ‐ Pertumbuhan yang cepat

‐ Teknologi baru

‐ Lini, produk, atau aktivitas baru ‐ Restrukturisasi perusahaan ‐ Operasi di luar negeri ‐ Pernyataan akuntansi

3. Aktivitas pengendalian (control activities)

Merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan untuk menghadapi risiko dalam manajemen telah dilaksanakan.

Menurut Elder, Beasley, dan Arens (2010), tipe spesifik dari aktifitas pengendalian adalah :

(13)

20 1. Adequate separation of duties

2. Proper authorization of transactions and activities 3. Adequate documents and records

4. Physical control over assets and records 5. Independent checks on performance

4. Informasi dan komunikasi (information and communication)

Merupakan pengidentifikasian, penangkapan, dan pertukaran informasi yang berisi tentang kegiatan usaha, kondisi keuangan, serta informasi lainnya terkait pengambilan keputusan dalam suatu bentuk dan kerangka waktu yang tepat sehingga dapat membuat setiap orang dalam entitas mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan baik.

Menurut Jones dan Rama (2006:105) sistem infomasi adalah sekumpulan prosedur (otomatisasi dan manual) yang mencatat perkembangan untuk memulai, mencatat, mengolah, dan melaporkan setiap kejadian dalam proses entitas.

5. Pemantauan (monitoring)

Menurut Elder, Beasley, dan Arens (2010) :

“Management’s ongoing and periodic assessment of the quality of internal control performance to determine whether controls are operating as intended and are modified when needed”.

(14)

21 Yang berarti, pengelolaan penilaian berkelanjutan dan berkala tentang kualitas kinerja pengendalian internal untuk menentukan apakah kontrol telah beroperasi sebagaimana dimaksud dan diubah jika perlu.

II.2.4 Keterbatasan Pengendalian Internal

Menurut Boynton, dan Johnson (2006) mengidentifikasikan keterbatasan yang melekat (inherent limitations) pada Pengendalian Internal, yaitu :

1. Kesalahan dalam pertimbangan (Poor Judgement)

Terkadang, manajemen dan personel lainnya dapat melakukan pertimbangan yang buruk dalam membuat keputusan bisnis atau dalam melaksanakan tugas rutin karena informasi yang tidak mencukupi, keterbatasan waktu, atau prosedur lainnya.

2. Kemacetan (Breakdown)

Kemacetan dalam melaksanakan pengendalian dapat terjadi ketika personel salah memahami instruksi atau membuat kekeliruan akibat kecerobohan, kebingungan, atau kelelahan. Perubahan sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem atau prosedur juga dapat berkontibusi atas terjadinya kemacetan.

3. Kolusi (Collusion)

Kolusi terjadi karena adanya individu yang bertindak bersama, seperti karyawan yang melaksanakan suatu pengendalian penting bertindak bersama dengan karyawan lain, konsumen atau pemasok, dapat melakukan sekaligus menutupi kecurangan sehingga tidak dapat dideteksi oleh pengendalian intern

(15)

22 (misalnya, kolusi antara tiga karyawan mulai dari departemen personel, kredit, dan penggajian untuk membuat pembayaran kepada seorang karyawan fiktif, atau skedul pembayaran kembali antara seorang karyawan dalam departemen pembelian dan pemasok atau antara seorang karyawan di departemen penjualan dengan pelanggan).

4. Penolakan manajemen (Management Override)

Manajemen dapat mengesampingkan kebijakan atau prosedur tertulis untuk tujuan tidak sah seperti keuntungan pribadi atau presentasi mengenai kondisi keuangan suatu entitas yang dinaikan atau status ketaatan (misalnya, menaikan laba yang dilaporkan untuk menaikan pembayaran bonus atau nilai pasar dari saham entitas, atau menyembunyikan pelanggaran dari perjanjian hutang atau ketidaktaatan terhadap hukum dan pertaturan). Praktik penolakan (override) termasuk membuat penyajian yang salah dengan sengaja kepada auditor dan lainnya seperti menerbitkan dokumen palsu untuk mendukung pencatatan transaksi penjualan fiktif.

5. Biaya lawan manfaat (Cost Versus Benefit)

Biaya pengendalian internal suatu entitas seharusnya tidak melebihi manfaat yang diharapkan untuk diperoleh. Karena pengukuran yang tepat baik dari biaya dan manfaat biasanya tidak memungkinkan, manajemen harus membuat baik estimasi kuantitatif maupun kualitatif dalam mengevaluasi hubungan antara biaya dan manfaat.

(16)

23 II.3 Kredit

II.3.1 Definisi Kredit

Kredit menurut undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah : penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Menurut Ensiklopedi umum, yang dikutip oleh Rachmat Firdaus (2004:2) pengertian kredit sebagai berikut :

“Kredit adalah sistem keuangan untuk memudahkan pemindahan modal dari pemilik kepada pemakai dengan mengharapkan memperoleh keuntungan, kredit diberikan berdasarkan kepercayaan orang yang memberikan terhadap kecakapan dan kejujuran si peminjam”.

Sedangkan pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara pemberi dana dengan pihak pengguna dana yang mewajibkan pihak pengguna dana untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

(17)

24 II.3.2 Unsur-Unsur Kredit

Menurut Kasmir (2008), unsur-unsur kredit adalah sebagai berikut :

1. Kepercayaan

Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (perusahaan pembiayaan) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang atau jasa akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu di masa datang.

2. Kesepakatan

Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing yang dituangkan dalam akad kredit yang ditangani oleh kedua belah pihak yaitu pihak perusahaan pembiayaan pemberi kredit dan nasabah atau konsumennya.

3. Jangka waktu

Jangka waktu mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. 4. Risiko

Risiko kerugian dapat diakibatkan dua hal, yaitu:

‐ Risiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja tidak mau membayar kreditnya padahal mampu.

‐ Risiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja, contoh akibat terjadinya musibah yang dialami oleh nasabah sehingga nasabah tersebut tidak mampu untuk melunasi kredit yang telah disepakati sebelumnya.

(18)

25 5. Balas jasa

Adanya unsur balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi serta biaya administrasi.

II.3.3 Jenis-Jenis Kredit

Menurut Kasmir (2008), jenis-jenis kredit dapat dilihat sebagai berikut :

1. Dilihat dari segi kegunaan

Dengan melihat penggunaan uang tersebut apakah digunakan untuk kegiatan utama (operasional) atau hanya kegiatan tambahan. Dari segi kegunaan kredit mempunyai 2 jenis kegunaan, yaitu :

a. Kredit modal kerja

Merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasional atau aktivitas kegiatan perusahaan/perorangan lainnya.

b. Kredit investasi

Kredit yang biasa digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru di mana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama.

2. Dilihat dari segi tujuan kredit a. Kredit produktif

(19)

26 b. Kredit konsumtif

Merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi.

c. Kredit perdagangan

Kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan yang pembayarannya diharapkan dari hasil penjualan barang dagang tersebut.

3. Dilihat dari segi jangka waktu a. Kredit jangka pendek

Memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun. b. Kredit jangka menengah

Waktu kreditnya berkisar antara 1 tahun sampai dengan 3 tahun. c. Kredit jangka panjang

Kredit yang pengembaliannya paling panjang, yaitu diatas 3 tahun / 5 tahun. 4. Dilihat dari segi jaminan

Dari segi jaminan maksudnya adalah setiap pembelian suatu fasilitas kredit harus dilindungi dengan suatu barang atau surat-surat berharga minimal senilai dengan kredit yang diberikan sebagai jaminan atas kredit tersebut.

a. Kredit dengan jaminan

Merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu dalam bentuk barang berwujud atau tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang dikeluarkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan si calon nasabah.

(20)

27 b. Kredit tanpa jaminan

Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter serta loyalitas si calon nasabah selama berhubungan dengan perusahaan pembiayaan yang bersangkutan.

5. Dilihat dari segi sektor usaha ‐ Kredit pertanian

‐ Kredit peternakan ‐ Kredit industri II.3.4 Jaminan Kredit

Menurut Kasmir (2008) : Fungsi jaminan kredit adalah untuk melindungi pemberi kredit atau dana dari kerugian. Dengan adanya jaminan kredit dimana nilai jaminan biasanya melebihi nilai kredit maka pemberi dana akan aman jika debitur tidak dapat melunasinya.

Jaminan kredit dibagi sebagai berikut : 1. Jaminan dengan barang-barang 2. Jaminan dengan surat berharga 3. Jaminan orang atau perusahaan 4. Jaminan asuransi

II.3.5 Jenis Pembebanan Suku Bunga Kredit

Menurut Kidwell (2003:84) tingkat suku bunga adalah biaya pinjaman atau nominal yang harus dibayar atas dana yang dipinjam, biasanya digambarkan sebagai suatu presentase dari jumlah dana yang dipinjam dalam satu tahun. Bagi pengguna dana atau peminjam, tingkat bunga adalah biaya yang harus dibayar karena penggunaan dana lebih

(21)

28 awal, sedangkan bagi yang meminjamkan dana, tingkat bunga adalah pendapatan karena penundaan kesempatan untuk menggunakan dana tersebut.

Menurut Kasmir (2008), terdapat 3 jenis model pembebanan suku bunga yang sering digunakan. Adapun model pembebanan jenis suku bunga yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Flat rate

Merupakan perhitungan suku bunga yang tetap setiap periode, sehingga jumlah angsuran setiap periode pun tetap sampai pinjaman tersebut lunas

2. Sliding rate

Merupakan perhitungan yang dilakukan dengan mengalikan persentase suku bunga per periode dengan sisa pinjaman

3. Floating rate

Merupakan perhitungan suku bunga yang dilakukan dengan tingkat suku bunga pada bulan yang bersangkutan

II.3.6 Prinsip-Prinsip Pemberian Kredit

Menurut Kasmir (2008), prinsip-prinsip pemberian kredit dengan menggunakan prinsip pemberian kredit 5C atau prinsip pemberian kredit 7P.

1. Prinsip pemberian kredit 5C 1. Character

Character merupakan sifat/watak dari seseorang. Sifat/watak dari seseorang yang akan diberikan kredit benar-benar harus dapat dipercaya. Untuk dapat melihat sifat/watak dari calon nasabah, dapat dilihat dari latar belakang nasabah, baik latar belakang yang bersifat pekerjaan maupun latar belakang

(22)

29 yang bersifat pribadi seperti cara hidup dan gaya hidup yang dianut olehnya. Keadaan keluarga, kegiatan sosial, dan hobi.

2. Capacity

Capacity adalah analisis untuk mengetahui kemampuan nasabah dalam membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis atau usahanya. Kemampuan ini dihubungkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya selama ini dalam mengelola usahanya, sehingga akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.

3. Capital

Azas capital atau modal ini menyangkut berapa banyak dan bagaimana struktur modal yang telah dimiliki oleh calon peminjam. Hal ini juga menyangkut perkiraan kemampuan jaminan calon peminjam atas kredit yang akan dilakukannya.

4. Collateral

Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang akan diberikan, agar perusahaan pembiayaan yang memberikan kredit merasa aman apabila terjadi kredit macet. Jaminan juga harus diteliti keabsahannya, sehingga jika terjadi sesuatu maka jaminan yang dititipkan dapat dipergunakan secepat mungkin.

5. Condition

Dalam menilai kredit hendaknya juga menilai kondisi ekonomi sosial dan politik sekarang dan dimasa yang akan dating sesuai sektor masing-masing,

(23)

30 serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian kondisi dan bidang usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut menjadi bermasalah relatif kecil. 2. Penilaian dengan prinsip 7P

1. Personality

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya.

2. Party

Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya. 3. Purpose

Untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah.

4. Prospect

Untuk menilai usaha nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya.

5. Payment

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana nasabah memperoleh laba yang nantinya akan digunakan untuk pengembalian kreditnya.

(24)

31 7. Protection

Bertujuan untuk menjaga kredit yang dikucurkan namun melalui suatu perlindungan yang dapat berupa barang atau orang atau jaminan asuransi. II.3.7 Prosedur Pemberian Kredit

Menurut Kasmir (2008), tujuan prosedur pemberian kredit adalah untuk memastikan kelayakan suatu kredit, diterima atau ditolak. Dalam praktiknya prosedur pemberian kredit secara umum dapat dibedakan antara pinjaman perseorangan dan pinjaman suatu badan hukum.

Prosedur peminjaman untuk perseorangan adalah sebagai berikut : 1. Pengajuan Proposal

Adalah permohonan kredit secara tertulis dalam suatu proposal, yang berisikan keterangan :

a. Identitas Nasabah

Identitas nasabah berisikan tentang informasi pribadi calon nasabah, seperti alamat atau tempat tinggal dan nomor telepon, tempat dan tanggal lahir, serta kewarganegaraan calon nasabah.

b. Tujuan pengambilan kredit

Harus dijelaskan tujuan dalam pengambilan kredit apakah maksud dan tujuan calon nasabah untuk melakukan kredit.

c. Besarnya kredit dan jangka waktu

Harus dijelaskan juga besarnya jumlah kredit yang diinginkan dan jangka waktu kreditnya.

(25)

32 d. Cara pemohon mengembalikan kredit

Perlu dijelaskan dengan rinci cara-cara calon nasabah dalam mengembalikan kreditnya apakah dari penghasilannya atau cara lainnya.

e. Jaminan kredit

Jaminan yang diberikan dalam bentuk surat atau sertifikat, dan biasanya setiap jaminan diikat dengan suatu asuransi tertentu. Biasanya didalam perusahaan tidak membutuhkan jaminan untuk melakukan kredit pembiayaan konsumen.

Selanjutnya proposal dilampiri berkas-berkas yang telah dipersyaratkan dalam Peraturan Menteri Keuangan No 30/PMK.010/2010 seperti:

‐ Identitas nasabah yang memuat nama, alamat atau tempat tinggal sesuai KTP/SIM/Paspor dan nomor telepon

‐ Keterangan mengenai pekerjaan ‐ Specimen tanda tangan

‐ Keterangan mengenai sumber dana dan tujuan penggunaan dana ‐ Rata-rata penghasilan

‐ Nama dan nomor rekening bank calon nasabah, jika ada

‐ Dokumen-dokumen lain yang memungkinkan Perusahaan Pembiayaan untuk dapat mengetahui profil calon nasabah

2. Penyelidikan Berkas Pinjaman

Tahap selanjutnya adalah penyelidikan dokumen-dokumen yang diajukan pemohon kredit. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah berkas yang diajukan sudah lengkap sesuai persyaratan yang telah ditetapkan. Apakah berkas-berkas lampiran proposal/aplikasi permohonan kredit membuktikan kebenaran dan

(26)

33 keaslian, seperti kebenaran dan keaslian alamat sesuai KTP/SIM/Paspor, jenis dan lokasi usaha calon Nasabah, dan BPKB mobil ke instasi berwenang yang mengeluarkan.

Kemudian jika semua asli dan benar, perusahaan pembiayaan akan mencoba mengkalkulasi jumlah kredit yang diminta apakah memang relevan dan kemampuan nasabah untuk membayar.

3. Penilaian Kelayakan Kredit

Penilaian kelayakan kredit dapat dilakukan dengan menggunakan prinsip 5C atau 7P namun untuk kredit yang jumlahnya lebih besar perlu dilakukan dengan metode penilaian dengan studi kelayakan. Aspek-aspek yang perlu dinilai dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah:

1. Aspek hukum

Tujuannya adalah untuk menilai keaslian dan keabsahan dokumen-dokumen yang diajukan oleh pemohon kredit atau calon nasabah.

2. Aspek pasar dan pemasaran

Untuk menilai apakah kredit yang dibiayai akan laku di pasar dan bagaimana strategi pemasaran yang dilakukan. Yang dinilai adalah prospek usaha sekarang dan masa yang akan dating.

3. Aspek keuangan

Untuk menilai kemampuan keuangan perorangan atau peminjam dana yang dapat mempengaruhi kemampuan mengembalikan kredit.

4. Aspek teknis/operasi

Aspek ini untuk menilai masalah lokasi usaha, kemudian kelengkapan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pemohon kredit.

(27)

34 5. Aspek manajemen

Untuk menilai pengalaman peminjam dalam mengelola keuangannya, termasuk sumber daya manusia yang dimilikinya.

6. Aspek ekonomi sosial

Untuk menilai dampak usaha yang diberikan terutama bagi masyarakat luas baik bagi ekonomi maupun sosial.

7. Aspek AMDAL

Aspek ini menilai dalam rangka apakah usaha yang dibuatnya sudah memenuhi kriteria analisis dampak lingkungan terhadap darat, air, dan udara. 4. Wawancara Pertama

Merupakan penyelidikan kepada calon peminjam dengan cara berhadapan langsung dengan calon peminjam. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keyakinan apakah berkas-berkas tersebut sesuai dan lengkap seperti yang perusahaan inginkan. Dan juga untuk mengetahui keinginan dan kebutuhan pemohon yang sebenarnya. 5. Peninjauan ke Lokasi (On the Spot)

Tujuan peninjauan ke lapangan adalah untuk memastikan bahwa objek yang akan dibiayai benar-benar ada dan sesuai dengan apa yang tertulis dalam proposal atau aplikasi kredit.

6. Wawancara Kedua

Hasil peninjauan lapangan dicocokan dengan dokumen yang ada serta hasil wawancara pertama dalam wawancara kedua. Ini merupakan kegiatan perbaikan berkas, jika mungkin ada kekurangan-kekurangan pada saat setelah dilakukan pengecekan di lapangan.

(28)

35 7. Keputusan Kredit

Keputusan kredit adalah untuk menentukan apakah kredit layak untuk diberikan atau ditolak, jika layak maka dipersiapkan administrasinya, keputusan kredit mencakup:

‐ Akad kredit yang akan ditandatangani ‐ Jumlah uang atau barang yang diterima ‐ Jangka waktu dan perhitungan kredit ‐ Dan biaya-biaya yang harus dibayar 8. Penandatanganan Akad Kredit/Perjanjian Lainnya

Merupakan kelanjutan dari diputuskannya kredit, jika terjadi persetujuan antara perusahaan dan calon Nasabah maka dilakukan penandatanganan perjanjian kredit. Penandatanganan dilaksanakan antara perusahaan pembiayaan dengan calon Nasabah secara langsung.

9. Realisasi Kredit

Realisasi kredit diberikan dengan cara menyetujui permohonan kredit Nasabah dengan memberikan barang/jasa yang diinginkan oleh pemohon atas permohonan kreditnya dan mengantarkan barangnya sampai ditempat tinggal pemohon.

Prosedur pemberian kredit pada badan hukum memiliki tahapan yang sama dengan prosedur pemberian kredit untuk perseorangan. Perbedaannya terletak pada dokumen pendukung sebagai persyaratan dokumentansi kredit. Menurut Keputusan DJLK Nomor: Kep-2833/LK/2003 dokumen pendukung yang harus ada untuk keperluan Prinsip Mengenal Nasabah (PMN) bagi Perseroan Terbatas adalah :

(29)

36 ‐ Akta pendirian dan perubahan perusahaan

‐ Anggaran Dasar Perusahaan

‐ SK persetujuan pendirian Perseroan Terbatas (PT) dari Menteri Kehakiman ‐ SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan)

‐ TDP (Tanda Daftar Perusahaan) ‐ NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) ‐ Pemegang kuasa atas permohonan kredit : ‐ WNI : KTP, SIM, Paspor dan Surat Kuasa ‐ WNA : Paspor, KIMS, KITAS dan Surat Kuasa

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya ayat (2) dari pasal tersebut yang menentukan, “Pengukuhan kawasan hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan rencana tata ruang

Dengan perhitungan yang sama seperti pada tangki air filter ( TP-104) maka diperoleh spesifikasi sebagai berikut:. Tabel

Berdasarkan hasil pengukuran parameter BOD, COD, TSS dan pH yang disesuaikan dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP-58/MENLH/12/1995 tentang Baku

Skripsi ini dapat diselesaikan dengan adanya kerja keras, ketekunan, dan ketelitian, serta dorongan semangat dan bantuan dari semua pihak baik secara materiil

Dengan cara kerja seperti ini, yang harus benar-benar dipikirkan adalah bagaimana membuat sistem database pada komputer Server dengan aplikasi sebagai antar muka bagi pemakai

Prevalensi adalah jumlah seluruh kasus kusta baik baru maupun lama, hasilnya adalah jumlah prevalensi kusta tahun 2019 di Kabupaten Blora 1/10.000 penduduk, artinya ada

Dalam setahun terakhir (Agustus 2016–Agustus 2017), persentase penduduk bekerja dengan status berusaha dibantu buruh tidak tetap meningkat cukup tinggi dari 16.28 persen

Jumlah pengguna internet di Asia Tenggara, terutama pada 6 negara ASEAN terbesar ini berpotensi untuk menghasilkan pasar besar yang sekarang belum optimal..