• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Orangtua Kristen dalam Membina Kepribadian Remaja/Pemuda Gereja Pentakosta Indonesia Lorong Tujuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peranan Orangtua Kristen dalam Membina Kepribadian Remaja/Pemuda Gereja Pentakosta Indonesia Lorong Tujuh"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Peranan Orangtua Kristen dalam Membina Kepribadian Remaja/Pemuda

Gereja Pentakosta Indonesia Lorong Tujuh

Junita Purba

Sekolah Tinggi Teologi Renatus Pematangsiantar

Purbajunita99@yahoo.com

Abstract: Mental retardation is a condition that requires special attention, because mentally retarded

children experience limitations in functioning themselves so that it will interfere with normal adaptation to the environment. The study aims to determine the effect of counseling and teacher social competence on controlling the aggressive behavior of mental retardation students. The method used is a quantitative method, with a population and a sample of all teachers in private college foundations with 37 people. The results of the analysis show that partially counseling has an effect on controlling aggression behavior in mental retardation students. The conclusion is: There is the influence of counseling and teacher social competence on controlling the aggressive behavior of mental retardation students. These results provide recommendations so that counseling guidance empowerment programs are maintained so that the handling of the control of aggression in mental retardation students increases.

Keywords: counseling guidance; teacher social competence; aggression behavior; mental retardation Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peranan orangtua dalam membina

kepribadian remaja usia 12-17 pemuda Gereja Pentakosta Indonesia Lorong Tujuh tahun 2018. Hipotesis yang diajukan adalah Peranan Orangtua Kristen Dalam Membina Kepribadian Remaja Usia 12-17 Pemuda GPI Lorong Tujuh Tahun 2018masih kurang dari yang diharapkan. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut, digunakan metode library research artinya menggunakan kepustakaan, yaitu dengan menggunakan buku-buku, Alkitab dan literatur yang lain yang berhubungan dan mendukung penelitian. Dimana dari kajian pustaka ini akan diperoleh penjelasan bagaimana Peranan Orangtua membina Kepribadian anak remaja. Dari hasil penelitian pustaka ditemukan beberapa peranan orang tua dalam membina kepribadian remaja Pemuda GPI Lorong Tujuh Tahun 2018. Tanggung jawab orangtua adalah sebagai berikut:Anak adalah berkat dari Allah (Mazmur 127:3), Orangtua bertanggung jawab mendidik dan mengajar anak-anaknya dalam hal duniawi maupun dalam hal-hal rohani (Ulangan 31:11-31), Tiap-tiap orangtua menjadi teladan bagi anak-anaknya (Kolose 3:21), Tiap-tiap orangtua bertanggung jawab mendisiplinkan anak (Efesus 6:4).” Dengan demikian Orangtua adalah pengaruh yang paling kuat dalam kehidupan seorang anak. Orangtualah yang paling bertanggung jawab memperbaiki Kepribadian pada anak-anak mereka dan mereka memiliki hak serta tanggung jawab yang paling dasar untuk terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka. Khususnya mengenai topik-topik yang mengandung nilai-nilai Kepribadian.

Kata Kunci: Peranan Orangtua Kristen Dan Membina Kepribadian

(2)

PENDAHULUAN

Era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan diberbagai bidang terutama dalam bentuk transformasi teknologi informasi dan budaya bukan saja memberikan dampak positif tetapi juga dampak yang negatif terhadap kehidupan manusia termasuk remaja yang mengakibatkan perubahan watak dan perilaku remaja. Intensitas penggunaan internet dan video game yang meningkat dikalangan anak-anak maupun remaja turut mengambil andil. Hal ini dapat terlihat dari berbagai peniruan remaja terhadap budaya barat, baik itu cara berpakaian, cara hidup, bahkan dalam kepribadian dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sekarang ini banyak kita melihat begitu banyak remaja yang suka bergaya, berprilaku meniru artis asing. Sebagaimana korean style yang sedang mewabah dikalangan remaja, memang kegiatan meniru sang idola adalah bagian dari pembentukan kepribadian remaja dalam tahap pencarian jati diri. Namun sayang lebih banyak kegiatan meniru itu justru bernilai negatif dan berpotensi merusak mental kepribadian remaja, apa yang mereka ikuti tidak selaras dengan norma maupun nilai-nilai agama, sosial dan budaya yang dianut negeri ini.

Remaja sebagai generasi harapan bangsa diharapkan kelak dapat menjadi pemimpin yang akan membawa kemajuan dan kesejahteraan bagi bangsa Indonesia. Remaja seharusnya menjadi pembaharu pemikir dan pioner bagi kemajuan masyarakat dunia dengan menunjukkan sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai agama, moral, dan etika bangsa. Sebagai bangsa Indonesia remaja juga sebaiknya memelihara dan membudayakan adat ketimuran dengan bahasa sopan dan santun, sikap peramah dan berbudi luhur seperti cita-cita bangsa, bertakwa kepada Tuhan, berdedikasi tinggi, berpikir maju dan dapat menjadi harapan bagi setiap orangtua.

Bagi orangtua, anak adalah kebanggaan dan harapan bagi keluarganya. Oleh karena itu orangtua mempunyai tugas dan tanggung jawab yang besar agar anak-anaknya berkembang menjadi remaja yang baik, karena anak merupakan titipan Tuhan, maka orangtua harus mensyukuri, memelihara dan mendidik dan membimbing anak mereka agar memiliki akhlak yang terpuji, yang mana tidak terjerumus dalam perbuatan-perbuatan yang merugikan diri sendiri ataupun orang lain. Sebagaimana masa remaja adalah masa dimana seseorang mencari jati dirinya sehingga dalam masa tersebut banyak masalah yang bermunculan, dimana merupakan masa labil seseorang dalam kehidupannya mereka cenderung ingin mencoba hal-hal yang ingin mereka lakukan tanpa mempertimbangkan apakah hal-hal itu benar/tidaksehingga dalam masa ini perlu bimbingan dan arahan dari orangtua untuk membuat remaja melangkah kearah yang positif dan tidak terjerumus dalam pergaulan yang menyesatkan.Oleh karena itu remaja perlu diajar dalam firman Tuhan sebagaimana dalam Mazmur 119:9 dikatakan orang muda hanya dapat menjaga kelakuannya bersih dengan menjaganya sesuai dengan firman Tuhan. Untuk mewujudkan harapan tersebut maka pertama sekali harus didasari olehpelayanan pendidikan dalam keluarga, karena keluarga adalah lembaga terkecil dalam masyarakat dimana orangtua sebagai orang terdekat yang dapat memberikan bimbingan, didikan, arahan dan pembinaan agar mereka memiliki kepribadian yang baik.Orangtua merupakan batu bata pertama bagi pembinaan setiap anak dalam masyarakat, orangtua adalah

(3)

langkah pertama untuk membina seorang remaja. Keberadaan orangtua sangat dibutuhkan anak tidak ada yang dapat menggantikan kasih sayang dan dukungan orangtua kepada anak, oleh karena itu orangtua dituntut bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan makan dan kesehatan anaknya, yang paling dibutuhkan adalah orangtua yang mampu meletakkan dasar perkembangan kepribadian yang memungkinkan anak untuk berkembang menjadi pribadi sehat. Sebagaimana yang tertulis dalam kitabAmsal 29:17: “Didiklah anakmu, maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu, dan mendatangkan sukacita kepadamu”. Demikian juga dalam kitab Amsal 22:6dikatakan“Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu”. Dengan demikian jelaslah bahwa orangtua tidak dapat melepaskan tanggungjawabnya terhadap anak. Orangtua harus selalu memperhatikan anak-anaknya, mendidik dan membimbing mereka berulang-ulang tanpa bosan dan terus menerus sehingga pada akhirnya ia tidak akan menyimpang dari jalannya, seperti tertulis dalamUlangan 6:6-7 “Apa yang Kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk dirumah, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”. Dengan demikian orangtua adalah tokoh utama dalam membina anak remajanya agar kepribadian anaknya dapat diarahkan kearah yang lebih baik.

Namun akhir-akhir ini, masyarakat dibuat prihatin dengan maraknya tawuran antar pelajar, merebaknya pemakaian narkoba dikalangan remaja bahkan diberitakan dalam siaran berita trans7, september 2018terdapat empat remaja pria menjadi pengedar narkoba, bukan itu saja pergaulan bebas diantara remaja bahkan tindak kejahatan yang melibatkan anak remaja. Demikian pula halnya dengan penulis temukan di Siualuompu Tapanuli Utara banyak remaja putri yang berpakaian kurang pantas mengikuti budaya asing,remaja putra merokok, bertutur kata kasar, berperilaku tidak sopan, berkelahi, sikap yang apatis (tidak perduli),malas membantu orangtua, melawan orangtua, melecehkan bahkan menyepelekan perkataan orangtua, serta memaksakan keinginannya agar dipenuhi orangtua. Disadari atau tidak apabila hal ini sering mereka lakukan tanpa dicegah, maka hal ini akan terus berlanjut tanpa perduli resiko yang akan dihadapi.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul: “Peranan Orangtua Kristen Dalam Membina Kepribadian Remaja Usia 12-15 TahunPemuda GPI Lorong Tujuh Tahun 2018”.

1. PEMBAHASAN

Menurut Zain (1994:1037) “Peranan adalah lakon yang dimainkan oleh seorang

pemain dan berusaha memainkan perannya dengan baik, peranan juga merupakan fungsi atau tugas yang harus dilakukan”. Demikian jugaPoerwadaminta (1996:967) mengatakan bahwa: “Peranan berasal dari kata peran berarti suatu bagian yang dimainkan oleh seorang yang

(4)

merupakan suatu kewajiban”. Dengan demikian peranan dapat diartikan sebagai suatu usaha yang diemban oleh seseorang untuk melakukan suatu kegiatan.

Sehubungan dengan itu Usman (1992:1) mengatakan “peranan adalah serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan, yang dilakukan dalam situasi tertentu serta hubungannya dengan kemajuan tingkah laku dan perkembangan anak menjadi tujuannya”.

Sesuai dengan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peranan adalah perbuatan atau usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sehingga memiliki tujuan yang bermanfaat.Dengan demikian peranan merupakan kegiatan atau tugas yang harus dilakukan seseorang dalam mencapai tujuan sehingga seorang anak mengalami perkembangan yang diinginkan yang dapat dinyatakan melalui wujud tingkah laku. 1.1. Pengertian Orangtua Kristen

Secara umum pengertian orangtua merupakan sebutan bagi orang yang dituakan atau orang dewasa lainnya.Jika dikaitkan dengan keluarga orangtua menunjuk kepada ayah dan ibu yang melahirkan, membesarkan dan juga bertanggung jawab penuh dalam proses

pertumbuhan dan perkembangan anak. Sejalan dengan ituPoerwadarminta

(1988:689)mengatakan bahwa: “orangtua adalah ayah dan ibu kandung”. SelanjutnyaCox (2007:8) mengatakan bahwa:

“Orangtua adalah pengaruh yang paling kuat dalam kehidupan seorang anak. Orangtualah yang paling bertanggung jawab mengajarkan karakter pada anak-anak mereka dan mereka memiliki hak serta tanggung jawab yang paling dasar untuk terlibat dalam pendidikan anak-anak mereka. Khususnya mengenai topik-topik yang mengandung nilai-nilai seperti karakter”.

Selanjutnya Ndraha dan Simanjuntak (2009:20) mengatakan bahwa: “Orangtua

adalah wakil Tuhan di dunia yang bertugas mengisi dan membentuk kehendak, pikiran dan perasaan dalam diri anak. Sehingga pada waktunya nanti, akan bertemu Tuhan”.

Demikian pula menurut Verkuyl (1996:174):“Orangtua Kristen adalah sebagai

tongkat anak untuk menjalani kehidupan karena tanpa pembinaan pendidikan keluarga, anak tidak terarah, dimana keluarga adalah persekutuan antara anak dan orangtua yang tidak dapat dipisahkan”.Keluarga merupakan persekutuan gereja yang kecil terdiri atas orang-orang yang terikat oleh Yesus.Keluarga terdiri dari anak dan orang tua merupakan berkat Tuhan.Kehidupan keluarga Kristen merupakan suatu kehidupan nyata di dalam karya penyelamatan Allah yang senantiasa berserah kepada Yesus Kristus dan bimbingan Roh Kudus.

Hubungan antar individu di dalam keluarga merupakan hubungan yang sangat intim, penuh perhatian dalam kasih antara satu dengan yang lainnya. Oleh sebab itu orangtua kristen berkewajiban mengajar dan membimbing anak-anaknya belajar tentang firman Tuhan. Kesatuan antara ayah dan ibu dalam mendidik dan membimbing anaknya sangat penting sebagai alas yang kuat dalam keluarga.Maka untuk itu dibutuhkan pasangan suami istri yang

(5)

benar-benar memandang seorang anak dapat terbentuk dari hasil perpaduan antara warisan sifat dan bakat orang tua serta lingkungan dimana ia berada.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa orangtua Kristen adalah wakil Tuhan yang merupakan orang yang paling bertanggung jawab dalam mengasuh, mengajar, dan mendidik anak, dimana sebagai orangtua mereka berperan dalam menanamkan nilai-nilai yang sesuai dengan kekristenan.

1.2. Tugas Dan TanggungJawab Orangtua Kristen

Menjadi orangtua bukanlah hal yang mudah, karena orangtua memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dipenuhi dan merupakan kewajiban, oleh karena itu orangtua Kristen harus berjuang keras mendidik dan mengasuh anaknya.Sejalan dengan itu, Butar-Butar (2002:35) mengatakan bahwa: “Tugas orangtua Kristen adalah mendidik anak-anaknya didalam ajaran dan nasehat Tuhan serta memiliki tanggungjawab atas disiplin, pendidikan dan semua hubungan yang ada dalam keluarga”. Anak pertama sekali mengadakan interaksi dengan keluarganya, antara orangtua dengan anak terjadi hubungan sosial.Hubungan sosial menjadi dasar hubungan sosial dengan masyarakat.

Selanjutnya,Tim Penyusun Modul Keluarga Bahagia Sejahtera Dan Bertanggung

Jawab(1998:62)mengatakan:“Tanggung jawab orangtua adalah sebagai berikut: 1. Anak adalah berkat dari Allah (Mazmur 127:3)

2. Orangtua bertanggung jawab mendidik dan mengajar anak-anaknya dalam hal-hal duniawi maupun dalam hal-hal rohani (Ulangan 31:11-31)

3. Tiap-tiap orangtua menjadi teladan bagi anak-anaknya (Kolose 3:21) 4. Tiap-tiap orangtua bertanggung jawab mendisiplinkan anak (Efesus 6:4).”

Demikian pula dengan Wright dan Oliver (2005:70-72) mengatakan “Tanggung

jawab utama orangtua adalah membesarkan anak secara sehat, dimana tujuan utama membesarkan anak adalah untuk menghasilkan anak yang berkarakter saleh, sehingga Allah dipermuliakan”.

Sehubungan dengan itu Nadeak (1997:30) menegaskan bahwa: “Anak adalah

pemberian Tuhan yang tidak hanya untuk dibesarkan tetapi anak juga merupakan titipan Tuhan dan bahwa Tuhan kelak akan meminta pertanggungjawabannya kepada para orangtua dengan demikian, orangtua yang menghargai anak-anaknya dan menerima keberadaan mereka akan membantu anak itu mengembangkan kepribadiannya”.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa orangtua tidak dapat mengabaikan tugas dan tanggungjawabnya dalam mengajar, membimbing dan mendidik anak-anaknya didalam ajaran dan nasehatFirman Tuhan untuk menumbuhkan iman kepada Allah, selain itu orangtua juga bertanggung jawabpenuh terhadap anaknya untuk membesarkan mereka dalam disiplin dan memberikan teladan yang baik untuk ditiru sehingga tercipta kepribadian yang mencerminkan nilai-nilai kristiani.

(6)

2.1. Pengertian Membina Kepribadian Remaja

MenurutZain (1996:185) “Membina adalah mendirikan, membangun, memelihara, mengembangkan dan menyempurnakan”. Jadi membina merupakan suatu pekerjaan atau usaha orang-orang yang bertanggung jawab, memupuk semacam kesadaran untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan.

AtkinsondalamFarozin dan Fthiyah (2004:3)mengatakan bahwa: “Kepribadian merupakan segala bentuk pola pikir, emosi dan perilaku yang berbeda dan merupakan karakteristik yang menentukan gaya personal individu dan mempengaruhi interaksinya dengan lingkungan”.

Selanjutnya menurut Sjarkawi (2008:5) “Kepribadian (personality) adalah sifat dan tingkah laku khas seseorang yang membedakannya dengan orang lain; integrasi karakteristik dari struktur-stuktur, pola tingkah laku, minat, pendirian, kemampuan dan potensi yang dimiliki seseorang sebagaimana yang diketahui oleh orang lain”.

Selanjutnya, Gunarsa (2012:70) mengatakan bahwa: “Kepribadian merupakan suatu kesatuan aspek jiwa dan badan yang menyebabkan adanya kesatuan dalam tingkah laku dan tindakan seseorang”. Dengan demikian keseluruhan aspek-aspek kepribadian seseorang menyebabkan seorang remaja berbuat atau bertingkah laku terhadap lingkungannya sebagaimana diketahui orang lain.

Sjarkawi (2008:6) mengatakan bahwa: “Kepribadian memiliki sifat kedinamisan yang disebut dinamika pribadi. Berdasarkan sifat kepribadian yang dapat tumbuh dan berkembang tersebut, maka kepribadian merupakan sesuatu yang dapat dibentuk atau dipengaruhi faktor eksternalnya”. Kepribadian bersifat dinamis, tidak statis atau tetap saja tanpa perubahan, juga bersifat psikofisik dimana faktor jasmaniah maupun rohaniah individu memegang peranan dalam kepribadian.

Pada masa remaja, remaja mengalami perkembangan kepribadian dimana remaja mencari identitas baru bagi dirinya. Sebagaimana menurut Allport dalam Schultz (1991:28) bahwa: “Masa adolesensi, merupakan masa yang sangat menentukan. Orang sibuk dalam mencari identitas diri yang baru, karena didorong dan ditarik dalam arah-arah berbeda oleh orangtua dan teman sebaya, anak remaja mengadakan percobaan dengan kedok-kedok dan peranan-peranan, menguji gambaran diri, berusaha menemukan suatu kepribadian dewasa.

Senada dengan itu,Ismail (2008:115) mengatakan bahwa: “Pada masa remaja

perkembangan kepribadian adalah dimana remaja ingin menemukan identitas diri untuk menemukan apa arti diri mereka dimata orang lain, siapa aku sebenarnya, akan jadi apa aku kelak? Dari mana dan mau kemana hidupku?”

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa tujuan orangtua Kristen dalam membinakepribadian adalah:

1. Memperkuat, memberi dorongan agar remaja bertingkah laku baik dan memiliki peran sosial yang baik pula.

2. Mengembangkan prilaku moral yang tinggi menuju terbentuknya kepribadian yang baik. Orang yang bermoral senantiasa berpikir dan bertindak atas dasar pemikiran bagaimana

(7)

keberadaan dirinya dapat menguntungkan dan dapat memberi manfaat bagi manusia disekelilingnya.

3. Menyempurnakan petensi-potensi yang dimiliki remaja agar mampu mengatasi persoalan-persoalan yang muncul dan mampu membatasi dirinya didalam ajaran dan nasehat Tuhan, norma-norma dan nilai-nilai hidup yang diajarkan orangtua.

2.2. Faktor-FaktorYang Mempengaruhi Kepribadian

Kepribadian remaja dapat mempengaruhi lingkungan dimana ia hidup, karena remaja merupakan generasi penerus bangsa dimana cita-cita dan harapan bangsa terletak pada mereka. Kepribadian remaja juga banyak dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia hidup. Tanpa masyarakat (lingkungan), kepribadian seorang individu tidak dapat berkembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kerpribadian menurutSjarkawi (2006:19) yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri.Faktor ini biasanya merupakan faktor genetis atau bawaan yang berupa bawaan sejak lahir dan merupakan pengaruh dari salah satu sifat yang dimiliki salah satu dari kedua orangtuanya atau bisa jadi kombinasi dari sifat kedua orangtuanya.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal biasanya merupakan pengaruh yang berasal dari lingkungan seseorang mulai dari lingkungan terkecilnya, yakni keluarga, teman, tetangga, sampai pengaruh dari berbagai media.

Perubahan dalam kepribadian tidak terjadi secara spontan, tetapi merupakan hasil pematangan, pengalaman, tekanan dari lingkungan sosial, budaya, dan dari individu itu sendiri.Djaali (2008:13-15) mengatakan bahwa:“Ada beberapa faktor perubahan kepribadian, yakni : 1. Pengalaman Awal:Sigmund Freud menekankan tentang pentingnya pengalaman awal

(masa kanak-kanak) dalam perkembangan kepribadian. Trauma kelahiran, pemisahan dari ibu adalah pengalaman yang sulit dihapus dari ingatan.

2. Pengaruh Budaya:Dalam menerima budaya anak mengalami tekanan untuk mengembangkan pola kepribadian yang sesuai dengan standar yang ditentukan budayanya. 3. Kondisi Fisik:Kondisi fisik berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kepribadian

seseorang. Kondisi tubuh menentukan apa yang dapat dilakukan dan apa yang tidak dapat dilakukan seseorang.

4. Daya Tarik:Orang yang dinilai oleh lingkungannya menarik biasanya memiliki lebih banyak karakteristik kepribadian yang diinginkan daripada orang yang dinilai kurang menarik, dan bagi mereka yang memiliki karaktetistik menarik akan memperkuat sikap sosial yang menguntungkan.

5. Intelegensi:Perhatian yang berlebihan terhadap anak yang pandai dapat menjadikan ia sombong, dan anak yang kurang pandai merasa bodoh apabila berdekatan dengan orang yang pandai tersebut, dan tidak jarang memberikan perlakuan yang kurang baik.

(8)

6. Emosi:Ledakan emosial tanpa sebab yang tinggi dinilai sebagai orang yang tidak matang. Penekanan ekspresi emosional membuat seseorang murung dan cenderung kasar, tidak mau bekerja sama dan sibuk sendiri.

7. Nama:Walaupun hanya sekedar nama, tetapi memiliki sedikit pengaruh terhadap konsep diri, namun pengaruh itu hanya terasa apabila anak menyadari bagaimana nama itu mempengaruhi orang yang berarti dalam hidupnya.

8. Keberhasilan dan Kegagalan:Keberhasilan dan kegagalan akan mempengaruhi konsep diri, kegagalan dapat merusak konsep diri, sedangkan keberhasilan akan menunjang konsep diri itu.

9. Penerimaan Sosial:Anak yang diterima dalam kelompok sosialnya dapat mengembangkan rasa percaya diri dan kepandaiannya.

10. Pengaruh Keluarga:Pengaruh keluarga sangat mempengaruhi kepribadian anak, sebab waktu terbanyak anak adalah keluarga dan didalam keluarga itulah diletakkan sendi-sendi dasar kepribadian.

11. Perubahan Fisik:Perubahan kepribadian dapat disebabkan oleh adanya perubahan kematangan fisik yang mengarah kepada perbaikan kepribadian.

Dari uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa ada dua faktor mempengaruhi kepribadian anak yaitu faktor yang terdapat pada anak itu sendiri dan faktor yang kedua adalah faktor yang berasal dari lingkungan yang mencakup keluarga, teman, tetangga dan berbagai media. Untuk mengembangkan kepribadian itu pertama sekali dipengaruhi oleh lingkungan rumah atau keluarga dimana terdapat peran orangtua, semakin terampil orangtua menyesuaikan diri dengan berbagai peran, semakin besar pula pengaruh orangtua membentuk kepribadian remaja.

2.3. Ciri-Ciri Remaja Yang Memiliki Kepribadian Kristiani

Selanjutnya untuk mendapatkan jati diri, remaja kristen harus mencerminkan kasih yang

sesungguhnya terhadap sesama manusia. Menurut

pandangan Alkitab dalam 1 Korintus 13:4-7, ciri paling utama remaja yang memiliki kepribadian kristiani adalah apabila perbuatan dan tingkah lakunya mencerminkan kasih, dimana dikatakan bahwa:

“Kasih itu sabar, kasih itu murah hati, ia tidak cemburu, ia tidak memegahkan diri, dan tidak sombong, ia tidak melakukan yang tidak sopan, dan tidak mencari keuntungan diri sendiri, ia tidak pemarah, dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran, ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, dan kasih itu tidak berkesudahan”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa remaja yang memiliki kepribadian kristen adalah seseorang remaja yang dalam kesehariannya menunjukkan sikap yang memiliki buah roh dan menunjukkan kasih yang sesungguhnya terhadap sesama serta memiliki ciri khas seperti hidup yang berpusat pada Kristus, memiliki tanggung jawab sebagai orang

(9)

Kristen, hidup dalam doa, memiliki kepedulian terhadap orang lain, bersikap terbuka, mengenal dirinya sendiri dan mampu melihat rahmat Tuhan dalam dirinya.

2.4 Aspek-Aspek Kepribadian

Telah dikatakan bahwa kepribadian itu mengandung pengertian yang kompleks. Ia terdiri dari bermacam-macam aspek, baik fisik maupun psikis, jadi aspek-aspek kepribadian itu adalah hal apa saja yang termasuk dalam kepribadian, dapat juga dikatakan isi kepribadian atau faktor apa saja yang menjadikan suatu kepribadian.

MenurutSimamora dan Gultom (2007:31):“Aspek-aspek kepribadian terdiri dari: 1. Karakter, yaitu konsekuen atau tidaknya dalam memegang pendapat atau pendirian.

2. Temperamen, yaitu desposisi (Suatu unsur kepribadian yang mencerminkan kecenderungan-kecenderungan masa lalu atau pengalaman-pengalaman yang telah lampau), cepat atau lambatnya seseorang mereaksi terhadap rangsangan-rangsangan yang datang dari lingkungan.

3. Sikap, yaitu faktor perasaan atau emosi, kecenderungan untuk bereaksi.

4. Stabilitas emosional, yaitu kadar kestabilan reaksi emosional terhadap rangsangan dari lingkungan. Seperti: tidak mudah tersinggung, marah, sedih, atau putus asa.

5. Tanggungjawab, kesiapan untuk menerima resiko dari tindakan atau perbuatan yang dilakukan. Seperti: mau menerima resiko secara wajar.

6. Sosiabilitas, disposisi pribadi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal. Seperti tampak dalam sifat pribadi yang tertutup atau terbuka, serta kemampuan berkomunikasi dengan orang lain.

7. Sifat-sifat kepribadian, contohnya: penakut, pemarah, suka menyendiri, sombong dan lain-lain.”

Dari pendapat diatas maka penulis menyimpulkan bahwa aspek-aspek kepribadian merupakan totalitas dari kehidupan seseorang, baik itu sifat, gerak-gerik badan manusia yang boleh dikatakan tingkah laku, kesehatan, pengetahuan, sikap dan nilai-nilai hidup yang dimiliki dan bagaimana menyikapi situasi atau persoalan-persoalan bahkan masalah-masalah yang terjadi dalam hidup remaja yang ditunjukan melalui interaksinya terhadap lingkungan.

2.5. Remaja dan Perkembangannya

Sebagai suatu periode kehidupan yang berbeda dari masa anak-anak dan masa dewasa, remaja adalah pribadi yang mengalami perkembangan dalam semua aspek atau fungsi. Beberapa

tahap perkembangan remaja menurut Monks danKnoer (2006:262):“Secara global

berlangsung antara umur 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun: masa remaja awal, usia 15-18 tahun: masa remaja pertengahan, 18-21 tahun: masa remaja akhir”.

Mappiare dalam Ali (2011:9) mengatakan bahwa: “Masa remaja berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.Remaja yang dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa Latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.

(10)

Dari pendapat diatas remaja yang penulis maksud adalah remaja awal berusia 12-15 tahun. SelanjutnyaRousseaudalamSarwono (2011:28)mengatakan bahwa:“Tugas perkembangan remaja usia 12-15 tahun adalah bangkitnya akal (ratio), nalar (reason), dan kesadaran diri (self consciouness). Dalam masa ini terdapat energi dan kekuatan fisik yang luar biasa serta tumbuh keinginan tahu dan keinginan coba-coba.”

Selanjutnya tugas perkembangan remaja awal menurutPertro Blos dalam Sarwono (2011:29) adalah:

“Remaja masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri

dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan–perubahan itu. Mereka

mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebih-lebihan ditambah dengan berkurangnya kendali tehadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa”.

SelanjutnyaSidjabat (2008:252) mengatakan bahwa:

“Para remaja diwarnai krisis identitas, mencari kejelasan jati diri dalam dimensi jasmani, sosial, penalaran, seksualitas karya dan kerohanian. Remaja menghadapi masa transisi, yaitu melepaskan diri dari ketergantungan total kepada orangtua menuju pada kemandirian dan kebebasan. Jika orangtua masih tetap memperlakukan seperti seorang anak usia sekolah dasar, bahkan seperti balita maka terjadilah berbagai macam miskomunikasi dan konflik. Kalau tidak diatasi dengan baik, kedua pihak, orangtua dan remaja tentu akan menghadapi berbagai krisis yang merugikan”.

Dapat dikatakan bahwa perubahan yang dialami remaja mencakup berbagai aspek sebagaimanapendapatRumini dan Sundari (2004:63):

1. Perubahan Fisik dan Seksual

Pada remaja pria, bahu makin melebar, berat badan berjalan pararel dengan tinggi badan. Sedangkan pada remaja putri bertambahnya jaringan lemak pada bagian tubuh tertentu hingga memperoleh bentuk khas wanita. Ciri-ciri seksual primer dan sekunder bertumbuh. 2. Perubahan Fisio-Seksual dan Sosial.

Pertumbuhan bentuk tubuh yang menarik bagi remaja putri dan demikian pula sebaliknya sehingga muncul ketertarikan karena fisik.

3. Sosial

Merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dimana berkembangnya pesan sosial remaja.

4. Penyesuaian diri.

Remaja awal mengadakan penyesuaian diri yang penyesuaian itu dipengaruhi sifat/pribadi yang dimiliki.

5. Kognitif

Remaja awal berpikir secara sistematis dan mencakup logika yang kompleks, dan cara berfikir remaja awal belum mencapai kematangan sebab masih dipengaruhi egosentris.

(11)

Dari pengertian diatas jelaslah karena perkembangan yang dialami remaja, remaja mengalami perubahan-perubahan dalam dirinya yang menyebabkan remaja sulit dimengerti, dimana remaja memiliki pikiran lebih rasional, mulai tertarik kepada lawan jenis dan keingintahuan yang besar yang menyebabkan remaja ingin mencoba hal-hal baru. Namun remaja yang penulis maksud adalah remaja usia 12-15 tahun dimana remaja tersebut banyak mengalami perubahan baik secara fisik, sosial, mental serta kognitif. Semakin meluasnya lingkungan sosial remaja menyebabkan remaja menjumpai pengaruh-pengaruh yang ada diluar pengawasan orangtua, remaja bergaul dengan teman-teman sebaya, remaja mempunyai guru-guru yang mempunyai pengaruh yang begitu besar.Dalam hal ini orangtua Kristen bertanggung jawab membina remaja dengan membimbing dan mendidik menjadi agar remaja tidak terpengaruh hal-hal yang negatif.

2.6.Masalah-Masalah Yang Dihadapi Remaja

Sebagai anak-anak yang mengalami perkembangan seorang remaja belum dapat dikatakan dewasa. Oleh sebab itu, proses perkembangan yang dialami remaja dapat menimbulkan permasalahan bagi mereka sendiri. Sejalan dengan itu, masalah-masalah yang dihadapi remaja menurutEkarahayuani. (blog spot.com/2012, 21/05/2016 Pukul 20.10

Wib)adalah:

1. Kebutuhan Akan FigurTeladan

Remaja akan jauh lebih terkesanakan nilai-nilai luhuryang berlangsung dari keteladananorangtua mereka, daripada nasehat-nasehat bagus yang hanya kata-kata indah. 2. Sikap Apatis

Merupakan kecenderungan untukmenolak sesuatu daripadasaat yang bersamaan,tidakmau melibatkan diri didalamnya,sikap ini terwujud dalamketidakacuannya akan apa yang terjadi disekitarnya.

3. Kecemasan Dan Kurang Harga Diri

Kata stress dan frustasi semakin umum dipakai dikalangan remaja,banyak kaum muda yang mencoba mengatasi rasa cemas dalam bentuk-bentuk perdamaian (memburu kenikmatan melalui minuman keras,obat-obat panenang,seks,dan lain sebagainya).

4. Ketidak Mampuan Untuk Terlibat

Kecendrungan untukmengintelektualkan segala sesuatu dan pola pikir ekonomis,membuat para remaja sulitmelibatkan diri secara emosional maupun efektif dalam hubungan pribadi dan dalam kehidupan dimasyarakat.

5. Perasaan Tidak Berdaya

Perasaan ini pertama-tama muncul,karena teknologi semakin menguasai gaya hidupdan pola pikir masyarakat modern,teknologi harus diikuti masyarakat,demikeselamatan diri,misalnya menggunakan segala carauntuk tidak belajar,tetapi tetap mendapatnilai baik. 6. Pemujaan Akan Pengalaman

(12)

Sebagian besar tindakan-tindakannegatif anak muda dengan minuman-minuman keras,obat-obatan,dan pada mulanya berawal dari hanya pencobaan,lingkungan pergaulan anak muda dewasa ini memiliki pandangan keliru tentang pengalaman.

Dari kutipan diatas dapat diketahui bahwa para remaja membutuhkan perhatian penuh dari orangtua karena perkembangan remaja tersebut seringkali membuat remaja kebingungan dalam bertingkah laku. Secara umum persoalan-persoalan yang dihadapi remaja berkisar pada masalah pribadi, masalah pribadi tersebut menurutSoekanto (2004:50) antara lain mencakup: 1. Persoalan yang dihadapi dirumah, misalnya soal disiplin, hubungan dengan

anggota-anggota keluarga lainnya.

2. Masalah yang dihadapi di sekolah, umpamanya, hubungan dengan para guru, nilai-nilai, kegiatan ekstra kulikuler, pola keterampilan.

3. Persoalan kondisi fisik, misalnya, kesehatan individual, kesehatan sosial dan seterusnya. 4. Masalah penampilan, misalnya, ketampanan, kecantikan, pola berpakaian dan seterusnya. 5. Persoalan perasaan, misalnya, sikap murung, mudah marah, senyum dan seterusnya.

6. Masalah penyerasian sosial, umpamanya, pergaulan dengan teman sebaya, kepemimpinan, dan seterusnya.

7. Persoalan nilai-nilai, misalnya, moralitas, soal seksual, pergaulan, dan seterusnya. 8. Masalah rasa khawatir, misalnya, rasa berbahaya, kekecewaan, dan seterusnya.

Masalah dan kesulitan remaja merupakan akibat dari perkembangan yang terjadi dalam diri remaja. Sehingga masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Hal ini senada dengan pendapathall dalam Gunarsa (2010:205) bahwa:

“Masa remaja merupakan masa penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan, yang tercakup dalam “strom and stess”. Dengan demikian remaja mudah terkena pengaruh oleh lingkungan. Remaja diombang-ambingkan oleh munculnya: kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik, pertentangan-pertentangan dan krisis penyesuaian, impian dan khayalan, pacaran dan percintaan, serta keterasingan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan.”

Dari pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa remaja adalah seseorang yang mengalami gejolak emosi dan ketidakseimbangan sebagai proses menuju kedewasaan, karena inteleknya semakin berkembang remaja menjadi lebih kritis pemikiran mereka lebih idealis, sistem nilai mereka cenderung diperoleh dari ikatan kelompok, kebutuhan akan figur teladan, sikap apatis, cemas dan kurang percaya diri, tidak mampu terlibat, ketidakberdayaan, dan pemahaman akan pengalaman yang keliru. Dengan demikian, penting sekali orangtua kristen membina kepribadian remaja dengan memahami masalah maupun persoalan yang dialami remaja. Sehingga remaja memiliki kepribadian yang sehat dan terhindar dari pengaruh yang buruk bahkan tidak lari dari kenyataan hidup, melainkan remaja diharapkan mampu menghadapi kenyataan hidup dengan kepribadian yang dewasa, kuat dan tangguh.

3. Peranan Orangtua Kristen Dalam Membina Kepribadian Remaja

Pembinaan dilakukan secara terpadu dan komprehensif, karena ia harus menyentuh seluruh aspek kehidupan, bukan hanya aspek rohani melainkan juga aspek jasmani. Bertolak

(13)

dari pemahaman pentingnya orangtua Kristen membina kepribadiaan remaja ada beberapa usaha-usaha yang dilakukan orangtua agar kepribadian remaja semakin berkembang dan

semakin baik, seperti yang diungkapkan Heath (2010:20) “menerapkandisiplin yang

konsekuen, menekankan firman Allah, menunjukkan ketulusan dan kesaksian terbuka serta menjadi teladan kasih Allah”. Selanjutnya Brubaker Dan Clark (1972:77)mengatakan bahwa: “orangtua harus memelihara keterbukaan saluran komunikasi dengan anak remajanya dan membimbing dengan memberikan nasehat-nasehat”. Sejalan dengan itu Wright dan Oliver (2005:77-78)menjelaskan agar orangtua menolong remaja menjadi serupa dengan Yesus dengan menjadi orangtua yang meneladankan kasih dengan cara selalu ada saat dibutuhkan, memperlihatkan kasih sayang baik secara fisik maupun kata-kata. Demikian halnya dengan Sidjabat (2008:231) mengatakan bahwa: “dalam mendidik anak remajanya, orangtua dapat menegakkan disiplin secara konsisten untuk menaati aturan, orangtua juga dapat membangun hubungan yang akrab dan terbuka dengan menjadi seorang sahabat dan rekannya”.

KESIMPULAN

Dari uraian di atas dan berdasarkan pembahasan yang dikemukakan pada bab pertama dan kedua maka penulis memberi kesimpulan sebagai berikut :

1. Para remaja membutuhkan perhatian penuh dari orangtua karena perkembangan remaja tersebut seringkali membuat remaja kebingungan dalam bertingkah laku. Secara umum persoalan-persoalan yang dihadapi remaja berkisar pada masalah pribadi. 2. Tanggung jawab orangtua adalah sebagai berikut: Anak adalah berkat dari Allah,

Orangtua bertanggung jawab mendidik dan mengajar anak-anaknya dalam hal-hal duniawi maupun dalam hal-hal rohani, Tiap-tiap orangtua menjadi teladan bagi anak-anaknya, Tiap-tiap orangtua bertanggung jawab mendisiplinkan anak.

3. Ciri-ciri kepribadian remaja berdasarkan iman Kekristenan yang harus dimiliki adalah : Lemah lembut dan rendah hati, Melayani dan memberi, Mengasihi musuh dan semua orang, Sabar dan mau mengampuni, Taat, memiliki karakter yang baik, murah hati, setia, dan memiliki penguasaan diri.

DAFTAR KEPUSTAKAAN Alkitab. 2000. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Ali, Muhammad. 2011. PsikologiPerkembanganPesertadidik.Jakarta: BumiAksara Arikunto, Suharsimi. 2010. ProsedurPenelitian. Jakarta: RinekaCipta.

Butar-Butar, Liston.2002.Keluarga Yang Dipulihkan.Jakarta: KalanganSendiri.

Brubaker, Omar dan E. Clark, Robert. 1972. Memahami Sesama Kita. Malang: Gandum Mas. Cox, Mellissa. R. 2007. MenjawabPertanyaanAnakTentangSeks.Yokyakarta: ANDI

Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Ekarahayuani.blog spot.com/2012. 04 Mei 2013, 20.10 Wib

(14)

FarozindanFthiyah, Kartika. 2004. PemahamanTingkahLaku. Jakarta: RinekaCipta. Gunarsa, Singgih D. 2003.Psikologi Remaja. Jakarta: BPK. GunungMulia.

.2005. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga.Jakarta: BPK. GunungMulia. .2010. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK. GunungMulia. .2012. PsikologiUntukMembimbing. Jakarta: BPK. GunungMulia.

Heath, W. Stanley.2010. TeologiPendidikanAnak. Bandung: YayasanKalamHidup. . 1997. Psikologi yang Sebenarnya. Yogyakarta: ANDI

Hutabarat, Oditha, 2006, Model-Model Penilaian PAK Berbasis Kompetensi, Jakarta: Bina Media Informasi

Homrighousen & Enklar.2009. Pendididkan Agama Kristen. Jakarta: BPK:Gunung Mulia Ismail, Andar. 2008. SelamatBerkembang. Jakarta: BPK: GunungMulia

Monks dan Knoer. 2007. PsikologiPerkembangan. Yogyakarta: GadjahMadha University Press.

Nadeak, Wilson. 1997. KeluargaLembagaBahagia. Bandung:YayasanKalamHidup Ndraha , R. & Simanjuntak, J. 2009. Tiadak Ada Anak Yang Sulit. Yogyakarta: ANDI Poerwadarminta, W. J. S. 1988. KamusBesarBahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka. Rumini, Sri danSundari, Siti. 2004. Perkembangan Anak Dan Remaja. Jakarta: RinekaCipta. Sarwono, Sarlito. 2011. PsikologiRemaja. Jakarta: RajawaliPers

Schultz, Duaane. 1991. PsikologiPertumbuhan. Yogyakarta: Kanisius Sidjabat, BS. 2008. MembesarkanAnakDenganKreatif. Yogyakarta: Andi.

Simamora, DT danGultom, R. 2007.Pendidikan Agama Kristen RemajadanPemuda.Medan: Mitra

Sjarkawi. 2006. PembentukanKepribadianAnak. Jakarta: PT. BumiAksara Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta

Sugiono. 2010. MetodePenelitianKuantitatifKualitatifdan R&D. Bandung: Alfabeta

Tim Penyusun. 1998. ModulKeluargaBahagia Sejahtera Dan

Bertanggungjawab.Depag.DetjenBimasKristen Protestan.

Usman, Uzer. 1999. Menjadi Guru Profesional. Jakarta: PT. Rosdakarya Verkuyl, J. 1996. Etika Seksuil. Jakarta:BPK. Gunung Mulia.

Wright, H. Norman & Oliver, Gary. 2005. Raising Kids To Love Jesus 2. Yogyakarta: Gloria Graffa.

Referensi

Dokumen terkait

Bagi Nasabah yang ingin memperoleh informasi, memberikan saran atau mengajukan keluhan mengenai produk dan/atau layanan BTPN dapat langsung menghubungi Unit Penanganan

Pada aktor produksi terdapat 3 (tiga) fungsionalitas yaitu mengisikan presensi karyawan tetap, melihat gaji karyawan yang di dalam nya terdapat lihat slip gaji dan

Rancangan penelitian pada tahap 1 adalah observasi di lapangan dan melakukan studi pendahuluan yang bertujuan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan pembelajaran

Orang yang tidak boleh mendapatkan vaksin tifoid yang dilemahkan (per-oral) adalah : orang yang mengalami reaksi berbahaya saat diberi vaksin sebelumnya maka tidak

[r]

Dari hasil rancangan yang telah dilakukan pada tahap ini maka tampilan dari masing- masing halaman, sebagaimana cara penggunaannya dan penjelasan mengenai menu-menu

Aplikasi metode geofisika gaya berat dan Audio Magnetotellurik (AMT) dilakukan untuk mengidentifikasi sesar geologi yang diperkirakan mengkonstruksi sistem panas

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk (1) mengetahui kondisi, kesiapan, dan kebutuhan hardware, software, serta sumber daya manusia