• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PERKA BAPETEN NOMOR 10 TAHUN 2006 PADA PENYUSUNAN LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN INSTALASI PRODUKSI ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PERKA BAPETEN NOMOR 10 TAHUN 2006 PADA PENYUSUNAN LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN INSTALASI PRODUKSI ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

297 IMPLEMENTASI PERKA BAPETEN NOMOR 10 TAHUN 2006

PADA PENYUSUNAN LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN INSTALASI PRODUKSI ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET

Rr.Djarwanti Rahayu Pipin Soedjarwo email : rrdjarwantirahayups@yahoo.co.id

Suhaedi Muhammad

email : suhaedi.muhammad@yahoo.com ABSTRAK

IMPLEMENTASI PERKA BAPETEN NOMOR 10 TAHUN 2006 PADA PENYUSUNAN LAPORAN ANALISIS KESELAMATAN INSTALASI PRODUKSI ELEMEN BAKAR REAKTOR RISET. Dokumen laporan analisis keselamatan instalasi produksi elemen bakar reaktor riset

(LAK-IPEBRR) merupakan salah satu persyaratan untuk mendapatkan perpanjangan izin operasi IPEBRR. Penyusunan revisi LAK-IPEBRR yang baru harus mengacu pada Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Nuklir Non Reaktor. Dalam penyusunan revisi LAK-IPEBRR yang baru ini pihak pemegang izin menemui kesulitan karena isinya sangat berbeda dengan yang ada di dalam LAK-IPEBRR revisi 2 yang sudah dikirim ke Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Agar penyusunan LAK-IPEBRR yang baru dapat selesai dalam batas waktu yang telah ditetapkan, pemegang izin telah membentuk Tim Penyusun untuk menyusun isi bab yang selanjutnya hasilnya direview oleh Panitia Keselamatan. Hasil review yang dilakukan oleh Panitia Keselamatan, dikirim ke BAPETEN untuk mendapatkan persetujuan. Dalam menghadapi kendala penyusunan revisi LAK-IPEBRR yang baru, pemegang izin meminta bantuan data dan nara sumber dari beberapa unit yang ada di Kawasan Nuklir Serpong serta konsultasi dengan evaluator BAPETEN. LAK-IPEBRR dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditetapkan BAPETEN.

Kata Kunci : Laporan Analisis Keselamatan, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset.

ABSTRACT

IMPLEMENTATION PERKA BAPETEN NUMBER 10 OF 2006 ON COMPILATION REPORT ANALYSIS PRODUCTION PLANT SAFETY RESEARCH REACTOR FUEL ELEMENTS. Document production plant safety analysis report research reactor fuel elements (LAK-IPEBRR) is one of the requirements to obtain operating license extension IPEBRR. The preparation of the revised SAR-new IPEBRR should refer to Rule No. 10 Head BAPETEN 2006 on Guidelines for the Preparation of Nuclear Installation Safety Analysis Reports Non-Reactor. In the preparation of the revised SAR-IPEBRR the new license holders find it difficult because it is different from those in the SAR-IPEBRR revision 2 has been transferred to the Board of Trustees of Nuclear Power (BAPETEN). In order for the preparation of the new SAR-IPEBRR be completed within the time limit specified, the licensee has established the Drafting Team to develop the content of the next chapter the results are reviewed by the safety committee. The results of the review conducted by the Safety Committee, sent to BAPETEN for approval. In the face of obstacles preparation of the revised SAR-IPEBRR new license holders requested assistance data and resource persons from several units in Serpong Nuclear Regions and consultation with the evaluator BAPETEN. LAK-IPEBRR can be completed according to the time set BAPETEN.

(2)

298 PENDAHULUAN

Penyusunan Laporan Analisis Keselamatan (LAK) Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset (IPEBRR) yang berlokasi di gedung 60 kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan telah disusun sejak akhir tahun 2010 sampai akhir tahun 2011. Proses pembuatan LAK membutuhkan waktu yang cukup lama. Penyusunan LAK IPEBRR di sesuaikan dengan Peraturan Kepala BAPEEN nomor 10 tahun 2010 tentang pedoman penyusunan LAK instalasi nuklir non reaktor. Untuk menyusun LAK IPEBRR, PT. Batan Teknologi membentuk tim penyusun LAK IPEBRR dan Panitia Keselamatan yang berfungsi sebagai tim yang melakukan koreksi sesuai dengan PP tersebut di atas.

Dalam mengajukan permohonan perpanjangan izin operasi IPEBRR , maka pemegang izin IPEBRR yang termasuk dalam kategori Instalasi Nuklir Non Reaktor, sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Nomor 03 Tahun 2006 tentang Perizinan Instalasi Nuklir Non Reaktor pasal 19 ayat 3 berkewajiban menyampaikan LAK dan Laporan Operasi paling singkat tiga tahun sebelum izin operasi berakhir [1].

Dokumen LAK IPEBRR yang merupakan salah satu persyaratan perpanjangan izin harus disusun oleh pemegang izin sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan di dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Nuklir Non Reaktor [2].

Dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006 ini disebutkan bahwa dokumen Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Nuklir Non Reaktor berisi 18 bab yang terdiri dari : pendahuluan dan uraian singkat instalasi, tujuan keselamatan nuklir dan persyaratan disain teknis, karakteristik tapak, gedung dan struktur, sistem operasi dan proses,

sistem bantu dan sarana pendukung, program eksperimen instalasi nuklir non reaktor, proteksi radiasi dan proteksi bahan berbahaya dan beracun (B3), pengkajian lingkungan, pencegahan kekritisan, pelaksanaan operasi, komisioning, analisis keselamatan nuklir, batasan dan kondisi operasi, jaminan mutu, pengelolaan limbah radioaktif dan B3, dekomisioning serta kesiapsiagaan nuklir.

Sedangkan dalam dokumen Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset ( LAK - IPEBRR ) revisi 2 yang sudah disampaikan ke BAPETEN hanya berisi 15 bab yang terdiri dari : pendahuluan dan uraian singkat IPEBRR, karakteristik tapak, disain struktur, komponen peralatan dan sistem, Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset, daya listrik, sistem-sistem bantu, program eksperimen, pengelolaan limbah radioaktif, proteksi radiasi, pelaksanaan operasi, program pengujian awal,analisis kecelakaan, program jaminan kualitas, spesifikasi teknis dan bab terakhir berisi tentang dekomisioning . Isi dari LAK – IPEBRR revisi 2 ini sangat berbeda dengan yang ditetapkan di dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006 [2,3].

Sehubungan isi LAK – IPEBRR revisi 2 berbeda dengan yang ditetapkan di dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006, maka hal ini menuntut pemegang izin untuk menyiapkan strategi dalam penyusunan LAK-IPEBRR tersebut. Strategi ini diperlukan agar penyusunan LAK-IPEBRR ini dapat selesai sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan sehingga perpanjangan izin operasi IPEBRR dapat segera diterbitkan oleh BAPETEN.

TATA KERJA

Penyusunan bentuk implementasi Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 3 tahun 2006 dalam LAK-IPEBRR ini dilakukan dengan cara [1,2,3,4] :

(3)

299 1. Kajian Laporan Analisis Keselamatan

Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset ( LAK-IPEBRR ) Revisi 2.

2. Kajian dan penerapan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 3 tahun 2006 tentang Perizinan Instalasi Nuklir Non Reaktor.

3. Kajian dan penerapan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Nuklir Non Reaktor.

4. Kajian dan penerapan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 11 tahun 2007 tentang Ketentuan Keselamatan Instalasi Nuklir Non Reaktor.

5. Studi literatur terkait dengan masalah keselamatan Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset ( IPEBRR ). 6. Tinjauan pengalaman dalam

penyusunan revisi Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset ( LAK-IPEBRR ).

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Strategi Penyusunan LAK IPEBRR Sesuai PERKA BAPETEN Nomor 10 Tahun 2006.

Sehubungan isi LAK-IPEBRR revisi 2 berbeda dengan yang ditentukan di dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006, yaitu bab pada LAK-IPEBRR revisi 2 tidak semuanya dapat digunakan dalam penyusunan revisi yang baru, hal ini mengakibatkan pemegang izin mengalami kesulitan. Oleh karena itu, agar penyusunan revisi LAK-IPEBRR ini dapat selesai sesuai dengan batas waktu yang telah ditetapkan sehingga dapat diserahkan ke BAPETEN, maka pemegang izin menyusun strategi yang meliputi :

1. Pembentukan Tim Penyusun.

2. Penyusunan Isi LAK IPEBRR Sesuai PERKA BAPETEN Nomor 10 Tahun 2006.

3. Pembagian Tugas Tim Penyusun. 4. Skedul Penyusunan LAK IPEBRR. 5. Penyusunan materi tiap-tiap bab. 6. Review Penyusunan Materi LAK

IPEBRR Oleh Panitia Keselamatan. 1.1. Pembentukan Tim Penyusun.

Agar penyusunan revisi LAK-IPEBRR sesuai dengan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006 dapat berjalan dengan efektif dan optimal, maka pemegang izin membentuk Tim Penyusun melalui surat tugas yang dikeluarkan oleh Direktur Produksi.

Tim penyusun ini dibawah koordinator manajer produksi elemen bakar nuklir beranggotakan perwakilan dari semua sub divisi yang ada di Divisi Produksi khususnya di IPEBRR dengan komposisi sebagai berikut : sub divisi produksi elemen bakar nuklir (EBN) : 3 orang, sub divisi kendali kualitas (KK) : 2 orang, sub divisi dukungan teknis produksi (DTP) : 2 orang, sub divisi keselamatan dan safeguards (KS) : 3 orang dan satuan jaminan kualitas (JK) : 2 orang. Tim Penyusun juga dibantu oleh beberapa nara sumber dari Pusat Produksi Radioisotop (PRR) : 1 orang, Pusat Reaktor Serbaguna (RSG) : 1 orang, Pusat Teknologi Bahan Nuklir (PTBN) : 2 orang dan Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) : 1 orang.

1.2. Penyusunan Isi LAK IPEBRR Sesuai PERKA BAPETEN Nomor 10 Tahun 2006.

Berdasarkan tugas yang diberikan oleh Direktur Produksi, Tim Penyusun membuat isi revisi LAK-IPEBRR berdasarkan ruang lingkup yang telah ditetapkan di dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006 disesuaikan dengan kondisi real yang ada di IPEBRR dengan urutan bab sebagai berikut :

(4)

300 1. Bab I. Pendahuluan dan uraian singkat

IPEBRR.

2. Bab II. Tujuan keselamatan nuklir dan persyaratan disain teknis.

3. Bab III. Karakteristik tapak. 4. Bab IV. Gedung dan struktur. 5. Bab V. Sistem operasi dan proses. 6. Bab VI. Sistem bantu dan sarana

pendukung.

7. Bab VII. Program eksperimen IPEBRR.

8. Bab VIII. Proteksi radiasi dan proteksi bahan berbahaya dan beracun (B3). 9. Bab IX. Pengkajian lingkungan. 10. Bab X. Pencegahan kekritisan. 11. Bab XI. Pelaksanaan operasi. 12. Bab XII. Komisioning.

13. Bab XIII. Analisis keselamatan nuklir. 14. Bab XIV. Batasan dan kondisi operasi. 15. Bab XV. Jaminan mutu.

16. Bab XVI. Pengelolaan limbah radioaktif dan B3.

17. Bab XVII. Dekomisioning. 18. Bab XVIII. Kesiapsiagaan nuklir.

1.3. Pembagian Tugas Tim Penyusun. Agar pelaksanaan tugas Tim Penyusun berjalan dengan efektif dan optimal, maka manajer produksi elemen bakar nuklir selaku koordinator Tim membuat pembagian tugas sebagaimana diberikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Pembagian Tugas Tim Penyusun Revisi LAK-IPEBRR

No. Bab Uraian Bab

Penanggungjawab ( Perwakilan Sub

Divisi )

Keterangan 01. I Pendahuluan dan uraian

singkat IPEBRR

KS, PRR 02. II Tujuan keselamatan nuklir dan

persyaratan disain teknis.

KS, PRR 03. III Karakteristik tapak KS, PRR 04. IV Gedung dan struktur EBN, DTP 05. V Sistem operasi dan proses EBN 06. VI Sistem bantu dan sarana

pendukung

DTP, PRSG 07. VII Program eksperimen IPEBRR KK, PTBN 08. VIII Proteksi radiasi dan proteksi

bahan berbahaya dan beracun (B3).

KS, PRR

09. IX Pengkajian lingkungan PTLR 10. X Pencegahan kekritisan KS, PTBN 11. XI Pelaksanaan operasi EBN, PTBN, KK

12. XII Komisioning KS, PTBN

13. XIII Analisis keselamatan nuklir KS, PTBN 14. XIV Batasan dan kondisi operasi EBN, PTBN,

DTP

(5)

301 16. XVI Pengelolaan limbah radioaktif

dan B3

KS, PRR 17. XVII Dekomisioning. KS,PRR, PTBN 18. XVIII Kesiapsiagaan nuklir KS,PRR

1.4. Skedul Penyusunan LAK IPEBRR. Agar penyusunan revisi LAK-IPEBRR dapat selesai sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan, maka dibuat skedul baik skedul pelaksanaan penyusunan materi untuk tiap-tiap bab yang dilakukan oleh Tim Penyusun maupun skedul pelaksanaan review yang dilakukan oleh Panitia Keselamatan. Skedul pelaksanaan review dibuat oleh Panitia Keselamatan berdasarkan materi bab-bab yang diterima dari Tim Penyusun. 1.5. Penyusunan Materi Tiap-Tiap Bab

Penyusunan materi untuk tiap-tiap bab pada revisi LAK-IPEBRR bukan pekerjaan yang mudah. Materi yang ada pada bab-bab di LAK-IPEBRR revisi 2 tidak semuanya bisa digunakan untuk menyusun revisi LAK-IPEBRR sesuai dengan kerangka isi yang ditetapkan di dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006 sehingga Tim Penyusun dibantu oleh nara sumber khususnya dari PRR-BATAN harus mencari informasi lain sesuai yang dibutuhkan.

Para penanggungjawab bab, berdasarkan bahan-bahan yang ada di LAK-IPEBRR revisi 2 dan informasi lain, menyusun isi bab sesuai dengan kerangka yang ditetapkan di dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006. Bilamana sudah selesai, maka penanggunggjawab bab menyerahkan hasil penyusunan bab tersebut ke koordinator untuk kemudian dibahas bersama di dalam rapat Tim Penyusun.

Bab yang telah selesai dibahas di dalam rapat Tim Penyusun selanjutnya disampaikan kepada Panitia Keselamatan untuk direview baik dari segi kebenaran isi maupun ketepatan penempatan isi.

1.6. Review Penyusunan Materi LAK IPEBRR Oleh Panitia Keselamatan.

Sebelum melakukan review terhadap materi untuk bab-bab yang telah disampaikan oleh Tim Penyusun, maka Panitia Keselamatan terlebih dahulu melakukan pembagian tugas penanggungjawab bab. Pelaksanaan review untuk bab-bab yang sudah diterima dari Tim Penyusun dilakukan di dalam rapat Panitia Keselamatan yang dipimpin oleh penanggungjawab bab yang telah ditunjuk. Bab yang sudah selesai direview oleh Panitia Keselamatan disampaikan ke Manajer Sub Divisi Keselamatan Dan Safeguards sebagai penanggungjawab penyusunan revisi LAK-IPEBRR sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan di dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006.

Selanjutnya oleh Manajer Sub Divisi Keselamatan Dan Safeguards bab-bab LAK-IPEBRR hasil revisi disampaikan ke BAPETEN dengan surat pengantar yang ditandatangi oleh pemegang izin.

2. Kendala Yang Dihadapi Dalam Penyusunan LAK IPEBRR Sesuai PERKA BAPETEN Nomor 10 Tahun 2006.

Penyusunan revisi LAK-IPEBRR sesuai kerangka yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006 cukup sulit. Beberapa kendala yang dihadapi baik oleh Tim Penyusun maupun Panitia Keselamatan dalam menyusun revisi LAK-IPEBRR diantaranya adalah :

1. Banyak isi kerangka yang ada di dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006 tidak terdapat di dalam kerangka isi LAK-IPEBRR revisi 2.

(6)

302 2. Tidak semua materi yang ada di dalam

LAK-IPEBRR revisi 2 bisa digunakan untuk menyusun revisi LAK-IPEBRR yang baru.

3. Banyak data dan informasi yang dibutuhkan tidak terdapat di dokumen yang ada di IPEBRR.

4. Penyusunan Bab III tentang Karakteristik Tapak sempat tertunda karena harus menunggu data lingkungan terbaru dari Pusat Teknologi Limbah Radioaktif – Badan Tenaga Nuklir (PTLR-BATAN). 5. Dalam penyusunan Bab X tentang

Pencegahan Kekritisan, Tim Penyusun mengalami kesulitan sehingga harus meminta bantuan nara sumber dari Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir (PTRKN) – BATAN.

6. Adanya perbedaan pandangan dalam penyusunan materi antara Tim Penyusun dan Panitia Keselamatan dengan evaluator BAPETEN.

3. Alternatif Solusi.

Untuk mengatasi beberapa kendala yang dihadapi dalam penyusunan revisi LAK IPEBRR sesuai dengan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006 ada beberapa solusi yang telah dilakukan oleh pemegang izin, yaitu :

1. Guna memudahkan penyusunan isi-isi bab yang tidak ada di dalam LAK-IPEBRR revisi 2, pemegang izin meminta bantuan Kepala Pusat Kemitraan Teknologi Nuklir (PKTN) – BATAN guna mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan. 2. Pemegang izin meminta bantuan

Kepala Teknologi Limbah Radioaktif (PTLR) - BATAN untuk mendapatkan data lingkungan terbaru guna menyusun bab III tentang Karakteristik Tapak.

3. Guna memudahkan penyusunan isi-isi bab yang tidak ada di dalam LAK-IPEBRR revisi 2, pemegang izin meminta bantuan beberapa nara sumber yaitu :

a. Dari PRR-BATAN untuk membantu menyusun Bab : I, II,III,VIII,XVI,XVII dan XVIII. b. Dari PTBN-BATAN untuk

membantu menyusun Bab : VII,X,XI,XII,XIV dan XVII. c. Dari PTLR-BATAN untuk

membantu menyusun Bab : III dan IX.

d. Dari PRSG-BATAN untuk membantu menyusun Bab VI. 4. Khusus untuk penyusunan Bab X

tentang Pencegahan Kekritisan, pemegang izin meminta bantuan dua orang nara sumber dari Pusat Teknologi Reaktor Dan Keselamatan Nuklir ( PTRKN ) – BATAN.

5. Diadakannya forum konsultasi dengan evaluator BAPETEN guna mendapatkan kesamaan pandangan untuk bab-bab tertentu yang masih ada perbedaan persepsi antara Tim Penyusun dan Panitia Keselamatan dengan evaluator BAPETEN.

KESIMPULAN

Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Dokumen Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset (LAK-IPEBRR) merupakan salah satu persyaratan untuk bisa memperoleh perpanjangan izin operasi dari BAPETEN.

2. Kerangka isi yang ditetapkan di dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006 sangat berbeda dengan yang ada di dalam LAK-IPEBRR revisi 2 yang sudah disampaikan oleh pemegang izin ke BAPETEN.

3. Isi dari bab-bab yang ada di dalam LAK-IPEBRR revisi 2 tidak semuanya bisa digunakan untuk penyusunan LAK-IPEBRR sesuai yang ditetapkan di dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006.

(7)

303 4. Pemegang izin kesulitan dalam

penyusunan revisi LAK-IPEBRR sesuai yang ditetapkan di dalam Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006 sehingga meminta bantuan nara sumber dari beberapa unit yang ada di Kawasan Nuklir Serpong.

5. Guna menyamakan pandangan, telah dilakukan forum konsultasi antara Tim Penyusun dan Panitia Keselamatan dengan evaluator BAPETEN.

DAFTAR PUSTAKA

1. PT. Batan Teknologi (Persero),

Laporan Analisis Keselamatan

Instalasi Produksi Elemen Bakar Reaktor Riset, Revisi 2, Divisi

Produksi – PT. Batan Teknologi (Persero), 2005.

2. BAPETEN, Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) Nomor 03 Tahun 2006 tentang Perizinan Instalasi Nuklir Non Reaktor. BAPETEN, Jakarta,

2006.

3. BAPETEN, Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 10 tahun 2006

tentang Pedoman Penyusunan

Laporan Analisis Keselamatan

Instalasi Nuklir Non Reaktor.

BAPETEN, Jakarta, 2006.

4. PTLR - BATAN, Pemutakhiran

Data Rona Lingkungan Kawasan

Nuklir Serpong 2011, Pusat

Teknologi Limbah Radioaktif, Serpong, 2011.

TANYA JAWAB DAN DISKUSI 1. Penanya : Liliana YP (BAPETEN) Pertanyaan:

a) Apakah implementasi/penerapan Perka BAPETEN No.10/2006

dalam merevisi LAK IPEBRR sulit dilaksanakan?

b) Jika sulit diterapkan, bagian bab/pasal/ayat mana yang tidak dapat diterapkan?

Jawaban:

a) Implementasi Perka 10/2006 pada penyusunan LAK IPEBRR memerlukan waktu lama untuk diskusi dengan pihak BAPETEN. Diskusi diperlukan utnuk mengerti maksud isi Perka tersebut. Penyatuan pengertian ini dilaksanakan berulang-ulang sampai pihak penyusun bisa menuangkan dalam uraian per Sub bagian bab-bab yang ada.

b) bagian tersulit menyusun bab-ab teknis dan bab 14. Bagian spesifikasi teknis dan karakteristik tapak membutuhkan update data terbaru. batas berlakunya izin membuat penyusunan LAK mencari data update terbaru seperti disyaratkan BAPETEN.

Gambar

Tabel 1. Pembagian Tugas Tim Penyusun Revisi LAK-IPEBRR

Referensi

Dokumen terkait

Surat penugasan (clinical appoinment) adalah surat yang diterbitkan oleh kepala puskesmas kepada seorang dokter atau dokter gigi untuk melakukan tindakan

7 B21111 Elaun Makan/Penginapan/Lain-Lain Bayaran Tugas Rasmi Staf Pentadbiran 8 B21112 Tambang Tugas Rasmi Staf Pentadbiran.. LAMPIRAN 7

Hasil hipotesis kedua (H2), diketahui bahwa variabel Latar Belakang Pendidikan berpengaruh positif signifikan terhadap Pemahaman UMKM dalam penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan

Admin akan diberi pilihan untuk menambah sebab atau kerusakan dengan gejalanya. Penambahan kerusakan yang baru haruslah diikuti pengisian sebab yang baru pula.. Bila memilih

 Tekanan pada titik dalam fluida diam, atau bergerak, adalah tidak tergantung pada arah.. sepanjang tidak ada

Dengan kapabilitas untuk dapat memiliki konten yang luas dan beragam, universitas dapat menyediakan konten yang sama atau bahkan lebih baik dari yang ditawarkan pada platform

Hal tersebut menunjukkan bahwa karyawan tidak memiliki seluruh perilaku dalam dimensi OCB, sehingga pada penelitian ini menganalisis pengaruh antara kepuasan kerja,

BAB IV Kendala Kendala yang Dihadapi Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dalam Mengimplementasikan Undang-undang Perlindungan Konsumen yang pembahasannya dimulai dari