• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAJARAN BERHARGA DARI SISTEM PEMBUBUNGAN MODERN DAN PURBA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAJARAN BERHARGA DARI SISTEM PEMBUBUNGAN MODERN DAN PURBA"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

SEPULUH TAHUN SEMBURAN LUSI

PELAJARAN BERHARGA DARI SISTEM

PEMBUBUNGAN MODERN DAN PURBA

KATA KUNCI

• Semburan Lusi mud volcano telah berumur sepuluh tahun (29 Mei

2006-2016);

• Pelajaran berharga untuk mempelajari sistem pembubungan

(piecerment system) modern (yang sedang berlangsung di Lusi Saat

ini) dan purba (yang telah terjadi pada masa lalu);

• Memberikan makna “The Present is the key to the Past”, yaitu

sekarang adalah kunci untuk memahami proses-proses geologi

yang telah berlangsung pada masa lalu (ribuan-jutaan tahun).

(3)

POKOK-POKOK BAHASAN DAN ALUR PIKIR (Dr. Andriano

Mazzini)



Semburan Lusi yang spektakuler berlanjut sampai saat ini

menyemburkan lumpur, air, gas dan klastika.

Semburan Lusi yang spektakuler, diawali pada tanggal 29 Mei 2006 di

bagian timurlaut dari Pulau Jawa, Indonesia.

Sejak itu secara berlanjut telah menyemburkan material lumpur, air, gas

dan klastika.



Peluang emas mempelajari struktur pembubungan sejak saat Lusi

dilahirkan.

Lusi telah menyediakan suatu peluang yang belum pernah terjadi

sebelumnya, untuk mempelajari suatu struktur pembubungan (piecerment)

dari saat kelahirannya (29 Mei 2006).



Lusi merupakan sistem gabungan dari struktur pembubungan

tradisional di cekungan sedimen dan sistem hidrotermal dipengaruhi

aktivitas gempa dan gunung api.

Lusi sebagai sistem gabungan antara karakteristik struktur pembubungan

yang tradisional di suatu cekungan sedimen (traditional piercement

structures and sedimentary basin).

Dengan sistem-sistem hidrotermal yang dipengaruhi oleh aktivitas volkanik

dan gempa (hydrothermal systems affected by volcanic and seismic

activity).



Lusi Laboratorium alam ideal untuk memahami analogi struktur

pembubungan modern dan purba.

Lusi adalah suatu laboratorium alam yang ideal (an ideal natural

(4)

Untuk memahami suatu analogi sistem pembubungan modern, dengan

sistem pembubungan purba (for understanding analogue modern and

paleo-piercement systems).

Seperti halnya dengan gunung lumpur, sedimen induk rumah sistem

hidrotermal (sedimentary hosted hydrothermal systems), dan komplek dari

kepundan hidrotermal (hydrothermal vent complexes).



Kontribusi pada Lusi ini merupakan hasil lapangan Geologi,

Geofisika, Geokimia, Biologi dan studi pemodelan tentang struktur

pembubungan aktif dan purba.

Untuk sesi khusus di EGU 2016 ini yaitu

Lusi 10 Tahun Pelajaran

Berharga dari Sistem Pembubungan modern,

telah diapresiasi terhadap

kontribusi utama pada aspek semburan Lusi, maupun kontribusi pelengkap

lainnya.

Kontribusi tersebut telah dihasilkan dari serangkaian pekerjaan lapangan

mencakup:

geologi, geofisika, geokimia, dan biologi, serta studi

pemodelan. Terkait dengan struktur pembubungan aktif dan purba pada

suatu cekungan sedimen.

(5)

I.

LUSI LAB : PROGRAM MULTI DISIPLIN DARI SUATU

LABORATORIUM AKTIF

DR. Adriano Mazzini, and Lusi Lab Leader

I.1. POKOK-POKOK BAHASAN DAN KATA KUNCI

 Pada 29 Mei 2009 tiba-tiba muncul semburan gas dan lumpur pada beberapa lokasi di sepanjang sistem patahan geser Watukosek.

 Semburan utama Lusi sampai saat ini masih berlangsung, terjadi dua hari setelah terjadinya gempa bumi Yogyakarta.

 Lusi mendapatkan perhatian media Internasional sebagai "Lokasi semburan lumpur terbesar di Bumi" dengan dampak sosial yang berdimensi spektakuler.

 Perhatian LUSI LAB untuk melakukan penyelidikan berskala regional secara komprehensif dari fenomena semburan Lusi spektakuler.

* Lokasi Lusi aktif.

* Busur volkanik yang berdekatan.

* Kegempaan mikro dan hubungan regional. * Sistem sesar dari gunung magmatik ke Lusi. * Pemodelan numerik Lusi, sistem patahan geser.

 Hasil studi menunjukkan bahwa gerakan geser Sesar Watukosek diaktifkan kembali pasca terjadinya gempabumi Mei 2006, menghasilkan semburan Lusi.

 Diketemukan indikasi selubung bumi (mantle) terkait komplek gunung api, ditentukan Lusi sebagai sedimen induk sistem panas bumi.

 Telah dirancang dan dibangun Lusi Drone, menghasilkan citra, contoh cairan, lumpur, pengukuran spot panas.

 Dilakukan survei pengukuran gas CO2 dan CH4 memperkirakan jumlah gas yang dirilis di sekitar lusi.

(6)

 Menggunakan Drone mendapatkan lumpur segar untuk menyelidiki proses mikroba.

 Didapatkan bukti koloni mikroba aktif pada suhu tinggi, suatu wawasan baru kehidupan di biosfer dalam.

 Pengamatan regional kegempaan yang terjadi di zona subduksi mempengaruhi dapur magma, sistem patahan Watukosek dan aktivitas Lusi.

 Berbagai stasiun pemantuan di dalam tanggul ditambah rekaman video untuk mengamati perilaku dari semburan bersiklus Geyser Lusi.

 Survei terpadu geofisika untuk memetakan sistem sesar Watukosek di dekat permukaan dan menyediakan data pemodelan numerik.

 Data yang berlimpah mendukung pemodelan numerik, dinamika pada saluran Lusi sampai skala cekungan, membangun model geologi 3-d di wilayah sekitar Lusi.

I.1. ABSTRAK

  

 Pada 29 Mei 2009 munculnya tiba-tiba semburan gas dan lumpur pada

beberapa lokasi di sepanjang sistem patahan geser Watukosek.

Pada 29 Mei 2006 pada beberapa lokasi di sepanjang sesar geser (strike-slip) dari sistem Sesar Watukosek (Watukosek Fault System), di pojok timurlaut Pulau Jawa, Indonesia secara tiba-tiba muncul semburan gas dan lumpur.

  

 Semburan utama Lusi sampai saat ini masih berlangsung, awalnya

terjadi dua hari setelah gempa bumi Yogyakarta.

Semburan Lusi diawali setelah hampir dua hari terjadinya gempabumi dengan kekuatan 6,3 M, yang menerjang pulau Jawa.

Dalam beberapa minggu selanjutnya, puluhan desa telah digenangi oleh lumpur panas.

Lokasi semburan yang paling menonjol, selanjutnya disebut sebagai Lusi, dimana sampai saat ini Lusi masih berlanjut aktif.

Bencana ini telah menyebabkan sekitar 50.000 warga harus dievakuasi dan suatu daerah seluas ~7 km2 telah ditutupi oleh lumpur.

(7)

  

 Lusi mendapatkan perhatian media Internasional disebut sebagai

"Lokasi semburan lumpur terbesar di Bumi" dengan dampak sosial yang berdimensi spektakuler.

Dampak sosial dari semburan dan berdimensi yang spektakuler ini, sehingga menarik perhatian dari kalangan media internasional.

Dimana telah melaporkan bahwa Lusi merupakan "lokasi semburan lumpur

yang terbesar di Bumi" (largest mud eruption site on Earth). 



 Perhatian LUSI LAB untuk melakukan penyelidikan berskala regional

secara komprehensif dari fenomena semburan Lusi yang spektakuler. LUSI LAB (ERC hibah no. 308.126) berfokus pada lima aspek utama, yaitu

untuk melakukan suatu penyelidikan regional yang komprehensif, dari even-even yang sangat spektakuler, yaitu:

* Lokasi Lusi aktif: Pengambilan contoh dan pemantauan dari lokasi semburan Lusi yang aktif (active Lusi eruption);

* Busur volkanik yang berdekatan: Pemantauan dan pengambilan contoh pada busur vulkanik (volcanic arc) yang berlokasi didekatnya; * Kegempaan mikro dan hubungan regional: Pemantauan

kegempaan-mikro dan hubungannya dengan kegempaan regional; * Sistem sesar dari gunung magmatik menerus ke Lusi: Pemantauan

sistem sesar, dimana bagian atau titik awalya berada pada busur vulkanik (magmatic arc), selanjutnya melintasi Lusi dan ditafsirkan menerus kearah timurlaut dari Pulau Jawa;

* Pemodelan numerik Lusi, sistem sesar geser: Pemodelan numerik aktivitas Lusi dan strike-slip/sistem yang komplek.

 

 Hasil studi bahwa gerakan geser Sesar Watukosek telah diaktifkan

kembali pasca gempabumi Mei 2006, menghasilkan semburan Lusi:

Selama beberapa tahun dari aktivitas kegiatannya, LUSI LAB telah menyelesaikan beberapa ekspedisi lapangan (sampai saat ini masih berlangsung).

(8)

Studi dilaksanakan untuk menyelidiki mekanisme reaktivasi dari sistem sesar Watukosek, yang melintasi Lusi dan diperkirakan berlanjut kearah timurlaut Pulau Jawa.

Hasil sementara menunjukkan bahwa setelah gempabumi 27 Mei 2006, selanjutnya telah diaktifkan kembali gerakan lateral dari sistem strike-slip. Sehingga menghasilkan beberapa semburan yang searah, atau mempunyai kelurusan, termasuk diantaranya yang terbesar yaitu Lusi.

 

 Diketemukan indikasi selubung bumi terkait komplek gunung api, Lusi

sedimen induk sistem panas bumi.

Studi geokimia dari cairan yang disemburkan, telah mengungkapkan adanya ciri-ciri dari selubung bumi (the Earth’s mantle).

Juga suatu titik, dimana menghubungkan Lusi dengan komplek volkanik Arjuno-Welirang yang berlokasi didekatnya.

Hal ini menunjukkan bahwa bahwa Lusi adalah suatu induk sedimen (Lusi

is a sedimentary hosted) dari sistem panas bumi (geothermal system).

 

 Telah dirancang dan dibangun Lusi Drone, menghasilkan citra, contoh

cairan, lumpur, pengukuran spot panas.

Telah dirancang, dan dibangun pesawat Drone Lusi. Suatu peralatan yang dikendalikan dari jarak jauh.

Pesawat drone hexacopter telah dikembangkan dan dirakit untuk mendukung studi multidisiplin (multidiscipline studies).

Dimana Lusi Drone dapat bekerja suatu pada lingkungan yang ekstrim yang tidak dapat diakses atau didatangan langsung, yaitu di Pusat Semburan (eruption centre).

Lusi drone telah memungkinkan kita untuk dapat menghasilkan survei video/foto serta mengambil contoh cairan/lumpur dari kawah, termasuk juga melaksanakan pengukuran secara spot.

 

 Dilakukan survei pengukuran gas CO2 dan CH4 memperkirakan

(9)

Dalam rangka untuk memperkirakan jumlah gas yang telah dirilis sekitar area kawah Lusi (~7 km2), telah dilakukan dua survei.

Termasuk lebih dari 350 stasiun (pengukuran emisi CO2 dan CH4) menggunakan alat closed-chamber flux-meter system.

Mengukur emisi radon, dan mengumpulkan lebih dari 60 contoh gas untuk menganalisis komposisi dari rembesan dan emisi dari kawah lainnnya. 



 Menggunakan Drone mendapatkan lumpur segar untuk menyelidiki

proses mikroba.

Juga telah diselidiki proses-proses mikroba dan melakukan peningkatan komunitas (thriving communities).

Beberapa pengambilan contoh dilakukan untuk mengumpulkan lumpur segar dari kawah semburan, menggunakan pesawat tak berawak yang dikendalikan dari jarak jauh.

Selain itu sebagai perbandingan, telah diselesaikan transek di zona luapan untuk pengambilan contoh dengan umur aliran yang lebih tua.

 

 Didapatkan bukti koloni mikroba aktif pada suhu tinggi, membuka

wawasan baru kehidupan di biosfer dalam.

Hasil dari koloni inkubasi mikroba mengungkapkan adanya koloni mikroba aktif dalam jumlah yang cukup berlimpah, walaupun berada pada kondisi suhu yang tinggi (high temperature).

Hal ini membuka suatu dimensi pertanyaan baru (opening new questions), mengenai suatu kehidupan di biosfer berlokasi dalam (regarding life in the

deep biosphere).

 

 Pengamatan regional kegempaan yang terjadi di zona subduksi telah

mempengaruh dapur magma, sistem patahan Watukosek & aktivitas Lusi.

Sejak lebih dari satu tahun, telah dioperasikan suatu jaringan terdiri dari 31 stasiun kegempaan yang tersebar di sekitar busur vulkanik

Arjuno-Welirang, dan sepanjang patahan Watukosek dan sekitar Lusi.

Tujuan dari pemantauan berjangka panjang ini, adalah untuk mengamati bagaimana kegempaan dan/atau aktivitas gempa yang sering dan sedang

(10)

Dimana secara lokal dapat mempengaruhi aktivitas dari dapur magma

(magma chamber), sistem sesar Watukosek dan aktivitas semburan Lusi

sendiri (Lusi eruption activity).

 

 Stasiun di dalam tanggul ditambah rekaman video untuk mengamati

perilaku pulsa dari semburan Geyser Lusi.

Selain itu juga telah dilakukan pengamatan pada stasiun di dalam area tanggul.

Untuk mengamati aktivitas perilaku berdenyut (pulse behavior) dari Lusi dan semburan geysernya. Penelitian ini ditambah dengan menerapkan pengamatan video (Video monitoring).

 

 Survei terpadu geofisika untuk memetakan sistem Sesar Watukosek di

dekat permukaan dan menyediakan data pemodelan numerik.

Sebuah gabungan survei yang komprehensif dari resistivitas listrik dan potensial-alami (SP), telah dilakukan pada area seluas 7 km2 di dalam tanggul Lusi.

Tujuan dari survei geofisika tersebut adalah untuk memetakan terjadinya sistem Sesar Watukosek di dekat-permukaan (Near surface Watukosek

Fault system).

Sehingga telah menyediakan himpunan data yang sangat berguna untuk digunakan bagi suatu pemodelan numerik (numeric modeling).

 

 Data yang berlimpah mendukung pemodelan numerik, pada saluran

Lusi sampai skala cekungan, membangun model geologi 3-D di wilayah sekitar Lusi.

Banyaknya data yang telah berhasil dikumpulkan, sehingga memungkinkan untuk menguji beberapa pendekatan untuk model numeric. Dimana ditujukan terhadap dinamika yang sedang berlangsung pada saluran Lusi

(Lusi conduit).

Berlaku pada skala cekungan yang lebih luas, untuk membangun sebuah model geologi 3D dari wilayah sekitar Lusi.

(11)

II.

SEPULUH TAHUN DARI LUSI: SUATU ULASAN

Stephen A. Miller, EGU- General Assembly, 2016

II.1. POKOK-POKOK BAHASAN

 Semburan Lusi sepuluh tahun sebagai sistem geyser dengan sebagai periodik kuasi.

 Banyak studi Lusi bertujuan untuk mengkuantitatifkan sistem semburan.

 Lusi sistem hidrotermal baru dilahirkan dengan skala tektonik, berhubungan dengan kompleks gunung api.

 Perdebatan masih berlanjut terkait Lusi dipicu sebagai peristiwa alam atau oleh pemboran.

 Bukti yang ada dari perilaku sistim Lusi, tidak mungkin dipicu oleh antropogenik.

 Alasan pentingnya memahami sistem ini karena telah menimbulkan dampak sosial yang luar biasa.

 Pertanyaan penting adalah apakah ke depan semburan Lusi masih dapat menimbulkan bencana geologi susulan?

 Saat ini di dalam daerah banjir lumpur terus dilakukan upaya besar dengan infrastruktur tangggul dan aktivitas pemeliharaan berlanjut.

 Sistem semburan Lusi penting memahami sistem dengan sekala lebih besar dari suatu hidrotermal volkanik.

 Upaya besar sedang dilakukan untuk mempelajari sistem Lusi dari perspektif geokimia, geofisika dan pemodelan.

 Ringkasan merangkum apa yang diketahui apa yang masih belum jelas, termasuk mencermati perilaku Lusi.

(12)

II.2. ABSTRAK

  

 Semburan Lusi sepuluh tahun sebagai sistem geyser dengan sebagai

periodik kuasi.

Semburan lumpur Lusi, terus berlangsung selama sepuluh tahun ini, dengan relatif tidak berhenti.

Saat ini kedudukan Semburan Lusi semakin mantap (its current

steady-state), telah memperlihatkan suatu perilaku sebagai suatu sistem geyser

dengan periodik kuasi (a quasi-periodic geyser system).

  

 Banyak studi Lusi bertujuan untuk mengkuantitatifkan sistem

semburan.

Banyak studi-studi pada masa lalu, sekarang, dan ke depan (Many past,

current, and future studies) yang bertujuan untuk mengkuantitatifkan sistem

ini (aim to quantify this system).

  

 Lusi sistem hidrotermal baru dilahirkan dengan skala tektonik,

berhubungan dengan komplek gunung api.

Semakin banyak bukti yang mendukung, bahwa Lusi merupakan suatu sistem hidrotermal yang baru dilahirkan dengan skala tektonik (a new-born, tectonic

scale hydrothermal system).

Berhubungan dengan komplek gunung api yang berlokasi di dekatnya (linked

to the nearby volcano complex).

  

 Perdebatan masih berlanjut apakah Lusi dipicu sebagai peristiwa alam

atau oleh pemboran.

Perdebatan masih terus berlanjut tentang apakah pemicu Lusi (The debate

about whether the triggering of Lusi) sebagai peristiwa alami (was a natural event) di satu sisi.

Atau disisi lain, lebih disebabkan oleh pengeboran (of rather caused by

drilling continues).

  

 Bukti yang ada dari perilaku sistim Lusi, tidak mungkin dipicu oleh

(13)

Tapi bukti-bukti yang ada dari perilaku sistem ini (but evidence mounts from

the behavior of this system), telah menunjukkan.

Bahwa penyebab antropogenik sangat tidak mungkin (anthropogenic cause is

highly unlikely).

  

 Alasan pentingnya memahami sistem ini karena telah menimbulkan

dampak sosial yang luar biasa.

Memahami sistem ini sangat penting (understanding this system is very

important).

Karena dampak sosial dan ekonomi pada masyarakat si sekitarnya (because

of its social and economic impact on the surrounding communities).

  

 Pertanyaan penting adalah apakah ke depan semburan Lusi masih dapat

menimbulkan bencana geologi susulan?

Pertanyaan penting adalah apakah semburan Lusi masih dapat menimbulkan geohazard (whether it poses future geohazards).

Pada wilayah yang sekarang ini, dari suatu semburan yang bias terjadi di masa depan (in the region from future eruptions).

  

 Saat ini di dalam daerah luapan lumpur terus dilakukan upaya besar

dengan infrastruktur tangggul dan aktivitas pemeliharaan berlanjut.

Sebuah upaya besar dari infrastruktur dan aktivitas pemeliharaan yang berlanjut telah dan sedang dilakukan, di dalam daerah luapan lumpur seluas 7km2 (umum disebut Peta Area Terdampak disingkat PAT).

Wilayah ini dikelilingi oleh tanggul yang tinggi (this region is framed by a

tall embankment), di dalamnya berisi lumpur yang telah disemburkan (that contains the erupted mud) dari Kawah Lusi.

Ditujukan untuk melindungi pemukiman sekitarnya (and protects the

surrounding settlements).

  

 Sistem semburan Lusi penting memahami sistem dengan sekala lebih

(14)

Sistem ini juga sangat penting (This system is also very important) bagi pemahaman pada skala yang lebih besar lagi (for understanding at a larger

scale). Yaitu sistem hidrotermal volkanik (volcanic hydrothermal system).

Disamping itu juga untuk menentukan, apakah sumber daya panas bumi yang baru ini (to determine whether this new geothermal resource), mungkin bisa dimanfaatkan (might be exploited).

  

 Upaya besar sedang dilakukan untuk mempelajari sistem Lusi dari

perspektif geokimia, geofisika dan pemodelan.

Upaya besar sedang berlangsung dari hibah-Uni Eropa untuk mendukung proyek Lusi-Lab (Ceed, Universitas Oslo) dan hibah SNF mendukung Universitas Neuchatel.

Untuk mempelajari sistem ini (to study this system) dari perspektif geokimia, geofisika, dan pemodelan (from geochemical, geophysical, and modeling

perspectives).

  

 Ringkasan merangkum apa yang diketahui apa yang masih belum jelas,

termasuk mencermati perilaku Lusi.

Ulasan pembicaraan ini merangkum apa yang diketahui (what is known), apa yang masih belum jelas (what is still unclear).

Juga akan kembali mencermati perilaku Lusi (will revisit the behavior of

Lusi) sejak awal (since its inception).

(15)

III.

GEOLOGI BAWAH PERMUKAAN LUSI: HASIL AWAL

STUDI SEISMIK-STRATIGRAFI YANG KOMPREHENSIF

Andrea Moscariello (1), Damien Do Couto (2), Matteo Lupi (3), and Adriano Mazzini (4)

III.A.

POKOK-POKOK BAHASAN

 Penyelidikan data bawah permukaan dari zona luas pada terjadinya bencana Lusi.

 Tujuan memahami tatanan stratigrafi dan struktur, dan kaitan dengan cairan hidrotermal dalam.

 Memungkinkan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya fenomena Lusi di masa depan.

 Sumber data serangkaian penampang seismik refleksi 2-D dengan spasi yang rapat.

 Memungkinkan merekonstruksikan variasi lateral dari horizon stratigrafi kunci dan ciri-ciri tektonik utama.

 Secara khusus mengamati struktur dalam sistem sesar Watukosek berasosiasi dengan rekahan.

 Diidentifikasikan suatu kontras pada fasies seismik antara satuan tonjolan volkanik dan urutan sedimen klastik.

 Diindentifikasikan satuan stratigrafi yang lebih dalam antara batugamping dan satuan serpih.

 Sesar dikontrol oleh diapirisme, implikasikasinya pada deformasi satuan di atasnya dan sirkulasi cairan dalam.

 Diidentifikasikan struktur runtuh hasil dari pergerakan serpih di kedalaman.

 Sistem patahan geser dalam terkait zona deformasi vertical.

 Zona deformasi sering sebagai antarmuka batuan karbonat dan satuan klastik serpih secara lateral.

(16)

 Sedang diselidiki hubungan sirkulasi dalam dan dangkal.

 Kemungkinan merekonstruksikan hubungan aktivitas gunung berapi modern dan purba.

 Membandingkan asal usul struktur pembubungan dan zona deformasi lateral.

III.B.

ABSTRAK

  

 Penyelidikan data bawah permukaan dari bencana Lusi.

Telah dilakukan lakukan penyelidikan terhadap data yang terseida di bawah permukaan (investigate the subsurface data) dari zona yang luas di kawasan Sidoarjo (Jawa Timur, Indonesia).

Dimana pada 26 Mei 2006 tiba-tiba berawal bencana semburan Lusi (where

the sudden catastrophic Lusi eruption).

  

 Tujuan untuk memahami tatanan stratigrafi dan struktur, dan kaitan

dengan cairan hidrotermal dalam.

Tujuan studi ini adalah untuk memahami karakteristik stratigrafi dan struktur

(to understand the stratigraphic and structural features).

Dimana secara genetik dapat terkait dengan manifestasi di permukaan (can be

genetically related to the surface manifestations), dari cairan hidrotermal

dalam (of deep hydrothermal fluids).

  

 Memungkinkan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya fenomena

Lusi di masa depan.

Memungkinkan kita untuk memprediksi (allow us to predict) kemungkinan fenomena serupa di masa depan di wilayah ini (possible future similar

phenomena in the region).

  

 Sumber data serangkaian penampang seismik refleksi 2-D dengan spasi

(17)

Dalam rangka Kegiatan Lusi Lab (ERC hibah n◦ 308.126) telah diamati serangkaian penampang seismik refleksi 2-D dengan sepasi yang rapat. Berasal dari sumber komersial.

  

 Memungkinkan merekonstruksikan variasi lateral dari horizon

stratigrafi kunci dan ciri-ciri tektonik utama.

Hal ini memungkinkan merekonstruksi variasi lateral dari horizon stratigrafi kunci (The reconstruction of the lateral variability of key stratigraphic

horizons), serta karakteristik dari tektonik utama (as well as the main tectonic features).

  

 Secara khusus mengamati struktur dalam sistem sesar Watukosek

berasosiasi dengan rekahan.

Secara khusus, telah dicermati struktur dalam sistem sesar Watukosek (we

shed light on the deep structure of the Watukosek fault system) dan yang

berasosiasi dengan rekahan (associated fracture).

Hal ini dimungkinkan dengan adanya lintasan yang memotong keseluruhan urutan stratigrafi (all stratigraphic sequences).

  

 Diidentifikasikan suatu kontras pada fasies seismik antara satuan

tonjolan volkanik dan urutan sedimen klastik.

Ke arah Baratdaya didekat kompleks vulkanik, telah dapat diindentifikasikan suatu kontras yang jelas di dalam fasies seismik (we could identify a clear

contrast in seismic facies).

Kontras karakter seismik ini memisahkan antara geometri tonjolan yang tidak beraturan dari klastik volkanik (between chaotic volcanoclastic wedges) dengan urutan sedimen klastik (clastic-prone sedimentary successions).

  

 Diindentifikasikan satuan stratigrafi yang lebih dalam antara

batugamping dan satuan serpih.

Disamping itu juga terdapat kontras antara satuan stratigrafi berkedudukan lebih dalam (between the deeper stratigraphic units).

Antara satuan karbonat dan satuan-satuan serpih lateral (consisting of

(18)

  

 Sesar dikontrol oleh diapirisme, implikasikasinya pada deformasi satuan

di atasnya dan sirkulasi cairan dalam.

Adanya indikasi kontak satuan karbonat dan serpih tersebut, memperlihatkan kemungkinan terjadinya deformasi duktil (The latter show possible ductile

deformation).

Diperkirakan berasosiasi dengan terjadinya sesar yang dikontrol oleh diapirisme (associated to fault-controlled diapirism).

Dimana telah mengontrol deformasi dari satuan stratigrafi di atasnya (control

in turns deformation of overlying stratigraphic units) dan sirkulasi geo-cairan

dalam (deep geo-fluids circulation).

  

 Diidentifikasikan struktur runtuh hasil dari pergerakan serpih di

kedalaman.

Struktur runtuhan yang besar dikenal di daerah penelitian (Large collapse

structures recognized in the study area) misalnya pada sumur PRG-1.

Selanjutnya telah diinterpretasikan sebagai hasil dari suatu gerakan serpih di kedalaman (the results of shale movement at depth).

  

 Sistem patahan geser dalam terkait zona deformasi vertical.

Demikian pula untuk Lusi, dimana zona deformasi vertikal ("pipa") (vertical

deformation zones (“pipes”).

Kemungkinan terkait dengan sistem patahan geser yang berakar dalam

(deeply rooted strike-slip systems).

  

 Zona deformasi sering sebagai antarmuka batuan karbonat dan satuan

klastik serpih secara lateral.

Zona deformasi akan sering berada di lokasi sebagai antarmuka (often located

at the interface), antara batuan karbonat yang keras membentuk tumpukan

terisolasi (between harder carbonate rocks forming isolated build ups).

Dengan satuan-satuan, yang secara lateral berdekatan dengan satuan-satuan klastik serpih (the laterally nearby clastic shale-prone units).

  

 Mekanisme deformasi antara sistem geseran mendatar atau pergeseran

(19)

Mekanisme deformasi dari fenomena struktural (The mechanisms of

deformation of structural features), yaitu sistem geseran mendatar vs geseran

miring (strike vs dip slip systems).

Dimana dapat mempengaruhi, baik batuan dasar (may affect either the

basement rock) atau batuan-batuan pada posisi stratigrafi yang menutupi

batuan-batuan yang lebih dalam (or the overlying deeper stratigraphic rock).

  

 Sedang diselidiki hubungan sirkulasi dalam dan dangkal.

Disamping itu juga sedang dilakukan penyelidikan untuk memahami hubungan (investigated to understand the relationship), antara sirkulasi cairan dalam dan dangkal (meteorik) (between deep and shallower (i.e.

meteoric) fluid circulation.).

  

 Kemungkinan merekonstruksikan hubungan aktivitas gunung berapi

modern dan purba.

Studi stratigrafi seismik pada tepian cekungan (Seismic stratigraphic study of

the basin margin) yang berlokasi lebih dekat ke akumulasi vulkanik ini.

Akan memungkinkan untuk dapat merekonstruksikan hubungan (will also

allow reconstructing the relationships) antara aktivitas gunung magmatic

yang sekarang dan masa lalu (between present and past volcanic activity). Yang direkam di bawah permukaan dalam (recorded in the deep subsurface).

  

 Membandingkan asal usul struktur pembubungan dan zona deformasi

vertikal.

Disamping itu junga membandingkan asal-usul struktur pembubungan

(genesis of piercement structures) dan pengembangan zona-zona deformasi

(20)

IV.

MODEL GEOLOGI 3-D UNTUK LUSI: SUATU SISTEM

HIDROTERMAL DALAM

Reza Sohrabi (1), Gunnar Jansen (2), Adriano Mazzini(3),

Boris Galvan (4), and Stephen A. Miller (5))

IV.A.

POKOK-POKOK BAHASAN

 Simulasi data aliran dan pergerakan panas pada media berpori diperlukan untuk aplikasi panas bumi.

 Sistem hidrotermal volkanik dalam sebagai induk dari struktur rekahan.

 Studi di Lusi untuk mengetahui pengangkutan panas pada Lusi sebagai induk panas bumi yang baru lahir.

 Tujuan mengembangkan model numerik di Lusi dari aliran multi fase dalam reservoir dan rekahan besar.

 Model yang juga dapat digunakan untuk berbagai aplikasi antara lain sistem panas bumi yang berkelanjutan.

 Dikembangkan pendekatan fleksibel berdasarkan model geologi 3-d untuk struktur reservoir panas bumi dalam.

 Telah dikembangkan suatu model Geologi 3-D Lusi.

 Metoda geohistori dan hubungan antar tubuh geologi: Memungkinkan menghitung rekonstruksi volume.

 Dari model geologi 3-D dikuantifikasikan proses-proses fisika yaitu panas-hidraulik-mekanik-kimia.

(21)

IV.B.

ABSTRAK

  

 Simulasi data aliran dan pergerakan panas pada media berpori

diperlukan untuk aplikasi panas bumi.

Aplikasi panas bumi (Geothermal applications) membutuhkan suatu simulasi yang tepat.

Terhadap proses-proses aliran dan pergerakan panas (of flow and heat

transport processes) pada media yang berpori (in porous media).

  

 Sistem hidrotermal volkanik dalam sebagai induk dari struktur rekahan. Banyak dari media tersebut, seperti sistem hidrotermal volkanik dalam (like

deep volcanic hydrothermal systems), induk beberapa tingkat dari

rekahan-rekahan (host a certain degree of fracturing).

  

 Studi di Lusi untuk mengetahui pengangkutan panas pada Lusi sebagai

induk panas bumi yang baru lahir.

Studi ini dimaksudkan untuk mengetahui pengangkutan fluida dan panas (to

understand the heat and fluid transport).

Di dalam suatu sistem sedimen induk panas bumi yang baru lahir, di sebut Lusi (within a new-born sedimentary hosted geothermal system, termed Lusi), yang berawal menyembur tahun 2006 di Jawa Timur, Indonesia.

  

 Tujuan mengembangkan model numerik di Lusi dari aliran multi fase

dalam reservoir dan rekahan besar.

Tujuan studi ini adalah untuk mengembangkan konsepsi dan model numerik

(to develop conceptual and numerical models), yang mampu mensimulasi

aliran multi fase didalam reservoir-reservoir dengan rekahan bersekala bersar. Sebagaimana halnya di daerah Lusi, dengan rekahan dari ukuran yang tidak diketaui, orientasi dan bentuknya (with fractures of arbitrary size, orientation

and shape).

  

 Model yang juga dapat digunakan untuk berbagai aplikasi antara lain

(22)

Sebagai tambahan dari model-model juga dapat digunakan untuk sejumlah aplikasi, termasuk Sistem Panasbumi yang berlanjut (Enhanced Geothermal

Systems (EGS)), pemadatan CO2 (CO2 sequestration (Carbon Capture and Storage CCS)), dan isolasi dari sampah nuklir (nuclear waste isolation).

Sistem rekahan (Fractured systems) adalah hal yang umum, dengan skala panjang dan lebar yang tidak diketaui.

Sehingga membuat kesulitan tersendiri dalam pengembangan model umum yang dapat menangani kompleksitas ini.

  

 Dikembangkan pendekatan fleksibel berdasarkan model geologi 3-d

untuk struktur reservoir panas bumi dalam.

Telah dikembangkan suatu pendekatan continuum yang fleksibel (a flexible

continuum approach) dengan suatu simulator numerik efisien yang akurat.

Berdasarkan kepada suatu model geologi 3-d yang memadai (appropriate 3D

geological model), untuk merepresentasikan struktur dari reservoir panas

bumi dalam (representing the structure of the deep geothermal reservoir).

  

 Telah dikembangkan suatu model Geologi 3-D Lusi.

Berdasarkan berbagai studi sebelumnya, informasi lubang sumur dan data seismik yang telah dihasilkan dari kerangka studi Lusi Lab.

Selanjutnya dipresentasikan pertama kalinya suatu model geologi 3-D dari Lusi (3D geological model of Lusi).

Model ini menghitung penggunaan implisit medan potensial 3-D (using

implicit 3D potential field) atau medan multi potensial (multi-potential fields).

Tergantung kepada kontek geologi dan kompleksitasnya (depending on the

geological context and complexity).

  

 Metoda geohistori dan hubungan antar tubuh geologi: Memungkinkan

menghitung rekonstruksi volume.

Metoda ini didasarkan kepada tumpukan geologi terdiri dari evolusi sejarah geologi (geological pile containing the geological history) dari daerah dan

(23)

hubungan antara tubuh geologi satu dan lainnya (relationship between

geological bodies).

Sehingga memungkinkan untuk penghitungan secara otomatis (allowing

automatic computation) dari perpotongan dan rekonstruksi volume

(intersections and volume reconstruction).

  

 Dari model geologi 3-D dikuantifikasikan proses-proses fisika yaitu

panas-hidraulik-mekanik-kimia.

Berdasarkan model geologi 3-D, telah dikembangkan suatu alogaritma untuk menciptakan hexahedral octree meshes.

Guna memindahkan informasi struktur geologi untuk simulasi numerik 3-D guna mengkuantifikasikan proses-proses fisika dari Panas-Hidraulik-Mekanika-Kimia (hermal-Hydraulic-Mechanical-Chemical (THMC) physical

processes.)

(24)

V.

SUATU SISTEM PANAS BUMI SEPANJANG SISTEM SESAR

WATUKOSEK : KOMPLEK VOLKANIK

ARJUNO-WELIRANG DAN SEMBURAN LUSI

Salvatore Inguaggiato (1), Adriano Mazzini (2), Fabio Vita (3),Boris Galvan (4),

and Alessandra Sciarra (5))

V.A.

POKOK-POKOK BAHASAN

 Pulau Jawa kaya aktivita gunung api, mud volcano, mata air hidrotermal, dan terjadinya Lusi 2006.

 Lusi berkembang pada Zona Sesar Geser Utama Watukosek.

 Sistem Sesar Watukosek berawal daru komplek volkanik, dan memotong Lusi, lanjut ke timurlaut.

 Semburan Lusi ditandai emisi cairan panas dalam jangka yang panjang.

 Isotop komposisi gas Helium menunjukkan asal mula magmatik.

 Studi ini bertujuan menyelidiki bagian Volkanik Arjuno-Welirang terletak pada awal dari patahan sesar geser.

 Gunung api kerucut kembar Arjuno-Welirang, terletak pada sistem Sesar Watukosek, 25 km dari Lusi.

 Hadirnya air mancur panas di sayap gunung api diindikasikan terdapatnya sistem panas bumi yang besar.

 Kegiatan Lusi Lab melakukan penyelidikan geokimia lapangan di sistem hidrotermal gunung Arjuno-Welirang.

 Karakter dari suhu, pH, Air mancur hidrotermal dengan kandungan CO2 dan Helium, volatil percampuran air-gas dari meteorit dan berasal dari volkanik dalam.

 Air hidrotermal dengan kandungan isotop Helium, sebagai tanda-tanda yang jelas berasal dari magmatik.

 Komposisi isotop Helium dari Lusi mud volcano mirip dengan cairan volkanik dari Welirang.

(25)

 Perbedaan komposisi isotop air Welirang dan Lusi sangat berbeda, sumber air berbeda.

 Kehadiran gas-gas sumber volkanik bisa memicu pengangkutan emisi cairan lumpur panas Lusi menerus.

V.B.

ABSTRAK

  

 Pulau Jawa kaya aktivita gunung api, mud volcano, mata air

hidrotermal, dan terjadinya Lusi 2006.

Pulau Jawa ditandai oleh aktivitas gunung berapi yang intensif dengan jumlah total lebih dari 100 gunung berapi aktif.

Selain itu, pulau Jawa juga dikenal dengan kehadiran banyak gunung lumpur

(the presence of many mud volcanoes) dan mata air hidrotermal (hydrothermal springs).

Secara khusus, pada tahun 2006 tiba-tiba di sisi timurlaut pulau Jawa terjadi beberapa semburan lumpur panas, dengan suhu cairan sekitar 100o C,.

  

 Lusi berkembang pada Zona Sesar Geser Utama Watukosek.

Sehingga mengakibatkan semburan yang utama, bernama Lusi (singkatan dari Lumpur Sidoarjo) terletak di sepanjang zona sesar geser utama Watukosek (the major Watukosek strike- slip fault zone).

  

 Sistem Sesar Watukosek berawal daru komplek volkanik, dan

memotong Lusi, lanjut ke timurlaut.

Sistem sesar Watukosek (The Watukosek fault system), mengarah berawal dari kompleks vulkanik Arjuno-Welirang (strikes from the Arjuno-Welirang

volcanic complex).

Selanjutnya memotong Lusi dan menerus ke arah timurlaut pulau Jawa

(intersects Lusi and extends towards the NE of the Java island).

  

 Semburan Lusi ditandai emisi cairan panas dalam jangka yang panjang. Sebaliknya dari suatu semburan lumpur yang normal, dimana umumnya dicirikan dengan cairan dingin (cold fluids) yang dipancarkan dalam jangka

(26)

waktu yang singkat dalam beberapa hari (emitted in a short time period of few

days).

Namun semburan Lusi ditandai oleh suatu emisi cairan yang panas (persistent

effusive hot fluids emissions) dan berlangsung pada jangka waktu yang

panjang (for a long-time period), sejauh ini hampir berlangsung pada satu dekade.

  

 Isotop komposisi gas Helium menunjukkan asal mula magmatik.

Selain itu, komposisi dari isotop gas yang dipancarkan seperti halnya Helium

(the isotopic composition of emitted gases like Helium).

Dimana dengan jelas menunjukkan indikasi asal mula berasal dari magmatik

(clear magmatic origin).

  

 Studi ini bertujuan menyelidiki bagian Volkanik Arjuno-Welirang

terletak pada awal dari patahan sesar geser.

Atas dasar hal tersebut, selanjutnya telah diputuskan untuk dilakukan penyelidikan terhadap kompleks Arjuno-Welirang sama (Arjuno-Welirang

complex).

Yang terletak pada sesar geser yang (located on the same strike-slip fault).

  

 Gunung api kerucut kembar Arjuno-Welirang, terletak pada sistem

Sesar Watukosek, 25 km dari Lusi.

Arjuno-Welirang adalah sistem gunung berapi kerucut kembar (a twin

strato-volcano system).

Yang terletak di Jawa Timur sepanjang sesar Watukosek, sekitar 25 km baratdaya dari sistem gunung Lusi (the Lusi volcano system).

Ciri umum dari dua puncak utama: Arjuno (tinggi 3.339 m) dan Welirang (tinggi 3.156 m) diatas muka laut.

Kegiatan semburan terakhir tercatat terjadi pada Agustus 1950 dari sisi dari Kawah Plupuh dan Oktober 1950 dari baratlaut bagian dari Gunung Welirang. Gunung berapi strato ini ditandai dengan zona yang kaya S, dengan suhu di kepundan fumarol yang tinggi setidaknya sampai 220 C (dan mungkin lebih

(27)

  

 Hadirnya air mancur panas di sayap gunung api diindikasikan

terdapatnya sistem panas bumi yang besar.

Sebagai tambahan, beberapa kepundan air mancur panas dari sayap gunung api (several hot springs vent from the flanks of the volcano), mengindikasikan terdapatnya sistem panas bumi yang besar (indicate the presence of a large

hydrothermal system).

  

 Kegiatan Lusi Lab melakukan penyelidikan geokimia lapangan di sistem

hidrotermal gunung Arjuno-Welirang.

Selama Juli 2015, dalam rangka proyek Lusi Lab (ERC hibah n ̊ 308.126), telah dilakukan kegiatan geokimia lapangan (a geochemical field campaign) di daerah sistem hidrotermal gunung api Arjuno-Welirang.

Dengan mengambil contoh air dan gas-gas terlarut, berasal dari mata air panas dan dingin yang terletak di sisi-sisi gunung berapi dan dari dua fumarol suhu tinggi yang terletak di daerah puncak G. Welirang.

  

 Karakter dari suhu, pH, Air mancur hidrotermal dengan kandungan

CO2 dan Helium, volatil percampuran air-gas dari meteorit dan berasal dari volkanik dalam.

Air mancur hidrotermal mengungkapkan suhu mencapai 53oC (Hydrothermal

springs reveal temperatures up to 53 ̊C) dengan pH antara 6,2 dan 8,2 (pH between 6.2 and 8.2).

Air mancur hidrotermal menunjukkan kandungan volatil (terutama CO2 dan He) yang beberapa urutan besarnya lebih tinggi dari nilai udara Jenuh (ASW). Hal ini menunjukkan bahwa proses interaksi gas/air yang kuat (strong

gas/water interaction processes).

Antara air berasal dari meteorit (between waters of meteoric origin) dan volatil dalam berasal dari vulkanik (deep volatiles of volcanic origin).

(28)

  

 Air hidrotermal dengan kandungan isotop Helium, sebagai tanda-tanda

yang jelas berasal dari magmatik.

Air hidrotermal telah mempunyai nilai isotop helium (The hydrothermal

springs have dissolved helium isotopic values). Dengan tanda-tanda yang jelas

berasal dari magmatik (with clear magmatic signature (R / Ra sekitar 7), yang sangat dekat dengan nilai-nilai helium isotop dari fumarol (R/Ra = 7,30).

  

 Komposisi isotop Helium dari Lusi mud volcano mirip dengan cairan

volkanik dari Welirang.

Komposisi isotop helium diukur dalam cairan yang dipancarkan dari Lusi mud-volcano (isotopic composition of helium measured in the fluids emitted

from the Lusi mud-volcano) sekitar 6,5R/Ra.

Sangat mirip dengan cairan vulkanik Welirang yang, mengindikasikan keberadaan gas magmatik (fluids indicating the presence of magmatic gases) dalam cairan dipancarkan Lusi (in the Lusi emitted fluids.).

  

 Perbedaan komposisi isotop air Welirang dan Lusi sangat berbeda,

sumber air berbeda.

Sedangkan komposisi isotop dari air di Welirang dan cairan Lusi (the isotopic

composition of waters in the Welirang and Lusi fluids), ditandai sangat

berbeda (are markedly different).

Hal ini menunjukkan asal dan/atau daerah sumber aliran yang berbeda

(suggesting a different origin and/or recharge areas) untuk dua sistem

hidrotermal tersebut (for these two hydrothermal systems).

  

 Kehadiran gas-gas sumber volkanik bisa memicu pengangkutan emisi

cairan lumpur panas Lusi menerus.

Data ini mendukung hipotesis bahwa kehadiran gas-gas sumber vulkanik

(support the hypothesis that the presence of volcanic gases).

Telah memicu dan mengangkut emisi cairan lumpur panas secara terus-menerus (have triggered and conveyed the hot and persistent mud fluids

(29)

VI.

ANALISIS MEKANISME PUSAT GEMPA MIKRO DI

SEKITAR LOKASI SEMBURAN LUMPUR LUSI

Karyono (1,4,5), Anne Obermann (2), Adriano Mazzini (1), Matteo Lupi (3), Ildrem Syafri (4),

Abdurrokhim Abdurrokhim (4), Masturyono Masturyono (5), and Soffian Hadi (6)

VI.A.

POKOK-POKOK BAHASAN

 Awal kejadian Lusi 29 Mei 2006, mengikuti kejadian gempabumi 6,5.

 Even gempa Yogyakarta memicu kembali aktivitas sistem sesar geser Watukosek.

 Sistem patahan Watukosek bermula di gunung Arjuno-Welirang, berlanjut ke timur timurlaut pada lokasi Lusi.

 Berulangnya pengaktifan kembali sistem Sesar Watukosek, mengikuti aktivitas gempa dan volkanik regional.

 Pengendali mekanisme reativasi patahan Watukosek oleh gempabumi masih kurang dipahami

 Digelar 31 jaringan seismometer mencakup wilayah yang luas untuk memantau aktivitas Lusi, sesar Watukosek, dan komplek gunungapi Welirang-Arjuno.

 Secara khusus memahami pola yang konsisten dari sumber relatif stres tektonik umum di daerah penelitian.

 Kata Kunci:

 Lusi, even kegempaan mikro (microseismic event), mekanisme pusat gempa (focal mechanism)

VI.B.

ABSTRAK

  

 Awal kejadian Lusi 29 Mei 2006, mengikuti kejadian gempabumi 6,5 M Pada 29 Mei 2006 beberapa semburan berawal di timurlaut Jawa, Indonesia mengikuti kejadian gempabumi berkekuatan 6,3 M yang menerjang pulau

(30)

Dalam beberapa minggu selanjutnya, suatu daerah seluas hampir 2 km2 telah ditutupi oleh lumpur yang mendidih dan fragmen batuan. Pusat kawah yang utama (bernama Lusi) telah menyembur selama 9,5 tahun terakhir.

  

 Even gempa Yogyakarta memicu kembali aktivitas sistem sesar geser

Watukosek.

Even gempa berkekuatan 6,3 M (The M.6.3 seismic event) juga telah memicu aktivasi dari sistem sesar geser Watukosek (also triggered the activation of

the Watukosek strike slip fault system).

  

 Sistem patahan Watukosek bermula di gunung Arjuno-Welirang,

berlanjut ke timur timurlaut pada lokasi Lusi.

Patahan Watukosek bermula dari kompleks gunung berapi Arjuno-Welirang dan berlanjut ke arah timur laut (originates from the Arjuno-Welirang

volcanic complex).

Menjadi lokasi terjadinya Lusi dan gunung lumpur lainnya (hosting Lusi and

other mud volcanoes).

  

 Berulangnya pengaktifan kembali sistem Sesar Watukosek, mengikuti

aktivitas gempa dan volkanik regional

Sejak tahun 2006 sistem sesar ini telah diaktifkan kembali, dari banyak contoh sebagian besar mengikuti aktivitas seismik (mostly following to

regional seismic) dan vulkanik regional (volcanic activity).

  

 Pengendali mekanisme reativasi patahan Watukosek oleh gempabumi

masih kurang dipahami.

Namun mekanisme pengendali dari kegiatan ini (the mechanism controlling

this activity) tidak pernah diselidiki (have never been investigated), sehingga

tetap kurang dipahami (remain poorly understood).

  

 Digelar 31 jaringan seismometer mencakup wilayah yang luas untuk

memantau aktivitas Lusi, sesar Watukosek, dan komplek gunungapi Welirang-Arjuno.

(31)

between seismicity, volcanism, faulting and Lusi activity), dalam rangka

proyek ERC-Lusi Lab. Telah dibangun suatu jaringan yang terdiri dari 31 seismometer.

Jaringan ini mencakup suatu wilayah yang luas, ditujukan untuk dapat memantau aktivitas Lusi, sistem sesar Watukosek dan kompleks vulkanik Arjuno-Welirang yang berdekatan.

  

 Secara khusus memahami pola yang konsisten dari sumber relatif stres

tektonik umum di daerah penelitian.

Secara khusus, untuk memahami pola yang konsisten dari mekanisme sumber

(to understand the consistent pattern of the source mechanism).

Relatif terhadap stres tektonik umum di daerah penelitian (relative to the

general tectonic stress in the study area).

Suatu analisis rinci telah dilakukan dengan melakukan inversi momen tensor

(performing the moment tensor inversion) untuk data lapangan yang dekat

dikumpulkan dari stasiun-stasiun jaringan.

Selanjutnya data tersebut telah digabungkan dengan data lapangan dekat dari jaringan regional dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Indonesia yang mencakup seluruh negeri pada skala yang lebih luas (that

covers the whole country on a broader scale.).

Kata Kunci:

Lusi, even kegempaan mikro (microseismic event), mekanisme pusat gempa (focal

(32)

VII.

SEMBURAN LUSI DAN IMPLIKASINYA UNTUK

MEMAHAMI STRUKTUR PEMBUMBUNGAN PURBA DI

CEKUNGAN SEDIMENTASI.

Henrik Svensen (1), Adriano Mazzini (1), Sverre Planke (1,2), and Soffian Hadi (3)

VII.A.

POKOK-POKOK BAHASAN

 Semburan Lusi berawal 29 Mei 2006, terus menyemburkan batuan, lumpur, air dan gas.

 Pekerjaan lapangan dan penelitian Lusi dilakukan sejak awal termotivasi dari pelajaran inisiasi gunung lumpur.

 Panjang semburan digunakan untuk meninjau panjang kehidupan dari struktur pembubungan Lusi:

 Pertanyaan mendasar adalah bagaimana mengklasifikasi Lusi terhadap analogi yang purba.

 Tahap awal Lusi diklasifikasikan sebagai mud volcano, namun dari beberapa karakteristik mengindikasikan Lusi sebagai induk sedimen dari sistem hidrotermal:

 Membuka peluang untuk memahami sistem hidrotermal purba di cekungan sedimentasi.

 Antara lain kepundan hidrotermal, pipa breksi yang dipengaruhi oleh provinsi batuan beku berukuran besar.

 Analogi Karoo Basin, Basin Voring dan untuk memperbaiki model pembentukan Lusi.

 Membandingkan Lusi dengan sistem hidrotermal purba, sebagai wawasan baru Lusi berinteraksi dengan batuan beku dari busur magmatik.

(33)

VII.B.

ABSTRAK

  

 Semburan Lusi berawal 29 Mei 2006, terus menyemburkan batuan,

lumpur, air dan gas.

Semburan Lusi berawal di timur laut Pulau Jawa, Indonesia, pada tanggal 29 Mei 2006.

Sejak itu telah menyemburkan batuan-batuan, lumpur, air, dan gas (it has

been erupting rocks, mud, water, and gas ever since).

  

 Pekerjaan lapangan dan penelitian Lusi dilakukan sejak awal

termotivasi dari pelajaran inisiasi gunung lumpur.

Telah dilakukan pekerjaan lapangan dan penelitian tentang Lusi sejak semburan dimulai.

Pekerjaan ini awalnya termotivasi (This work was initially motivated), pelajaran inisiasi dari suatu gunung lumpur (from studying the initiation of a

mud volcano).

  

 Panjang semburan digunakan untuk meninjau panjang kehidupan dari

struktur pembubungan Lusi:

Namun, panjang umur dari semburan (the longevity of the eruption) telah memungkinkan hal tersebut untuk menggambarkan dan memantau panjang kehidupannya (to describe and monitor the lifespan).

Dari struktur pembubungan yang unik ini (of this unique piercement

structure).

  

 Pertanyaan mendasar adalah bagaimana mengklasifikasi Lusi terhadap

analogi yang purba.

Salah satu pertanyaan orde pertama tentang semburan adalah (the first-order

questions regarding the eruption) bagaimana Lusi harus diklasifikasikan (is how it should be classified).

Seandainya ada suatu analog modern atau yang purba lainnya (if there are

any other modern or fossil analogues), yang dapat menempatkan Lusi dalam

konteks geologi yang relevan (that can place Lusi in a relevant geological

(34)

  

 Tahap awal Lusi diklasifikasikan sebagai mud volcano, namun dari

beberapa karakteristik mengindikasikan Lusi sebagai induk sedimen dari sistem hidrotermal:

Pada tahap awal semburan (During the initial stages of eruption), Lusi telah diklasifikasikan sebagai suatu gunung lumpur yang umum dimaknai secara universal.

Namun setelah dilakukan studi geokimia yang lebih mendalam (but following

geochemical studies), ternyata semburan dari Lusi.

Tidak menunjukkan adanya komposisi gas yang dominasi CH4, sebagaimana yang khas (the eruption did not show the typical CH4-dominated gas

composition) dari suatu gunung lumpur lainnya (of other mud volcanoes).

Demikian pula suhu juga terlalu tinggi (the temperature was also too high). Lebih jauh lagi semburan dari mud volcano umumnya atau normalnya hanya berlangsung pada beberapa hari saja (mud volcano eruptions normally last a

few days).

Namun lain halnya dengan Lusi, dimana semburan hampir tidak pernah berhenti selama satu dekade (but Lusi never stopped during the past decade). Secara khusus, geokimia dari fluida di kawah (the crater fluid geochemistry) telah memberikan pandangan baru.

Bahwa adanya suatu hubungan dengan komplek gunung api di dekatnya

(suggests a connection to the neighboring volcanic complex).

Lusi ditentukan merepresentasikan suatu induk sedimen dari sistem hidrotermal (Lusi represent a sedimentary hosted hydrothermal system).

  

 Membuka peluang untuk memahami sistem hidrotermal purba di

cekungan sedimentasi.

Hal ini membuka kemungkinan baru (This opens up new possibilities) untuk memahami sistem-sistem hidrotermal purba (understanding fossil hydrothermal systems) di cekungan sedimen (in sedimentary basins).

(35)

  

 Antara lain kepundan hidrotermal, pipa breksi yang dipengaruhi oleh

provinsi batuan beku berukuran besar.

Seperti halnya dengan kompleks kepundan hidrotermal dan pipa-breksi

(hydrothermal vent complexes and breccia-pipes) yang ditemukan di

cekungan-cekungan sedimen (found in sedimentary basins).

Dimana dipengaruhi oleh pembentukan provinsi batuan beku berukuran besar

(affected by the formation of Large igneous provinces).

  

 Analogi Karoo Basin, Basin Voring dan untuk memperbaiki model

pembentukan Lusi.

Disajikan contoh-contoh dari Karoo Basin (Afrika Selatan) dan Basin Vøring (offshore Norwegia) dan mendiskusikan bagaimana Lusi dapat digunakan untuk memperbaiki model pembentukan yang sebelumnya telah ada (discuss

how Lusi can be used to refine existing formation models).

  

 Membandingkan Lusi dengan sistem hidrotermal purba, sebagai

wawasan baru Lusi berinteraksi dengan batuan beku dari busur magmatik.

Akhirnya, dengan membandingkan Lusi dengan sistem hidrotermal purba (by

comparing Lusi to fossil hydrothermal systems).

Kita bisa mendapatkan wawasan baru tentang proses-proses yang beroperasi pada suatu kedalaman (get insight into the processes operating at depth). Dimana sistem Lusi berinteraksi dengan batuan beku (where the Lusi system

interacts with the igneous rocks) dari busur vulkanik yang berdekatan (the neighbouring volcanic arc).

(36)

VIII.

DINAMIKA PEMICU LUSI, DI CEKUNGAN JAWA TIMUR

Matteo Lupi (1), Erik H. Saenger (2), Florian Fuchs (3), and Steve Miller (4)

VIII.A.

POKOK-POKOK BAHASAN

 Pemahaman Umum Lusi: Induk sedimen sistem hidrotermal.

 Gempabumi Yogakarta mengaktifkan kembali Patahan geser Watukosek, bersamaan keberadaan Lusi.

 Cairan biogenik dan termogenik karena sistem Watukosek menghubungan cekungan Jawa Timur dengan busur volkanik.

 Studi perambatan gelombang seismik pada model struktur Lusi untuk mengukur efek dari energi seismik yang masuk ke Lusi.

 Formasi Kalibeng Atas dengan kecepatan geser yang rendah, disebabkan oleh peningkatan tekanan pori.

 Analisis pentingnya keseluruhan struktur geologi untuk memusatkan energi seismik.

 Perhatian khusus gelombang tubuh dari gempa Yogyakarta telah menginduksi pencairan dari Formasi Kalibeng.

 Lumpur yang dicairkan diinjeksi dan diaktifkan kembali bagian dari sistem patahan Watukosek.

 Lusi merupakan kasus yang merugikan dari dinamika yang pemicunya diawali oleh gempabumi Yogyakarta.

(37)

VIII.B.

ABSTRAK

  

 Pemahaman Umum Lusi: Induk sedimen sistem hidrotermal. Semburan kawah utama (major eruption crater) disebut sebagai Lusi.

Merepreperesantasikan ekspresi di permukaan (the surface expression) dari suatu sedimen sebagai induk sistem hidrotermal yang baru lahir (a newborn

sedimentary-hosted hydrothermal system).

  

 Gempabumi Yogakarta mengaktifkan kembali Patahan geser

Watukosek, bersamaan keberadaan Lusi.

Data geologi dan geokimia sebelumnya (Previous geochemical and

geological data), telah menunjukkan bahwa gempa Yogyakarta mungkin

telah diaktifkan kembali (the Yogyakarta earthquake may have reactivated), bagian dari sistem sesar Watukosek (parts of the Watukosek fault system). Merupakan suatu struktur sesar geser, dimana Lusi berada (suggest a strike

slip structure upon which Lusi resides).

  

 Cairan biogenik dan termogenik karena sistem Watukosek

menghubungan cekungan Jawa Timur dengan busur volkanik.

Sistem patahan Watukosek (The Watukosek fault systems) telah menghubungkan cekungan Jawa Timur, dengan busur vulkanik (connects the

East Java basin to the volcanic arc).

Dimana dapat menjelaskan keberadaan baik cairan jenis biogenik maupun termogenik (the presence of both biogenic and thermogenic fluids).

  

 Studi perambatan gelombang seismik pada model struktur Lusi untuk

mengukur efek dari energi seismik yang masuk ke Lusi.

Untuk mengukur efek dari energi seismik yang masuk di Lusi (the effects of

incoming seismic energy at Lusi).

Telah dilakukan studi perambatan gelombang seismik (a seismic wave

propagation study) pada model dari geologi struktur Lusi (a geological model of Lusi’s structure).

  

(38)

Fitur utama dari model yang dikembangkan adalah suatu zona dengan kecepatan geser yang rendah (a low velocity shear zone), yang berada di dalam Formasi Kalibeng (in the Kalibeng formation).

Disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan pori (caused by elevated pore

pressures), dimana hal ini sering diabaikan dalam penelitian lainnya.

  

 Analisis pentingnya keseluruhan struktur geologi untuk memusatkan

energi seismik.

Analisis yang dilakukan menyoroti pentingnya keseluruhan struktur geologi (the importance of the overall geological structure), yang telah memusatkan energi seismik (that focused the seismic energy).

Selanjutnya menyebabkan peningkatan kecepatan regangan pada kedalaman

(causing elevated strain rates at depth).

  

 Perhatian khusus gelombang tubuh dari gempa Yogyakarta telah

menginduksi pencairan dari Formasi Kalibeng.

Secara khusus, telah diamati gelombang tubuh yang dihasilkan oleh gempa bumi Yogyakarta (body waves generated by the Yogyakarta earthquake). Dimana telah berperan dalam menginduksi pencairan dari Formasi Kalibeng

(induced liquefaction of the Kalibeng formation).

  

 Lumpur yang dicairkan diinjeksi dan diaktifkan kembali bagian dari

sistem patahan Watukosek.

Akibatnya, lumpur yang sebelumnya dicairkan telah diinjeksi (the liquefied

mud injected).

Selanjutnya diaktifkan kembali pada bagian dari sistem sesar Watukosek

(reactivated parts of the Watukosek fault system).

  

 Lusi merupakan kasus yang merugikan dari dinamika yang pemicunya

diawali oleh gempabumi Yogyakarta.

Temuan dari studi ini berada dalam kesepakatan dengan hasil penelitian sebelumnya.

(39)

Dimana menunjukkan bahwa Lusi adalah suatu kasus yang merugikan atau musibah (Lusi was an unfortunate case).

Suatu dinamika pemicu yang dipromosikan oleh suatu gempa Yogyakarta (of

dynamic triggering promoted by the Yogyakarta earthquake).

(40)

IX.

PEMANTAUAN BERBASIS GPS PADA SEMBURAN LUSI

DAN EKSTERNAL PERTURBATIONS

Alwi Husein (1,2,3), Adriano Mazzini (1), Soffian Hadi (3), Bagus Santosa (2),

Muhammad Charis (3), and Dwinata Irawan (3)

IX.A.

POKOK-POKOK BAHASAN

 Awal semburan Lusi berawal Mei 2006 berlanjut memuntahkan lumpur panas menutupi area 7km2.

 Selama 9,5 tahun postur semburan Lusi terus dinamis, pasca membentuk morfologi kerucut mengalami penurunan sebagai konsekuensi berlanjutnya semburan

 Faktor eksternal mempengaruhi Postur/morfologi dan Perilaku semburan Lusi Lusi yaitu aktivitas: kegempaan, volkanisme, Patahan Watukosek

 Studi Evolusi Sistem Lusi berbasis pemantauan GPS berkelanjutan.

 Penggabungan data stasiu dasar berjarak 5 Km dari Lusi dan stasiun patokan sekunder di sekitar semburan Lusi.

 Dihasilkan pantauan evolusi postur dan semburan Lusi dan pergerakan tanah sebagai hasil dampak berganda.

 Evolusi postur, perilaku semburan dan amblesan berkorelasi dengan aktivitas regional gempabumi dan gunung api.

 Suatu anomali terjadi dari dampak kegiatan regional, terjadi peningkatan kerakan lateral dan vertical.

 Studi mengungkapkan kegiatan tektonik berjarak 300m telah memberikan dampak signifikan pada lokasi semburan aktif Lusi.

(41)

IX.B.

ABSTRAK

  

 Awal semburan Lusi berawal Mei 2006 berlanjut memuntahkan lumpur

panas menutupi area 7 km2.

Semburan lumpur Lusi di Indonesia dimulai pada Mei 2006, dan sejak itu telah terus memuntahkan lumpur panas di permukaan pada area seluas 7 km2. Saat ini telah dilingkari dengan tanggul penahanan luapan lumpur yang tinggi.

  

 Selama 9,5 tahun postur semburan Lusi terus dinamis, pasca

membentuk morfologi kerucut mengalami penurunan sebagai konsekuensi berlanjutnya semburan

Bentuk lokasi semburan lumpur terus berkembang selama 9,5 tahun terakhir. Setelah pada awal membentuk morfologi kerucut (initial cone-shaped morphology), permukaan tanah telah ditandai dengan suatu penurunan

menyeluruh secara progresif (characterized by an overall progressive subsidence).

Khususnya pada situs semburan, telah dikompensasi oleh adanya semburan yang berlangsung menerus dari material breksi lumpur yang mendidih

(typical at eruption sites, compensated by the continuous eruption of boiling mud breccia.).

  

 Faktor eksternal mempengaruhi Postur/morfologi dan Perilaku

semburan Lusi Lusi yaitu aktivitas: kegempaan, volkanisme, Patahan Watukosek

Banyak faktor eksternal tampaknya telah mempengaruhi (external factors appear to influence) evolusi morfologi Lusi dan aktivitasnya (Lusi morphology and its activity).

Perhatian khusus ditujukan oleh adanya interaksi antara frekuensi kegempaan

(frequent seismicity), aktivitas busur vulkanik didekatnya (the activity of the neighboring volcanic arcs), sistem sesar Watukosek yang memotong Lusi (the Watukosek fault system that intersects Lusi).

Dimana pada gilirannya mengubah postur dan aktivitas semburan (alter the eruption activity and posture).

(42)

  

 Studi Evolusi Sistem Lusi berbasis pemantauan GPS berkelanjutan.

Dalam rangka untuk mempelajari evolusi sistem Lusi (to study the evolution of the Lusi system).

Telah dipantau secara menerus area Lusi (continuously monitor the area),

dengan menggunakan metode berbasis darat GPS (using a GPS ground-based

method.). 

 

 Penggabungan data stasiu dasar berjarak 5 Km dari Lusi dan stasiun

patokan sekunder di sekitar semburan Lusi.

Penyelidikan yang dilakukan menggabungkan data dari stasion dasar terletak terletak ~ 5 km ke selatan dari Lusi (The investigation is conducted combining the data from a base station located

5 km to the south of Lusi)

Dengan beberapa stasiun patokan sekunder yang tersebar di sekitar kawah

(several secondary benchmark stations scatterred just around the crater).

Disamping itu di tanggul yang menutupi lokasi semburan (the embankment that frames the eruption site).

Data ini dilengkapi dengan stasiun GPS rover terhubung ke system

(complemented by rover GPS stations connected to the system).

Sekitar 400-1000 titik pengukuran telah dihimpun pada setiap survei, tergantung pada kondisi lumpur di lapangan.

  

 Dihasilkan pantauan evolusi postur dan semburan Lusi dan pergerakan

tanah sebagai hasil dampak berganda.

Data yang berhasil dihimpun telah memungkinkan pemantauan evolusi dan pergerakan yang terjadi di sekitar lokasi semburan (monitoring the evolution and the displacements occurring around the eruption site).

Disamping itu terhadap perubahan volume semburan lumpur dan berhubungan (the changes in mud erupted volumes).

Tehadapi bervariasinya kecepatan aliran and the related variations in flow rate).

  

 Evolusi postur, perilaku semburan dan amblesan berkorelasi dengan

Referensi

Dokumen terkait

Metode dalam penelitian ini adalah non-eksperimen, sedangkan proses pengambilan data dilakukan dengan memberikan angket tentang kecemasan Sport Competition Anxiety

pembelajaran ini diukur dengan lembar penilaian kemampuan guru merencanakan pembelajaran. Setiap komponen dinilai dengan skala 1- 3. Kelengkapan komponen dalam RPP seperti KI,

Kesimpulan-kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah ini adalah sebagai berikut: Pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni

Uraian di atas memperlihatkan bahwa basis hukum berada dalam masyarakat itu sendiri, sehingga untuk memaharni hukum dalam masyarakat secara utuh maka hukum harus

Suatu sistem adalah seperangkat komponen, elemen, unsure atau sub sistem dengan segala atributnya yang satu sama lain saling berkaitan, pengaruh mempengaruhi dan saling

Undang-undang berlaku bagi orang yang ada, baik di dalam suatu wilayah negara maupun di luar negaranya (asas personalitas, misalnya dalam Pasal 5 KUHP apabila di negara

Jika hukum diartikan sebagai instrumen kebudayaan yang berfungsi untuk menjaga keteraturan sosial (social order), atau sebagai sarana pengendalian sosial (social control),

Fenomena yang mengemuka saat ini adalah semakin terkikisnya budaya lokal sebagai dampak dari moderenisasi dan globalisasi. Kemunculan budaya asing cenderung