• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PELATIHAN PSN TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN PARTISIPASI SISWA, GURU DAN KOMITE SEKOLAH DI MAJALENGKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PELATIHAN PSN TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN PARTISIPASI SISWA, GURU DAN KOMITE SEKOLAH DI MAJALENGKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELATIHAN PSN TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN

PARTISIPASI SISWA, GURU DAN KOMITE SEKOLAH DI MAJALENGKA

Wawan Kurniawan

Program Studi Keperawatan, STIKes YPIB Majalengka, wawankurniawan.mjl@gmail.com

ABSTRAK

Prevalensi kasus DBD di Kabupaten Majalengka meningkat. Case Fatality Rate DBD tahun 2016 sebanyak 1,2 % (> target CFR nasional). Pencegahan DBD yang dianggap paling tepat adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan PSN terhadap pengetahuan, sikap dan partisipasi siswa, guru dan komite sekolah dalam pengendalian vektor DBD di Majalengka. Metode penelitian ini menggunakan desain quasi experiment (pretest-posttest control group design). Sebanyak 4 sekolah terpilih sebagai kelompok intervensi dan 4 sekolah lainnya sebagai kontrol. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV-VI, guru dan perwakilan komite sekolah. sampel berjumlah 334 siswa dan 70 guru dan komite sekolah. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan dianalisis dengan uji Wilcoxon dan Kruskal-Wallis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) berpengaruh terhadap pengetahuan (p=0,000), sikap (p=0,000) dan partisipasi siswa (p=0,000) siswa. Pelatihan tidak berpengaruh terhadap pengetahuan (p=0,135), sikap (p=0,933) dan partisipasi guru dan komite sekolah (p=0,079). Kesimpulan penelitian adalah pelatihan PSN berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan, sikap dan partisipasi siswa, tetapi tidak memberikan pengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan partisipasi guru dan komite sekolah. Pemangku kebijakan kesehatan hendaknya menempatkan siswa sebagai subjek dan bukan hanya objek dalam kegiatan pengendalian penyakit menular khususnya yang berbasis sekolah.

Kata kunci : pelatihan, PSN, pengetahuan, sikap, partisipasi ABSTRACT

The prevalence of DHF in Majalengka District is increasing. Case Fatality Rate for DHF in 2016 was 1.2% (> national CFR target). The most appropriate prevention of DHF is the Eradication of Mosquito Nests (PSN). This study aimed to determine the effect of PSN training on knowledge, attitudes and participation of students, teachers and school committees in controlling DHF vector in Majalengka. This study used quasi experiment design (pretest-posttest control group design). Four schools selected as intervention groups and 4 others as control. The subjects were grade IV-VI students, teachers and school committee representatives. There are 334 students and 70 teachers and school committees. The instrument used questionnaire and was analyzed by Wilcoxon and Kruskal-Wallis tests. The result showed PSN training significantly influence knowledge (p = 0,000), attitude (p = 0,000) and participation (p = 0,000) of the students. The training did not affect on knowledge (p = 0.135), attitude (p = 0.933) and participation (p = 0.079) of teachers and school committees. Conclusion: PSN training has significant effect on students' knowledge, attitudes and participation, but did not give effect to the knowledge, attitudes and participation of teachers and school committees. Health policy holders should place students, teachers and school committees as subjects and not just objects in controlling infectious diseases.

Keywords: training, PSN, knowledge, attitude, participation PENDAHULUAN

Penyakit zoonotik merupakan isu ekonomi dunia kesehatan yang penting saat ini, termasuk Demam Berdarah. Demam Berdarah (DB) adalah penyakit menular yang ditandai demam mendadak, perdarahan di kulit maupun bagian tubuh lainnya, dapat menimbulkan

shock dan bahkan kematian. Demam berdarah

disebabkan virus dengue yang tergolong pada keluarga Flaviviridae, serta ditularkan oleh

nyamuk Ae. Aegypti. Ae. Aegypti hidup di tempat- tempat yang dapat menampung air maupun ditempat sampah rumah tangga, termasuk genangan air di barang bekas, seperti ban, kaleng, tempat air mineral, vas bunga, atau tempat-tempat lain yang dapat menampung air (Dirjen PP&PL Kemenkes, 2013).

(2)

propinsi di Indonesia. Angka Incidence Rate (IR) atau kasus baru DB di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun (Kemenkes, 2013). Prevalensi kasus DBD di Kabupaten Majalengka juga meningkat. Pada tahun 2014 ada 184 kasus dengan kematian sebanyak 2 orang (CFR= 1,09), tahun 2015 ada 308 dan 2 kematian (CFR= 1), dan ada 328 kasus di tahun 2016 dengan jumlah kematian sebanyak 4 orang. Case Fatality Rate Tahun 2016 sebanyak 1,2 %, yang berarti lebih tinggi dari CFR yang ditetapkan secara nasional yaitu < 1%. Insidence Rate DB Tahun 2016 adalah 28/100.000, lebih rendah dari target nasional yaitu 55/100.000 (Dinkes Jabar, 2015; Dinkes Majalengka, 2012; Dinkes Majalengka 2015; Dinkes Majalengka 2106).

Salah satu metode pencegahan yang masih dianggap efektif sampai saat ini adalah program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui kegiatan 3M Plus yaitu menguras, menutup dan mengubur plus ditambah dengan kegiatan lain semisal menguras dan menggosok bak mandi serta tempat-tempat panampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali, menutup rapat tempat penampungan air dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat bertelur pada tempat-tempat tersebut. Selain itu, mengubur barang-barang bekas terutama yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk, seperti sampah keleng, botol pecah, dan ember plastik serta mengganti air pada vas bunga dan wadah terbuka lain yang berpotensi setidaknya seminggu sekali. Kegiatan lain seperti membersihkan pekarangan dan halaman sekitar tempat tinggal, munutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambu yang dapat menampung air, membersihkan air yang tergenang di atap rumah serta membersihkan salurannya kembali jika salurannya tersumbat oleh sampah-sampah dari daun juga dinilai mampu mengurangi

populasi nyamuk sebagai vektor penyebab. Sementara untuk mencegah atau mengurangi kontak antara vektor dengan manusia dapat dilakukan dengan cara menggunakan kelambu yang diberi insektisida saat tidur, berpakaian menutupi tubuh, memakai semprotan piretrum dan aerosol untuk perlindungan diri, memakai

repellant/obat anti nyamuk oles, memasang

kawat kasa di jendela dan ventilasi, mengatur pencahayaan dalam rumah agar ruangan tidak lembab dan cukup terkena cahaya dan tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar (Dirjen PP&PL Kemenkes, 2011; 2013).

Perilaku adalah aktivitas individu yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati. Perilaku dapat diamati disebut perilaku terbuka (open behaviour), misalnya praktik menguras dan menyikat bak mandi, memeriksa adanya jentik nyamuk, menggunakan lotion anti nyamuk sebelum berangkat sekolah. Adapun perilaku yang tidak dapat diamati, oleh karenanya disebut perilaku terselubung (overt behaviour) meliputi perasaan kasih dan sayang ibu kepada anaknya, tekad ayahnya bekerja lebih keras untuk bisa membelikan rumah di lingkungan yang sehat (Dirjen PP&PL Kemenkes, 2008).

Notoatmodjo (2012) membedakan perilaku kedalam tiga wujud : cognitive (cipta),

affective (rasa), dan psychomotor (karsa).

Untuk kepentingan praktis ketiganya dikembangkan menjadi tiga ranah, yaitu pengetahuan, sikap, dan praktik. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui pelatihan (Kamil, 2010). Konsep dasar pelatihannya yaitu dengan memberikan materi pengetahuan tentang penyakit DBD, nyamuk penular DBD dan program pencegahan melalui kegiatan PSN.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pelatihan PSN terhadap pengetahuan, sikap dan partisipasi siswa, guru dan komite sekolah dasar di Majalengka .

METODE PENELITIAN Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain quasi

experiment pretest posttest control design.

Lokasi penelitian adalah tiga kecamatan dengan prevalensi tertinggi yaitu Majalengka, Jatiwangi dan Kadipaten ditambah satu kecamatan dengan prevalensi rendah sebagai

kontrol yaitu Sukahaji. Ada tiga sekolah dasar (SD) dan satu MI (Madrasah Ibtidaiyah) yang diambil sebagai kelompok intervensi, demikian juga untuk kelompok kontrol terdiri dari tiga SD dan satu MI.

(3)

𝑛 =[(𝑧𝛼+ 𝑧𝛽)𝑆𝑑] 2 (𝑑)2 𝑛 =[1,96 + 0,84)2,9] 2 (4,7)2

𝑛 = 2,93 = 3 ditambah 1 sekolah menjadi 4 sekolah yang terdiri dari tiga SD dan satu MI untuk masing-masing kelompok.

Kriteria inklusi ditetapkan dalam studi ini yaitu: a) anak sekolah dasar kelas III, IV dan V yang bersekolah di SD/MI yang terpilih sebagai kelompok studi, b) guru-guru dan perwakilan komite sekolah di sekolah-sekolah terpilih, c) bersedia berpartisipasi dalam studi. Ketersediaan berpartisipasi dinyatakan secara tertulis dalam informed consent. Kriteria

eksklusi dalam penelitian ini adalah responden yang tidak hadir pada saat penelitian berlangsung.

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Ada 15 pertanyaan terkait dengan pengetahuan tentang vektor, penyakit DBD dan kegiatan PSN, 10 pertanyaan tentang sikap responden serta 10 item pertanyaan tentang partisipasi responden dalam kegiatan PSN.

Data dianalisis dengan menggunakan bantuan komputer dan aplikasi program SPSS versi 21. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon Rank Test untuk menguji beda rerata sebelum dan sesudah intervensi (pre-post

intervention), serta Kruskal-Wallis untuk uji

beda antardua kelompok.

Jalannya Penelitian

Lokasi penelitian diambil secara purposif pada tiga kecamatan dengan prevalensi DBD tertinggi di Majalengka dan satu kecamatan sebagai kontrol. Randomisasi dengan menggunakan close envelope dilakukan untuk menentukan sekolah terpilih. Pelatihan dilakukan selama satu untuk masing-masing sekolah intervensi. Pelatihan diberikan melalui media video, materi, kerja kelompok dan

pemberian modul. Siswa juga dibekali dengan senter dan alat tulis untuk pemantauan jentik. Pelatihan bagi guru dan komite meliputi pemberian materi, modul dan Focus Group

Discussion (FGD). Pre-test dilakukan sesaat

sebelum pelatihan dan post test dilakukan satu bulan (30 hari) setelah intervensi. Pada kelompok kontrol, siswa diberikan alat tulis dan senter. Post test dilakukan satu bulan (30 hari) setelah intervensi.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden

Penelitian ini dilaksanakan di delapan SD/MI di Kabupaten Majalengka. Ada empat sekolah ditetapkan sebagai kelompok intervensi dan sisanya sebagai kontrol. Kelompok intervensi terdiri dari

171 siswa dan 38 guru dan komite sekolah, sedangkan kelompok kontrol terdiri dari 163 siswa dan 32 guru dan komite sekolah.

Tabel 1. Karakteristik Responden

Responden Karakteristik Intervensi Kontrol p-value (n= 171) (n= 163)

Siswa Jenis kelamin 0,000

- Laki-laki 73 (43) 66 (40,5) - Perempuan Umur 98 (57) 10,66+ 0,989a 97 (59,5 10,97+ 0,932a 0,000

Guru dan komite Jenis kelamin 0,000

sekolah - Laki-laki 15 (39,5) 7 (21,9) - Perempuan Umur 23 (60,5) 45,68+ 8,866a 25 (78,1) 46,06+ 11,025a 0,001 Siswa dan guru yang terlibat dalam penelitian ini sebagian besar adalah perempuan.

(4)

Analisis Data Siswa

Tabel 2. Uji Beda Sebelum dan Sesudah Intervensi

Variabel Intervensi P-value Kontrol P-value

Pengetahuan (pre) Mean+SD 6,47 + 1,68 0,000 6,41 + 1,777

0,000

Min-max 3-11 2-11

P-Value (Normalitas)

0,000a/0,000b 0,000a/0,000b

Pengetahuan (post) Mean+SD 9,95+1,74 7,18+1,956

Min-max 3-13 0-12

P-Value (Normalitas)

0,000a/0.000b 0,000a/0.002b

Sikap (pre) Mean+SD 4,19 + 1,143 0,000 4,21+ 1,261

0,000

Min-max 0-7 0-7

P-Value (Normalitas)

0,000a/0,000b 0,000a/0,000b

Sikap (post) Mean+SD 5,56+2,207 4,31+1,312

Min-max 1-10 0-8 P-Value (Normalitas) 0,000a/0.000b 0,000a/0.000b Partisipasi (pre) Mean+SD 24,32 + 4,432 0,000 22,41 + 4,276 0,000 Min-max 14-36 15-39 P-Value (Normalitas) 0,002a/0,012b 0,012b

Partisipasi (post) Mean+SD 29,95+5,611 22,61+3,829

Min-max 16-36 15-34

P-Value

(Normalitas)

0,000a/0.000b 0.000b

Tabel 3 Signifikansi Data Pre-Post dengan Wilcoxon Rank Test

variabel Intervensi Kontrol

Pengetahuan post- pre Z -10.812(a) -4.551(a)

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000 0.000

Sikap post-pre Z -6.564(a) -.745(a)

Asymp. Sig. (2-tailed) 0.000 0.457

Partisipasi post-pre Z -8.522(a) -.421(a)

Asymp. Sig.(2-tailed) 0.000 0.674

Uji beda pre-post menggunakan uji wilcoxon karena data terdistribusi tidak normal. Berdasarkan hasil dari perhitungan

Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang

didapat kelompok intervensi sebesar - 10,81 dengan p-value (Asymp. Sig 2 tailed) sebesar 0,000 dimana kurang dari batas kritis penelitian 0,05 sehingga keputusan hipotesis adalah menerima Ha atau terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara pretest dan

posttest pada kelompok intervensi. Hasil yang

sama juga didapatkan oleh kelompok kontrol dengan nilai Z sebesar -4,551 dan p-value

sebesar 0,000 dimana kurang dari batas kritis penelitian 0,05 sehingga keputusan hipotesis adalah menerima Ha atau yang berarti terdapat perbedaan pengetahuan yang bermakna antara pretest dan posttest kelompok kontrol.

Berdasarkan hasil dari perhitungan

Wilcoxon Signed Rank Test, kelompok

intervensi memperoleh nilai Z sebesar -6,564 dengan p-value sebesar 0,000 di mana kurang dari batas kritis penelitian 0,05 sehingga keputusan hipotesis adalah menerima Ha atau yang berarti terdapat perbedaan sikap yang bermakna antara kelompok pretest dan posttest

(5)

pada kelompok intervensi. Hasil yang berbeda diperoleh kelompok kontrol yang hipotesisnya ditolak atau berarti tidak terdapat perbedaan sikap yang bermakna antara kelompok pretest dan posttest karena nilai Z yang didapat sebesar -0,745 dengan p-value sebesar 0,457 di mana lebih dari batas kritis penelitian 0,05.

Berdasarkan hasil dari perhitungan

Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang

didapat sebesar - 8,522 dengan p-value sebesar 0,000 dimana kurang dari batas kritis penelitian 0,05 sehingga keputusan hipotesis adalah menerima Ha atau yang berarti terdapat perbedaan partisipasi yang bermakna antara

kelompok pretest dan posttest pada kelompok intervensi, sedangkan pada kelompok kontrol, hipotesis ditolak karena nilai Z yang didapat sebesar -0,421 dengan p-value sebesar 0,674 di mana lebih dari batas kritis penelitian 0,05.

Semua variabel pada kelompok intervensi memiliki perbedaan yang bermakna antara nilai pretest dan posttest atau dapat dikatakan setelah mendapatkan pelatihan pengendalian vektor DBD. Sedangkan pada kelompok kontrol hanya pengetahuan saja yang berbeda signifikan, dua variabel lain yaitu sikap dan partisipasi tidak berbeda.

Analisis Guru

Tabel 4 Uji Beda Sebelum dan Sesudah Intervensi

Variabel Intervensi P-value Kontrol P-value

Pengetahuan [pre) Mean+SD 9,76 + 1,532 0,017 9,91 + 1,118 0,000 Min-max 6-12 6-13

P-Value (Normalitas) 0,000a/0,010b 0,000a/0,000b Pengetahuan

[post)

Mean+SD 10,45+1,267 10,00+0,950

Min-max 8-13 7-11

P-Value (Normalitas) 0,000a/0.000b 0,000a/0.002b

Sikap (pre) Mean+SD 5,74 + 1,968

0,000

5,03+ 1,257

0,000

Min-max 0-10 2-7

P-Value (Normalitas) 0,092a/0,104b 0,001a/0,010b

Sikap (post) Mean+SD 7,32+1,544 6,72+2,174

Min-max 4-10 2-10

P-Value (Normalitas) 0,000a/0.009b 0,035a/0.081b Partisipasi (pre) Mean+SD 29,82 + 4,284 0,000 30,03 +3,569 0,000 Min-max 13-36 20-35

P-Value (Normalitas) 0,200a/0,012b 0,002a/0,13b Partisipasi

(post)

Mean+SD 32,24+3,132 29,53+5,662

Min-max 21-39 22-36

P-Value (Normalitas) 0,017a/0.010b 0,000a/0,000a

Tabel 5 Data Post-Pre dengan Wilcoxon Rank Test

Variabel Intervensi Kontrol

Pengetahuan (post- pre) Z -2.383(a) -.336(a)

Asymp. Sig. (2-tailed) .017 0,737

Sikap (post-pre) Z -3.593(a) -3.550(a)

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 0,000

Partisipasi (post-pre) Z -3.447(a) -.529(a)

Asymp. Sig. (2-tailed) .001 0,597

Berdasarkan hasil dari perhitungan

Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang

didapat sebesar - 2,383 dengan p-value sebesar

0,017 di mana kurang dari batas kritis penelitian 0,05 sehingga keputusan hipotesis adalah menerima Ha atau yang berarti terdapat

(6)

perbedaan pengetahuan yang bermakna antara kelompok pretest dan posttest pada kelompok intervensi. Sedangkan pada kelompok kontrol hipotesis ditolak karena nilai Z yang didapat sebesar -0,336 dengan p-value sebesar 0,737 dimana lebih dari batas kritis penelitian 0,05.

Berdasarkan hasil dari perhitungan

Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang

didapat sebesar - 3,593 dengan p-value sebesar 0,000 di mana kurang dari batas kritis penelitian 0,05 sehingga keputusan hipotesis adalah menerima Ha atau yang berarti terdapat perbedaan sikap yang bermakna antara kelompok pretest dan posttest pada kelompok intervensi. Hasil yang sama juga diperoleh kelompok kontrol karena nilai Z yang didapat sebesar -3,550 dengan p-value sebesar 0,000 dimana lebih kecil dari batas kritis penelitian 0,05 sehingga keputusan hipotesis adalah

menerima Ha atau yang berarti terdapat perbedaan sikap yang bermakna antara kelompok pretest dan posttest.

Berdasarkan hasil dari perhitungan

Wilcoxon Signed Rank Test, maka nilai Z yang

didapat sebesar - 3,447 dengan p-value sebesar 0,001 di mana kurang dari batas kritis penelitian 0,05 sehingga keputusan hipotesis adalah menerima Ha atau yang berarti terdapat perbedaan partisipasi yang bermakna antara kelompok pretest dan posttest pada kelompok intervensi. Hasil yang berbeda ditunjukkan kelompok kontrol karena nilai Z yang didapat sebesar -0,529 dengan p-value sebesar 0,597 dimana lebih dari batas kritis penelitian 0,05 sehingga keputusan hipotesis adalah menerima H0 atau yang berarti tidak terdapat perbedaan partisipasi yang bermakna antara kelompok

pretest dan posttest.

Uji Beda AntarKelompok

Tabel 6 Uji Beda AntarKelompok

Responden Variabel Chi-Square P value

Siswa Pengetahuan 101,521 0,000 Sikap 23,910 0,000 Partisipasi 60,221 0,000 Guru dan komite sekolah Pengetahuan 2,233 0,135 Sikap 0,007 0,933 Partisipasi 3,091 0,079

Hasil uji Kruskal-Wallis pada kelompok siswa, intervensi berpengaruh terhadap semua variabel yaitu pengetahuan, sikap dan partisipasi siswa. Semua variabel yaitu pengetahuan, sikap dan partisipasi siswa memiliki p-value 0,000 (p<α, α=0,05).

Hasil yang berbeda ditunjukkan pada kelompok guru. Intervensi tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap pengetahuan, sikap dan partisipasi guru dan komite sekolah. Variabel pengetahuan memiliki p-value sebesar 0,135 (p > 0,05) yang

berarti menerima H0 atau intervensi tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap pengetahuan. Variabel sikap memiliki

P-value sebesar 0,933 (p > 0,05) yang berarti

menerima H0 atau intervensi tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap sikap. Demikian juga variabel partisipasi guru memiliki P-Value sebesar 0,079 (p > 0,05) yang berarti menerima H0 atau intervensi tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap partisipasi.

PEMBAHASAN

Penelitian ini melibatkan 334 siswa dan 70 guru dan komite sekolah di delapan sekolah di Kabupaten Majalengka. Sebanyak 171 siswa dan 38 guru dan komite mendapatkan intervensi berupa pelatihan PSN, sedangkan sisanya 163 siswa dan 32 guru dan komite sebagai kontrol. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan pengetahuan, sikap dan partisipasi siswa yang mendapatkan pelatihan PSN dibandingkan kelompok kontrol. Siswa Sekolah Dasar dapat dilibatkan secara aktif dalam pengendalian vektor DB (Sukur AW, dkk. 2016; Nurjanah, dkk. 2103; Andini,

(7)

2013). Anak sekolah memiliki peran strategis dalam menjalankan program-program kesehatan karena dapat mengaplikasikan di dua lingkungan sosialnya sekaligus yaitu sekolah dan rumah.

Penelitian yang dilakukan oleh Foster, et al (2015) menunjukkan bahwa program promosi kesehatan di sekolah berpengaruh mengurangi penggunaan pestisida dan membawa perubahan perilaku positif dalam pencegahan DB di sekolah, lingkungan dan rumah. DESE (Dengue Elementary School Education) Program adalah program yang menekankan pemberdayaan dan mobilisasi sosial anak sebagai calon pemimpin dalam komunitasnya (peer education) karena mampu mengidentifikasi, mengamati dan mengendalikan daur hidup nyamuk dan mencegah insidensi kasus DB. Program yang dilaksanakan adalah pendidikan kesehatan yang diberikan pada anak usia sekolah (8-12 tahun) dengan cara memberikan pengetahuan tentang DB setiap hari selama 30 menit dalam kurun waktu 2 minggu.

Kelas ini diulang 6 bulan kemudian sehingga dalam kurun satu tahun penelitian, dilakukan sebanyak 2 kali. Materi yang diajarkan adalah tentang gejala DB, siklus hidup dan transmisi nyamuk Ae. Aegypti dan pengamatan jentik. Setelah itu, dilakukan

follow up yaitu penugasan kepada setiap siswa

untuk melakukan pengamatan jentik di rumah dan melaporkan pada petugas DESE setiap bulan.

Pelatihan meningkatkan pengetahuan, sikap dan partisipasi siswa pada kelompok intervensi, tetapi hanya meningkatkan pengetahuan saja pada kelompok kontrol. Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Pujiyanti, dkk (2011) yang menyatakan bahwa pengetahuan, sikap dan perilaku pencegahan DBD pada siswa dapat ditingkatkan melalui model edukasi dalam kegiatan ekstrakulikuler. Meskipun hasilnya tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan penggunaan media poster. Penelitian

yang dilakukan oleh Sugiyono (2012) juga menunjukkan bahwa pelatihan tentang pencegahan DBD berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap siswa SD di Sukoharjo. Materi yang diberikan berupa informasi serta motivasi sehingga mampu melaksanakan PSN DBD.

Health coaching (pelatihan) dianggap

efektif meningkatkan efikasi diri pencegahan DB dengan mekanisme pemilihan tujuan yang realistis, menurunkan health inhibiting

thinking (pemikiran yang menghambat) dan

meningkatkan health enhancement thinking (pemikiran yang mendorong upaya kesehatan) yang merupakan bentuk respon afektif dapat menentukan tingkat efikasi diri seseorang (Rochman, dkk. 2014).

Pelatihan PSN tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan, sikap dan partisipasi guru dan komite sekolah. Akan tetapi, uji beda pre-post menunjukkan bahwa pelatihan meningkatkan pengetahuan, sikap dan partisipasi guru dan komite sekolah. Penelitian Pujiyanti, dkk (2011) juga menyatakan bahwa guru yang mendapatkan pelatihan memiliki pengetahuan dan sikap lebih baik dibandingkan dengan guru yang hanya membaca poster saja.

Selama ini sasaran pelatihan pencegahan penyakit lebih banyak difokuskan pada siswa, sedangkan guru dan komite sekolah jarang menjadi obyek pelatihan berbasis sekolah. Padahal guru, siswa, orangtua dan sekolah merupakan sinergi dan satu-kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Penelitian Akinola dan Gabhainn (2014) di Irlandia menyimpulkan bahwa persepsi yang sama antara orangtua dan siswa tentang peran serta orangtua dalam program kesehatan di sekolah akan mendorong siswa untuk berpartisipasi lebih baik sebagai wakil dari orangtua mereka. Hubungan positif antara keluarga, sekolah dan masyarakat dapat meningkatkan perkembangan dan prestasi siswa karena melahirkan satu lingkungan holistik yang terpadu dan nyaman.

KESIMPULAN

Pelatihan PSN berpengaruh secara signifikan terhadap pengetahuan, sikap dan partisipasi siswa dalam pengendalian vektor DBD, tetapi tidak berpengaruh terhadap

pengetahuan, sikap dan partisipasi guru dan komite sekolah di SD/MI di Kabupaten Majalengka.

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dirjen Dikti Kemenristekdikti yang memberikan pendanaan dalam penelitian ini

melalui hibah Penelitian Disertasi Doktoral Tahun 2018.

DAFTAR PUSTAKA

Andini A, Pengaruh Keberadaan Siswa Pemantau Jentik Aktif dengan Keberadaan Jentik di Sekolah Dasar Kecamatan Gajah Mungkur Kota Semarang Tahun 2013, Skripsi, Universitas Negeri Semarang Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka,

2013. Laporan Kasus DB tahun 2012. Tidak dipublikasikan

Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2016. Laporan Kasus DB tahun 2015. Tidak dipublikasikan

Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka, 2017. Laporan Kasus DB tahun 2016. Tidak dipublikasikan

Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat. Profil Kesehatan Jawa Barat 2015. Bandung, Dinkes Jawa Barat

Dirjen PP&PL Kemenkes, 2008, Modul Pelatihan Bagi Pelatih Pemberantasan Sarang

Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN- DBD) dengan Pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku (Communication For Behavioral Impact), Jakarta, Kemenkes Dirjen PP&PL Kemenkes, 2013, Buku Saku

Pengendalian Demam Berdarah Dengue untuk Pengelola Program DBD Puskesmas, Jakarta, Kemenkes

Dirjen PP&PL, 2011, Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue. Jakarta, Kementerian Kesehatan

Foster, KM., et.al, 2015, Integrating Participatory Community Mobilization Process to Improve Dengue Prevention : an eco-bio- social scaling up of local Success in Machala, Ecuador. Trans R Soc Trop Med Hyg, Vol (109):126-133

Kamil, M, 2010, Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi), Bandung, Alfabeta

Kementerian Kesehatan RI, 2013, Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, Jakarta, Kemenkes RI

Nurjanah, Arsin A, Ansaridi, 2013, Hubungan Praktik PSN dan Akses Air Bersih dengan

Kejadian DBD pada Siswa SD di Kecamatan Palu Selatan. Universitas Hasanuddin diakses dari http://222.124. 222.229/bitstream/handle/123456789/424 9/JURNAL%20Nurjanah0K11109023.pdf ?sequence=1 diakses pada tanggal 10 Agustus 2017

Notoatmodjo S, 2012, Promosi kesehatan, Jakarta, Sagung Seto.

Pujiyanti A, Trapsilowati W, Huwasono H, Darwin A, 2011, Model Pengendalian Vektor DBD melalui Program Ekstrakulikuler Sekolah Dasar. Salatiga, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit Kementerian Kesehatan RI

Rochman, Sudiana, Qur’aniati, 2014, Health coaching can improve family’s self- efficacy in conducting dengue haemorrhagic fever prevention. Indonesian Journal of Community Health Nursing Vol.3/No.1/ 2014-10 : 23-30 Sugiyono, 2012, Pengaruh Pelatihan

Pencegahan Demam Berdarah Dengue (DBD) Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Siswa di SDN Wirogunan I Kartasura Kabupaten Sukoharjo.Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sukur AW, Sustini F, Yotopranoto S, 2016,

Hubungan antara Pelatihan Siswa Pemantau Jentik dengan House Index dan Container Index Larva Nyamuk Aedes sp. Stikes William Booth. Diakses dari laman http://ejournal.stikeswilliambooth.ac.id/in dex.php/Kep/article/view/1 pada tanggal 10 Agustus 2017.

Gambar

Tabel 2. Uji Beda Sebelum dan Sesudah Intervensi
Tabel 4 Uji Beda Sebelum dan Sesudah Intervensi

Referensi

Dokumen terkait

(3) Siswa menganalisis unsur tokoh protagonis dan antagonis pada prosa fiksi yang dibacanya. 3) Pada sesi ke-5 dan ke-6 siswa diintervensi ketika pembelajaran membaca

Sekolah ini memiliki area yang di khususkan untuk boleh merokok, tetapi masih saja terdapat guru yang merokok di sembarang tempat, oleh karena itu penulis tertarik

Penelitian menyimpulkan bahwa : Hasil pengujian Nilai B sebesar 0,514 dan uji “t” pada hipotesis I sebesar 5.889 ini berarti t hitung &gt; t tabel (5,889&gt; 2,036) dan

Dari hasil penelitian uji hipotesis (uji F) diperoleh nilai Fhitung sebesar 150,828 lebih besar dari nilai Ftabel 2,701; dan nilai signifikansi sebesar 0,000 (lebih

Berdasarkan kerangka penelitian di atas maka hipotesis penelitian ini adalah bahwa “Terdapat Pengaruh pelaksanaan kebijakan Pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS)