• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sumber Hukum Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Sumber Hukum Islam"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Alhamdullilah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,

akhirnya kami bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “ SUMBER

HUKUM ISLAM “ ini. Guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah

Pendidikan Agama Islam.

Sebagaimana telah di sebutkan di atas, bahwa makalah ini penulis

berusaha mengupas tentang Hukum Islam lengkap dalam Al- Qur’an dan

Sunnah, yang kemudian disebut sebagai Sumber Hukum Islam.

Di akui bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan kekhilafan

karena itu di harapkan pembentulannya untuk perbaikan makalah

berikutnya.

Terima kasih banyak kami haturkan kepada semua pihak yang telah

berpatisipasi hingga rampungnya penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua, Amiiiin……….

Jember, September 2010

Penyusun

I

(3)

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam adalah agama yang sempurna yang sudah barang tentu mengandung aturan yang harus dipatuhi dan dijalankan oleh seluruh umatnya. Setiap aturan dan hukum memiliki sumbernya sendiri sebagai pedoman dalam pelaksanaannya.

Islam sebagai agama yang sempurna memiliki hukum yang datang dari Yang Maha Sempurna. Yang disampaikan melalui Rosulnya Muhammad SAW. Hukum Islam termaktub lengkap dalam Al-Qur’an dan Sunnah, yang kemudian disebut sebagai Sumber Hukum Islam. Al-qur’an dan Sunnah adalah dua hal yang menjadi pedoman utama bagi umat Islam dalam menjalankan hidup demi mencapai kesempurnaan dunia dan akhirat.

Selain Al-qur’an dan sunnah, juga terdapat beberapa dalil yang dijadikan sebagai Sumber Hukum Islam, diantaranya ialah Ijma’ dan Qiyas.

B. PERUMUSAN MASALAH

Beberapa masalah yang penulis angkat pada makalah ini adalah : 1. Apa yang disebut dengan Hukum ?

2. Apa yang disebut dengan Al-qur’an dan Sunnah ? 3. Apa yang disebut Ijma’ dan Qiyas ?

1

(4)

PEMBAHASAN

A. HUKUM

Hukum menurut bahasa ialah menetapkan sesuatu atas yang lain. Menurut Syara’ hukum ialah firman pembuat syara’ yang berhubungan dengan peraturan orang dewasa yang mengandung tuntutan, memberikan sesuatu, atau menjadikan sesuatu sebagai adanya yang lain. Sedangkam menurut Fiqih hukum ialah akibat dari kandungan firman pembuat hukum dan menurut Ushul Fiqih huhum ialah firman dari pembuat syara’ itu sendiri baik firman Tuhan atau Sabda Nabi.

Dengan demikian tidak boleh di artikan bahwa hukum syara’ hanya firman yang semata – mata dan pembuat syara’ tanpa memasukkan dalil – dalil syara’ lain : Ijma’, Qiyas dan lain – lain.

Hukum terbagi menjadi dua yaitu :

1. Hukum Tahlifi, yaitu Firman yang menjadi ketetapan yang terdiri atas :

a. Ijab, yaitu Firman yang menuntut sesuatu perbuatan dengan tuntutan yang pasti. b. Nadh, yaitu Firman yang menuntut sesuatu perbuatan dengan tuntutan yang tidak pasti.

c. Tahrim, yaitu Firman yang menuntut meninggalkan sesuatu perbuatan dengan tuntutan yang pasti.

d. Katabah, yaitu Firman yang menuntut meninggalkan sesuatu perbuatan dengan tuntutan yang tidak pasti.

e. Ibadah, yaitu Firman yang membolehkan sesuatu untuk diperbuat ataupun di ditinggalkan.

2. Hukum Wadh’I yaitu Firman yang nenjadikan sesuatu sebagai sebab adanya yang lain atau sebagai penghalang.

Hukum Wadh’I terdiri atas :

a. Sebab, yaitu sesuatu yang terang dan tentu yang dijadikan sebagai pangkal adanya hukum. Artinya dengan adanya sebab maka dengan sendirinya akan terbentuk hukum ( Musabab ).

Sebab terdiri atas :

1. Sebab di luar usaha atau kesanggupan Mukallaf.

2. Sebab yang di sanggupi dan dapat diusahakan oleh mukallaf.

Mengerjakan sebab berarti menghendaki dan mengerjakan musababnya, baik disadari ataupun tidak. Orang yang mengerjakan sebab dengan sempurna maka orang tersebut tidak bias mengelakkan diri dari musababnya.

b. Syarat , yaitu sesuatu yang karenanya baru ada hukum, dan dengan ketiadaannya Tidak akan ada hukum.

2 Syarat terbagi atas :

(5)

Mengerjakan yang lain, dan pekerjaannya yang lain ini tidak di terima apabila tidak melakukan pekerjaan yang pertama.

2. Syarat Ja’li yaitu segala hal yang dijadikan syarat oleh perbuatannya untuk mewujutkan perbuatan yang lain.

Syarat Ja’li terbagi atas :

a. Syarat pengampunan adanya masyrut ( syara’ yang lain )

b. Syarat yang tidak cocok dengan maksud masyrut dan berlawanan dengan hikmahnya.

c. Syarat yang tidak nyata – nyata berlawanan atau tidak nyata – nyata sesuai dengan masyrut,

d. Suatu pekerjaan yang tergantung pada sebab dan syarat di mana sebab tidak ada tetapi syarat belum ada, maka pekerjaan tersebut tidak dapat dilakukan.

c. Mani ( penghalang ) yaitu sesuatu hal yang karena adanya menyebabkan tidak Adanya hukum atau tidak adanya sebab bagi hukum.

Perbedaan hukum Tahlifi dengan hukum Wadh’i

1. Hukum Tahlifi menuntut perbuatan mencegahnya atau membalikkan memilih untuk melakukan atau tidak ,sedangkan hukum Wadh’I tidak menuntut melarang atau membolehkan memilih.

2. Hukum Tahlifi selalu dalam kesanggupan mukallaf, sedangkan hukum Wadg’I kadang di sanggupi kadang tidak.

B. AL-QUR’AN

Al-Qur’an ialah kumpulan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad SAW dan dimukilkan dengan jalan mulawatir dan dengan bahasa Arab. Ke Arab-an. Al-qur’an merupakan bagian dari Al-Qur’an, karena itu terjemahannya tidak disebut sebagai Al-Qur’an. Al-qur’qn harus diturunkan dengan tawator artinya di riwayatkan oleh orang banyak secara berturut – turut.

Pokok isi kandungan Al-Qur’an terdiri atas : 1. Tauhid

2. Ibadah

3. Janji dan Ancaman 4. Peraturan dan hukum 5. Riwayat dan cerita

Kebanyakan hukum yang ada dalam Al-qur’an bersifat umum ( kulli ) tidak membicarakan soal –soal yang kecil ( Jur’I ) karena itu, Al-Qur’an membutuhkan penjelasan untuk menjelaskan hukum secara lebih dekat yaitu berupa Sunnah Ijma’ dan Qiyas.

3

Hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an secara garis besar terbagi atas dua yaitu : 1. Hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan ( ibadah )

(6)

Ibadah terdiri dari :

a. Yang bersifat semata – semata ibadah, yaitu shalat dan puasa. b. Yang bersifat harta benda dan hubungan masyarakat, yaitu Zakat

c. Yang bersifat badaniyah dan berhubungan juga dengan masyarakat yaitu Hajji.

2. Hukum – hukum yang mengatur pergaulan manusi dengan manusia yang di sebut Mu’amalat. Hukum ini dibagi empat yaitu :

a. Yang berhubungan dengan Jihod

b. Yang berhubungan dengan rumah tangga

c. Yang berhubungan dengan pergaulan hidup manusia d. Yang berhubungan dengan hukum pidana ( Jinayat ).

Dalam mengadakan perintah dan larangan Al-Qur’an berpedoman kepada tiga hal yaitu :

1. Tidak memberatkan atau menyusahkan 2. Tidak merperbanyak tuntutan

3. Berangsur – angsur dalam mentasri’kan hukum.

C. SUNNAH

Sunnah menurut bahasa ialah jalan yang terpuji. Jalan atau cara yang dibiasakan, kebalikan bid’ah apa yang diperbuat oleh sahabat baik ada dasarnya dalam Al-qur’an dan Hadist ataupun tidak, menurut istilah Sunnah ialah segala hal yang di mukil dan di beritakan dan Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan (Faqrir ). Sunnah juga disebut Hadist atau khabar.

Sunnah dapat dijadikan Hujjah ( pegangan ) dan dapat mengadakan hukum. Sunnah merupakan Sumber Hukum kedua setelah Al-Qur’an, serta menjadi dasar penetapan hukum dan Aqal fikiran adalah yang ketiga.

Sunnah di bagi empat, yaitu :

1. Sunnah Qualiyyah ( Perkataan Nabi SAW ), disebut juga sebagai khabar, Sunnah Qualiyyah terbagi atas :

a. Yang pasti benarnya b. Yang pasti tidak benarnya

c. Yang tidak dapat dipastikan benar salahnya 2. Sunnah Fi’liyah ( perbuatan Nabi SAW ) terbagi atas :

a. Gerakan hati, jiwa dan tubuh

b. Perbuatan yang merupakan kebiasaan dan pembawaan c. Perbuatan yang khusus dikerjakan oleh Nabi SAW d. Perbuatan yang menjelaskan isi Al-Qur’an

e. Perbuatan yang menunjukkan kebolehan suatu perkara 4

(7)

4. Sunnah Hammiyah ( hal yang hendak diperbuat Nabi SAW tetapi tidak sampai di perbuat.

D. IJMA’

Ijma’ ialah kebulatan pendapat semua ahli Ijhhad pada suatu masa mengenai suatu Hukum Syara’ artinya, Ijma’ harus disetujui oleh seluruh ( lebih dari satu orang ) ahli Ijhhad dan seluruh umat muslim pada masa yang sama dan persetujuan tersebut harus tampak nyata, serta hanya untuk menetapkan hukum – hukum syara’.

Ijma’ terbagi atas :

1. Ijma’ Qauli, dimana para ahli Ijhhad mengeluarkan pendapat baik secara lisan maupun tulisan untuk menyepakati pendapat mujtahid lain dimasanya. Ijma’ ini juga disebut Ijma’ Bafani atau Ijma’ Qathh’i.

2. Ijma’ Sukuti, dimana para ahli Ijhhad bersikap diam terhadap pendapat mujtahid lain dimasanya, diam disini dianggap menyetujui.

E. QIYAS

Dari segi bahasa, qiyas berarti mengukirkan sesuatu atas lainnya dan

mempersamakan. Sedangkan menurut istilah, Qiyas ialah menetapkan hukum suatu perbuatan yang belum ada ketentuannya berdasarkan sesuatu yang sudah ada ketentuan hukumnya.

Rukun Qiyas yaitu :

1. Asal ( pokok ), yaitu yang menjadikan ukuran, syarat asal yaitu :

a. Hukum yang hendak di pindahkan kepada cabang masih ada pada pokoknya.

b. Hukum yang ada pada pokok harus hukum syara’ c. Hukum pokok tidak merupakan hukum pengecualian.

2. Far’un ( cabang ) , yaitu yang diukur atau yang diserupakan. Syarat Far’un yaitu : a. Adanya cabang tidak lebih dulu dari pokok

b. Cabang tidak mempunyai ketentuan sendiri

c. Illat yang terdapat cabang harus sama dengan yang ada pada pokok d. Hukum Cabang harus sama dengan hukum pokok

3. Syarat Illat yaitu :

a. Illat harus tetap berlaku

b. Illat berpengaruh terhadap hukum c. Illat harus terang dan tertentu d. Illat tidak berlawanan dengan nas

4. Hukum yaitu yang ditetapkan bagi cabang dan sama dengan yang terdapat pada Pokok.

(8)

BAB III

PENUTUP

Demikian dari pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal senbagai berikut :

1. Hukum ialah Firman pembuat syara’ yang berhubungan dengan perbuatan orang Dewasa yang mengandung tuntutan, membolehkan sesuatu, atau menjadikan sesuatu sebagai adanya yang lain .

2. Al-Qur’an kumpulan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan dimukilkan dengan jalan mulawatir dan dengan bahasa Arab. 3. Sunnah ialah segala yang dimukilkan dan diberitakan dari Nabi SAW, baik

berupa perkataan, ataupun pengakuan ( Faqris ).

4. Ijma’ ialah kebulatan pendapat semua ahli Ijhhad pada suatu masa mengenai suatu hukum syara’.

5. Qiyas ialah menetapkan hukum suatu perbuatan yang belum ada ketentuannya berdasarkan sesuatu yang sudah ada ketentuan hukumnya.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

- Hanafie,1962, USUL FIQIH, Jakarta, Widjaya

(10)

DAFTAR ISI

I. KATA PENGANTAR………..……..1

II. DAFTAR ISI………...II III. BAB I. PENDAHULUAN……… 1

A. LATAR BELAKANG……….1

B. RUMUSAN MASALAH……….1

IV. BAB II PEMBAHASAN……….…2

A. HUKUM………..2 B. Al-QUR’AN……….3 C. SUNNAH……….4 D. IJMA’………...5 E. QIYAS……….5 V. BAB III PENUTUP………..6 VI. DAFTAR PUSTAKA………...7

(11)

Referensi

Dokumen terkait

7 Pembangunan Jalan Tol Balikpapan - Samarinda PPP 1.200 8 Pembangunan Jalan Tol Kayu Agung – Palembang - Betung PPP 836,1 9 Pembangunan Jaringan Penyedian Air Bersih Bekasi PPP 20

 Sel mikroba secara kontinyu berpropagasi menggunakan media segar yang masuk, dan pada saat yang bersamaan produk, produk samping metabolisme dan sel dikeluarkan dari

Penggunaan metode inkuiri sebagai upaya untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan dengan mengacu kepada minat peserta didik dengan mengangkat

Gambar 4.1 Potensial listrik dalam koordinat kartesian Persamaan potensial listrik yang akan dibahas adalah peninjauan untuk sisi atas dengan nilai V menggunakan fungsi

Pendekatan simulasi neraca massa dibantu perangkat lunak HYSYS® yang dikombinasikan dengan standar API BRD 581 untuk menghitung laju korosi memiliki potensi yang besar

Fungsi komponen Matakuliah Umum (MKU) Kurikulum Pascasarjana bagi Program Magister adalah untuk membekali para mahasiswa agar memperoleh wawasan profesional yang lebih

Pengertian asuhan gizi rawat jalan adalah keriatan pelayanan gizi yang berkesinambungan dimulai dari perencanaan diet, pelaksanaan konseling diet

Pengujian menggunakan persoalan 1.4 dilakukan untuk menguji performansi 3 algoritma (brute force, greedy, dan program dinamis) dalam menyelesaikan masalah yang