• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ppt Refrat Demensia-Anita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Ppt Refrat Demensia-Anita"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Demensia

Demensia

Anita (406117033)

(2)
(3)

Definisi

Definisi

 Gangguan fungsi intelektual dan Gangguan fungsi intelektual dan memori didapatmemori didapat yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak

berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran. berhubungan dengan gangguan tingkat kesadaran. (Ilmu Penyakit Dalam)

(Ilmu Penyakit Dalam)

Suatu sindrom akibat penyakit atau gangguan otak Suatu sindrom akibat penyakit atau gangguan otak yang biasanya bersifat

yang biasanya bersifat kronik-progresif, dimanakronik-progresif, dimana

terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel terdapat gangguan fungsi luhur kortikal yang multipel (multiple high cortical function), termasuk di

(multiple high cortical function), termasuk di dalamnya : daya ingat,

dalamnya : daya ingat, daya pikirdaya pikir, orientasi, daya, orientasi, daya tangkap (comprehension), berhitung, kemampuan tangkap (comprehension), berhitung, kemampuan belajar

belajar, berbahasa, dan , berbahasa, dan daya nilai (judgement).daya nilai (judgement). (PPDGJ III)

(4)

Epidemiologi

Epidemiologi

 >65 tahun : ↑2 kali lipat setiap pertambahan 5>65 tahun : ↑2 kali lipat setiap pertambahan 5

tahun tahun 

 Secara keseluruhan prevalensi demensia padaSecara keseluruhan prevalensi demensia pada

populasi berusia > 60 tahun adalah 5,6% populasi berusia > 60 tahun adalah 5,6% 

 Penyebab tersering demensia Penyebab tersering demensia di di AS dan AS dan EropaEropa

adalah penyakit Alzheimer, sedangkan di Asia adalah penyakit Alzheimer, sedangkan di Asia diperkirakan demensia vaskular merupakan diperkirakan demensia vaskular merupakan penyebab tersering demensia.

penyebab tersering demensia. 

 TTipe demensia yang lebih ipe demensia yang lebih jarang adalahjarang adalah

demensia

demensia tipe tipe Lewy Lewy bodybody, , Demensia Demensia Fronto

Fronto--temporal dan demensia pada penyakit Parkinson temporal dan demensia pada penyakit Parkinson

(5)
(6)

 Proporsi perempuan yang mengalami penyakit  Alzheimer lebih tinggi dibandingkan laki-laki (2/3

pasien adalah perempuan), hal ini disebabkan perempuan memiliki harapan hidup lebih baik, dan bukan karena perempuan lebih mudah

(7)

Berdasarkan umur Demensia Senilis Demensia Prasenilis Perjalanan Penyakit reversibel irreversibel Sifat Klinis Demensia proprius Pseudo-demensia

(8)

Menurut Kerusakan

Otak

Demensia Lewy Body Morbus Huntington Demensia Vaskular FTD Demensia non-Alzheimer Morbus Parkinson Multiple Sklerosis dll Demensia alzheimer

(9)

Klasifikasi

 Keadaan yang secara potensial reversibel atau bisa dihentikan :

 Intoksikasi obat (obat, termasuk alkohol, dll)  Infeksi SSP

 Gangguan metabolik  Gangguan nutrisi

 Gangguan vaskuler

 Hidrosefalus bertekanan normal  Pseudodemensia depresif

(10)

Penyakit degeneratif progresif :

 Tanpa gejala neurologik penting lain :  Penyakit Alzheimer

 Penyakit Pick

 Dengan gangguan neurologik lain yang prominen:

 Penyakit Parkinson  Penyakit Huntington

 Kelumpuhan supranuklear progresif  Penyakit degeneratif lain yang jarang

(11)
(12)
(13)
(14)

Patofisiologi

 Demensia Alzheimer

 Komponen utama :

 Plak senilis dan neuritik  Neurofibrillary tangles  Neuronal loss

 Degenerasi granulovaskuler pada sel saraf

 Demensia Vaskuler

 Infark multiple & abnormalitas white matter

 FTD

  Atrofi temporal atau frontal

(15)

Pembentukan β-amyloid

Oksidasi Excitotoxicity Agregasi

β-amyloid Inflamasi Hiperfos-forilasi protein tau Plak Senilis dengan aktivasi

mikroglial Neurofibrillary tangles Kematian sel neuron Defisit neurotransmitter

Abnormalitas kognitif dan perilaku (penyakit Alzheimer)

(16)

Gambaran Klinis

 Perubahan kepribadian  Halusinasi dan waham

 Mood  kepribadian, depresi dan kecemasan  Perubahan kognitif

 Reaksi katastrofik  kesulitan untuk memahami

suatu konsep dan menjelaskan perbedaan konsep-konsep tersebut

 Sindrom Sundowner  mengantuk, bingung, ataksia

(17)
(18)
(19)

 Score MMSE :

 25-30 : Tidak ada gangguan kognitif  20-24 : dicurigai ada gangguan kognitif  <20 : ada gangguan kognitif

(20)

Laboratorium

  AAN(American Academy of Neurology)

merekomendasikan pemeriksaan rutin dari :

 Fungsi thyroid  Vit B12

 CT/MRI

 Neuroimaging akan mengidentifikasi :

 primary and secondary neoplasms   locate areas of infarction

 diagnose subdural hematomas

(21)

Kriteria Demensia

Gangguan Memori Gangguan kemampuan mental berpikir abstrak, penilaian kepribadian, bahasa, praksis, visuospasial •Penurunan progresif •  irreversible • umumnya >65 tahun

(22)

Kriteria Diagnosis Demensia (DSM IV)

 A.

Munculnya defisit kognitif multipel yang

bermanifestasi pada kedua keadaan berikut

1. Gangguan memori (ketidakmampuan untuk mempelajari

informasi baru atau untuk mengingat informasi yang baru saja dipelajari)

2. Satu atau lebih gangguan kognitif berikut

1.  Afasia 2.  Apraksia 3.  Agnosia

4. Gangguan funsi eksekutif

B. Defisit kognitif yang terdapat pada kriteria A1 dan A2

menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial dan okupasi serta menunjukkan penurunan bermakna dari

(23)

Kriteria Diagnosis Demensia (PPDGJ III)

 (1) Penurunan kemampuan daya ingat dan daya pikir yang sampai mengganggu kegiatan harian seseorang (personal activities of daily living)

seperti: mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar, dan kecil

 (2) Tidak adanya gangguan kesadaran (clear conciousness)

 (3) gejala dan disabilitas sudah nyata untuk paling sedikit 6 bulan.

(24)

Kriteria Diagnosis Demensia Alzheimer (DSM-IV TR)

 A. Munculnya defisit kognitif multipel yang

bermanifestasi pada kedua keadaan berikut

1. Gangguan memori (ketidakmampuan untuk mempelajari

informasi baru atau untuk mengingat informasi yang baru saja dipelajari)

2. Satu atau lebih gangguan kognitif berikut

1.  Afasia 2.  Apraksia 3.  Agnosia

4. Gangguan funsi eksekutif

B. Defisit kognitif yang terdapat pada kriteria A1 dan A2

menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi sosial dan okupasi serta menunjukkan penurunan bermakna dari fungsi sebelumnya. Defisit yang terjadi bukan terjadi khusus saat timbulnya delirium

(25)

 C. Perjalanan penyakit ditandai oleh onset yang bertahap dan

penurunan kognitif yang terus menerus

 D. Defisit kognitif dalam kriteria A1 dan A2 bukan karena salah satu

berikut

 (1) Kondisi sistem saraf pusat lain yang menyebabkan defisit progresif dalam

daya ingat kognisi misalnya penyakit serebrovaskuler, penyakit Parkinson, penyakit Huntington, hematoma subdural , hidrosefalus tekanan normal, tumor otak

 (2) Kondisi sistemik yang diketahui menyebabkan demensia misalnya,

hipotiroidisme, defisiensi vitamin B12 atau asam folat, defisiensi niasin, hiperkalsemia, neurosifilis, infeksi HIV

 (3) Kondisi yang berhubungan dengan zat

 E. Defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan suatu delirium  F. Gangguan tidak lebih baik diterangkan oleh gangguan aksis

(26)

Pedoman Diagnostik Demensia

Alzheimer

(1) Terdapatnya gejala demensia

(2) Onset bertahap (insidious onset) dengan deteriorasi lambat. Onset biasanya sulit ditentukan waktunya yang persis, tiba-tiba orang lain sudah menyadari adanya kelainan tersebut. Dalam perjalanan

penyakitnya dapat terjadi suatu taraf yang stabil (plateau) secara nyata

(3) Tidak adanya bukti klinis, atau temuan dari pemeriksaan khusus yang menyatakan bahwa kondisi mental itu dapat disebabkan oleh penyakit otak atau sistemik lain yang dapat menimbulkan demensia (misalnya hipotiroidisme, hiperkalsemia, defisiensi vitamin B 12,

Defisiensi niasin, neurosifilis, hidrosefalus bertekanan normal, atau hematom subdural)

(4) Tidak adanya serangan apoplektik mendadak, atau gejala

neurologik kerusakan otak fokal Seperti hemiparesis, hilangnya daya sensorik, defek lapangan pandang mata, dan inkoordinasi yang

terjadi dalam masa dini dari gangguan itu (walaupun fenomena ini dikemudian hari dapat bertumpang tindih)

(27)

Pedoman Diagnostik Demensia Alzheimer

onset dini

(1) Demensia yang onsetnya sebelum usia 65 tahun

(2) Perkembangan gejala cepat dan progresif (deteriorasi)

(3) Adanya riwayat keluarga yang berpenyakit alzheimer merupakan faktor yang menyokong diagnosis tetapi tidak harus dipenuhi

(28)

Kriteria Diagnosis Demensia Vaskuler (DSM-IV TR)

 A. Munculnya defisit kognitif multipel yang bermanifestasi

pada kedua keadaan berikut

1. Gangguan memori (ketidakmampuan untuk mempelajari informasi baru

atau untuk mengingat informasi yang baru saja dipelajari)

2. Satu atau lebih gangguan kognitif berikut

1.  Afasia 2.  Apraksia 3.  Agnosia

4. Gangguan funsi eksekutif

B. Defisit kognitif yang terdapat pada kriteria A1 dan A2 menyebabkan

gangguan bermakna pada fungsi sosial dan okupasi serta menunjukkan penurunan bermakna dari fungsi sebelumnya. Defisit yang terjadi bukan terjadi khusus saat timbulnya delirium

C. Tanda dan gejala neurologis fokal (misalnya; peningkatan refleks tendon

dalam, respon ekstensor palntar, palsi pseudobulbar, kelainan gaya berjalan, kelemahan pada satu ekstremitas) atau atau tanda-tanda laboratorium

adalah indikatif untuk penyakit serebrovaskuler (misalnya infark multipel yang mengenai korteks dan subtannsia putih dibawahnya) yang dianggap berhubungan secara etiologi dengan gangguan

(29)

Pedoman Diagnostik Demensia

Vaskular

(1) Terdapatnya gejala demensia

(2) Hendaya fungsi kognitif biasanya tidak merata (mungkin terdapat hilangnya daya ingat, gangguan daya pikir, gejala neurologis fokal). Daya tilikan diri (insight) dan daya nilai (judgment) secara relatif

tetap baik

(3) Suatu onset yang mendadak atau deteriorasi yang bertahap disertai adanya gejala neurologis fokal meningkatkan kemungkinan

diagnosis demensia vaskuler. Pada beberapa kasus, penetapan hanya dapat dilakukan dengan pemeriksaan CT-Scan atau

(30)

Pedoman Diagnostik Demensia Vaskuler

Onset Akut

 Biasanya terjadi secara cepat sesudah serangkaian “stroke” akibat trombosis

(31)

Pedoman Diagnostik Demensia pada

Penyakit Pick

 (1) Adanya gejala demensia yang progresif  (2) Gambaran neuropatologis berupa atrofi

selektif dari lobus frontalis yang menonjol,

disertai euphoria, emosi tumpul, dan perilaku social yang kasar, disinhibisi, dan apatis atau gelisah

 (3) Manifestasi gangguan perilaku pada

(32)

Pedoman Diagnostik Demensia

Creutzfeldt-Jakob

 Trias :

 (1) Demensia progresif merusak

 (2) Penyakit piramidal dan ekstra pyramidal dengan mioklonus

(33)

Pedoman Diagnostik Demensia

Penyakit Huntington

(1) Ada kaitan antara gangguan gerakan

koreiform(Choeriform), demensia, dan riwayat keluarga dengan penyakit Hungtington

(2) Gerakan koreiform yang involunter, terutama pada wajah, tangan, bahu,atau cara berjalan

khas merupakan manifestasi dini dari

gangguan ini. Gejala ini biasanya mendahului gejala demensia, dan jarang sekali gejala dini tersebut tak muncul sampai demensia menjadi sangat lanjut

(3) Gejala demensia ditandai dengan gangguan fungsi lobus frontalis pada tahap dini, dengan adanya daya ingat relative masih terpelihara,

(34)

Pedoman Diagnostik Demensia pada

Penyakit Parkinson

 Demensia berkembang pada seseorang dengan penyakit parkinson yang sudah parah, tidak ada gambaran klinis khusus yang dapat ditampilkan.

(35)

Pedoman Diagnostik Demensia YTT

 Demensia yang terjadi bila kriteria umum untuk diagnosis demensia terpenuhi, tetapi tidak

(36)

Prognosis

 Perjalanan penyakit yang klasik pada demensia

adalah awitan (onset) yang dimulai pada usia 50

atau 60-an dengan perburukan yang bertahap dalam 5 atau 10 tahun, yang sering berakhir dengan

kematian. Usia awitan dan kecepatan perburukan

bervariasi diantara jenis-jenis demensia dan kategori diagnostik masing-masing individu. Usia harapan

hidup pada pasien dengan demensia tipe Alzheimer adalah sekitar 8 tahun, dengan rentang 1 hingga 20 tahun.

(37)

DD

 Demensia

 Gangguan depresif (F30-F39)

  Delirium (F05), F05.1 Delirium, bertumpah tindih

dengan demensia

  Retardasi mental ringan dan sedang (F70-F71)

 Demensia Alzheimer

 Gangguan depresif (F30-F39)   Delirium (F05)

 Sindrom Amnestik Organik (F04)

 Demensia primer penyakit lain YDK (f02)

(38)

 Demensia Vaskular

 Delirium (F05)

 Demensia Alzheimer (F00.-)  Gangguan Afektif (F30-F39)

 Retardasi mental ringan dan sedang (F70-F71)  Perdarahan subdural

 Demensia vaskular+alzheimer (F00.2)

 Demensia pada penyakit Pick

 Demensia pada penyakit alzheimer (F00)  Demensia vaskular (F01)

(39)
(40)
(41)

Penatalaksanaan

 Terapi Psikososial  Farmakoterapi  Donepezil 5-10mg/hr  Tacrine 4 x 10 mg/hr  Vitamin E 800 – 2.000 IU/hr

 Ibuprofen (Mortin) Conjugated Estrogen 0,625 mg/hr   Antipsikotika tipikal (Haloperidol 0,25-0,5 atau 1-2 mg)   Antipsikotika atipikal (Risperidone 0,25-0,5 atau

0,75-1,75 mg)

  Antixiolitika (Lorazepam 0,5-1 atau 1,5-2 mg)   Antidepresif (Amitriptyline 25-50 mg)

 Mood stabilizer (Carbamazepine 100-200mg)

 Terapi lain

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa tersebut sejak lama digunakan sebagai bahasa perantara (lingua franca) atau.. Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional C 5 bahasa

Pada alat tenun ini benang lusi dalam posisi vertikal dan selalu tegang karena ada pemberat atau beban, sedangkan benang pakan disisipkan dengan suatu alat yang disebut

Apabila kolom ID Operasional (kolom 1) berisi ‘3’ dan kolom Nomor Referensi (kolom 2) berisi Nomor Referensi yang sama dengan Nomor Referensi sebelumnya yang pernah

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Alasan-alasan penolakan Hadhrat Khalifah ‘Utsman (ra) kepada berbagai Sahabat yang mendesak memerangi para pemberontak: [1] jika mengobarkan perlawanan dan

Hal ini tidak sejalan dengan Suparmanto dan Rahayu (2000) yang menunjukan bahwa ibu yang memiliki 1-2 anak memiliki kecenderungan menyusui secara eklusif 10 kali

Pelabuhan Boom Batu ini merupakan pelabuhan pertama di Jambi dan menjadi pusat perdagangan ekspor impor pada saat itu, manfaat penelitian ini yaitu kita

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil pengukuran parameter fisik untuk kesesuaian pariwisata pantai yang terdiri dari kedalaman, kemiringan gisik,