• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2_Pendahuluan.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 2_Pendahuluan.pdf"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

II - 1 DRAFT

LAPORAN AKHIR

A. LATAR BELAKANG

1. ESENSI

Secara mendasar esensi Perencanaan Penataan Ruang Wilayah Kota Makassar dilakukan dengan berdasar pada empat matra wilayah perencanaan, yaitu matra darat, matra laut, matra udara dan matra dibawah muka bumi. Secara masing-masing ruang-ruang tersebut memiliki keterkaitan substansial terhadap kepentingan perencanaan penataan ruang di wilayah Kota Makassar.

Bila di ruang DARAT kapasitas perencanaannya, memuat berbagai hal yang berkaitan dengan kepentingan pulau, pesisir, dan dataran terhadap penataan ruang wilayah KotaMakassar, maka di ruang LAUT gagasan perencanaannya mengatur dan mengakomodasi kepentingan ruang pesisir dan pulau-pulau kecil dalam satu kesatuan yang utuh dengan perencanaan ruang darat. Sementara perencanaan di ruang UDARA, kapasitas pemanfaatan ruang “frekuensi” udara menjadi satu bagian konkrit dari ruang perencanaan UDARA. Demikian halnya, dengan perencanaan ruang DIBAWAH MUKA BUMI yang secara substansial mengatur dan mengakomodasi semua potensi ruang bawah tanah menjadi satu bagian utuh dari perencanaan pemanfaatan ruang wilayah Kota Makassar.

Secara mendasar nilai-nilai kontekstual dari esensi perencanaan wilayah Kota Makassar mengacu dan berpedoman pada kajian-kajian substansial sebagai berikut:

a) Isu-isu strategis dari lingkungan strategis kota dengan ruang-ruang sekitarnya (lokal, regional dan nasional);

Nilai-nilai strategis lokal, regional dan nasional yang dasar kepentingannya baik langsung maupun tidak langsung ikut mempengaruhi dasar pertimbangan penyusunan Rencana Pemanfaatan Ruang Wilayah Kota.

b) Pemeratan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi;

fakta ekonomi daerah yang menjadi dasar perhitungan dan penilaian kelayakan arah pertumbuhan dan pengembangan daerah yang di rencanakan;

c) Aspirasi pembangunan masyarakat;

Mewadahi semua kepentingan pembangunan yang berbasis pada kebutuhan dan kepentingan riil masyarakat dan daerah.

d) Daya dukung dan daya tampung lingkungan;

Kadar perencanaan terukur yang dibangun sesuai dengan asumsi-asumsi terinci dari kapasitas dan kapabilitas ruang rencana yang dikembangkan.

e) RPJM/P Daerah (Rencana Pembangunan Jangka Menengah/Panjang Daerah);

Sinkronisasi perencanaan yang seirama dan seimbang dalam kausalitas penyusunan dokumen rencana antara Dokumen Perencanaan Penataan Ruang Wilayah Kota dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah/Panjang Daerah.

DRAFT LAPORAN AKHIR

(2)

II - 2 DRAFT

LAPORAN AKHIR

f) RTRW Tetangga.

Integrasi kepentingan yang terukur dan terencana dengan ruang-ruang sekitar yang ikut mempengaruhi dasar penentuan kebijakan pembangunan daerah.

Esensi dasar dari nilai perencanaan diatas, khususnya yang berkaitan dengan telaah mendalam terhadap isu-isu strategis yang berkembang di ruang perencanaan diurai sebagai berikut:

 Isu-Isu Strategis Lokal

1. Gagasan perencanaan tata ruang dan wilayah Kota Makassar mencakup isu-isu strategis lokal berikut ini : Isu Sedimentasi;

Isu Abrasi; Isu Banjir; Isu Tsunami; Isu Pencemaran;

Isu Ancaman Sea Level Rise; Isu Kawasan Rawan Tsunami; Isu Bioekologi;

Isu Coastal Code; Isu Kawasan Kumuh; Isu Pedagang Kaki Lima; Isu Kriminalitas;

Isu Perairan Kota Makassar; Isu Pulau-Pulau Makassar; Isu Pola Ruang Eksisting; Isu Sarana dan Prasarana; Isu Pengangguran;

Isu Transportasi; Isu Kawasan Hijau;

Penjelasan terhadap isu-isu strategis lokal diatas tercantum dalam Bab III; akumulasi dari isu-isu tersebut menjadi bagian dari perlunya revisi Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Makassar 2010-2030 yang berlandaskan pada penyesuaian terhadap UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

2. Perlunya penyatuan TERUKUR dan TERENCANA dari gagasan pengembangan wilayah yang lebih TERPADU, dimulai dari ruang laut, pesisir hingga ruang dataran dan pulau-pulau dalam satu kesatuan rencana wilayah pengembangan Kota Makassar.

 Isu-Isu Strategis Regional

1) Akomodasi kepentingan Perencanaan yang berbasis mitigasi. langkah konkrit dari usaha-usaha mengantisipasi kemungkinan terjadinya bahaya tsunami, rob, angin ribut dalam ruang rencana;

2) Upaya mendapatkan manfaat besar dari rencana penetepan Selat Makassar sebagai Alur Laut Kepulauan Indonesia 2;

3) Positioning Makassar dalam kepentingan pengembangan wilayah di Indonesia Timur pada umumnya dan Sulawesi pada khususnya.

(3)

II - 3 DRAFT

LAPORAN AKHIR

 Isu-Isu Strategis Nasional

Kota Makassar potensial menjadi salah satu kota percontohan yang sudah mengadaptasi dan memitigasi bentuk wilayah perkotaannya sejalan dengan prinsip-prinsip kota yang berwawasan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

2. UMUM

Pembangunan kota merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang dilaksanakan secara sinergis, efektif, dan berkelanjutan. Dalam kebijaksanaan nasional, pembangunan kota ditekankan pada upaya mengoptimalkan target pembangunan sektoral yang diintegrasikan dalam satu pembangunan terpadu. Untuk menciptakan keterpaduan pembangunan sektoral dan kota, serta dalam mendukung usaha peningkatan keserasian dan keselarasan pembangunan kota dengan pembangunan nasional secara bertahap dan berkesinambungan, maka diperlukan suatu arahan dan pedoman dalam pelaksanaan pembangunan kota.

Arahan dan pedoman pembangunan tersebut mencakup arahan yang bersifat spasial dan aspasial, dengan maksud agar pelaksanaan pembangunan yang dituju bisa berjalan secara serasi dan seimbang dalam nilai perencanaannya. Berkaitan dengan hal tersebut penyusunan kembali Rencana Tata Ruang Kota Makassar juga dimaksudkan sebagai satu cara untuk bagaimana mensinergikan kembali semua arahan-arahan perencanaan kotanya ke dalam satu sinergisitas baru yang disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2010-2030.

Dalam mendesain tata ruang kota Makassar mengacu pada Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 sebagai ruang wilayah yang meliputi matra darat, matra laut, matra udara, dan termasuk matra dibawah muka bumi. Disetiap matra memilki kertekaitan atau hubungan yang bersifat simbiosis Mutualism dan konstruktif. Perencanaan tata ruang Makassar secara filosofi akan dikembangkan menurut dasar perencanaan tata ruang yang sebenarnya dengan konsentrasi perencanaannya akan mengacu pada pencapaian visi Kota Makassar, yaitu Kembali ke Kota Dunia dengan Kearifan Lokal”. Untuk itu, substansi dari maksud pencapaian visi ini selanjutnya akan menjadi dasar acuan utama dalam kaji analisis yang dilakukan.

Secara garis besar dalam apresiasi perencanaan Kota Makassar dalam wujud rencana tata ruangnya tetap akan menjadikan rujukan perencanaan diatasnya seperti Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi TA. 2006, Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Sulawesi Selatan TA 2009, dan Rencana Tata Ruang Metropolitan Mamminasata sebagai referensi dalam penyusunan rencana tata ruangnya, dimana kemudian intisari dari semua perencanaan tersebut akan menjadi ide awal koreksi bagi perencanaan penataan ruang wilayah Kota Makassar.

Dalam kondisi riil Kota Makassar saat ini hubungan antar matra dalam wilayah perencanaan Kota Makassar dapat dilihat dari pembangunan kegiatan revitalisasi lapangan Karebosi (kawasan RTH) dimana matra darat tetap dipertahankan sebagai ruang terbuka hijau dan pembangunan dilakukan secara terpadu sebagai satu kesatuan fungsi yang mendukung pemanfaatan ruang diatasnya. Kedua matra tersebut merupakan salah satu contoh konkrit keterkaitan matra yang sinergis dan memilki nilai positif ke arah tata ruang yang berkelanjutan. Selain itu, pengembangan Kampus Baru Politeknik Ilmu Pelayaran di pesisir utara Kota Makassar dan Pembangunan Centerpoint Of Indonesia (COI) di jantung Kota Makassar juga merupakan hubungan antar matra darat dan laut yang melahirkan gejala-gejala kemajuan kota ke arah kota dunia. Sehingga dalam penataan ruang kota Makassar, pola-pola maupun fungsi-fungsi dari suatu ruang kawasan harus mendapat perhatian dalam keterkaitan pemanfaatan pola ruangnya. Sehingga tujuan dari undang-undang tersebut sebagai bola acuan dapat tercapai yaitu dengan terwujudnya kelangsungan hidup yang terpelihara. Selain itu, Perencanaan RTRW Kota Makassar ini akan dilaksanakan dan disusun berdasarkan prosedur teknik maupun administrasi penyusunan rencana tata ruang yang sebenarnya, yaitu UU No. 27 tahun 2007, UU No. 22 Tahun 2009, UU No. 24 Tahun 2007, UU No. 32 Tahun 2007, UU No. 17 tahun 2008, dan UU No.11 Tahun 2008. Dengan mengacu dari konstitusi yang ada, perencanaan tata ruang Kota Makassar akan lebih terkontrol dan terarah sehingga terwujud kehidupan yang selaras dan seimbang antara manusia dengan lingkungannya.

(4)

II - 4 DRAFT

LAPORAN AKHIR

B. KONSEP RTRW KOTA MAKASSAR

Untuk memahami lebih lanjut tentang konsep Rencana Tata Ruang Wilayah kota Makassar, perlu terlebih dahulu dibahas tentang kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dalam konteks perencanaan ruang di Indonesia. Selain itu, perlu juga dijelaskan tentang hal-hal yang harus diperhatikan dalam memahami karakteristik suatu Rencana Tata Ruang Wilayah Kota.

1. Kedudukan Rencana Tata Ruang Wilayah

Dalam hirarki perencanaan tata ruang, rencana tata ruang akan disusun harus mengacu pada rencana tata ruang di atasnya. Rencana Tata Ruang Wilayah kota/Kabupaten harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi, dan Rencana Tata Ruang Propinsi harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Nasional.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar secara hierarkis penyusunannya mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Sulawesi Selatan. Sesuai dengan peruntukannya, RTRW Kota Makassar ini akan menjadi acuan dalam penyusunan rencana rinci tata ruang di bawahnya, yakni Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kawasan, dan Rencana Teknik Ruang (RTR) Kawasan. Kedudukan RTRW Kota Makassar dapat dilihat pada gambar skema dibawah ini.

RTRW Nasional

RTRW Provinsi

RTR Pulau

RTR Kawasan Strategis Nasional

RTR Kawasan Strategis Provinsi

RTRW Kota

RTRW Kabupaten

RDTR Kota RTR Kawasan Strategis Kota

RDTR Kabupaten RTR Kawasan Strategis

Kabupaten Rencana Umum Rencana Rinci

RPJP Nasional RPJM Nasional RPJP Propinsi RPJM Propinsi RPJP Kabupaten/Kota RPJM Kabupaten/Kota

Berdasarkan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah No. 3/1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota merupakan penjabaran Rencana Tata Ruang Propinsi ke dalam strategi pelaksanaan pemanfaatan ruang Kota, yang meliputi:

Tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang wilayah kota;

Rencana struktur ruang wilayah kabupaten yang meliputi sistim perkotaan di wilayahnya yang terkait dengan kawasan perdesaan dan sistim jaringan prasarana wilayah kota;

Rencana pola ruang wilayah kota yang meliputi kawasan lindung kota dan kawasan budi daya kota; Penetapan kawasan strategis kota;

Arahan pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi indikasi program utama jangka lima tahunan; Gambar 2.1 Kedudukan RTRW Makassar Terhadap Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional

(5)

II - 5 DRAFT

LAPORAN AKHIR

Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota yang berisi ketentuan umum, peraturan zonasi, ketentuan perizinan, ketentuan insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi.;

Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau Rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka nonhijau;

rencana penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana jaringan pejalan kaki, angkutan umum, kegiatan sektor informal, dan ruang evakuasi bencana, yang dibutuhkan untuk menjalankan fungsi wilayah kota sebagai pusat pelayanan sosial ekonomi dan pusat pertumbuhan wilayah.

2. Prinsip Dasar Penyusunan RTRW

Beberapa prinsip dasar penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah adalah sebagai berikut:

a. Harus mempertimbangkan tiga aspek pokok, yaitu aspek strategis, aspek teknis dan aspek pengelolaan. Aspek tersebut sangat menentukan di dalam menetapkan kebijaksanaan dasar pengembangan Kota/Kabupaten yang dapat digambarkan sebagai berikut:

b. Mempertimbangkan aspek strategis, yaitu kebijksanaan dasar penentu fungsi kawasan pengembagan fungsi kegiatan yang merupakan penjabaran atau mengisi rencana-rencana pembangunan Nasional dan Daerah dalam jangka panjang.

c. Mempertimbangkan aspek teknis, yaitu kebijaksanaan dasar yang ditujukan untuk membuat keserasian dan mengoptimalkan pola tata ruang kota dengan menetapkan fungsi kawasan, sehingga dapat memisahkan antar suatu fungsi dengan fungsi lainnya secara jelas.

d. Mempertimbangkan aspek pengelolaan pembangunan, meliputi kebijaksanaan dasar pembangunan dan mempertimbangkan aspek hukum dan perundangan serta administrasi kota agar rencana dapat dilaksanakan sesuai dengan prioritas serta pemerataan pembangunan.

Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah harus selalu mempertimbangkan azas pemerataan, keseimbangan pertumbuhan, serta kelestarian maupun hubungan antara kota dengan daerah sekitarnya sekitarnya, terutama dengan Ibukota Propinsi yang menjadi Pusat Pertumbuhannya.

Rencana Tata Ruang Wilayah harus dirumuskan berdasarkan tipe kemampuan tumbuh dan berkembangnya serta pola watak dan perubahan yang mempengaruhi struktur penduduk.

C. MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN PENATAAN RUANG

1. Maksud

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maksud kegiatan ini adalah penyusunan RTRW kota Makassar yang terpadu, serasi, selaras dan seimbang, berkelanjutan, berdaya guna, berhasil guna, terbuka, berkepastian hukum dan keadilan dan akuntabilitas, agar selanjutnya dapat menjadi PEDOMAN atau ACUAN untuk:

a. Sinkronisasi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Wilayah kota Makassar;

b. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Makassar dalam kurun waktu

Tahun 2010-2030;

c. Pemanfaatan dan pengendalian pembangunan sarana dan prasarana wilayah Kota Makassar;

d. Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah, serta keserasian antar

sektor;

e. Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan

f. Penataan ruang kawasan strategis Kota.

2. Tujuan

Secara khusus, tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Makassar 2030 adalah mewujudkan ruang wilayah Kota Makassar sebagai kota tepian air kelas dunia yang didasari atas keunggulan dan keunikan lokal menuju kemandrian

(6)

II - 6 DRAFT

LAPORAN AKHIR

lokal dalam rangka persaingan global demi ketahanan nasional dan wawasan nusantara yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan

Secara umum, tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Makassar adalah menyusun satu dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota yang lengkap agar dapat dimanfaatkan:

1. Sebagai bahan acuan/referensi bagi kebijakan perencanaan penataan ruang lainnya; 2. Sebagai matra ruang Rencana Pembangunan Jangka Panjang/Menengah Kota Makassar;

3. Sebagai pedoman dasar perencanaan yang diharapkan mampu menjawab masalah-masalah Tuntutan Pembangunan dan Tuntutan Lingkungan Global serta rumusan maupun kebijaksanaan yang dibutuhkan di masa mendatang (prospektus ruang);

4. Sebagai pedoman dasar perencanaan yang diharapkan bisa menjadi pegangan untuk bagaimana membangun dan menjadikan Makassar berdiri dan berkembang sesuai dengan ciri keunikan dan keunggulan lokalnya, dengan tetap berbasis pada peruntukan dan kepentingan Hak-Hak Dasar Masyarakat;

5. Sebagai pedoman dasar perencanaan pembangunan kota yang secara konsep desain rencana disusun berdasarkan Filosofi Rencana Tata Ruang yang Sehat, Tata Ruang Untuk Rakyat, dan Tata Ruang Terkendali; 6. Sebagai kebijakan pokok pemanfaatan dan pengendalian ruang dalam wilayah Makassar dan sekitarnya sesuai

dengan dasar kondisi wilayahnya yang berazaskan kepada pembangunan berkelanjutan (sustainable development);

7. Sebagai wadah keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah/kawasan di dalam dan di luar wilayah Makassar serta keserasian antarsektor pembangunan;

8. Sebagai wadah perencanaan yang bertujuan meningkatkan peran dan fungsi Makassar tidak hanya sebagai satu Kota, tetapi lebih jauh dari itu perannya ingin ditingkatkan secara lebih besar menjadi satu kota dengan representasi sebagai ”Ruang Keluarga Indonesia Timur”’;

9. Sebagai refleksi dalam perencanaan MAMMINASATA khususnya untuk Kota Makassar dan tingkat keterhubungannya baik secara spasial maupun aspasial dengan wilayah-wilayah MAMMINASATA lainnya; 10. Sebagai bahan informasi dalam penetapan investasi yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat, dan dunia

usaha/swasta; dan

11. Sebagai acuan/referensi dalam perumusan program pembangunan baik yang menyangkut sumber pembiayaan, pentahapan atau pelaksanaan kegiatan pembangunan dalam ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang; Selain tujuan tersebut diatas, beberapa tujuan lain Penataan Ruang Wilayah Kota Makassar adalah:

1. Terselenggaranya dan terwujudnya penataan dan pemanfaatan ruang Kota Makassar dan sekitarnya yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional;

2. Terwujudnya pemanfaatan ruang wilayah Kota Makassar dan sekitarnya yang lebih berkualitas serta berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan lestari/berkelanjutan;

3. Terwujudnya kemudahan untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila; dan

4. Mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan keamanan.

3. Sasaran

Untuk mencapai tujuan diatas, secara rinci sasaran RTRW Kota Makassar yang ingin dicapai :

Memantapkan sistim perencanaan tata ruang yang bersifat umum ke khusus yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), RTRW Pulau, RTRW Propinsi, dan RTRW Kota/Kabupaten. RTRW Nasional menjadi acuan

(7)

II - 7 DRAFT

LAPORAN AKHIR

dalam penyusunan RTRW Pulau (RTRW Pulau merupakan instrumen operasional RTRWN. RTRW Pulau menjadi pedoman penyusunan RTRW Propinsi yang kemudian dipedomani lebih lanjut RTRW Kabupaten/Kota. Bagan sistim perencanaan tata ruang tersaji dalam Gambar 2-2.

Gambar 2-2 Sistim Perencanaan Tata Ruang

Mengelola sistim pengaturan zonasi (zoning regulations) yang berperan sebagai instrument pelaksanaan rencana tata ruang dan memuat aturan-aturan spesifik keruangan yang mengikat untuk setiap kawasan dengan fungsi tertentu dalam suatu wilayah perencanaan. Sistim zonasi diharapkan nantinya dapat diarahkan ke pemanfaatan ruang yang kompak dan integratif yang lebih ramah lingkungan dan menjamin keberlanjutan di segala bidang.

Dalam memperkuat pengendalian pemanfaatan ruang, maka perlu diterapkan peraturan zonasi, pemberian insentif dan diinsentif serta pengenaan sanksi terhadap pelanggaran tata ruang yang dikenakan tidak hanya kepada pemberi izin pemanfaatan ruang tetapi juga kepada penerima izin.

Mempertegas dan memperjelas kewenangan antara pemerintah pusat, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Ini dimaksudkan agar dalam pengaturan, pembinaan, dan pengawasan terhadap pelaksanaan penataan ruang dapat terwujud harmonisasi dan saling melengkapi antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota.

Memberikan arahan penegasan muatan rencana tata ruang yang meliputi perkembangan lingkungan strategis, pemerataan dan keselarasan pembangunan antara pusat (nasional) dengan daerah-daerah dengan memperhatikan dan mempertimbangkan daya dukung dan daya tampung lingkungan masing-masing daerah. Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penurunan kualitas ruang yang ada dan tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang;

Memantapkan pengelolaan kawasan yang tidak hanya terbatas pada kawasan lindung dan budidaya tetapi diperluas pada kawasan metropolitan dan kawasan strategis nasional dan kota. Ini dimaksudkan agar tercipta kesesuaian penggunaan dan pemanfaatan tanah pada fungsi kawasan yang ditetapkan dalam rencana tata ruang wilayah, sehingga tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan;

Memantapkan kepastian hukum dan akuntabilitas dalam pelaksanaan penataan ruang setelah perencanaan RTRW kota ini dibuat. Hal ini berarti pelaksanaan penataan ruang telah dilindungi oleh hukum dan peraturan perundang-undangan maupun peraturan daerah;

Memberikan arahan penataan ruang yang berdasarkan sistim wilayah dan sistim internal perkotaan termasuk didalamnya fungsi utama kawasan, wilayah administrasi, kegiatan kawasan dan nilai strategis kawasan. Berikut

(8)

II - 8 DRAFT

LAPORAN AKHIR

ini gambaran RTRW Kota Makassar 2030, yang apresiasi nilai dasar pengembangan ruangnya perlu dan penting untuk dicermati kembali (Gambar 2.3)

Gambar 2-3 Peta Kawasan Terpadu di Kota Makassar

Dalam penataan ruang wilayah kota sesuai dengan amanah UU, ruang terbuka hijau (RTH) dialokasikan sebesar 30% dari luas wilayah kota. Hal ini berarti penataan ruang wilayah kota tidak hanya untuk keperluan ekonomi (produktif) dan estetis tetapi juga aspek kenyamanan dan bioekologis (RTH sebagai pengatur sirkulasi udara dan air secara alami). Berikut ini tipologi ruang terbuka hijau sebagai dasar dalam perencanaan struktur RTH dimulai dari aspek fisik sampai aspek kepemilikan (Gambar 2.4)

Untuk mencapai tujuan dan sasaran di atas, maka RTRW Kota Makassar harus dapat memperhatikan hal-hal berikut ini:

1. Mengkaji dan menganalisis konsep pengembangan Mamminasata dengan melihat peranan Kota Makassar sebagai entry point dalam mencapai sinergitas wilayah antar kabupaten/kota guna mewujudkan pemerataan

(9)

II - 9 DRAFT

LAPORAN AKHIR

pembangunan dan pertumbuhan ekonomi bagi kota Makassar khususnya dan region MAMMINASATA secara luas;

2. Mengkaji dan menganalisis permasalahan dan potensi yang dimiliki oleh Kota Makassar yang ditinjau dari aspek-aspek kependudukan, perekonomian, daya dukung dan daya tampung lingkungan, struktur tata ruang, pemilikan, peruntukan dan penggunaan lahan;

3. Menyusun konsep pengembangan dan pembangunan tata ruang wilayah berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Makassar;

4. Menyusun konsep perencanaan pembangunan Kota Makassar melalui matra perencanaan (darat, laut, udara dan dibawah bumi) dengan mengidentifikasi potensi dan karakter yang dimiliki kawasan yang direncanakan. Matra perencanaan ini perlu dan penting untuk diidentifikasi secara baik dengan urutan pencitraan kawasan yang lebih spesifik berdasarkan kebutuhan dan kepentingan perencanaan pemanfaatan ruang dan wilayah Kota Makassar, sebagai berikut:

Matra Darat Ruang Perencanaan Kota Makassar (dicirikan dengan karakterik ruang daratnya dengan

ukuran, fungsi dan karakter yang mengikutinya) berupa: a. Wilayah Manfaat Ruang Pulau, terakumulasi data dan

informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:

o Jumlah Pulau

o Tipe Pulau (benua, vulkanik, karang timbul, dataran rendah, dan atol)

o Besaran Pulau (ukuran dan kapasitas)

o Klasifikasi Penutup Lahan (land cover classification)

o Geomorfologi (land, marine, dan geomorfik processes)

o Hidrogeologi

o Nilai-nilai Ekologis (habitat, ekosistim)

o Fisik Lahan (Spasial Information, multi spasial, multi temporal, multi spektral)

o Parameter Perairan (marine process, dinamika pantai (ombak, gelombang, dan arus)

o Berpenghuni/Tidak Berpenghuni

o Jenis Kegiatan/Pekerjaan

o Karakteristik Lokal

o Sensor Sosial Budaya (tatanan sosial, hukum dan tata adat tata krama, dan kearifan lokal)

b. Wilayah Manfaat Ruang Pesisir, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:

o Panjang Bentang Pesisir

o Bentuk Pesisir (daratan alluvial, perbukitan sisa, permukaan planasi, dan daratan alluvial)

o Topografi Pesisir

o Geomorfologi (land, marine, dan geomorfik processes)

o Jenis Pelataran Pesisir (model permukaan)

o Karakteristik Pesisir (pesisir dalam, luar)

o Indeks dan Tipologi Pesisir

o Paramater Perairan Laut (dinamika pantai)

o Klasifikasi Penutup Lahan (land cover classification)

o Ranah Ekologi Pesisir (alamiah, antropogenik dll)

o Ranah Ekonomi Pesisir (aktivitas ekonomi)

Gambar 2-5 Apresiasi Pemanfaatan Ruang Pulau dan Sekitarnya

(10)

II - 10 DRAFT

LAPORAN AKHIR

o Ranah Agraria Pesisir (struktur agraria)

o Ranah Geopolitik dan Geostrategis Pesisir

o Sensor Sosial Budaya (struktur sosial masyarakat (patron-client), hukum adat, tata krama, dan kearifan lokal)

c. Wilayah Manfaat Ruang Dataran, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:

o Luas dan Bentuk Lahan

o Klasifikasi Penutup Lahan (land cover classification)

o Topografi

o Geomorfologi (struktur sesar dll)

o Hidrogeologi

o Nilai-Nilai Ekologis (habitat, ekosistim)

o Fisik Lahan (spasial Information, multi spasial, multi temporal, multi spektral)

o Isu Ekologi (alamiah, antropogenik dll)

o Isu Ekonomi (aktivitas ekonomi)

o Isu Agraria (struktur agraria)

o Isu Geopolitik dan Geostrategis

o Sensor Sosial Budaya (tatanan sosial, hukum dan tata adat, tata krama, dan kearifan lokal)

Matra Air Ruang Perencanaan Kota Makassar (dicirikan dengan karakterik tipologi Perairannya yang terbagi

dalam Ukuran, Fungsi dan Karakter yang mengikutinya, tersebar dalam ruang manfaat sebagai berikut: laut, sungai perairan delta, hutan mangrove, rawa-rawa, dataran banjir, lebak-lebung, muara sungai, embung, situ dan bendungan) diurai dalam asumsi perencanaannya sebagai berikut:

a. Wilayah Manfaat Ruang Laut, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:

o Dimensi Geografis dan Konsepsi Teritorial Laut (zonasi)

o Basis Ekosistim Laut

o Geosistim Laut

o Keunikan Perairan

o Konsepsi Sedimen Sel dan Konsepsi Ekoregion

o Konsepsi Integrasi Daerah Aliran Sungai

Gambar 2-6 Integrasi Hubungan Pemanfaatan Ruang Laut dan Darat

b. Wilayah Manfaat Ruang Sungai, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:

o Panjang Sungai

o Spesifikasi Sungai (air permukaan, bawah permukaan)

(11)

II - 11 DRAFT

LAPORAN AKHIR

o Proses Input dan Output Sungai (alami/buatan, aliran, sedimen, evapotranspirasi process)

o Deskripsi properties, fenomena, dan distribusi air

o Pola Presipitasi (hujan) terhadap DAS

o Sebaran Geografi Sungai

o Kedudukan Muka Freatik Sungai (efemeral, intermitten, perenial)

o Surface Storage

o Surface Runoff

o SubSurface Runoff

o Overland Flow

o Sensor Sosial – ekonomi - Budaya masyarakat terhadap sungai (tatanan sosial, hukum dan tata adat,

tata krama, dan kearifan lokal)

Gambar 2-7 Diagram Sungai dan Keterkaitannya

c. Wilayah Manfaat Ruang Mangrove, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:

o Jenis Mangrove (brambang, cemara laut, jeruju, waru laut, kalimuntung, nipah, dan nibung)

o Kualitas Air dan Subtrat Mangrove

o Karakteristik dan Kelayakan Lingkungan “green belt“ (pariwisata maupun perikanan) o Spesifikasi Ekosistim

o Kesesuaian Lahan

o Inventarisasi (struktur komunitas lokal dari mangrove)

o Sensor Sosial – ekonomi - Budaya masyarakat sekitar

d. Wilayah Manfaat Ruang Rawa, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:

o Pola dan Bentuk Rawa

o Spesifikasi Rawa

o Keanekaragaman Hayati (ekologis dan ekonomi)

o Deskripsi properties, fenomena, dan distribusi air

e. Manfaat Ruang Dataran Banjir, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:

o Spesifikasi dan Bentuk Sungai (meander, besar/kecil dll)

o Karakteristik Fisik Sungai

o Sebaran Titik Limpah (splay)

o Proses Input dan Output Sungai (alami/buatan, aliran, sedimen, evapotranspirasi process)

o Deskripsi properties, fenomena, dan distribusi air

o Sebaran Geografi Sungai

(12)

II - 12 DRAFT LAPORAN AKHIR o Surface Storage o Surface Runoff o SubSurface Runoff o Overland Flow

o Sensor Sosial - ekonomi - Budaya masyarakat terhadap sungai (tatanan sosial, hukum dan tata adat, tata krama, dan kearifan lokal)

f. Wilayah Manfaat Ruang Muara Sungai, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:

o Spesifikasi Sungai (air permukaan, bawah permukaan)

o Karakteristik Fisik Sungai

o Proses Input dan Output Sungai (alami/buatan, aliran, sedimen, evapotranspirasi process)

o Deskripsi properties, fenomena, dan distribusi air

o Sebaran Geografi Sungai

o Kedudukan Muka Freatik Sungai (efemeral, intermitten, perenial)

o Surface Storage

o Surface Runoff

o SubSurface Runoff

o Overland Flow

o Sensor Sosial – ekonomi - Budaya masyarakat terhadap sungai (tatanan sosial, hukum dan tata adat,

tata krama, dan kearifan lokal)

g. Wilayah Manfaat Ruang Embung dan Situ, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:

o Pola dan bentuk

o Ukuran (size)

o Deskripsi properties, fenomena dan distribusi air

o Pola presipitasi (hujan)

o Fluktuasi kecukupan air

o Kemiringan lereng (8-30%) o Sebaran geografi o Surface Storage o Surface Runoff o SubSurface Runoff o Overland Flow

o Sensor Sosial – ekonomi - Budaya masyarakat terhadap sungai (tatanan sosial, hukum dan tata adat,

tata krama, dan kearifan lokal)

Matra Udara Ruang Perencanaan Kota Makassar (penguasaan, penggunaan, dan pemanfaatan ruang

udara yang berwujud konsolidasi pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan, ruang udara dan sumber daya lainnya sebagai satu kesatuan, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:

o Pemanfaatan dan Fungsi Ruang Udara (ruang terbatas, ruang bebas, berbahaya dll)

o Ambang Batas Mutu Udara

o Konsepsi Teknologi Akrab Lingkungan

Matra Dibawah Muka Bumi Ruang Perencanaan Kota Makassar (penguasaan, penggunaan dan

(13)

II - 13 DRAFT

LAPORAN AKHIR

udara dan sumber daya alam yang terdapat dibawah bumi sebagai satu kesatuan, terakumulasi data dan informasinya dalam nilai-nilai sebagai berikut:

o Jenis (minyak, batubara, gas alam, mineral)

o Luasan

o Pemanfaatan melalui kegiatan eksplorasi dan eksploitasi

o Ambang batas eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alam

o Konsepsi Teknologi Akrab Lingkungan dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi

Proses identifikasi wilayah bertujuan untuk mengurai semua potensi dan manfaat yang dimiliki oleh kota yang didasarkan pada keunikan dan keunggulan lokalnya. Identifikasi ini dapat menjadi base point bagi penyelenggara dan pelaksana (pemerintah, masyarakat, swasta) penataan ruang kota dalam mengatur dan memilah kebutuhan perencanaannya secara lebih terinci dan terukur. Potensi dan manfaat yang tersebar di 14 ruang kecamatan serta semangat kebersamaan yang menjangkau matra daratan hingga matra laut telah mampu memberikan ruang yang cukup besar dan potensial bagi Kota Makassar, dalam merencanakan pembangunan dan pengembangan wilayah kota yang lebih baik dan lebih propektus.

Perpaduan dan konektivitas 4 matra menjadi jawaban dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang mengemuka di ruang rencana. Perpaduan yang apik dan konektivitas yang utuh merupakan beban tugas dan tanggung jawab yang diemban oleh dinas/masyarakat yang menjadi bagian dari satu atmosfir rencana. Struktur dan pola-pola ruang menjadi semakin jelas dan kaitannya terhadap kesempatan dalam menangkap peluang dan mengengineeringkan ruang menjadi semakin lebih komprehensif atas semua usaha-usaha mengoptimalkan pemanfaatan ruang baik yang ada di darat maupun yang ada di ruang perairan Kota Makassar.

Berikut ini peta tutupan lahan wilayah Kota Makassar, yang secara akumulatif merupakan wilayah yang sangat potensil dan memungkinkan menjadi daerah yang berkembang dan maju di Kawasan Indonesia Timur (Gambar 2.8).

Gambar 2-8 Peta Tutupan Lahan Kota Makassar, 2008

Secara spesifik, dilihat dari visi dan tujuan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka SASARAN yang hendak dicapai dari tersusunnya RTRW Kota Makassar adalah sebagai berikut :

(14)

II - 14 DRAFT

LAPORAN AKHIR

a. Menyusun suatu “Pedoman Baku” untuk mewujudkan pembangunan suatu kota yang : Lebih Teratur dan Tersistim Baik

Sesuai Kebutuhan

Memiliki karakter Makassar yang kuat Lengkap, Transparan dan Profesional Visioner

b. Mewujudkan atmosfir Kota Makassar yang memberikan “Kepastian” dan “Ketenangan” berusaha bagi Investor c. Mewujudkan sebuah Kota Makassar yang “sexy”, Berdaya Tarik Fungsi, merangsang gairah investasi untuk

mempercepat Pembangunan Kota

d. Mewujudkan suatu “Komunitas Kawasan” Kota dengan basis ekonomi yang jelas, kuat, berkembang dan organis, responsif akan bentuk “Belt Ekonomi Rakyat” sebagai “Struktur” kekuatan pertumbuhan ekonomi Kota Makassar dalam merebut posisi penting pada skala global

e. Memberi arahan pengembangan sistim pusat permukiman kota.

f. Memberi arahan pengembangan sistim prasarana wilayah yang meliputi prasarana transportasi, telekomunikasi, dan energi.

g. Memberi arahan pengembangan kawasan yang perlu diprioritaskan pengembangannya selama jangka waktu rencana.

h. Menetapkan kebijaksanaan tata guna tanah, tata guna air, dan tata guna sumberdaya alam lainnya.

i. Menetapkan kebijaksanaan penunjang penataan ruang untuk mewujudkan rencana umum tata ruang yang direncanakan.

Adapun yang menjadi tema dan dasar pertimbangan dalam penyusunan RTRW Makassar ini adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Visi Kota Makassar, yaitu ”Kembali ke Kota Dunia dengan Kearifan Lokal”

Telaah lebih lanjut dari tujuan penyusunan laporan ini secara filosofis menunjukkan bahwa konsep desain RTRW Kota Makassar lebih diarahkan kepada rencana Tata Ruang yang Sehat, Tata Ruang Untuk Rakyat, dan Tata Ruang Terkendali.

D. KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

1. Tinjauan Umum Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang

Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang Wilayah Kota Makassar 2030 sebagai berikut :

a. Memantapkan fungsi Kota Makassar sebagai kota MARITIM, NIAGA, PENDIDIKAN dan BUDAYA

Mengembangkan kawasan-kawasan terpadu yang mengakomodir dan memperkuat “POSITIONING”UTAMA kota makassar sebagai kota maritim, bisnis, pendidikan dan budaya sesuai dengan DAYA DUKUNG, DAYA TAMPUNG dan DAYA TUMBUH serta DAYA SAING;

Mengembangkan kawasan-kawasan terpadu yang mendukung dan melengkapi ANATOMI “POSITIONING” UTAMA untuk menciptakan RUANG YANG “ORGANIS” dan mencapai RUANG YANG “PROFESIONAL” yaitu kawasan pergudangan terpadu, kawasan industri terpadu , kawasan pelabuhan terpadu, kawasan bandara terpadu, kawasan bisnis global terpadu , kawasan energi terpadu (bisnis), kawasan riset terpadu (pendidikan), kawasan “heritage”, kawasan bisnis dan parawisata terpadu, kawasan olahraga terpadu (budaya), kawasan pariwisata pulau terpadu, kawasan pengembangan koridor pantai & sungai (maritim).

(15)

II - 15 DRAFT

LAPORAN AKHIR

b. Memperkokoh “ATMOSFIR”tata ruang yang berciri (DIFFERENTIATION) “makassar” yang kuat

Mendorong percepatan pembukaan, pengembangan dan pengendalian ruang - ruang tepian air dan pulau-pulau dalam suatu sistim “Integrated Coastal Zone Management” (ICZM) berbasis mitigasi dan adaptasi yang diatur dalam sistim “COASTAL CODE” Kota Makassar (maritim) sebagai “WAJAH”;

Merevitalisasi dan mengintegrasikan semua situs peninggalan sejarah lokal, nasional, nusantara dan global dalam suatu sistim yang terakumulasi, “SEQUENCE” dan “TURISTIK” sebagai “WARNA” dari atmosfir tata ruang wilayah kota makassar 2030 (sejarah & budaya);

Mengembangkan dan menyebarkan sentra-sentra “KULINER MAKASSAR” secara terpadu yang melibatkan “orang makassar” sebagai pelaku-pelaku ekonomi utama sebagai “AROMA” dari atmosfir tata ruang wilayah Kota Makassar 2030;

Menetapkan kawasan khusus yang harus mengakomodasi “ARSITEKTUR LOKAL” dalam tingkatan gradasi penerapan sebagai “IRAMA” dari atmosfir tata ruang wilayah Kota Makassar 2030.

c. Memprioritaskan mitigasi dan adaptasi lingkungan pesisir dan sungai

Me“RESHAPING” pantai kota kota makassar menjadi “BENTUK BARU” garis pantai melalui kegiatan reklamasi pantai yang terencana, terkendali dan terbatas sesuai dengan prosedur peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai usaha mitigasi dan adaptasi pesisir. (mitigasi sedimentasi & abrasi serta tsunami);

Menetapkan “STANDAR LEVELING PESISIR” dengan membangun “BENCHMARK MITIGASI” pada semua kawasan koridor pantai dan sungai. (mitigasi dan adaptasi “SEA LEVEL RISE” dan banjir sungai);

Mengembangkan sistim jaringan prasarana “DRAINASE TANGKAP” di sepanjang pesisir pantai dan sungai (mitigasi pencemaran);

Mengembangkan ruang-ruang “waterfront” dalam bentuk “RIVERSIDE CITY” dan “SEASIDE CITY” yang terpadu dengan “RTH KONSERVASI DAS” dan “KONSERVASI MANGROVE PANTAI” yang “PRODUKTIF” dan “TURISTIK"

d. Mengembangkan fungsi “TEMATIK” ruang yang berdaya saing tinggi berstandar global

Mengembangkan kawasan-kawasan “PROGRESIF” dan “PROSPEKTIF” baru yang memilki keunggulan strategis untuk membangun dan memperkuat “positioning” kota makassar baik dalam perannya di pulau sulawesi, indonesia timur, nusantara dan global yaitu : kawasan bisnis global terpadu, kawasan riset dan pendidikan terpadu, kawasan energi terpadu. Kawasan bandara terpadu, kawasan pelabuhan terpadu & kawasan maritim terpadu

Mengembangkan seluruh kawasan ruang wilayah dengan konsep “GREEN COVERAGE RATIO” yang tinggi walaupun dengan koefisien daerah hijau (kdh) yang tersedia cukup rendah untuk mewujudkan “makassar green city” dan “MAKASSAR LOW CARBON WATERFRONT CITY”

Mengembangkan kawasan-kawasan pariwisata “ THE TROPICAL MARINE ECOTOURISM” dan “ THE TROPICAL RIVERPARK ECOTOURISM” yang merupakan “ICON-ICON” wisata yang paling diminati didunia saat ini, sebagai kawasan “TRIGGER” ekonomi berbasiis ecotourism.

e. Menyebar pusat-pusat kegiatan perkotaan yang tematik dan terpadu (COMPACT CITY)

Mengembangkan kawasan-kawasan “TEMATIK“ berdasarkan karakteristik daya dukung, daya tampung, daya tumbuh dan daya saing yang terpadu dan terakumulasi ,baik antar kawasan dalam ruang wilayah kota ,maupun terpadu dalam kawasan dengan fungsi permukiman yang sesuai serta fungsi-fungsi pendukung lainnya dalam membentuk kawasan-kawasan yang “ANATOMIS” , “OTONOMIS” dan “PROFESIONAL” serta “PROSPEKTIF” yang tersebar merata dalam suatu bentuk “COMPACT CITY” yang “THEMATIC” berkarakter “MAKASSAR”

Mengembangkan dan meningkatkan jangkauan pelayanan sistim jaringan prasarana yang terpadu antar kawasan dan sistim jaringan prasarana yang terpadu dalam kawasan dengan standar global.

(16)

II - 16 DRAFT

LAPORAN AKHIR

Mengembangkan “ATMOSFIR KARAKTER ARSITEKTUR” masing-masing kawasan dengan ke “KHAS”an masing masing sebagai “SUB KARAKTER” untuk membangun ruang wilayah kota yang berciri “MAKASSAR” yang kuat.

f. Memaksimalkan ruang terbuka menjadi ruang terbuka hijau

Mengembangkan dan memanfaatkan kawasan-kawasan ruang terbuka sebagai kawasan ruang terbuka hijau.

g. Meningkatkan “KUALITAS HIJAU” RUANG WILAYAH DENGAN “GREEN COVERAGE RATIO” (EMISI CO2)

Mengembangkan gerakan : satu orang satu pohon, satu rumah “KOEFISIEN TUTUPAN HIJAU DIATAS 50%”, satu kawasan satu jenis pohon.

Menetapkan ruang terbuka hijau kawasan baru hasil reklamasi diatas minimum 30 % dengan tingkat tutupan hijau diatas minimum 50 %

Mengembangkan kawasan “TAMAN MANGROVE” baru pada setiap muara sungai dan muara kanal buatan serta kawasan-kawasan “BREAK WATER”

h. Merevitalisasi kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana wilayah kota

Mengembangkan dan meningkatkan interkoneksi antar pusat-pusat kegiatan Merevisi dan mengembangkan sistim jaringan drainase kota makassar

Mengembangkan sistim energi alternatif untuk mencukupi kebutuhan maksimal Kota Makassar Mengembangkan sistim IPAL kota dan ipal kawasan

Menetapkan sistim “MASTER ANTENNE” untuk menara telekomunikasi

Mengembangkan “SISTIM JARINGAN AIR BERSIH MANDIRI “untuk setiap kawasan Mengembangkan “CYBER CITY” dimana semua ruang wilayah kota terlayani hot spot Mengembangkan sistim jaringan CCTV kota

i. Melengkapi Jaringan Prasarana Kota Standar Global ( FLY OVER, TOL, STP KOTA, MONORAIL)

Mengembangan sistim FLYOVER (jalan layang) pada simpul-simpul penting di Kota Makassar Mendorong pembangunan kelanjutan jalan tol

Mengembangkan sistim jaringan prasarana jalan baru dengan 4 jalur 2 arah (standar global) Mengembangkan sistim “STP” kota

Mengembangkan sistim jaringan air bersih “DRINKING WATER” Mengembangkan sistim transportasi massal “MONORAIL” terpadu Mengembangkan sistim “PUBLIC SIGNAGE” berstandar global

Mengembangkan sistim jaringan “STREET SCAPE” terpadu untuk pejalan kaki dan sepeda

j. Mengembangkan sistim transportasi “AIR” & sistim transportasi darat yang terpadu dengan “ODOT SYSTEM”

Mengembangan sistim transportasi “AIR” kota makassar dimulai dari Sungai Jene’berang – Pantai Makassar – Sungai Tallo

Mengembangkan sistim transportasi MASSAL BUS WAY dan MONORAIL Mengembangkan sistim terminal dan dermaga laut terpadu dan“GREEN”

Mengembangkan sistim terminal dan halte terpadu dan “GREEN”

Mengembangkan pusat-pusat kegiatan pesisir yang TURISTIK, ECO dan PRODUKTIF

Mengembangkan sistim moda transportasi laut yang sesuai dengan karakteristik laut dan sungai

k. Mengembangkan sistim “INTERMODA’ Transportasi yang Terpadu dan Hirarkhis

(17)

II - 17 DRAFT

LAPORAN AKHIR

Pete – pete menjadi feeder dalam kawasan

Taxy becak menjadi moda transportasi dalam lingkungan Sepeda menjadi moda transportasi individu utama

Pembatasan dan pengendalian motor

Pembatasan dan pengendalian mobil pribadi

Taxy motor menjadi moda transportasi antar lingkungan dalam kota

Mengarahkan secara bertahap seluruh moda transportasi kota berbahan bakar “GAS” dan “HYBRID”

2. Tinjauan Khusus Kebijakan Dan Strategi Penataan Ruang

Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah dilakukan dalam pengelolaan dan pengembangan struktur maupun pola ruang wilayah Kota Makassar.

Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Struktur Ruang

Kebijakan pengembangan struktur ruang meliputi:

a. Peningkataan akses perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah secara merata dan hierarkis.

 Menjaga interkoneksi antar kawasan perkotaan, dan perkotaan dengan wilayah sekitarnya;

 Mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensial dan belum terlayani oleh pusat

pertumbuhan eksisting;

 Mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam

mendorong pengembangan wilayah sekitarnya.

 Mendorong pengembangan pusat-pusat kawasan pertumbuhan ekonomi agar lebih produktif dan aktif

sehingga dapat bersaing dalam skala global.

 Mengembangkan SENTRA-SENTRA PRIMER baru di UTARA, TIMUR, BARAT & SELATAN Kawasan Pusat

Kota.

b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, telekomunikasi, dan

energi secara terpadu dan merata di seluruh wilayah Kota Makassar, yang meliputi:

 Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut

dan udara;

 Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan yang masih terisolir;

 Meningkatkan jaringan energi dengan sistem kemandirian energi area mikro, serta mewujudkan keterpaduan

sistem penyediaan tenaga listrik;

 Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat terhadap pengadaan jaringan air bersih.

 Mengembangkan dan menyempurnakan KESEIMBANGAN Sistem Transportasi antara KORIDOR

UTARA-SELATAN dan KORIDOR TIMUR-BARAT serta pengembangan kemungkinan KORIDOR ALTERNATIF DIAGONAL kota.

 Mengembangkan SISTEM ANGKUTAN UMUM MASSAL dengan moda BUS sebagai moda angkutan utama

antar sistim pusat-pusat kegiatan ke 12 Kawasan Terpadu, moda PETE-PETE sebagai FEEDER dari bagian-bagian ruang kawasan, dan moda BECAK sebagai moda angkutan masyarakat antar lingkungan Kawasan serta pengembangan terhadap kemungkinan-kemungkinan kelayakan MODA TRANSPORTASI KHUSUS diantarannya MONORAIL..

(18)

II - 18 DRAFT

LAPORAN AKHIR

Kebijakan Dan Strategi Pengembangan Pola Ruang

Kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang meliputi:

a. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan lindung, yang meliputi:

1) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi sistem ekologi wilayah (ecoregion);

Strategi yang digunakan meliputi:

 Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, laut maupun udara, dan ruang bawah muka bumi;

 Mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam satu wilayah pulau dengan luas minimal 30% dari luas

pulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya; dan

 Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan

kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah.

2) Pencegahan dampak negatif kegiatan manusia yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan hidup.

Strategi yang digunakan meliputi:

 Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi sistem ekologi wilayah;

 Melindungi kemampuan lingkungan hidup dari tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang

ditimbulkan oleh suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya;

 Melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang

dibuang ke dalamnya;

 Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan

sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan;

 Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan penerasi

masa kini dan generasi masa depan;

 Mengelola sumberdaya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana, termasuk

revitalisasi fungsi sistem ekologi lokal serta pembangunan sumberdaya baru untuk penghasilan dan pelestarian lingkungan;

 Mengelola sumberdaya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan

tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan

 Mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana.

b. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan budidaya, yang meliputi:

1) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budidaya;

Strategi yang digunakan meliputi:

 Menetapkan kawasan budidaya yang memiliki nilai strategis dan memanfaatkan sumberdaya alam di ruang

darat, laut dan udara, termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pemanfaatan ruang wilayah;

 Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan di dalam kawasan beserta prasarana secara sinergis dan

berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian wilayah;

 Mengembangkan dan melestarikan kawasan budidaya pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan

(19)

II - 19 DRAFT

LAPORAN AKHIR

 Mengembangkan pulau-pulau kecil dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan daya saing dan

mewujudkan pengembangan ekonomi setempat;

 Mendukung kegiatan pengelolaan sumberdaya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi di Alur Laut

Kepulauan Indonesia (ALKI), Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia atau landasan kontinental untuk meningkatkan perekonomian nasional;

2) Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan.

Strategi yang digunakan meliputi:

 Membatasi perkembangan budidaya terbangun di kawasan rawan bencana untuk meminimalkan potensi

kejadian bencana dan potensi kerugian akibat bencana.

 Menumbuhkembangkan fisik pusat kota dengan mengoptimalkan pemanfaatan ruang secara vertikal dan

kompak, asri dan lestari seperti kota taman;

 Menumbuhkembangkan kegiatan agropolitan yang memadukan agroindustri, agrobisnis, agroedukasi serta

model rumah kebun di klaster sentra-sentra produksi komoditas pertanian unggulan;

 Mengembangkan ruang terbuka hijau dengan luas minimal 30% dari luas kawasan perkotaan;

 Mengembangkan kegiatan budidaya kelautan yang dapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil.

c. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan strategis kota.

Kebijakan pengembangan kawasan strategis kota ini meliputi:

1) Pelestarian dan peningkatan fungsi dan daya dukung lingkungan untuk mempertahankan dan meningkatkan keseimbangan ekosistem, melestarikan keanekaragaman hayati, mempertahankan dan meningkatkan fungsi perlindungan kawasan, melestarikan keunikan/keunggulan lokal, serta melestarikan warisan ragam budaya lokal;

2) Pengembangan dan peningkatan fungsi kawasan dalam pengembangan perekonomian wilayah yang produktif, efisien, dan mampu bersaing dalam perekonomian nasional maupun regional;

3) Pemanfaatan sumberdaya alam dan atau perkembangan Iptek secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat;

4) Pelestarian dan peningkatan kualitas sosial dan budaya lokal yang beragam; dan

d. Kebijakan dan strategi pengembangan kawasan terpadu

1. Pengembangan KAWASAN PUSAT KOTA

Strategi yang dilakukan adalah:

Mendorong pengembangan kawasan strategis skala Nasional & Internasional pada kawasan ekonomi prospektif terutama di kawasan sekitar Karebosi, Sepanjang Pantai Losari, Kawasan Pecinaan Utara Makassar, Koridor Jln Jend. Sudirman – Jln DR. Ratulangi dan Koridor Jl. A.P.Pettarani.

Mengembangkan sarana dan fasilitas TRANSPORTASI yang mendukung pengembangan SISTEM ANGKUTAN UMUM MASSAL.

Mengembangkan Progam peremajaan Kawasan KUMUH BERAT terutama pada Konsentrasi Kawasan kumuh Mariso, Kawasan kumuh sekitar jln. Abubakar Lambogo & Kawasan Kumuh Baraya dengan PEREMAJAAN TERBATAS untuk pembangunan RUMAH SUSUN MURAH.

Dengan Sistem: 1. Tanpa MENGUSUR 2. BERGULIR 3. MUTUALISTIS 4. MIX USE 5. 3 in 1

(20)

II - 20 DRAFT

LAPORAN AKHIR

Merevitalisasi KAWASAN PANTAI LOSARI secara terpadu dengan mereklamasi terbatas ruang pantai hanya untuk RUANG PUBLIK.

Membatasi Pembangunan pada RUANG BELAKANG PANTAI LOSARI sekitar kawasan Makassar Golden Hotel (MGH) dengan membuat JALAN ARTERI “PEMBATAS” sampai ke depan BENTENG JUMPANDANG sekaligus memecahkan masalah kemacetan akibat BOTTLE NECK pada daerah sekitar MGH dan Memperkuat eksistensi BENTENG JUMPANDANG.

Menata SISTEM DRAINASE Kawasan Pesisir PANTAI MAKASSAR dengan pembuatan SALURAN TANGKAP sepanjang Pantai yang dilengkapi dengan SISTEM INSTALASI PENGELOHAN LIMBAH. Mengembangkan SISTEM INTERKONEKSI antara Jaringan Transportasi Darat dan jaringan

Transportasi Air serta Jaringan Pedestrian secara terpadu dengan sistem transportasi Makro.

Mendukung Pembangunan kawasan Highrise Building yang sudah terencana dengan standar Global seperti pada Kawasan Kompleks Apartemen Marbella Makassar.

2. Pengembangan KAWASAN PERMUKIMAN TERPADU

Strategi yang dilakukan adalah:

Mendorong pembangunan KLUSTER PERMUKIMAN dengan standar yang baik dan baku dan memberikan KEMUDAHAN kepada setiap DEVELOPER yang mampu Mewujudkan dan Memelihara Kawasannya dengan Ke ASRI an yang tinggi & estetik dalam kegiatan melaksanakan kelanjutan Pembangunan Kawasannya.

Mendukung Pembangunan Kawasan SENTRA PRIMER TIMUR Baru pada Kawasan Panakukang Mas sebagai CBD kawasan Permukiman.

Mengembangkan dan menata sistim drainase kawasan permukiman terpadu serta menetapkan KONTROL LEVELING terhadap kawasan-kawasan permukiman tersebut agar bebas banjir dan bebas genangan.

Mendorong pertumbuhan kawasan permukiman kepadatan sedang sampai tinggi dalam upaya efesiensi pemanfaat ruang.

3. Pengembangan KAWASAN PELABUHAN TERPADU

Strategi yang diupayakan:

Mendukung Rencana pembangunan PELABUHAN SOEKARNO-HATTA tahap 2 dan peningkatannya menjadi pelabuhan skala Internasional serta menjadi HUB PORT di Timur Indonesia.

Mendukung pola pemanfaat ruang baru dengan jalan kegiatan REKLAMASI RENCANA sesuai dengan kaidah lingkungan dalam rangka memanfaatkan hasil sendimentasi yang ada.

Mengembangkan ruang-ruang kawasan yang baru hasil reklamasi terencana menjadi sentra-sentra primer baru di utara dengan fungsi-fungsi yang mendukung Fungsi Utama Kegiatan Kepelabuhanan. Mengembangkan Jaringan jalan dan jembatan baru menyusuri pesisir pantai utara Makassar sebagai

JALAN ARTERI ALTERNATIF tanpa melalui Jalan bebas hambatan menghubungkan kepada semua Sistim Pusat Kegiatan Kawasan-kawasan Ekonomi.

Mengembangkan ruang-ruang kawasan yang baru hasil reklamasi terencana menjadi sentra-sentra primer baru di utara dengan fungsi-fungsi yang mendukung Fungsi Utama Kegiatan Kepelabuhanan. Menata kembali ruang-ruang kawasan berkualitas rendah dengan peremajaan ruang kawasan dengan

model RUMAH SUSUN MURAH.

Meningkatkan kualitas DAS dengan kegiatan Normalisasi Sungai Tallo Mulai dari Muara sampai menuju ke hulu.

(21)

II - 21 DRAFT

LAPORAN AKHIR

4. Pengembangan KAWASAN BANDARA TERPADU

Strategi yang dilakukan adalah:

Mendukung pembangunan Bandara Internasional Hasanuddin Tahap 2 dengan fungsi-fungsi baru yang strategis.

Mendukung pembangunan jalan bebas hambatan Makassar – Mandai

Mengendalikan Koefisien lantai bangunan sesuai dengan persyaratan bandara pada wilayah KAWASAN KESELAMATAN OPERASI PENERBANGAN (KKOP).

Mengembangkan kawasan Pusat Industri kecil yang berikat pada koridor KKOP. Mengembangkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada koridor Mandai – Makassar.

Membangunan jaringan transportasi air dengan sarana terminal dan dermaga yang terkoneksi dengan jaringan jalan tersingkat menuju Bandara dalam bentuk KORIDOR WISATA sebagai terobosan dalam upaya meningkatkan kegiatan Parawisata berdasarkan keunggulan dan keunikan lokal.

5. Pengembangan KAWASAN MARITIM TERPADU

Strategi yang dilakukan adalah:

Melanjutkan pembangunan Kawasan Permukiman Nelayan terpadu di Untia dengan melengkapi sarana dan prasarana yang lebih layak.

Mendukung kegiatan reklamasi terencana guna penyediaan ruang untuk pembangunan PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA.

Mengembangkan pembangunan jaringan jalan baru ke Kawasan Bandara, Kawasan Pelabuhan, Kawasan Pergudangan & Kawasan Industri.

Mengembangkan sentra-sentra primer baru yang melengkapi dan memperkuat fungsi kemaritiman Kawasan diantaranya Kawasan Bisnis Maritim, Kawasan Rekreasi Pesisir, Kawasan Eco Tourism ”Mangrove”, Kawasan Industri Maritim, & Pusat Restaurant seafood.

Mengembangkan Kawasan RTH koridor pesisir pantai utara.

Menerapkan prinsip-prinsip MITIGASI pada setiap kegiatan pembangunan pada kawasan ini.

6. Pengembangan KAWASAN INDUSTRI TERPADU

Strategi yang diupayakan adalah:

Mendorong pengembangan KIMA yang menjadi magnet kawasan.

Mendorong pembangunan IPA, IPAL dan Power Plant untuk memenuhi kebutuhan Kawasan ini.

Menetapkan KONTROL INTENSITAS BANGUNAN dengan ketat dan menentukan waktu dimana Intensitas Bangunan Industri harus dinaikkan.

Mendukung Pembangunan Jalan Bebas Hambatan Makassar – Mandai Mengembangkan Jaringan Jalan baru menuju Kawasan ini.

Mendorong pembangunan sentra-sentra kegiatan Bisnis Industri, Permukiman pekerja industri, dan Pusat Kegiatan sektor informal.

7. Pengembangan KAWASAN PERGUDANGAN TERPADU

Strategi yang dilakukan adalah:

Mendukung kegiatan pembangunan bagian-bagian kawasan pergudangan yang terencana.

Mengembangkan sistim drainase kawasan yang terpadu dengan SISTIM KANALISASI yang juga mampu di fungsikan sebagai sarana transportasi air dalam upaya membebaskan kawasan dari bahaya banjir & genangan serta menghidupkan kegiatan parawisata.

(22)

II - 22 DRAFT

LAPORAN AKHIR

Mendorong pembangunan sentra sentra Bisnis, Permukiman, Rekreasi dan Pusat Kegiatan sektor Informal didalam mendukung fungsi utama kawasan.

8. Pengembangan KAWASAN PENDIDIKAN TINGGI TERPADU

Strategi yang dilakukan adalah:

Mengembangkan kawasan Daerah Aliran Sungai belakang Kampus Unhas, Kampus UMI & Kampus Universitas 45 menjadi PENGIKAT Kawasan dan menjadi MUKA baru yang ditata dengan standar global sekaligus memanfaat peluang untuk menata kawasan secara terencana dan mengalihkan orientasi lama pada koridor Jln Perintis Kemerdekaan.

Mendorong pembagunan sentra sentra bisnis pendidikan, permukiman, asrama-asrama, sarana rekreasi dan sarana Perpustakaan serta dekat dengan Kawasan Riset terpadu sebagai kegiatan pendukung Fungsi Utama Kawasan.

Mengembangkan jaringan jalan baru untuk mewujudkan titik orientasi baru bagi Kawasan Pendidikan Tinggi Terpadu dengan memanfaatkan daya tarik sungai sebagai Benchmark alam.

Mengembangkan dan menata kawasan Ruang Terbuka Hijau pada Keseluruhan Kawasan dengan standar yang tinggi dan dengan ratio greencover minimum 50 % atau diatas standar optimal 47 %.

9. Pengembangan KAWASAN BUDAYA TERPADU

Strategi yang dilakukan adalah:

Menetapkan kawasan sekitar BENTENG SOMBA OPU sebagai kawasan konservasi budaya & sejarah dan menjadi Pusat Budaya Sulawesi Selatan yang di tata secara terpadu.

Mengembangkan dengan jalan me RE MASTERPLAN kawasan Taman Miniatur Sulawesi (TMS) menjadi Kawasan SOMBA OPU HERITAGE & THEME PARK yang terpadu guna untuk memperkuat NILAI PRODUKVITAS EKONOMI kawasan ini yang selama ini cenderung sangat terlantar dan ter DEGRADASI BERAT secara Fisik yang disebabkan oleh besarnya beban biaya pemeliharaan.

Mengalihkan Orientasi Entrance ke Arah Barat melewati pinggir Danau Tanjung Bunga dan membuka entrance utama yang baru dari arah Selatan melalui pinggir sungai Jeneberang.

Mengembangkan Kawasan ini menjadi Pusat Hijau Binaan dengan tingkat greencover minimum 60 %. Mengembangkan sentra-sentra bisnis berwawasan budaya, kegiatan wisata air, kegiatan MICE dan

Kegiatan Hotel serta Restaurant sebagai kegiatan pendukung dan pelengkap Fungsi Utama Kawasan.

10. Pengembangan KAWASAN OLAHRAGA TERPADU

Strategi yang dilakukan adalah:

Mendorong pembangunan stadion sepak bola dan lapangan-lapangan olahraga lainnya baik untuk sarana LATIHAN maupun untuk MATCH atau pertandingan yang didesain secara terpadu dengan Konsep SIMBIOSIS MUTUALISTIS antara konsep SPORT, TOURISM & BUSINESS dan antara Olahraga DARAT dan Olahraga LAUT di sepanjang garis pantai Barombong.

Mengembangkan SISTIM JARINGAN TRANSPORTASI MASSA menuju kawasan ini sebagai KAWASAN TUJUAN bagian selatan kota.

Mendukung kegiatan me “RE SHAPING “ terencana bentuk pesisir pantai Barombong dengan jalan mereklamasi pesisir pantai dari deposit pasir hasil sendimentasi alam sebagai upaya MITIGASI terhadap bencana sepanjang pesisir pantai Barombong. Dan mendukung pemanfaatan ruang untuk kegiatan SPORT, TOURISM dan BUSINESS hasil dari kegiatan mereklamasi dan mereshaping pantai Barombong.

(23)

II - 23 DRAFT

LAPORAN AKHIR

Mendorong tumbuhnya sentra-sentra Bisnis Olahraga, Kegiatan Wisata air & darat, Ruang-ruang permukiman ber atmosfir resort sebagai kegiatan – kegiatan pendukung dan pelengkap dari Fungsi utama kawasan.

Mengembangkan RTH dengan tingkat green cover minimum 50% sebagai upaya untuk mengeleminir kecepatan angin yang berlebih serta upaya untuk menurunkan tempratur lingkungan dalam rangka mendukung tuntutan ATMOSFIR Kawasan.

11. Pengembangan KAWASAN BISNIS DAN PARAWISATA TERPADU

Strategi yang dilakukan adalah:

Mendorong kelanjutan pembangunan KOTA BARU TANJUNG BUNGA sesuai dengan MASTERPLAN yang telah di sahkan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai dengan penetapan KOMPOSISI yang seimbang antara Kawasan BISNIS, WISATA dan PERMUKIMAN.

Mengembangkan Fungsi JALAN METRO yang merupakan FASUM dari Kawasan ini sebagai JALAN LINGKAR KOTA yang sangat strategis dan penting yang menghubungkan Kawasan Pusat Kota dengan Kawasan Barat dan Selatan Kota.

Mengembangkan Kawasan DANAU TANJUNG BUNGA menjadi KAWASAN WISATA PUBLIK dan Kawasan Olahraga Air berstandar Internasional serta menjadi Kawasan PUSAT JAJAN DAN MAKANAN UNGGULAN MAKASSAR di sepanjang kedua pesisir danau dengan atmosfir yang berwawasan Lingkungan.

Mendukung kegiatan Re-Shaping Terencana Bentuk Pesisir Pantai Tanjung Bunga melalui kegiatan reklamasi dari deposit pasir hasil sendimentasi alam dalam upaya me MITIGASI pesisir pantai Tanjung Bunga terhadap Bencana dan memanfaatkannya menjadi Kawasan WATERFRONT CITY dengan standar dan style Internasional pada Kawasan sekitar Muara Pembuangan Danau Tanjung Bunga (Ex Sungai Balang Beru)

Mengembangkan Kawasan Riverside Sungai Jeneberang sebelah Barat Rubber Dam sebagai jalur TRANSPORTASI AIR Kota dan kawasan sebelah timur Rubber dam sebagai kawasan Wisata air “bergerak”.

Mengembangkan RTH dengan tingkat green cover minimum 50 % untuk mewujudkan kenyamanan lingkungan yang baik dan asri diseluruh kawasan ini.

Mendorong pembangunan sentra-sentra bisnis baru, kegiatan wisata yang lengkap dan spesifik serta unik dan permukiman-permukiman bernuansa resort dengan standar dan style Internasional.

12. Pengembangan KAWASAN BISNIS GLOBAL TERPADU

Strategi yang dilakukan adalah:

Mengembangkan KAWASAN TANAH TUMBUH yang merupakan tanah kosong milik negara sebagai Pusat BISNIS berstandar GLOBAL yang terpadu dan menjadi WAJAH INTERNASIONAL Kota Makassar. Mengembangkan pembangunan Kawasan dengan KLB tinggi dan KDB rendah dengan pola pemanfaatan

ruang standar Internasional dalam upaya mewujudkan misi Kawasan sebagai WAJAH MASA DEPAN Kota Makassar.

Mendorong percepatan Pembangunan Celebes Convention Center .

Mengembangkan pembangunan sistim jaringan jalan baru yang terpadu pada kawasan ini.

Mempercepat kegiatan Re - Shaping bentuk pesisir pantai Kawasan Tanah Tumbuh dan sekitarnya dengan jalan mereklamasi Kawasan sekitar Tanah tumbuh dari deposit pasir hasil sendimentasi alam

(24)

II - 24 DRAFT

LAPORAN AKHIR

berdasarkan kaidah-kaidah lingkungan sebagai usaha untuk memenuhi KEBUTUHAN MITIGASI pantai Tanah Tumbuh dan Pantai Losari dan memanfaatkan ruang hasil reklamasi secara TERENCANA dan PRODUKTIF sesuai dengan Fungsi Utama Kawasan.

Mendorong Percepatan dan Keberlajutan pembangunan RUSUN di Mariso sebagai usaha untuk meremajakan Kawasan Kumuh yang ada di sekitar Kawasan ini.

Mengembangkan RTH di keseluran kawasan dengan tingkat greencover minimum 60%.

E. RUANG LINGKUP

1. Ruang Lingkup Wilayah Perencanaan a. Wilayah Daratan Makassar

Salah satu metode yang dapat dijadikan acuan dalam pencarian data mengenai efektifitas pemanfaatan lahan dalam kota adalah dengan melakukan penelitian secara visual atas keseluruhan area kota melalui pengamatan foto udara yang disertai dengan backup survey lokasi guna mendapatkan data yang lebih jelas dan akurat. Dari proses tersebut dapat dilihat intensitas Penutupan lahan (land covering), yaitu jenis persebaran vegetasi atau bangunan yang dapat menutupi lahan pada suatu kawasan tertentu. Jenis dan variasi penutupan lahan dapat dipergunakan untuk menghitung neraca sumberdaya lahan dan daya dukung lingkungan serta dapat dipakai untuk mengetahui tingkat intensitas pemanfaatan lahan dalam suatu kawasan.

Dari fakta di lapangan terlihat bahwa pada wilayah perkotaan seperti Kota Makassar sudah jarang terdapat lahan kosong milik negara atau lahan-lahan ”mentah” lainnya. Maka akan lebih mengena jika lahan yang ada dikategorikan berdasarkan kriteria-kriteria yang mengarah pada trend dan visualisasi psikologis dari area-area yang ada dan membaginya dalam bentuk tipologi kawasan, dibanding metode tradisional yang hanya mengandalkan pengkategorian pada visual lahan yang masih kosong, ada vegetasi, atau terbangun.

Jadi, bila dilihat berdasarkan keadaan litologi, topografi, jenis tanah, iklim dan vegetasi yang ada, Kota Makassar direkomendasikan sebagian besar untuk kawasan pengembangan budidaya karena tidak ada syarat yang memenuhi sebagai kawasan lindung.

Mencermati pembagian lahan dalam wilayah Makassar dibagi dengan peruntukan kawasan sebagai berikut:  Kawasan Terbangun = 8.732,79 ha

 Kawasan Tidak Terbangun = 8.703,67 ha Total = 17.436,46 ha

Kawasan Terbangun menurut perkembangannya adalah kawasan yang secara fisik telah memiliki peran dan

fungsi dan sudah terbangun fisiknya dan kondisinya relatif masih baik. Pada umumnya kawasan ini merupakan hasil dari perencanaan kota yang cukup matang, sehingga perencanaan sarana dan prasarana cukup memadai.

Kawasan Tidak Terbangun menurut perkembangannya adalah kawasan yang secara ruang belum mengalami

perubahan, dan hak kepemilikannya oleh pribadi maupun publik. Pada umumnya kawasan ini belum mengalami perubahan secara fungsi, sehingga dalam pengembangannya dibutuhkan arahan dan kebijakan yang tidak mengubah fungsi kawasan secara menyeluruh.

Bila dilihat dari intensitas land covering masing-masing wilayah dalam kota. Secara visual masing-masing menunjukkan perbedaan dalam variasi penutupan lahannya. Bagian terbesar dan cukup menentukan perbedaan tersebut salah satunya datang dari pola dan gaya aktivitas orang yang berada didalamnya. Sejauhmana lahan yang tersedia dan seberapa besar orang yang berada didalamnya sejauh itu pula gaya aktivitas orang yang berada didalamnya akan ikut terpengaruh dan terpola.

Berikut ini persentasi luas wilayah masing-masing kelurahan dalam wilayah kecamatan dan kota secara keseluruhan (14 wilayah kecamatan dan 143 kelurahan; 3 kelurahan yang berada di wilayah kepulauan.

(25)

II - 25 DRAFT

LAPORAN AKHIR

Tabel 2-1 Luas Wilayah Kecamatan dan Kelurahan Kota Makassar, Tahun 2009

01 Mariso 01 Bonto Marannu 18,00 9,89 0,10

02 Mattoanging 18,00 9,89 0,10 03 Mariso 18,00 9,89 0,10 04 Lette 15,00 8,24 0,09 05 Panambungan 31,00 17,03 0,18 06 KunjungMae 26,00 14,29 0,15 07 Tamarunang 12,00 6,59 0,07 08 Kampung Buyang 16,00 8,79 0,09 09 Mario 28,00 15,38 0,16 182,00 100,00 1,04

02 Mamajang 01 Sambung Jawa 30,00 13,33 0,17

02 Parang 9,00 4,00 0,05 03 Mamajang Dalam 19,00 8,44 0,11 04 Maricaya Selatan 9,00 4,00 0,05 05 Mamajang Luar 13,00 5,78 0,07 06 Tamparang Keke 5,00 2,22 0,03 07 Baji Mappakasunggu 15,00 6,67 0,09 08 Karang Anyer 20,00 8,89 0,11 09 Bonto Lebang 12,00 5,33 0,07 10 Pa'Batang 11,00 4,89 0,06 11 Mandala 8,00 3,56 0,05 12 Bonto Biraeng 63,00 28,00 0,36 13 Labuang Baji 11,00 4,89 0,06 225,00 100,00 1,28 03 Tamalate 01 Barombong 734,00 36,32 4,18 02 Mancini Sombala 204,00 10,09 1,16 03 Jongaya 51,00 2,52 0,29 04 Mangasa 203,00 10,04 1,15 05 Manuruki 154,00 7,62 0,88 06 Tanjung Mardeka 337,00 16,67 1,92 07 Balang Baru 118,00 5,84 0,67 08 Parang Tambung 138,00 6,83 0,79 09 Pa'Baeng-Baeng 53,00 2,62 0,30 10 Bungaya 29,00 1,43 0,16 2.021,00 100,00 11,50

04 Rappocini 01 Gunung Sari 231,00 25,03 1,31

02 Rappocini 36,00 3,90 0,20 03 Karunrung 152,00 16,47 0,86 04 Banta'Bantaeng 127,00 13,76 0,72 05 Ballaparang 59,00 6,39 0,34 06 Tidung 89,00 9,64 0,51 07 Kassi-Kassi 82,00 8,88 0,47 08 Mappala 50,00 5,42 0,28 09 Buakana 77,00 8,34 0,44 10 Bonto Makkio 20,00 2,17 0,11 923,00 100,00 5,25 05 Makassar 01 Maricaya 64,00 25,40 0,36 02 Bara-Baraya 20,00 7,94 0,11 03 Maradekaya 5,00 1,98 0,03 04 Lariang Bangi 26,00 10,32 0,15 05 Maccini 4,00 1,59 0,02 06 Maricaya Baru 33,00 13,10 0,19 07 Bara-Baraya Utara 12,00 4,76 0,07 08 Bara-Baraya Timur 14,00 5,56 0,08 09 Bara-Baraya Selatan 15,00 5,95 0,09 10 Maradekaya Utara 3,00 1,19 0,02 11 Maradekaya Selatan 23,00 9,13 0,13 12 Barana 15,00 5,95 0,09 13 Maccini Parang 15,00 5,95 0,09 14 Maccini Selatan 3,00 1,19 0,02 252,00 100,00 1,43 % dari Luas Mks % dari Luas Mks % dari Luas Mks % dari Luas Mks % dari Luas Mks Luas (Ha) % dari Luas Kec.

Sub Total 05 Sub Total 04

No. Kecamatan No. Kelurahan

Luas (Ha) % dari Luas Kec.

Sub Total 03

No. Kecamatan No. Kelurahan Luas (Ha) % dari Luas Kec. Sub Total 02

No. Kecamatan No. Kelurahan

Luas (Ha)

Sub Total 01

% dari Luas Kec.

No. Kecamatan No. Kelurahan Luas (Ha) % dari Luas Kec. No. Kecamatan No. Kelurahan

Gambar

Gambar 2.1 Kedudukan RTRW Makassar Terhadap Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional
Gambar 2-4  Tipologi Ruang Terbuka Hijau
Gambar 2-5  Apresiasi Pemanfaatan Ruang Pulau  dan Sekitarnya
Gambar 2-6 Integrasi Hubungan Pemanfaatan Ruang Laut dan Darat
+5

Referensi

Dokumen terkait

jati Jawa dan Sulawesi juga menunjukkan keanekaragaman genetika dalam populasi lebih tinggi dari pada keanekaragaman antara populasi dengan perbedaan genetika (G ST )

Pada penghujung, Carrefour dan Promodes (Induk perusahaan Continent) sepakat untuk melakukan penggabungan atas semua usahanya di seluruh dunia. Penggabungan ini membentuk

Honeycutt (2003) mendefinisikan Imagine Interaction sebagai proses kognisi sosial di mana seseorang membayangkan dan oleh karena itu secara tidak langsung telah

Dari tabel di atas terlihat bahwa masyarakat kota Banjarmasin sudah dapat disebut sebagai masyarakat yang majemuk karena dari berbagai keberagaman yang ada seperti

Penelitian yang dilakuan Seniasih, dkk (2019) juga menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis data dan temuan dari penelitian diperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan kemampuan

Kutipan dialog tersebut merupakan salah satu konflik eksternal yang terdapat dalam naskah Mega-Mega karena dialog ini berisi pertentangan yang terjadi diantara kedua

Tabel 5.4 Jumlah Pohon dan Produksi Tanaman Buah-Buahan Yang Produktif dirinci menurut Jenis Tanaman di Kecamatan Jekulo Tahun 2011. (2)