• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan cita citanya. Oleh karena masing masing memiliki tujuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan cita citanya. Oleh karena masing masing memiliki tujuan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tiap negara yang ada di seluruh dunia pasti memiliki kepentingan masing – masing dalam rangka mencapai cita – cita negara itu. Dipastikan bahwa setiap negara akan tetap membutuhkan bantuan negara lain untuk mewujudkan cita – citanya. Oleh karena masing – masing memiliki tujuan yang berbeda maka diadakan perjanjian antar negara dimaksud, agar tiap – tiap negara yang melakukan perjanjian menjalankan hak dan kewajiban mereka dengan sebaik – baiknya, sehingga kepentingan tiap negara dapat terwujud sesuai apa yang dikehendaki. Secara umum, perjanjian internasional memiliki arti bentuk perjanjian yang bersifat lintas batas negara atau transnasional. Di kalangan ahli hukum publik, tidak dibedakan antara perjanjian internsional dan kontrak internasional, karena keduanya dipahami sebagai perjanjian internasional tanpa melihat subjek, karakter

hubungan hukum, serta rezim hukum yang menguasainya.1

Tapi dalam kenyataannya tetap saja masih terjadi konflik – konflik antara negara yang melakukan perjanjian dimaksud dan konflik yang ada tidak mudah begitu saja untuk diselesaikan, justru dapat memicu terjadinya perang. Sejak diadopsinya Piagam PBB muncul anggapan

1

Jawahir Thontowi, Hukum dan Hubungan Internasional, Cetakan Pertama, UII Press, Yogyakarta, 2016, h., 80.

(2)

2

bahwa penggunaan kekerasan atau perang telah diharamkan dalam praktek hubungan internasional. Sebagai kelanjutannya, negara – negara harus menggunakan metode – metode damai sebagai satu – satunya pilihan yang tersedia bagi mereka untuk menyelesaikan segala sengketa yang dimilikinya. Sehingga, hanya dua kemungkinan yang tersisa bagi penggunaan kekerasan, yakni dalam hal bela diri dan apabila terdapatnya

otorisasi dari Dewan Keamanan PBB.2

Metode – metode penyelesaian sengketa – sengketa internasional

secara damai atau bersahabat dapat dibagi dalam klasifikasi berikut ini :3

a. Arbitrasi ;

b. Penyelesaian Yudisial;

c. Negosiasi, jasa – jasa baik, mediasi, konsiliasi; d. Penyelidikan (inquiry);

e. Penyelesaian di bawah naungan Organisasi Perserikatan Bangsa – Bangsa.

Dari tahun ke tahun tiap negara semakin giat berlomba dengan negara yang lain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang mereka punya dari sumber daya manusia, khususnya dalam hal ini adalah bidang pertahanan tiap negara. Perkembangan ilmu dan teknolgi saat ini berkembang dengan sangat pesat, termasuk perkembangan tenaga nuklir. Perkembangan teknologi nuklir yang juga tidak terlepas dari kondisi dan situasi politik dunia menyebabkan perkembangan teknologi nuklir

2

Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer, Cetakan Pertama, Refika Aditama, Bandung, 2006, h., 224.

3

J.G. Starke, Pengantar Hukum Internasional, Cetakan Keenam, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, h., 646

(3)

3

mengarah kepada pembuatan senjata untuk perang berupa bom nuklir. Bermula dari kenyataan inilah istilah nuklir seringkali dikaitkan dengan

senjata.4 Bahan bakar nuklir adalah bahan yang dapat mengasilkan proses

transformasi inti berantai. Bahan bakar fissil yang sering digunakan adalah 235U dan 239Pu, dan kegiatan yang berkaitan dengan penambangan, pemurnian, penggunaan, dan pembuangan dari material –material ini termasuk dalam siklus bahan bakar nuklir yang berkaita dengan PLTN dan

senjata nuklir.5

Perlu diketahui, dalam kehidupan bernegara pasti tiap – tiap negara tersebut memiliki kepentingannya masing – masing, oleh karena itu maka harus ada yang mengatur segala sesuatu kepentingan negara yang satu dengan yang lainnya. Hal ini bertujuan agar dalam pelaksanaannya tidak menimbulkan konflik ataupun melanggar kepentingan hak negara lainnya. Dengan alasan yang demikian maka diperlukan suatu perjanjian atau organisasi internasional yang mengatur, mengawasi dan sebagai perantara bila terjadi permasalahan internasional.

Melalui hukum internasional negara-negara merumuskan prinsip-prinsip hubungan dan kerjasama di berbagai bidang kegiatan internasional untuk mencapai tujuan bersama. Melalui ketentuan-ketentuan hukum internasional, negara-negara dituntut untuk tunduk terhadap setiap peraturan-peraturan hukum internasional guna mencegah terjadinya sengketa yang mungkin terjadi dan menyelesaikan sengketa yang terjadi.

4

Mukhlis Akhadi, Pengantar Teknologi Nuklir, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hn., 10.

5

Tito Adibaskoro, Energi Nuklir dan Alternatif Pembangkit Listrik Di Indonesia, Raja Grafindo, Jakarta, 2008, h.,34.

(4)

4

Melalui hukum internasional yang dirumuskan dalam berbagai bentuk perjanjian internasional, negara-negara menggabungkan upaya mereka untuk menangani isu keamanan, perlucutan senjata, hak asasi manusia (HAM), lingkungan hidup sampai pada terorisme. Tanpa adanya ketentuan-ketentuan hukum internasional, dunia tidak mungkin mencapai kemajuan dan kehidupan yang harmonis, yang bertujuan agar tercapainya perdamaian dan keamanan yang dibutuhkan untuk kesejahteraan umat

manusia.6.

IAEA sebagai badan internasional pengawas penggunaan tenaga nuklir membuat perangkat-perangkat hukum internasional berupa konvensi internasional yang berada di bawah pengawasan PBB serta konvensi/ traktat dari IAEA tersebut.Instrumen hukum internasional berupa konvensi mengenai ketenaganukliran ditaati oleh Negara angggotanya dan apabila ditemui ada negara-negara anggotanya yang melakukan pelanggaran terhadap isi konvensi maka akan dikenai sanksi berupa Resolusi Dewan Keamanan PBB yang ditetapkan dan dilaksanakan oleh Dewan Keamanan PBB sebagai badan pengawas dalam memelihara perdamaian dan stabilitas keamanan global.

Oleh karena itu, untuk mencegah hal – hal yang tidak diinginkan dari penyalahgunaan tenaga nuklir khususnya untuk keperluan militer, masyarakat dunia melalui IAEA/ Badan Tenaga Atom Internasional membuat berbagai peraturan internasional baik konvensi maupun

6Boer Mauna, “Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika

(5)

5

perjanjian internasional yang harus ditaati dan dijalankan oleh negara – negara yang sedang mengembangkan teknologi nuklirnya.

Ada pun peraturan – peraturan hukum internasional yang mengatur tentang pengembangan teknologi nuklir. Peraturan – peraturan tersebut yakni:

1. Piagam PBB ;

2. Resolusi Majelis Umum PBB;

3. Resolusi Dewan Keamanan PBB;

4. Statuta IAEA.

Korea Utara sendiri memiliki sejarah yang cukup panjang tentang usahanya melakukan pengembangan senjata nuklir, hingga sampai dengan saat ini senjata nuklir yang mereka kembangkan banyak sekali menimbulkan pertentangan dari negara – negara yang ada di dunia karena dapat mengancam kehidupan manusia pada masa yang akan datang. Latar belakang Korea Utara membangun kapabilitas persenjataan nuklir dimulai dari kiris nuklir Semenanjung Korea yang melibatkan AS, Uni Soviet dan negara – negara Asia Timur, dimana Korea Utara melakukan invansi terhadap Korea Selatan. AS berkali-kali berusaha menghentikannya dengan menggunakan senjata nuklir. Buntunya penyelesaian Perang Korea merupakan suatu isu sepanjang pemilihan Presiden AS tahun 1952, dimana Eisenhower berjanji untuk mengakhiri Perang Korea. Setelah Eisenhower terpilih, dia menyadari bahwa ternyata

(6)

6

mengakhiri konflik Korea tidaklah mudah. Kemudian muncul kembali pembicaraan untuk menggunakan senjata nuklir. Dipengaruhi oleh wacana nuklir tersebut, pada tahun 1953 Korea Utara dan Cina setuju untuk melakukan gencatan senjata yang gagal memuaskan semua pihak namun setidaknya mengakhiri perang. Dilaporkan bahwa perang tersebut mengorbankan lebih dari 400.000 pasukan AS, dua juta pasukan Korea

Utara dan Cina, serta tiga juta rakyat sipil Korea Selatan.7 Ancaman

senjata nuklir yang terjadi beberapa kali oleh AS ini sedikit banyak telah mempengaruhi Korea Utara untuk memulai cita – cita mengembangkan nuklir.

Untuk lebih mempermudah pengenalan tentang sejarah program perkembangan nuklir Korea Utara berikut beberapa sejarah singkat mengenai perkembangan nuklir di Korea Utara :

1. 1950an - Program nuklir Korea Utara dimulai; 2. 1969 - Korea Utara mengembangkan senjata nuklir; 3. 1985 - Menandatangani perjanjian NPT;

4. 1986 - Reaktor Nuklir Yongbyon mulai beroperasi; 5. 1993 - Korea Utara keluar dari NPT;

6. 1994 - Menandatangani Agreed Framework; 7. 2002 - Melanggar Agreed Framework;

8. Februari 2005 - Menyatakan kepemilikan senjata nuklir;

7William J. Perry, ”Proliferation on the Peninsula: Five North Korean Nuclear Crises,” Annals of

(7)

7

9. September 2005 - Setuju membatalkan program nuklirnya, Korea Utara kembali bergabung dengan NPT;

10. Oktober 2006 - Uji coba senjata nuklir pertama dan kedua; 11. Februari 2013 - Uji coba nuklir ketiga;

12. April 2015 - Bukti Reaktor Nuklir Yongbyon kembali dibangun; 13. Desember 2015 - Kim Jong-un klaim berhasil ciptakan bom hidrogen; 14. Januari 2016 – Uji coba nuklir keempat;

15. September 2016 - Uji coba nuklir kelima;

16. September 2017 - Uji coba nuklir keenam dan yang terkuat.8

Setelah lebih dari 50 tahun mengembangkan senjata nuklir yang menjadi prioritas Negara, Korea utara telah menjadi negara dengan kekuatan senjata rudal nuklir balistik terkuat diantara negara – negara berkembang, bahkan sedang mengembangkan kemampuan rudal balistik

antar benua/Intercontinental Balistic Missile.9 Nuklir dan teknologi yang

sedang dikembangkannya digunakan sebagai salah satu komoditi ekspor utama Korea utara dan menjadi salah satu pendapatan negara. Negara – negara yang pernah mengimpor senjata nuklir berupa rudal dan teknologinya dari Korea Utara antara lain Iran, Libya, Pakistan, Syiria, Yaman dan Mesir. Hal ini memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemampuan pengembangan militer negara – negara penerima, namun meningkatkan potensi ketegangan regional negara – negara tersebut.

8

https://dunia.tempo.co/read/866883/sejarah-program-senjata-nuklir-korea-utara28/02/2018 , Pukul 16.54 WIB

9Joseph S.Bermudez,Jr .,”A History of Balistik Missile Development in the DPRK”, Occasional

(8)

8

Kurang lebih dalam kurun waktu 25 tahun terakhir Korea Utara telah melakukan enam (6) kali ujicoba senjata rudal yang mereka kembangkan berupa rudal balistiknya. Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyebut uji coba yang dilakukan tersebut sebagai latihan rutin Korea Utara untuk meningkatkan kemampuan pertahanan. Pada kenyataannya PBB melalui Dewan Keamanan PBB sebetulnya telah mengambil banyak langkah melalui sanksi – sanksi yang telah dijatuhkan langsung kepada Korea Utara sendiri. Pada Bulan September 2017 sebanyak 15 Anggota Dewan Keamanan PBB menyepakati sanksi baru untuk Korea Utara. Sanksi ini atas pengajuan dari AS dan memperoleh dukungan dari China dan Rusia. Sanksi tersebut mencakup pemangkasan impor produk minyak yang dimurnikan menjadi 2 juta barrel per tahun.Selain itu, resolusi tersebut juga menetapkan larangan ekspor tekstil.10

Korea Utara sendiri dalam mengembangkan senjata nuklirnya memang selalu mendapat kecamanan dari masyarakat dunia dan selalu saja berbuah sanksi – sanksi yang beragam dari Dewan Keamanan PBB, tetapi justru Korea Utara tetap melakukan uji coba uji coba nuklir miliknya. Seperti sanksi yang diberikan oleh DK PBB pada Bulan Desember 2017 sikap Korea Utara sendiri menilai sanksi terhadap negara ini sebagai bentuk aksi perang karena sanksi ini sama halnya dengan blokade ekonomi total pada sebuah negara. Korea Utara berulang kali

10

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/09/12/110000826/pbb-sepakati-sanksi-ekonomi-baru-untuk-korea-utara, dikunjungi pada tanggal 10 Mei 2018 Pukul 09.27 WIB

(9)

9

menekankan melalui Departemen Luar Negeri Korut, selama Amerika melanjutkan ancamannya terhadap Pyongyang, maka negara ini akan terus meningkatkan kemampuan nukir dan rudal balistiknya demi memperkuat pertahanan negaranya.

Berdasarkan isu hukum di atas maka, penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian hukum dalam penelitian yang sistematis dan mendasar mengenai status hukum nuklir Korea Utara sehingga penulis memilih judul “Status Hukum Proliferasi Nuklir Oleh Korea Utara”.

A. Rumusan Masalah

Berpijak pada uraian di atas, rumusan masalah yang menjadi fokus dari penelitian ini adalah: Apakah status hukum dari proliferasi nuklir Korea Utara melanggar Hukum Internasional?

B. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penulisan dalam penelitian hukum ini adalah untuk mengetahui apakah proliferasi nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

C. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi, menambah wawasan berpikir dan kesadaran bersama dalam

(10)

10

berbagai bidang keilmuan, khususnya Hukum Internasional mengenai sah atau tidaknya senjata nuklir yang dikembangkan oleh Korea Utara.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam penulisan karya Hukum Internasional lainnya terutama yang berkaitan dengan kasus proliferasi senjata nuklir.

D. Metode Penelitian

Metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah penelitian hukum dengan menggunakan pendekatan undang – undang (statue approach), pendekatan kasus (case approach) dan dengan pendekatan konseptual (conseptual approach).. Pendekatan undang – undang dilakukan dengan menelaah semua undang – undang dan regulasi yang bersangkutan dengan isu hukum yang ditulis penulis.

E. Sistimatika Penulisan

Tulisan ini akan terdiri atas 3 bab, yang sistimatikanya adalah sebagai berikut. Bab I akan menguraikan mengenai latar belakang masalah yakni alasan penulis memilih judul dan gambaran mengenai permasalahan penelitian, yaitu berkaitan dengan sah atau tidaknya proliferasi senjata nuklir yang dilakukan Korea Utara, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode penelitian. Bab II akan berisikan uraian hasil penelitian dan analisis mengenai Status Hukum Proliferasi Nuklir Oleh Korea Utara. Penulis akan menjelaskan hal yang menjadi permasalah

(11)

11

dari nuklir yang dikembangkan oleh Korea Utara dan bagaimana jalan terbaik agar nuklir yang dikembangkan sesuai dengan regulasi yang ada. Bab III memuat kesimpulan yang didapat dari hasil analisis yang dilakukan.Dalam kesimpulan ini juga terdapat jawaban – jawaban yang berasal dari pokok permasalahan. Dalam bab ini juga memuat saran – saran yang dikemukakan oleh Penulis.

Referensi

Dokumen terkait

Ilmu linguistik juga mempunyai beberapa bidang kajian yang menyangkut struktur-struktur dasar tertentu, salah satunya yaitu bidang kajian makna (semantik / 意味論 imiron) yang

Maka dari itu, Unit Kegiatan Mahasiswa Karate Universitas Indonesia bermaksud untuk mengadakan Universitas Indonesia Open Karate Championship 2016 sebagai kejuaraan

Pada jurnal ini, pembahasan metode Threshold dengan Histeresis Adaptif dianalisis berdasarkan pengaruh variasi parameter threshold dan panjang rata- rata window terhadap

dan tata usaha keuangan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2014 serta Pengesahan Neraca dan Laporan Laba/Rugi untuk tahun buku 2014

Penulis tertarik untuk meneliti konflik internal Partai NasDem Tanggamus, karena konflik yang terjadi di DPD Partai NasDem Tanggamus merupakan konflik yang pertama

Dengan menggunakan cause and effect diagram atau diagram sebab akibat, kita akan mencari akar dari setiap masalah yang ada.. Alat bantu tersebut dirancang untuk

Maka dari itu, rumusan masalah yang menjadi dasar penelitian ini adalah seberapa tinggi penerapan aspek jurnalisme damai dalam mengemas berita konflik Papua di Kompas.com

Permasalahan tersebut mendorong penulis untuk melakukan penelitian terhadap perbedaan model-model latihan dribbling antara Wiel Coever dengan Richard Widdows terhadap hasil