• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTENSITAS APLIKASI PRINSIP KERJASAMA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA DI MTs. SAIFUL ULUM TANJUNGBUMI TAHUN AKADEMIK 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTENSITAS APLIKASI PRINSIP KERJASAMA DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA DI MTs. SAIFUL ULUM TANJUNGBUMI TAHUN AKADEMIK 2015"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

53

INTENSITAS APLIKASI PRINSIP KERJASAMA

DALAM INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR BAHASA INDONESIA DI MTs. SAIFUL ULUM TANJUNGBUMI

TAHUN AKADEMIK 2015

Oleh: sakrim, S.Pd, M,Pd.5 Surel: sakrim.madura@yahoo.com

Abstrak

Kata kunci: pragmatik, pembelajaran, bahasa Indonesia

Penelitian Intensitas Aplikasi Prinsip Kerjasama dalam Interaksi Belajar Mengajar Guru dan Siswa bermaksud untuk mendeskripsikan keefektifan informasi dalam komunikasi. Inten masalah penelitian ini mencakup dua hal: (1) bagaimana intensitas aplikasi maksim kualitas? (2) bagaimana intensitas aplikasi maksim kuantitas pada interaksi akademis di MTs. Saiful Ulum Tanjungbumi. Sedangkan pendekatan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi. Objek dalam penelitian ini siswa dan guru bahasa indonesia.

Hasil penelitian intensitas aplikasi maksim dalam interaksi belajar mengajar bahasa Indonesia di MTs. Saiful Ulum Tanjungbumi terdapat intensitas maksim; (1) intensitas aplikasi maksim kuantitas, dan (2) intensitas aplikasi maksim kualitas. Intensitas pengaplikasian maksim kuantitas berfungsi untuk menyampaikan informasi faktual, sedangkan intensitas pengaplikasian maksim kualitas berfungsi untuk menyampaikan informasi logis.

Abstract

Key word: pragmatics, learning, Indonesian

This research about intensity of cooperation princip application in teaching-learning interaction of teacher and students aims to describe effectivity of communication. The aim of this research comprise of two things: (1) How is applicational intensity of quality maxims? (2) How is applicational intensity of quantity maxims in academic interaction in MTs. Saiful Ulum, Tanjung Bumi? This research used qualitative as the approach and observation as the method. The subjects is students and Indonesian teachers.

It is found that application intensity of quantity maxim function in conveying factual information. Application intensity of quality maxim function in conveying logical information.

5

Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan PGRI Bangkalan

(2)

Latar Belakang

Komunikasi yaitu suatu proses keterampilan seseorang saat merealisasi penyampaian ide atau pesan saat interaksi komunikasi. Aktivitas komunikasi yang direalisasikan penutur dan lawan tutur adalah suatu interaksi untuk memperoleh informasi. Dalam proses berkomunikasi sesorang harus mampu mengaplikasikan sistem kebahasaan dengan tepat, sebab dalam kehidupan di masyarakat setatus seseorang akan bervariasi, mulai dari tingkat pendidikan, okonumi, dan sosial.

Aktivitas komunikasi bisa berjalan dengan baik apabila standar, dan prosedur bahasa komunikasi diaplikasikan dengan terstruktur, maksunya penutur dan lawan tutur saling bekerjasama disesuaikan dengan tingkat pendidikan, sosial, ekonumi, dan budaya. Dengan adanya hal tersebut kegiatan komunikasi akan memberikan manfaat terhadap kebutuhan informasi dalam iteraksi.

Interaksi komunikasi dalam proses belajar mengajar di kelas akan terlaksana apabila guru dan siswa saling melibatkan komponen-komponen komunikasi, yaitu latar participant, tujuan, dan urutan tutur. Adanya komponen-komponen yang menjadi intensitas dalam komunikasi bisa teraplikasikan, maka kualitas pesan, kuantitas bahasa, dan korelasi komunikasi menjadi efektiv.

Keefektivan komunikasi dalam interaksi guru dan siswa juga ditegaskan

(Grice dalam Leech, 1993). Satu diantara peristiwa tutur yang dapat diamati adalah saat interaksi dalam proses belajar-mengajar berlangsung di kelas. Interaksi dalam proses belajar mengajar di kelas melibatkan peran aktif guru dan siswa. Seorang guru diharapkan dapat menyampaikan idenya secara singkat, jelas, lengkap, benar, dan tertata. Siswa diharapkan juga dapat berkomunikasi sebagai respons terhadap guru. Jika antara guru dan siswa kurang memperhatikan hal tersebut, kualitas, kuantitas, relevansi, dan cara kemungkinan kejelasan pesan akan terganggu.

Acuan penelitian peda interaksi kominikasi dalam proses belajar mengajar cukup beralasan dan mempunyai kuantitas intens. Maksud pengkajian penelitian terhadap interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran bisa memberikan gambaran terhadap interaksi kebahasaan yang berlangsung dalam proses belajar mengajar di kelas. Interaksi komunikasi sangat berperan terhadap capaian proses belajar mengajar. Jika ritorika penggunaan bahasa belum terstruktur, dan tidak terakumudasi maka proses belajar mengajar kurang efektiv. Yang seharusnya pesan atau ide dari guru terserap kepada siswa, adanya kerjasa sama yang kurang baik, akibatnya siswa tidak mengerti.

Aplikasi prinsip kerja sama dalam proses belajar-mengajar mengadopsi

(3)

keharusan uktuk saling memahami pesan penutur atau lawan tutur agar mencapai efektivitas belagar siswa. Penelitian yang berjudul ―Intensitas Aplikasi Prinsip Kerjasam dalam Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia di MTs. Saiful Ulum Tanjungbumi‖ dilakukan pada tahun 2015 saat proses pembelajaran antara guru dan siswa. Pada pengamatan tersebut ditemukan hasil komunikasi yang baik. Sehingga proses interaksi komunikasi guru dan siswa dijadikan objek penelitian. Berikut ini hasil interaksi komunikasi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Guru : Mengapa tidak memakai sapatu hitam?

Siswa : Kemarin kehujanan Bu. Pertanyaan guru kepada siswa di atas tepat, singkat, jelas dan informatif. Kedua mitra tutur sama-sama mendapatkan informasi yang diinginkan. Dapat diasumsikan percakapan yang dilakukan guru dan siswa saat proses belajar-mengajar sudah mempunyai ciri perinsip kerja sama.

Kajian Pragmatik

Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal. Yang dimaksud eksternal adalah bagaimana satuan bahasa yang digunakan dalam komunikasi yang sebenarnya (Parker dalam Leech, 1993). Dalam interaksi komunikasi penutur dan lawan tutur harus

mampu merelasikan kontek pembicaraan dengan kondisi atau situasi, hal ini juga ditegaskan oleh pakar lain.

Pragmatik adalah bahasa yang mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu (Mey dalam Rahardi:49).

Dari definisi di atas dapat diasumsikan bahwa pragmatik adalah ilmu yang mengkaji tentang penyampaian pesan ketika berbahasa. Fungsi mengkritisi pragmatik intensitas kata, dan kalimat dalam komunikasi akan tersuplai dengan baik dan efektif.

Aspek-aspek Pragmatik

Banyak aspek pragmatik yang akan mempengaruhi interaksi komunikasi seseorang, diantara beberapa aspek pragmatik; (1) penutur dan lawan tutur, (2) konteks tuturan, dan (3) tujuan tuturan. Ketiga aspek yang esensialnya mengacu pada prinsip kerja sama dalam interaksi komunikasi, agar proses informasi bisa seinformatif mugkin.

Prinsip Kerja Sama

Konsep prinsip kerjasama idealnya pengkajian sistem komunikasi yang harus sepadan antara bahasa penutur dan lawan tutur agar tujuan komunikasi tercapai. Dalam pragmatik ada maksism-maksim yang menekankan terhadap prinsip kerjasama, hal ini di tegaskan oleh Grice maksim kuantitas, (1) buatlah

(4)

percakapan yang informatif seperti yang diminta dengan maksud pergantian percakapan yang sedang berlangsung, (2) jangan membuat percakapan lebih informatif dari yang diminta (dalam Yule, 2006). Maksim kuantitas menekankan agar para pserta tutur dalam interaksi memberi informasi seinformatif yang dibutuhkan, dan tidak memberikan informasi tambahan dari yang diperlukan. Berbeda dengan maksim kualitas.

Maksim kualitas menegaskan dalam proses interaksi komunikasi tidak memberikan informasi yang diyakini salah, dan tidak memberikan informasi yang kebenarannya masih dipertanyakan. Hal ini ditegaskan oleh Grice jangan mengatakan sesuatu yang Anda yakini salah, dan jangan mengatakan sesuatu jika Anda tidak memiliki bukti yang memadai (dalam Yule, 2006). Maksim kualitas mengkritisi interaksi komunikasi pada kebenaran informasi dari peserta tutur.

Sudrajat (2009: 134) menyatakan maksim kualitas menunjukkan bahwa kalimat yang diungkapkan oleh penuturnya berisi hal yang sebenar-benarnya. Dalam artian bahwa mitra tutur saat menerima dan memberi informasi kuantitas pesan sesuai dengan kenyataan. Informan menunjukkan bahwa informasi benar adanya, tidak keluar dari konteks maksim kualitas, sehingga lawan tutur paham

terhadap pesan yang disampaikan informan.

Selain itu, Wijana dan Rahmadi (2009: 47) menyatakan maksim percakapan ini mewajibkan setiap perserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-bukti yang memadai. Maksudnya standar proses dan prosedur komunikasi harus benar-benar diaplikasikan oleh mitra dan informan. Informan tidak memberi informasi akurat terhadap mitra tutur, intensitas komunikasi akan rancu dan tidak akan memberi manfaat kepa keduanya.

Difinisi di atasa berbeda dengan maksim kuantitas, maksim kuantitas mengkaji kepada keinformatifan ide atau pesan. Jika maksim kualitas mengharuskan keaktualan pesan, maksim kuantitas menekankan kepada informan dan mitara tutur terhadap keinformatifan pesan. Hal ini Sudrajat (2009: 134) menegaskan maksim kuantitas menunjukkan bahwa kalimat yang diungkapkan oleh penutur harus memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan tuturnya.

Selain itu pengkajian maksim kuantitas banyak didefinisikan oleh pakar kebahasaan, dalam hal ini pendapat lain menyatakan bahwa maksim kuantitas menghendaki setiap pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya (Wijana

(5)

dan Rohmadi, 2009: 45). Saat interaksi komunikasi baik penutur atau mitra tutur, dalam berkomunikasi harus memperhatikan konteks. Hal tersebut disebabkan dalam setiap komunikasi memiliki informasi yang berbeda. Dari informasi yang berbeda tersebut harus diperhatikan pula kesesuaian fungsi kalimat tuturan dengan informasi, agar komunikasi yang sedang dijalin berjalan lancar. Oleh karena itu, agar pesan bisa seinfrmatif mungkin, setiap pemakai bahasa harus mengaplikasikan prinsip-prinsip kerjasam, khususnya maksim kuantitas.

Berdasarkan definisi di atas memberi pemahaman bahwa standar, prosedur dan proses interaksi komunikasi harus diaplikasikan oleh peserta tutur, dan aspek-aspek komunikasi akan memberikan sekema yang baik jika diantara peserta mempunyai pradigma, ide atau pesan bisa seinformatif mungkin apabila semua aspek interaksi komunikasi dilakukan dengan prosedur yang tepat.

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif, karena pada dasarnya penelitian ini menyajikan data berupa kata dan kalimat yang akan dianalisis berdasarkan pada rumusan masalah dalam penelitian. Objek penelitian ini adalah Intensitas Aplikasi Prinsip Kerja Sama Dalam Proses Belajar Mengajar Bahasa Indonesia di MTs. Saiful Ulum

Tanjungbumi. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII dan guru mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII di MTs. Saiful Ulum Tanjungbumi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak, catat, (observasi). Teknik pengumpulan data adalah teknik sadap. Teknik sadap dilakukan dengan menyadap interaksi komunikasi guru dan siswa, setelah data terkumpul dikelompokan berdasar rumusan masalah lalu dianalisis.

Hasil Penelitian

Hasil data pada penelitian tentang Intensitas Aplikasi Prinsip Kerja Sama Dalam Proses Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Di MTs. Saiful Ulum Tanjungbumi, dideskripsikan sesuai dengan rumusan masalah (1) Intensitas Aplikasi Maksim Kuantitas, dan (2) Intensitas Aplikasi Maksim Kualitas. Berikut ini akan diuraikan hasil penelitian.

Intensitas Aplikasi Maksim Kuantitas dalam Interaksi Proses Belajar Mengajar Bahasa Indonesia Kelas VIII di MTs. Saiful Ulum Tanjungbumi

Tuturan yang disampaikan oleh guru dan siswa dalam proses belajar mengajar pempunyai tujuan memberi informasi. Tuturan bahasa yang terjadi dalam interaksi komunikasi bisa dikatakan mempunyai pengertaian sudah mengaplikasikan aspek-aspek maksim

(6)

kuantitas apabila peserta tutur sama-sama mandapatkan informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin. Penggunaan bahsa yang mematuhi prinsip maksim kuantitas bisa dilihat pada data berikut.

(1) Siswa : tugas beritanya di kumpulkan, Bu? Guru : iya, kumpulkan. Siswa : temanya apa, Bu? Guru : pendidikan. (R1/MKN/1) Konteks : siswa mempertegas tugas

dari guru untuk pertemuan minggu selanjutnya, tentang mencarai beri dan menganalisis.

Wacana yang dilakukan siswa dan guru dalam interaksi komunikasi menunjukkan maksim kuantitas. Artinya data di atas cepat, tepat, dan informatif. Begitu juga jawaban guru kepada siswanya tidak melebihi maksism kuantitas, ungkapan guru tidak ada penambahan serta kekurangan informasi yang diharapkan siswa, yang diinginkan dari pertanyaan siswa kepada guru ―tugasnya dikumpulkan?‖, guru menjawab tidak. Selanjutnya siswa ingin tau tema beritanya apa?‖, guru menjawab pendidikan.

Berdasarkan data dan analisis data di atas intensitas aplikasi komunikasi proses belajar mengajar siswa sudah menaati maksim kuantitas, kefektifan pesan cepat, tepat, dan sangat logis sebagai maksim kuantitas.

(2) Guru : benar tugasmu dikerjakan di rumah! Siswa : benar, Bu.

Guru : tulisanya tidak jelas. Siswa : pulpennya macet, Bu. Konteks : Guru kurang yakin kalau

tugas yang dikumpulkan oleh sebagian siswa dikerjakan di rumah, sistematika definisi jawaban tidak terstruktur dan tulisan tidak rapi.

Pertanyaan guru kepada siswa dalam interaksi komunikasi mempunyai ciri maksim kuantitas. Artinya data di atas sudah informatif. Pertanyaan guru kepada siswa tidak melebihi maksism kuantitas, jawaban siswa kepada guru tidak ada penambahan serta kekurangan informasi yang diharapkan guru, yang diinginkan dari pertanyaan guru tugasnya dikerjakan di rumah, siswa menjawab iya. Selanjudnya guru mempertegas, ―tulisan

tidak terstruktur dan tidak rapi‖, siswa

menjawab pulpenya macet.

Berdasarkan data dan analisis data di atas intensitas aplikasi komunikasi proses belajar mengajar siswa sudah mematuhi maksim kuantitas, kefektifan pesan sangat logis sebagai maksim kuantitas.

(3) Siswa : berapa sanggahan, Bu? Guru : satu kelompok dua. Siswa : nilaya satu kelompok

sama, Bu? Guru : iya, sama.

Guru : kelompok lima tidak menyanggah?

Siswa : kami masih diskusi, Bu.

Konteks : siswa dan guru membahas sitematika presentasi saat proses belajar mengajar, siswa mempertegas tentang sanggahan dalam satu kelompok idealnya berapa sanggahan, dan standar penilaian perkelompok sama.

Pertanyaan siswa kepada guru dalam interaksi komunikasi mempunyai

(7)

ciri maksim kuantitas. Wacana di atas mempunyai informasi yang memadai sesuai dengan yang diharapkan oleh mitra tuturnya, dan pesan sudah informatif. Pertanyaan siswa kepada guru dijawab dengan informasi yang memadai, pertanyaan kedua dan ketiga juga dijawab oleh guru dengan informasi yang diinginkan, dalam interaksi komunikasi peserta tutur tidak melebihi dan tidak mengurangi maksism kuantitas. Para peserta tutur dalam sebuah interaksi di atas menaati maksim kuantitas dengan tujuan agar informasi yang disampaikan dapat dipahami oleh mitra tuturnya dengan jelas dan tidak terjadi salah paham.

Berdasarkan data dan analisis data di atas intensitas aplikasi maksim kuantitas dalam interaksi komunikasi proses belajar mengajar siswa sudah menaati maksim kuantitas antar mitra tuturnya, kefektifan, dan keinformatifan pesan sangat logis.

Intensitas Aplikasi Maksim Kualitas dalam Interaksi Proses Belajar Mengajar Kelas VIII di MTs. Saiful Ulum Tanjungbumi

Wacana yang dilakukan oleh guru dan siswa saat proses belajar mengajar memberikan informasi yang diyakina benar dan tidak memberikan pesan salah. Tuturan bahasa yang terjadi dalam interaksi komunikasi bisa didefinisikan sebagai maksim kualitas, apabila

informasi yang diperoleh dalam interaksi komunikasi meberikan informasi faktual, dan difinisi bisa diterima dengan pradigma logis. Penggunaan bahsa yang mematuhi prinsip maksim kuantitas bisa dilihat pada data berikut.

(4) Siswa : kurikulum 2013 sama dengan KTSP, Bu? Guru : tidak sama.

Siswa : di sini kurikulumnya apa, Bu?

Guru : sekarang masih

menggunakan kurikulum KTSP.

Konteks : wacana siswa dan guru saat interaksi komunikasi belajar mengajar membahas persamaan dan perbedaan kurikulum 2013 KTSP, wacana selanjudnya siswa menegaskan kurikulum yang digunakan di MTs, Saiful Ulum itu apa.

Pada wacana (4) di atas, Guru telah memberikan informasi yang benar kepada siswanya. Kebenaran informasi yang disampaikan Guru dapat dilihat dari intensitas atau keaktualan informasi yang diberikan, guru memberikan informasi kepada siswa kurikulum 2013 dan KTSP berbeda. Pada tuturan selanjutnya Guru memberikan informasi yang cepat, tepat, ideal, dan faktual, Guru menyatakan bahwa kurikulum yang digunakan KTSP.

Dengan hasil data dan analisis di

atas mitra tutur sudah

mengimplementasikan maksim kualitas, hal itu terlihat dari kualitas pesan dari mitra tutur sangat ideal, faktual, dan nalarisasi secara logis.

(8)

(5) Siswa : SMA Negeri 1 Bangkalan dimana, Bu?

Guru : di depan RS junuk Bangkalan.

Siswa : di sana ada jurusan IPA, Bu?

Guru : iya. ada.

Konteks : wacana siswa dan guru saat interaksi komunikasi belajar mengajar dalam keadaan membahas jika nanti lulus mau melanjutkan, dia menegaskan letak SMA Negeri 1 Bangkalan di mana, dan sekolah itu ada jurusan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada wacana (5) di atas, Guru telah memberikan informasi yang cepat, tepat, ideal, dan sesuai dengan karakter keinginan siswa. Kebenaran informasi yang disampaikan Guru dapat dilihat dari intensitas atau keaktualan informasi yang diberikan, Guru memberikan informasi kepada siswa letak SMA Negeri 1 Bangkalan di depan Rumah Sakit Junok Bangkalan, komunikasi selanjutnya guru menegaskan pertanyaan siswa, di SMA Negeri 1 Bangkalan jurusan Ilmu Pengetahuan Alam ada, dan sebagian siswa mempriorotaskan jurusan tersebut. Keaktualan jawaban dari guru memri karakter yang kuat terhadap aspek-aspek komunikasi.

Data dan analisis data di atas semua aspek-aspek komunikasi sudah terealisasi oleh mitra tutur, sebagai kriteria maksim kualitas sangat ideal.

(6) Siswa : Tugas minggu depan pembawa acara, Bu? Guru : Iya.

Siswa : cuma berupa naskah, Bu? Guru : tidak. Kalian harus

membacakan di depan. Siswa : kalau Mc boleh bu? Guru : iya, boleh.

Konteks : wacana siswa dan guru saat interaksi komunikasi belajar mengajar dalam keadaan membahas tema tugas pembawa acara. Siswa menegaskan kembali, tugas yang dikerjaakan cukup berupa naskah, tegas jawaban guru selain membuat naskah siswa juga haru mengekspresikan ke depan. Siswa yang lain menyanggah dari tugas dirumah jika MC boleh, guru menjawab boleh.

Pada wacana (6) siswa dan guru saat interaksi komunikasi belajar mengajar memperlihatkan kaliatas informasi yang di peroleh mitra tutur faktual, dan logis. Faktual maksudnya informasi yang duperoleh benar-benar ada, kebenaran itu bisa dibuktikan dengan fakta, sedangkan logis bisa didefinisikan hasil interaksi saat komunikasi dalam belajar mengajar informasi bisa diterima dengan nalar secara idiologis. pertanyaan siswa kepada guru tentang pembawa acara guru tegas menjawab, dan jawaban tidak kabur dari apa yang diinginkan siswa. Pertanyaan siswa selanjudnya guru memberikan informasi cepat, tepat dan benar. Kebenaran itu bisa dikonsumsi oleh akuratnya jawaban guru.

(9)

Dengan hasil data dan analisis di

atas mitra tutur sudah

mengimplementasikan maksim kualitas, hal itu terlihat dari akuratnya informasi akurat, faktual, idiologis, serta naralisasi bisa diterima secara pradigma akademisi.

Simpulan

Berdasarkan hasil pembahasan penelitian intensitas aplikasi maksim dalam interaksi belajar mengajar bahasa Indonesia di MTs. Saiful Ulum Tanjungbumi dapat disimpulkan terdapat intensitas maksim; (1) intensitas aplikasi maksim kuantitas, dan (2) intensitas aplikasi maksim kualitas. Intensitas pengaplikasian maksim kuantitas berfungsi untuk menyampaikan informasi faktual, sedangkan intensitas pengaplikasian maksim kualitas berfungsi untuk menyampaikan informasi logis.

Daftar Pustaka

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip

Pragmatik (terjemahan oleh M.D.D.

Oka). Jakarta: UI Press.

Rahardi, Kunjana. Pragmatik. Erlangga Rahardi, R. Kunjana 2009. Berkenalan

dengan Ilmu Bahasa Pragmatik.

Malang: Dioma.

Sunarto. 2001. Metodelogi Penelitian

Ilmu-ilmu Sosial dan Pendidikan.

Surabaya: Unesa University Press Suryani, Lilis. 2006. Penyimpangan

Prinsip Kerja Sama Grice dalam

Percakapan Pada Talk Show Rossy di Global TV. Skripsi. Program Studi

Pendidikan Bahasa Indonesia. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Suganda, Dadang dkk. 1998. Konstruksi

Imperatif Bahasa Sunda dan

Padanannya dalam Bahasa

Indonesia. Bandung: Balai Bahasa

Bandung

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran

Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Warni, Yuliko. 2001. Pelanggaran Prinsip

Kerja Sama dan Prinsip Sopan

Santun dalam Komik Crayon

Shinchan Karya Yoshito Usui.

Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Yule, George. 1993. Pragmatik

(terjemahan oleh Rombe Mustajab).Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Referensi

Dokumen terkait

Karenanya kita tidak boleh menghakimi mereka yang menderita penyakit Covid-19 sebagai orang yang dihukum Tuhan karena tugas penghakiman bukan hak manusia melainkan hak

Kegiatan pengayaan merupakan kegiatan pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang telah menguasai materi pembelajaran pada buku teks pelajaran

As in other cities, certain parts of London get associated with partic‐ ular types of computer technology: the City (a name that still sticks to the oldest part of London) for

Isu Tonggak Capaian Strategi Output Kegiatan SKPD Peng  Jwb Pembiayaan BGH  oleh Institusi  Keuangan Tersedianya Mekanisme Alternatif Pembiayaan 

Begitu pula dilihat dari hasil pengujian hipotesis statistic Independent Sample T-Test seperti yang diperlihatkan pada tabel 4.8 di atas, diketahui nilai signifikansi

73 Tidak hanya kemampuan akademiknya yang terbatas tapi juga pada kemampuan-kemampuan lain, dianataranya kemampuan koordinasi (kesulitan menggunakan alat tulis,

Indonesia juga mempunyai potensi kekayaan alam yang banyak seperti kekayaan hasil hutan, hasil tambang, hasil perkebunan yang bisa alam yang banyak seperti kekayaan

Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Provinsi Sulawesi Utara berdasarkan teori efektivitas telah melaksanakan Sistem dan Prosedur Pengeluaran Kas Uang Persediaan (UP) secara