PENGARUH AROMATHERAPY LEMON TERHADAP EMESIS GRAVIDARUM
PADA IBU HAMIL TRIMESTER I
Yayat Suryati1, Rima Nurlatifah2, Dwi Hastuti 3
1Dosen Magister Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi
2Program studi Ilimu keperawatan (S-1) Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi 3Program Studi Diploma 3 Keperawatan Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi
[email protected]/ysuryati065@gmail,com
ABSTRAK
Prevalensi emesis gravidarum di jawa barat pada ibu hamil yaitu sebesar 60-80%. Angka kejadian emesis gravidarum di Puskesmas Soreang diketahui hampir setengahnya dari ibu hamil mengalami emesis gravidarum. Upaya penanganan untuk emesis gravidarum dikelompokan menjadi terapi farmakologi dan non-farmakologi. Salah satu terapi non farmakologi yang digunakan adalah aromatherapy lemon. Jeruk lemon dapat mengurangi keluhan emesis gravidarum aroma yang di hasilkan akan merangsang kerja sel neuro kimia otak dan dapat menstabilkan sistem saraf. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh aromatherapy lemon terhadap emesis gravidarum pada ibu hamil trimester 1 di wilayah kerja Puskesmas Soreang. Metodelogi penelitian yang digunakan adalah Quasi Eksperiment dengan rancangan non-equivalent control group. Populasi dalam penelitian ini terdapat 98 orang ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum. Sample dalam penelitian ini sebanyak 32 responden dengan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling. Instrument yang digunakan adalah Standar Operasional Prosedur (SOP) pemberian aromatherapy lemon dan kuisioner PUQE SCORE. Analisis univariat menggunakan mean, analisis bivariat menggunakan t-independen. Hasil penelitian didapatkan nilai rata-rata pretest pada kelompok intervensi 10,13 dan rata-rata post test pada kelompok intervensi 7,38. Nilai rata-rata pretest kelompok kontrol 9,06 dan nilai rata-rata post test kelompok kontrol 8,81. Hasil uji statistik menunjukan terdapat pengaruh aromatherapy lemon terhadap emesis gravidarum pada ibu hamil trimester 1 dengan p value = 0,03 < a =0,05. Berdasarkan hasil penelitian disarankan kepada seluruh ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum bahwa dapat menggunakan aromaterapyl lemon sebagai pilihan alternative untuk mengurangi emesis gravidarum pada kehamilan.
Kata Kunci : Aromatherapy Lemon, Emesis Gravidarum, Ibu Hamil
PENDAHULUAN
Kehamilan merupakan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan. Masalah kehamilan pasti terdapat perubahan pada tubuh wanita baik perubahan fisik perubahan hormonal, maupun perubahan mood. Ada tiga tanda dan gejala kehamilan, tanda persumtif atau tidak pasti, tanda kemungkinan hamil dan tanda hamil. Untuk tanda persumtif atau tidak pasti adalah tanda yang dirasakan ibu (subjektif) yang timbul selama kehamilan seperti amenorhoe, mual dan muntah, ngidam, pingsan, kelelahan, tidak nafsu makan, sering buang air kecil dan sebagainya (Hani, et al 2010) Tanda-tanda yang timbul tersebut merupakan hal wajar dalam kehamilan (Sulistyawati, 2009).
Masalah yang terjadi masa kehamilan seperti halnya mual dan muntah (emesis gravidarum) yang sering di alami pada ibu hamil yang merupakan salah satu gejala paling awal kehamilannya (Tiran, 2008). Mual muntah merupakan hal yang normal selama kehamilan yang terjadi sekitar 50-90% wanita hamil mengalami mual pada trimester pertama. Hasil penelitian Depkes RI ditahun 2009 menjelaskan bahwa lebih dari 80% perempuan hamil di Indonesia mengalami emesis gravidarum, hal ini bisa menyebabkan perempuan menghindari makanan tertetu dan biasanya membawa resiko baginya dan janin (Nengsih, 2014). Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2014 dalam (Hilma, 2016) jumlah kejadian hiperemesis gravidarum lebih dari 80%. Angka kejadian emesis gravidarum pada
Word Healt Organisation (WHO, 2010) memperkirakan bahwa sedikitnya 14% dari semua wanita hamil yang terkena emesis
gravidarum, angka kejadian emesis
gravidarum di Indonesia yang didapatkan dari 2,203 kehamilan yang dapat di observasi secara lengkap adalah 543 orang ibu hamil yang terkena emesis gravidarum (Kia, et al 2013).
Pengaruh emesis gravidarum pada ibu dan janin sangat besar. gravidarum pada ibu dan janin sangat besar. Emesis gravidarum bila tidak segera ditangani dapat berdampak pada ibu hamil salah satunya adalah penurunan nafsu makan yang mengakibatkan perubahan
keseimbangan elektrolit yakni kalium,
kalsium, dan natrium sehingga menyebabkan perubahan metabolisme tubuh. Dampak bagi janin adalah janin kekurangan nutrisi dan cairan yang dibutuhkan oleh tubuh hal tersebut dapat menyebabkan bayi lahir dengan dengan berat badan rendah.
Emesis gravidarum akan bertambah berat
menjadi hiperimesis gravidarum
menyebabkan ibu muntah terus menerus tiap kali minum maupun makan, akibatnya tubuh ibu sangat lemah, muka pucat, dan frekuensi buang air kecil menurun drastis sehingga cairan tubuh semakin berkurang dan darah menjadi kental (hemokosentrasi) yang dapat memperlambat peredaran darah yang berarti konsumsi oksigen dan makanan ke jaringan juga ikut berkurang, kekurangan makanan dan oksigen akan menimbulkan kerusakan
jaringan yang dapat membahayakan
kesehatan ibu dan kesehatan janin yang dikandungnya (Hidayati, 2009). Berdasarkan presentase yang cukup besar dari emesis gravidarum serta dampak yang akan timbul dari kondisi tersebut tidak dapat di anggap gangguan yang “ringan” maka emesis gravidarum perlu penanganan.
Upaya penanganan untuk emesis
gravidarum dikelompokan menjadi terapi farmakologi dan non-farmakologi. Dalam penanganan farmakologi ada beberapa jenis
obat, baik secara tunggal maupun kombinasi, obat yang lazim digunakan antara lain
vitamin, antihistamin, antikkoligernik, antagonis dopamine, fenotiazin, butirofenon, antagonis serotin dan kortikosteroid. Upaya terapi non farmakologis diantaranya adalah mengubah pola diet, dukungan emosional, akupresur (Wiharja, et al 2011). Teknik akupuntur, acupressure, hipnoterapi, ekstrak jahe, aromaterapi lemon dari sekian upaya menangani emesis gravidarum pada ibu hamil secara non-farmakologis (Siti Cholifah, 2017)
Ibu hamil sebagian besar masih
menggunakan terapi farmakologis. Akan tetapi lebih baik jika ibu hamil mampu mengatsi masalah emesis gravidarum pada awal kehamilan dengan menggunakan terapi
pelengkap non farmakologi dan komplementer terlebih dahulu, karena terapi perlengkap komplementer bersifat non instruktif, murah, sederhana, efektif dan tanpa efek samping yang merugikan. Aromaterapi yang merupakan cabang dari ilmu herbal, adalah kumpulan metode untuk digunakan terampil dan dikendalikan dari minyak essensial untuk mempromosikan kesehatan fisik, emosional dan psikologis. Setiap minyak essential memiliki efek farmakologis yang unik seperti antibakteri, anti virus, vasodilator, penenang dan mempengaruhi adrenal. Lemon minyak essensial (Citrus lemon) adalah salah satu minyak herbal yang paling banyak digunakan dalam kehamilan dan dianggap sebagai obat yang aman pada kehamilan. Satu atau dua tetes minyak esensial lemon dalam kompor minyak atau diffuserdi kamar tidur membantu untuk menenangkan dan meredakan emesis gravidarum adapun menurut cara praktis ialah dengan menuangkan 2-3 tetes minyak tersebut pada kertas tisu atau saputangan selanjutnya tempelkan pada hidung dan hirup aromanya perlahan-lahan (Jaelani, 2009). Menurut sebuah penelitian 40% wanita telah menggunakan aroma lemon untuk meredakan emesis gravidarum (Smith et al, 2013).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Astriana, 2015) di Lampung Selatan menunjukan bahwa frekuensi mual sebelum diberikan lemon inhalsi aromatherapy diperoleh frekuensi mual 4,53 kali dalam sehari dan frekuensi mual sesudah diberikan 3,13 kali dalam sehari dengan nilai P-Value 0.000<0.05. Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Dina Fithriana, 2013) setelah menghirup aromatherapy jeruk responden merasakan kenyamanan dan mutah yang sebelumnya mereka alami sekarang berkurang, tingkat emesis gravidarum ibu hamil di dua lokasi penelitian paling banyak pada tingkat sedang di wilayah labulia dan labuhan Lombok dengan nilai < a (0.000<0.05).
Data profil Kesehatan Kabupaten
Bandung tahun 2016 terdapat 31 kecamatan dan 62 puskesmas jumlah ibu hamil paling banyak terdapat pada puskesmas Soreang dengan jumlah ibu hamil 1.794 orang, puskesmas Pasir Jambu dengan jumlah ibu hamil 1.123 orang dan puskesmas Ciwidey dengan jumlah ibu hamil 1.091 orang (Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung, 2016)
Hasil wawancara dengan 10 ibu hamil, terdapat 8 ibu hamil mengatakan mual dan
muntah, ibu-ibu mengatakan untuk penanganan emesis gravidarum mereka memilih beristirahat atau memakan buah yang asam tetapi tidak ada pengaruh apapun dan
METODOLOGI
Rancangan penelitian ini menggunakan
Quasi Experiment Design, dengan rancangan Non Equivalent Control Group yaitu
penelitian yang dilakukan untuk
membandingkan dua kelompok antara
kelompok yang diberikan intervensi (kelompok intervensi) dan kelompok yang tidak diberikan intervensi (kelompok kontrol). Sebelum dilakukan intervensi, kelompok intervensi dan kelompok kontrol dilakukan pengukuran awal (pre test) untuk menentukan kemampuan atau nilai awal responden
tidak mengetahui bahwa aromatherapy lemon
dapat menurunkan frekuensi emesis
gravidarum.
Peran perawat sebagai perawat profesional pada penelitian ini peran peneliti sebagai edukator dan care giver, dimana peneliti memberikan pendidikan kesehatan kepada pihak puskesmas dan responden mengenai emesis gravidarum ibu hamil trimester 1 dan penatalaksanaan untuk menngurangi emesis gravidarum ibu hamil trimester 1 sedangkan care giver, peneliti memberikan intervensi berupa pemberian aromatherapy lemon untuk mengurangi emesis gravidarum yang di rasakan karena kehamilan.
Perbedaan penelitian yang diteliti oleh (Astriana, Ratna Dewi, Herlina Aprilia) dengan judul “Pengaruh Lemon Inhalsi Aromatherapy Terhadap Mual dan Muntah pada Kehamilan” yaitu desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment, pengambilan sampling dengan total sampling sebanyak 15 ibu hamil, analisa data yang digunakan paired t test dan independed t test sedangkan penelitian yang akan di teliti yaitu desain penelitian yang digunakan adalah Quasi Experimen, pengambilan sampling
dengan propotional stratified random
sampling sebanyak 32 orang ibu hamil trimester 1, analis data yang digunakan yaitu independen t test
sebelum intervensi. Selanjutnya berikan intervensi pada kelompok intervensi saja sesuai prosedur yang telah disiapkan. Setelah itu kelompok intervensi yang sudah diberikan intervensi dan kelompok kontrol yang tidak diberikan intervensi dilakukan pengkuran kembali (post test).
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Soreang terhadap 32 orang responden yang terdiri dari 16 responden kelompok intervensi dan 16 responden kelompok komtrol.
HASIL PENELITIAN
Tabel 4. 1 Rata-rata emesis gravidarum pre test dan post test pada responden kelompok intervensi di wilayah kerja Puskesmas Soreang
Kelompok intervensi N Mean SD Minimal-Maxsimal 95%CI
Pre Test 16 10,13 1,586 7-13 9,28-10,97
Post Test 16 7,38 1,500 6-1 6,58-8,17
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.1 disampaikan bahwa rata-rata
emesis gravidarum pada kelompok
intervensi adalah 10,13 dengan standar deviasi 1,586. Skor emesis gravidarum pada responden terendah yaitu 7 dan tertinggi 13. Dan estimasi interval menyimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata emesis gravidarum pre test pada responden di wilayah kerja Puskesmas Soreang adalah 9,28-10,97. Dilihat dari nilai mean pre test pada kelompok
intervensi maka dapat di kategorikan emesis gravidarum sedang.
Didapatkan rata-rata emesis
gravidarum post test adalah 7,38 dengan standar deviasi 1,500. Skor emesis gravidarum pada responden terendah yaitu 6 dan tertinggi yaitu 10. Dan estimasi interval disimpulkan bahwa 95% yakni rata-rata skor emesis gravidarum pre test
pada responden di wilayah kerja
Puskesmas
Table 4.2 rata-rata emesis gravidarum pretest dan posttest pada responden kelompok kontrol di wilayah kerja Puskesmas Soreang
Kelompok control N Mean SD Minimal-Maxsimal 95%CI
Pretest 16 9,06 1,289 7-12 8,38-9,75
Posttest 16 8,81 2,073 6-12 7,71-9,92
Berdasarkan data yang terdapat pada Pada kelompok didapatkan rata-rata
tabel 4.2 didapatkan bahwa rata-rata emesis gravidarum post test adalah 8,81
emesis gravidarum pada kelompok kontrol dengan standar deviasi 2,073. Skor emesis
adalah 9,06 dengan standar deviasi 1,289. gravidarum pada responden terendah yaitu
Skor emesis gravidarum pada responden 6 dan tertinggi yaitu 12. Dan estimasi
terendah yaitu 7 dan tertinggi 12 dan interval disimpulkan bahwa 95% yakni
estimasi interval menyimpulkan bahwa rata-rata skor emesis gravidarum pre test
95% diyakini rata-rata emesis gravidarum pada responden di wilayah kerja
pre test pada responden di wilayah kerja Puskesmas Soreang adalah 7,71-9,92.
Puskesmas Soreang adalah 8,38-9,75. Dilihat dari nilai mean post test pada
Dilihat dari nilai mean pre test pada kelompok kontrol maka dapat di
kelompok kontrol maka dapat di kategorikan emesis gravidarum sedang.
kategorikan emesis gravidarum sedang.
Tabel 4. 1 Analisis perbedaan emesis gravidarum pada ibu hamil post test pada responden kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Kelompok N Mean SD SE P
Value
Intervensi 16 7,37 1,500 0,375 0,03
berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.3 didapatkan bahwa rerata emesis gravidarum pada ibu hamil post test pada kelompok intervensi adalah 7,37 dengan standar deviasi 1500 hasil uji statistik didapatkan p value 0,03 dengan demikian
PEMBAHASAN
Hasil analisis emesis gravidarum pre test dan post test menunjukan bahwa nilai rata-rata pada responden kelompok intervensi pre test adalah 10,13 dengan skor emesis gravidarum terendah yaitu 7 dan yang
teringgi yaitu 13. Rata-rata emesis
gravidarum post test yaitu 7,38 dengan skor emesi gravidarum terendah 6 dan tertinggi yaitu 10. Selisih penurunan antara nilai mean pre test dan post tes pada kelompok intervensi adalah 2,75 terdapat penurunan yang signifikan karena kelompok intervensi telah diberikan aromatherapy lemon dimana di dalam kandungan aromatherapy lemon merupakan komponen utama yang dapat
menghambat juga mencegah aktivitas
prostaglandin dan mengurangi rasa sakit termasuk emesis gravidarum
Berdasarkan data yang di dapatkan oleh peneliti rata-rata emesis gravidarum pretest
pada responden kelompok intervensi
umumnya berada dalam rentang skor 6-10 yaitu emesis gravidarum kategori sedang.
Menurut (tan dkk 2006) dalam
(hollingworth,2014) emesis graviarum pada kehamilan yang di alami oleh responden disebabkan karena defisiensi vitamin B6 yang timbul karena perubahan metabolisme protein dalam kehamilan, dalam penelitian ini tidak ada ibu hamil yang difisiensi B6 karena semua ibu hamil mendapatkan vitamin B6.
Menurut (Tiran, 2009) emesis gravidarum biasanya disebabkan oleh perubahan dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan oleh tingginya fluktuasi kadar hCG (Human Chorionic Gonadotrophin) khususnya karena priode emesis gravidarum paling umum adalah minggu pertama yang pada saat itu, hCG mencapai kadar tertingginya. hCG sama dengan LH ( Letenizing Hormone) yang di sekresikan oleh sel troboblas blastosit. Dalam penelitian
dapat disimpulkan bahwa secara statistik terdapat pengaruh aromatherapy lemon terhadap emesis gravidarum pada ibu hamil trimester 1 di wilayah kerja Puskesmas Soreang.
ini semua responden dilapangan adalah ibu hamil dengan usia kehamilan 0-12 minggu dengan dominan usia 8 minggu dan 12 minggu.
Berdasarkan analisa peneliti terdapat
penurunan emesis gravidarum setelah
diberikan intervensi inhalasi aromatherapy lemon dikarenakan Jeruk lemon dapat mengurangi keluhan emesis gravidarum, sakit kepala dan menambah nafsu makan, selain itu juga minyak astiri yang terdapat dalam jeruk lemon mengeluarkan aroma yang khas sehingga respon bau/aroma yang di hasilkan akan merangsang kerja sel neuro kimia otak dan dapat menstabilkan sistem saraf selanjutnya menimbulkan efek tenang pada ibu hamil trimester 1 yang mengalami emesis gravidarum.
Sebelum penelitian responden
mengatakan bahwa mengalami emesis gravidarum yang sering terutama pada pagi hari, responden mengatakan upaya untuk menangani emesis gravidarum dengan cara beristirahat, makan permen dan makan buah-buahan yang masam namun tidak ada perubahan mual muntah tetap ada, selain itu responden rutin meminum vitamin B6 yang di berikan pihak puskesmas namun mual
muntah tetap sering terjadi, setelah
pemberian intervensi selama 4 hari setiap pagi responden merasa lebih nyaman dan frekuensi mual muntah berkurang
Hasil analisis skor emesis gravidarum pre test menunjukan bahwa nilai rata-rata pada responden kelompok kontrol adalah 9,06 dengan skor emesis gravidarum terendah yaitu 7 dan yang tertinggi 13. Rata-rata emesis gravidarum post test pada responden kelompok kontrol yaitu 8,81 dengan skor emesis gravidarum terendah yaitu 6 dan skor emesis gravidarum tertinggi 12. Selisih penurunan antara nilai mean pre test dan post tes pada kelompok kontrol adalah 0.23 terdapat penurunan namun tidak signifikan.
Pada penelitian ini faktor yang mempengaruhi emesis gravidarum pada responden diantaranya adalah peningkatan
hormone HCG (Human Chorionic
Gonadotropin) hormone plasenta ini dapat memicu pusat mual yaitu chemoreceptor
tringger zone sehingga menyebabkan
emesis gravidarum saat hamil. Peningkatan hormone estrogen dan penurunan hprmone TSH (Thyrotropin-Stimulating Hormone). Tiga hormone ini dipercaya merupakan beberapa faktor yang berpengaruh dalam mual muntah hebat atau yang lebih dikenal dengan istilah hiperimesis gravidarum pada kehamilan (Quinlan, 2003).
Berdasarkan analisa peneliti dari hasil di atas pada kelompok kontrol terjadinya penurunan emesis gravidarum namun tidak signifikan, penurunan emesis gravidarum di
karenakan responden pada kelompok
kontrol rutin meminum vitramin B6 yang di berikan puskesmas karena manfaat vitamin B6 adalah sebagai mengatasi kekurangan B6 pada tubuh, mengatasi mual saat kehamilan, mengatasi anemia. Maka dapat dilihat dari manfaat B6 tersendiri dapat menurunkan mual.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
bahwa rata-rata skor emesis gravidarum pada responden kelompok intervensi adalah 7,37 yaitu emesis gravidarum sedang dan rata-rata skor emesis gravidarum kelompok
kontrol adalah 8,81 yaitu emesis
gravidarum sedang didapatkan selisih
antara skor emesis gravidarum kelompok intervensi dan kelompok kontrol adalah 1,44. Hasil uji statistik menunjukan terdapat pengaruh aromatherapy lemon terhadap emesis gravidarum pada ibu hamil trimester 1 (P-Value 0,03 < 0,05).
Hal ini sesuai dengan penelitian Astriana tahun 2016 setelah di berikan aromatherapy
lemon terdapat penurunan emesis
gravidarum yang signifikan. Aromatherapy adalah salah satu pengobatan alternatif yang dapat diterapkan menggunakan minyak essensial tumbuhan dan herbal. Setiap
minyak essensial memiliki efek
farmakologis yang unik seperti antibakteri, antivirus, diuretic, vasodilator, penenang dan merangsang adrenal ketika minyak essensial dihirup, molekul masuk ke rongga
hidung dan merangsang sistem limbik diotak. Sistem limbik langsung terkait
dengan adrenal, kelenjar hipofisis,
hipotalamus, bagian-bagian tubuh yang mengatur denyut jantung, tekanan darah, stress, memori, keseimbangan hormon dan pernapasan. Hal ini membuat efek langsung dari minyak atsiri dalam mewujudkan keseimbangan emosional fisiologi (Jaelani, 2009).
Ketika meghirup zat aromatik atau minyak essential memancarkan biomolekul, sel-sel reseptor dihidung untuk mengirim implus langsung kepenciuman diotak, daerah ini terkait erat dengan sistem lain yang mengontrol memori, emosi, hormon, seks dan detak jantung. Segera impuls merangsang untuk melepaskan hormon
yang mampu menentramkan dan
menimbulkan perasaan tentang serta
mempengaruhi perubahan fisik dan mental seseorang sehingga bisa mengurangi mual muntah (Siti Cholifah, 2017).
Aromatherapy lemon dipilih karena
merupakan aromatherapy yang aman
digunakan pada kehamilan. Dalam
penelitian ini pemberian aromatherapy
lemon menggunakan metode inhalasi
menggunakan tisu yang diberikan 2-3 tetes essensial oil aromatherapy lemon (Jaelani, 2009)
Perubahan emesis gravidarum yang terjadi pada responden penelitian ini dapat menunjukan bahwa penurunan emesis gravidarum pada masing-masing responden sangat bervariasi, hal itu sangat terkait erat dengan faktor-faktor yang mempengaruhi emesis gravidarum yang di bawa oleh responden baik dari diri sendiri maupun lingkungan luar, namun dilihat dari perubahan pengaruh aromatherapy lemon ini menunjukan hasil perubahan yang efektif. Pada penelitian ini peran peneliti sebagai edukator dan care giver, dimana peneliti memberikan pendidikan kesehatan kepada pihak puskesmas dan responden mengenai emesis gravidarum ibu hamil trimester 1 dan penatalaksanaan untuk menngurangi emesis gravidarum ibu hamil trimester 1 sedangkan care giver, peneliti memberikan intervensi berupa pemberian aromatherapy lemon untuk mengurangi emesis gravidarum yang di rasakan karena kehamilan.
Pada saat dilakukan pemberian aromatherapy lemon seluruh responden bersedia mengikuti hingga selesai. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya responden yang dropout. Oleh karena itu pemberian
aromatherapy lemon dapat dijadikan
alternatif tambahan untuk mengurangi
emesis gravidarum ibu hamil pada
responden di wilayah kerja Puskesmas Soreang.
Berdasarkan analisa peneliti bahwa pemberian inhalasi aromatherapy lemon sangat bermanfaat untuk penurunan emesis gravidarum dapat dilihat dari nilai statistik
yang menunjukan penurunan yang
signifikan sebanyak 0,03. Selain itu setiap
KESIMPULAN
Rata-rata skor emesis gravidarum pada ibu hamil trimester 1 pre test pada kelompok intervensi adalah 10,13 dan post test adalah 7,38 dengan kategori emesis gravidarum sedang
Rata-rata skor emesis gravidarum pada ibu hamil trimester 1 pre test pada kelompok kontrol adalah 9,06 dan post test adalah 8,81 dengan kategori emesis gravidarum sedang
DAFTAR PUSTAKA
Astriana, R. D. (2015). Pengaruh Lemon
Inhalasi Aromatherapy Terhadap Mual pada Kehamilan di BPS Varia Mega Lestai. Jurnal Kebidanan .
Bayu Irianti, E. M. (2013). Asuhan Kehamilan
Berbasis Bukti. Jakarta: Cv Sagung Seto.
Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan .
Bandung: PT Refika Aditama.
Dewi, V. N., & Sunarsih, T. (2014). Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. jakarta: Salemba Medika.
Dina Fithriana, R. a. (2013). Perbandingan
efektifitas akupresure perikardium dengan aromaterapi terhadap penurunan mual muntah pada Ibu hamil di Pulau Lombok.
Durham, R., & Chapman, L. (2010). Maternal Newborn Nurshing. Oakland: Davisplus.
Hidayati. (2008). Asuhan Keperawatan pada
Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Jakarta: Selemba Medika.
minyak essensial memiliki efek
farmakologis yang unik seperti antibakteri, antivirus, diuretic, vasodilator, penenang dan merangsang adrenal ketika minyak essensial dihirup, molekul masuk ke rongga hidung dan merangsang sistem limbik diotak. Maka dari hal tersebut emesis gravidarum bisa tertangani dan responden
merasa nyaman setelah pemberian
aromatherapy.
Dengan demikian dapat disimpulkan
secara keseluruhan bahwa terdapat
pengaruh yang signifikan pemberian
aromatherapy lemon terhadap emesis
gravidarum pada ibu hamil trimester 1 di wilayah kerja Puskesmas Soreang.
Terdapat pengaruh Aromatherapy lemon terhadap emesis gravidarum pada ibu hamil
trimester 1 di wilayah kerja puskesmas
soreang (p value 0,03 < 0,05) secara statistik penurunan emesis gravidarum signifikan, namun secara praktik kategorik
emesis gravidarum tetap dalam kategorik
sedang.
Hilma. (2016). Asuhan Kebidanan pada Ibu
Hamil dengan Hiperimesis Gravidarum.
Hollingworth, T. (2014). Diagnosis Banding
dalami Obstetri & Ginekologi. Jakarta:
EGC.
Irianti, E. M. (2013). Asuhan Kehamilan
Berbasis Bukti. Jakarta: CV Sagung Setyo.
Jaelani. (2009). Aroma Terapi. Jakarta:
Pustaka Populer Obor.
Kurnia. (2009). Menghindari Gangguan Saat
Melahirkan & Panduan Lengkap Mengurut Bayi. Yogyakarta: Panji
Pustaka.
King, T. L., & Murphy, P. A (2009).
Evidence-Based Approaches to Managing & Nausea and Vomiting in Early Pregnancy.Journal of Midwifery
& Women's Health.
Lowdermilk,P. C. (2013). Keperwatan
Nengsih, N. (2014). Hubungan tingkat stress Rustika, S. d. (2013). Buku Ajar Metodelogi
terhadap kejadian hiperemisis Riset Keperawatan. Jakarta: CV Trans
gravidarum. Info Media.
Notoatmodjo, S. (2012). Metodelogi Siti Cholifah, T. E. (2017). Aromaterapi
Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: PT Lemon Menurunkan Mual dan Muntah.
Rineka Cipta. Riset Dasar Institusi .
Pratami. (2013). Evidence-Based Dalam Sri Astuti, A. I. (2017). Asuhan Ibu Dalam
Kebidanan . Jakarta: EGC. Masa kehamilan. Jakarta: Penerbit
Prawihardjo. (2009). Ilmu Kandungan. Erlangga.
Jakarta: PT Bina Pistaka Sarwono Sugiono. (2016). Metode Penelitian
Prawihardjo. Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Riyanto, A. (2011). Aplikasi Metodelogi Bandung: Alfabeta.
Penelitian. Yogyakarta: Nuha Medika. Sulistyawati. (2009). Buku ajar Asuhan
Riyanto, A. (2017). Metodologi Penelitian Kebidanan pada Ibu Hamil. Jakarta:
Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Selemba Medika.
Runiari, N. (2010). Asuhan Keperawatan Sulistyawati. (2009). Buku Ajar Asuhan
Pada Klien Dengan Hiperimesis Kebidanan pada Ibu Hamil. Jakarta: Gravidarum. Jakarta: Selemba Medika. Selemba Medika.
Tiran, D. (2008). Mual dan Muntah
Kehamilan. Jakarta: EGC.