• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen-komponen Pariberarti penuh, lengkap, berkeliling dan wis (man)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. komponen-komponen Pariberarti penuh, lengkap, berkeliling dan wis (man)"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pariwisata

2.1.1. Pengertian Pariwisata

Istilah pariwisata terlahir dari bahasa sansekerta yang terdiri dari komponen-komponen Pariberarti penuh, lengkap, berkeliling dan wis (man) berarti rumah, properti, kampung, kumunitas serta ata yang berarti pergi terus-menerus, mengembara ( roaming about). Bila dirangkai pariwisata adalah pergi secara lengkap meninggalkan rumah (kampung) berkeliling terus-menerus (Pendit, 2002: 1). Pariwisata adalah suatu kegiatan melakukan perjalanan dari rumah terutama untuk maksud usaha atau bersantai. Pariwisata adalah suatu bisnis dalam penyediaan barang dan jasa bagi wisatawan dan menyangkut setiap pengelaran oleh atau untuk wisatawan/pengunjung dalam perjalanannya (Lunberg, dkk, 1997:6).Pengertian pariwisata berdasarkan Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 9 Tahun 1990 adalah perjalanan orang ke suatu tujuan; dan tersedianya jasa pelayanan berbagai usaha yang diperlukan wisatawan. Jadi pengertian wisata itu mengandung unsur yaitu; (1) kegiatan perjalanan, (2) dilakukan secara sukarela, (3) bersifat sementara, (4) perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.

Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, yang dimaksud dengan:

(2)

a. Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara.

b. Wisatawan adalah orang yang melakukan wisata.

c. Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta usaha, pemerintah dan pemerintah daerah. d. Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang terkait dengan

pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, pemerintah, pemerintah daerah, dan pengusaha.

e. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata.

f. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.

g. Kawasan strategis pariwisata adalah lebih aspek, seperti pertumbuhan ekonomi, sosial budaya dan pemberdayaan sumber daya alam, yang didukung lingkungan hidup, serta pertahanan keamanan.

(3)

h. Pengusaha pariwisata adalah orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan pariwisata.

Sebagai kesimpulan dari beberapa defenisi tentang pariwisata tersebut dapatlah disebutkan bahwa pariwisata adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang-orang dalam perjalanan ke luar atau pergi dari tempat kediamannya ke suatu daerah tujuan wisata yang dilakukan dengan sukarela dan bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. (www.dekin.kkp.go.id. Diakses pada tanggal 22 April 2014, pukul 18.20)

Menurut Burkart dan medlik (1981). Wisatawan memiliki empat ciri utama yaitu:

a. Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan ke dan tinggal diberbagai tempat tujuan.

b. Tempat tujuan wisatawan berbeda dari tinggal dan tempat kerjanya sehari-hari: karena itu kegiatan wisatawan tidak sama dengan kegiatan penduduk yang berdiam dan bekerja ditempat tujuan wisatawan.

c. Wisatawan bermaksud pulang kembali dalam beberapa hari atau bulan; karena itu perjalanannya bersifat sementara dan berjangka pendek.

d. Wisatawan meakukan perjalanan bukan untuk mencari tempat tinggal untuk menetap ditempat tujuan atau bekerja untuk mencari nafkah. (Ross, 1998 :4)

(4)

Sifat dasar dari kepariwisataan adalah :

a. Kepariwisataan timbul diluar pergerakan manusia dan tempat tinggalnya dengan tujuan yang berbeda-beda.

b. Ada dua elemen dalam kepariwisataan, yaitu tujuan perjalanan dan lama tinggal di tempat wisata

c. Merupakan perjalanan dengan meninggalkan tempat asalnya dan tinggal disuatu tempat yang memberikan suasana yang berbeda.

d. Lama tinggal disuatu tempat wisata bersifat sementara dan dalam waktu yang pendek untuk kemudian kembali ketempat asalnya. (Marpaung, 2002: 32)

2.1.2. Sektor Wisata

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), sektor adalah lingkungan suatu usaha misalnya pertanian, perindustrian. Sedangkan wisata adalah bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, bertamasya, dan piknik). Kata wisata (tourism) pertama kali muncul dalam Oxford

English Dictionary tahun 1811, yang mendeskripsikan atau menerangkan tentang

perjalanan untuk mengisi waktu luang. Undang-Undang Kepariwisataan Nomor 9, Bab I, Pasal I Tahun 1990 mengartikan wisata kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata. Dapat disimpulkan bahwa sektor pariwisata adalah lingkungan usaha yang mendukung kegiatan perjalanan wisatawan baik dari awal perjalanan maupun ditempat tujuan wisata.

(5)

2.1.3. Sistem Pariwisata dan Komponen Pariwisata

Sistem pariwisata sangat kompleks saling mempengaruhi satu sama lainya. Sistem kepariwisataan yang kompleks ini menurut para pengelola usaha pariwisata untuk mampu mengontrol perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungannya, mengelola sumber daya manusia yang mampu menjaga mutu produk serta mempelajari karakteristik pariwisata yang akan datang (Marpaung, 2002:32).

(6)

Gambar 2.1 Sistem Pariwisata Lingkungan

(Fisik, Sosbud Pol)

Kunjungan Wisatawan Kembalinya

Wisatawan

Damanik dan Weber (2007) menyatakan bahwa ada empat unsur pokok yang merupakan subsistem yang membentuk pariwisata. Masing-masing subsistem itu keberadaannya saling mempengaruhi, yakni:

a. Permintaan wisata, unsur pokoknya adalah wisatawan dan masyarakat sebagai pelaku pariwisata.

b. Penawaran wisata, yaitu produk wisata yang berupa barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan wisatawan.

c. Pasar wisata dan kelembagaan pariwisata yang memfasilitasi berlangsungnya dan terlaksananya kegiatan pariwisata.

Indust ri yang melayani  Tiket  Pemandu Wisata  Pemasaran & Promosi Jasa Perantara  Transportasi  K ik i Industri yang melayani:  Akomodasi  Transportasi  Makan dan minum  Hiburan

 Pusat Perbelanjaan  Usaha Jasa Lainya

Daerah Asal

Wi t

Daerah

Tujuan

Wisata

(7)

d. Pelaku pariwisata yang menggerakkan ketiga unsur tadi, yakni wisatawan, industri pariwisata, pemerintah dan lembaga swasta yang mendukung terjadinya kegiatan pariwisata.(Wardiyanto, 20011:19) 2.1.4. Pariwisata Sebagai Industri

Didalam undang-undang nomor 9 Tahun 1990 tentang kepariwisataan disebut dalam pasal 1 (5), Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelengarakan jasa pariwisata atau mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha barang pariwisata, dan usaha lain yang terkait dibidang tersebut. Industri pariwisata adalah suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta, yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang bepergian (pelancong, musafir). (Hadinoto, 1996 :11)

Pariwisata adalah suatu gejala sosial yang sangat kompleks, yang menyangkut manusia seutuhnya dan memiliki beragai aspek sosiologis, psikologis, ekonomis, ekologis, dan sebagainya. Aspek yang paling besar ialah aspek ekonomisnya. Untuk mengadakan perjalanan orang harus mengeluarkan biaya, yang diterima orang-orang yang menyelanggarakan angkutan, menyediakan bermacam-macam jasa, atraksi, dan lain-lainnya. Munculnya produk barang dan jasa wisata, adanya produsen dan konsumen serta ada permintaan dan penawaran sehingga pariwisata disebut sebagai suatu industri. Industri pariwisatalah yang menyediakan bebagai macam kebutuhan-kebutuhan para wisatawan

Dalam hubungan dengan aspek ekonomis dari pariwisata ini sehingga muncul model industri pariwisata sebagai berikut (soekadijo, 1997; 28)

(8)

Gambar 2.2

Model Pariwisata Sebagai Industri

2.1.5 Jenis Usaha Pariwisata

Jenis usaha yang bersangkutan dengan perjalanan pariwisata cukup besar dan sangat beragam. Hai ini berkaitan banyaknya permintaan dari wisatawan sehingga muncul penawaran yang besar. Oleh karena itu, usaha dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:

a. Usaha yang tidak ada, apabila tidak ada perjalanan (pariwisata)

b. Usaha yang ada dan bersangkutan dengan pariwisata, bila ada pariwisata. (Hadinoto, 1996 : 11) Konsumen Demand Kebutuhan Dalam Perjalanan Angkutan Motif Perjalanan P e m a s a r a n

Jasa Wisata Angkutan

wisata

Supply

Produsen Atraksi

(9)

Golongan A Golongan B 1. Akomodasi

Hotel dan motorhotel Motel

Pondok memancing, olah raga laut/danau

Bumi perkemahan

1. Transportasi Persewaan kendaraan Taksi

Limousine dan kreta

2. Transportasi

Jasa pejalan udara dan barang Bis antar kota

Bis pariwisata

Jasa penumpang kreta api Feri

Kapal penumpang dan kapal pesiar

2. Jasa Makanan Restoran berizin Warung

Fast food, snack bar Bar, klub malam

3. Jasa Perjalanan Biro perjalanan Operator wisata

Pusat bantuan pada perjalanan Biro pariwisata lokal

Rencana pengembangan pariwisata

Rencana promosi pariwisata

3. Fasilitas Rekreasi Lapangan golf Taman hiburan Marina Fasilitas lain 4. Budaya/hiburan Museum dan galeri

Kebon binatang, taman safari Kebun raya, taman bunga,

taman buah Usaha panggung Teater

Balap kuda/motor Klub senam, olah raga 5. Pengecer

Toko cendramata Toko foto dan film Pompa bensin Toko alat olahraga

Minuman alkohol, bir dan anggur

Toko koper/ tas besar Toko pakaian, garmen.

(10)

2.2.6. Jenis-jenis Wisata

Ada berbagai macam perjalanan wisata bila ditinjau dari berbagai macam segi:

Dari segi jumlahnya, wisata dibedakan atas:

a. Individual tour (wisatawan perorangan), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh satu orang atau sepasang suami istri.

b. Family group tour (wisata keluarga), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan oleh serombongan keluarga yang masih mempunyai hubungan kekerabatan satu sama lain.

c. Group tour (wisata rombongan), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan bersama-sama dengan dipimpin oleh seorang yang bertanggung-jawab atas keselamatan dan kebutuhan seluruh anggotanya. Biasanya paling sedikit 10 orang.

b. Dari segi kepengaturannya, wisata dibedakan atas:

a. Pre-arranged tour (wisata berencana), yaitu suatu perjalanan wisata yang jauh hari sebelumnya telah diatur segala sesuatunya, baik transportasi, akomodasi maupun objek-objek yang akan dikunjungi. b. PackageTour (wisata paket atau paket wisata), yaitu suatu produk

perjalanan wisata yang dijual oleh suatu perusahaan biro perjalanan atau perusahaan transportasi.

c. Coach tour (wisata terpimpin), yaitu suatu paket perjalanan ekskursi yang dijual oleh biro perjalanan dengan dipimpin oleh seorang pemandu wisata dan merupakan perjalanan wisata dan merupakan

(11)

perjalanan wisata yang diselenggarakan secara rutin, dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan dengan rute perjalanan yang tertentu pula.

d. Special arranged tour (wisata khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang disusun secara khusus guna memenuhi permintaan seorang langganan atau lebih sesuai dengan kepentingannya.

e. Optional tour (wisata tambahan), yaitu suatu perjalanan wisata tambahan di luar pengaturan yang telah disusun dan diperjanjikan pelaksanaannya, yang dilakukan atas permintaan pelanggan.

c. Dari segi maksud dan tujuannya, wisata dibedakan atas:

a. Holiday tour (wisata liburan), yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna berlibur, bersenang-senang dan menghibur diri.

b. Familiarization tour (wisata pengenalan), yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan dan diikuti oleh anggotanya guna mengenal lebih lanjut bidang atau daerah yang mempunyai kaitan dengan pekerjaannya. c. Educational tour (wisata pendidikan), yaitu suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran, studi perbandingan ataupun pengetahuan mengenai bidang kerja yang dikunjunginya. d. Scientific tour (wisata pengetahuan), yaitu perjalanan wisata yang

tujuan pokoknya adalah untuk memperoleh pengetahuan atau pendidikan terhadap suatu pengetahuan.

(12)

e. Pileimage tour (wisata keagamaan), yaitu perjalanan wisata yang dimaksudkan guna melakukan ibadah keagamaan.

f. Special mission tour (wisata kunjungan khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang dilakukan dengan suatu maksud khusus.

g. Special programe tour (wisata program khusus), yaitu suatu perjalanan wisata yang dimaksudkan untuk mengisi kekosongan khusus.

h. Hunting tour (wisata perburuan), yaitu suatu kunjungan wisata yang dimaksudkan untuk menyelenggarakan perburuan binatang yang diijinkan oleh pengusaha setempat sebagai hiburan semata-mata.

d. Dari segi penyelenggaraannya, wisata dibedakan atas:

a. Excursion, yaitu suatu perjalanan wisata jarak pendek yang ditempuh kurang dari 24 jam guna mengunjungi satu atau lebih objek wisata. b. Safari tour, yaitu suatu perjalanan wisata yang diselenggarakan secara

khusus dengan perlengkapan maupun peralatan khusus pula yang tujuan maupun objeknya bukan merupakan objek kunjungan wisata pada umumnya.

c. Cruize tour, yaitu perjalanan wisata dengan menggunakan kapal pesiar mengunjungi objek-objek wisata bahari dan objek wisata di darat tetapi menggunakan kapal pesiar sebagai basis pemberangkatannya.

d. Youth tour (wisata remaja), yaitu kunjungan wisata yang penyelenggaraannya khusus diperuntukkan bagi para remaja menurut golongan umur yang ditetapkan oleh hukum negara masing-masing.

(13)

Marine tour (wisata bahari), yaitu suatu kunjungan ke objek wisata, khususnya

untuk menyaksikan keindahan lautan, wreck-diving (menyelam) dengan perlengkapan selam lengkap (Suwantoro, 1997: 14).

McIntosh mengklasifikasikan motif-motif wisata yang dapat diduga menjadi empat kelompok, yaitu :

1. Motif fisik, Yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah, seperti olah raga, istirahat, kesehatan dan sebagainya.

2. Motif budaya, Yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat, kebiasaannya, kebudayaan yang berupa bangunan, musik, tarian dan sebagainya.

3. Motif interpersonal, yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman tetangga, atau berkenalan dengan orang-orang tertentu, atau berjumpa atau sekedar dapat melihat tokoh-tokoh terkenal: penyanyi, penari, bintang film, tokoh-tokoh politik, dan sebagainya.

4. Motif status atau motif prestise. Banyak orang beranggapan bahwa rang pernah mengunjungi tempat-tempat lain itu dengan sendirinya melebihi sesamanya yang tidak pernah bepergian. Orang yang pernah bepergian kedaerah-daerah lain dianggap atau merasa dengan sendirinya naik gengsinya, naik statusnya. Dalam wisata aktif, motif prestise itu sangat penting untuk negara-negara berkembang atau negara-negara bekas jajahan. (Soekadijo, 1997 :37).

2.1.7 Jenis- jenis Objek, Daya Tarik Wisata dan Aktivitas Wisata

Secara garis besar daya tarik wisata diklasifikasikan kedalam tiga bagian: 1. Daya tarik alam

(14)

2. Daya tarik budaya

3. Daya tarik buatan manusia

Walaupun demikian ada yang membagi jenis objek dan daya tarik wisata ini kedalam dua kategori saja, yaitu:

1. Objek dan daya tarik wisata alam

2. Objek dan daya tarik wisata sosial budaya.

Wisata alam terdiri dari wisata pantai, wisata tirta/bahari, pegunungan, daerah liar dan terpencil, taman dan daerah konservasi, dan health resort sedangkan wisata sosial udaya terdiri dari peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monumen, museum dan fasilitas budaya lainya, pola kehidupan, desa wisata, wisata keagamaan, etnis dan nostalgia.

Atraksi-atraksi wisata dapat digolongkan dalam tiga bagian. Pertama, golongan atraksi alam meliputi iklim, pemandangan alam, pantai dan kawasan bahari, flora dan fauna, ciri lingkungan alam khusus, taman nasional serta wisata kesehatan. Kedua, golongan atraksi budaya meliputi monumen purbakala, sejarah dan budaya, pola budaya tertentu, seni, kerajinan dan arsitektur lokal, aktivitas ekonomi menarik, kota-kota menarik, festival budaya, serta keramahan penduduk. Ketiga, jenis atraksi khusus meliputi taman hiburan, berbelanja, MICE (Meetings, Insentives, conventions, exhbitions), kasino, rekreasi dan olah raga, serta peristiwa khusus. (Hadinoto, 1996 :71)

Aktivitas wisata suatu digerakkan oleh adanya atraksi wisata, terutama yang unik seperti: pantai, taman, bangunan bersejarah, topografi khas, ciri khas budaya, peristiwa lokal unik, dan lain-lain. Aktivitas wisata merupakan kegiatan

(15)

yang dapat menghasilkan devisa dan sering menyebabkan (banyak) dampak besar pada lingkungan dan pada cara hidup masyarakat setempat, berupa:

a. Aktivitas rekreasi biasa (menikmati pemandangan indah, singgah di tempat kerabat atau kawan).

b. Kunjungan pesta budaya, upacara rakyat. c. Belanja cenderamata.

d. Kunjungan kawasan alam.

e. Kunjungan situs sejarah purbakala. f. Kunjungan pada lembaga-lembaga khusus Menurut Lucman H, aktivitas wisata meliputi: 1. Jalan kaki (hiking),

2. Berakit (rafting), 3. Bersepeda (biking), 4. Menyelam (diving), 5. Berlayar (sailing), 6. Camping, dan 7. Panjat tebing

Faktor- faktor yang mempengaruhi aktivitas wisata:

a. Resensi Ekonomi, ketika harga minyak mentah meningkat, kegiatan dunia usaha menurun yang juga mempengaruhi aktivitas wisata.

b. Keamanan, baik selama dalam perjalanan maupun di daerah objek wisata.

(16)

c. Penyakit, sehingga wisatawan dapat membatalkan kepergiannya karena tidak ingin terjangkit penyakit (Kaslany, 1997: 39).

2.1.8 Produk Wisata

Pada umumnya yang dimaksud dengan produk adalah sesuatu yang dihasilkan melalui proses produksi. Jadi produk wisata merupakan rangkaian dari berbagai jasa yang terkait, yaitu jasa yang dihasilkan berbagai perusahan perusahaan, jasa masyarakat dan jasa alam.

a. Jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour, dan sebagainya.

b. Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain berbagai prasarana utilitas umum, kemudahan, keramahtamahan, adat-istiadat, seni budaya, dan sebagainya.

c. Jasa yang disediakan alam antara lain pemandangan alam, pegunungan, pantai, gua alam, taman laut, dan sebagainya (Suwantoro, 1997: 48).

Pada dasarnya ada tiga golongan pokok produk wisata yaitu: a. Objek wisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata.

b. Fasilitas yang diperlukan di tempat tujuan tersebut, seperti akomodasi,

catering, hiburan, dan rekreasi.

c. Transportasi (Yoeti, 1996: 13).

Jadi pada hakikatnya defenisi produk wisata adalah keseluruhan bentuk pelayanan yang dinikmati wisatawan semenjak ia meninggalkan tempat kediamannya,selama di daerah tempat wisata, hingga ia kembali ke tempat semula (Yoeti, 2006: 55). Ciri-ciri produk wisata adalah sebagai berikut:

(17)

a. Tidak dapat dipindahkan, karena dalam penjualannya tidak mungkin pelayanan itu sendiri dibawa kepada konsumen, sebaliknya konsumen (wisatawan) yang harus datang ke tempat produk dihasilkan.

b. Pada umumnya peranan perantara tidak dibutuhkan. c. Hasil atau produk tidak dapat ditimbun.

d. Hasil atau produk tidak mempunyai standar atau ukuran objektif. e. Permintaan terhadap hasil atau produk wisata tidak tetap.

f. Hasil atau produk wisata banyak tergantung dari tenaga manusia (Yoeti, 1996:18) 2.2. Kehidupan Sosial Ekonomi

Kondisi Sosial ekononomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, tingkat adalah suatu jenjang atau susunan yang berlapis-lapis. Sosial artinya adalah sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat sedangkan arti kata ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, distribusi dan pemakaian barang-barang serta kekayaan seperti hal keuangan, perindustrian dan perdagangan. Jadi dapat dikatakan bahwa ekonomi berhubungan dengan proses pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehari-hari (KBBI, 1996 : 220)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti segala sesuatu yang berkenaan dengan masyarakat (KBBI, 1990 : 855). Sedangkan dalam konsep sosiologis, manusia sering di sebut makhluk sosial yang artinya bahwa manusia tidak dapat hidup dengan wajar tanpa orang lain disekitarnya (Soekanto, 2007:76).

(18)

Istilah ekonomi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani “oikos” yang artinya rumah tangga dan “Nomos” yang artinya mengatur. Jadi secara harfiah, ekonomi berarti cara mengatur rumah tangga. Ini adalah pengertian yang paling sederhana. Namun, seiring dengan perkembangan dan perubahan masyarakat, maka pengertian ekonomi juga sudah lebih luas.

Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai suatu sistem yaitu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam suatu kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan manusia yang hidup dalam suatu pergaulan. Oleh karena itu kehidupan sosial pada dasarnya diandai dengan:

a. Adanya kehidupan bersama yang ukurannya minimal berjumlah dua orang atau lebih.

b. Manusia tersebut bergaul (berhubungan) dan hidup bersama dalam waktu yang cukup lama. Oleh karena mereka berhubungan dan bergaul cukup lama dan hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan pengorganisasian perilaku serta munculnya suatu perasaan sebagai kesatuan (kelompok).

c. Adanya kesadaran bahwa mereka sebagai kesatuan ( kelompok) d. Suatu kehidupan sistem bersama ( Soleman, 1986: 9)

Kehidupan sosial ekonomi adalah perilaku sosial dari masyarakat yang menyangkut interaksinya dan perilaku ekonomi dari masyarakat yang berhubungan dengan pendapatan dan pemanfaatannya. Bila berbicara tentang sosial ekonomi berarti juga membahas tentang kebutuhan dan bagaimana

(19)

seseorang berusaha memenuhi kebutuhan tersebut, dan pemanfaatan unsur kebutuhan dan pemenuhannya.

Berhubungan dengan kehidupan sosial ekonomi yang di dalamnya terdapat unsur kebutuhan dan pemenuhannya, Abraham Maslow mengelompokkan 5 tingkat kebutuhan manusia, yaitu :

1. Kebutuhan dasar fisiologis atau kebutuhan fisik ( Phisiological Needs ) yang diperlukan untuk mempertahankan hidup seperti kebutuhan akan makanan, istirahat, udara segar, vitamin, air dan sebagainya. Ini merupakan kebutuhan primer.

2. Kebutuhan untuk mencintai dan mencintai ( Love Needs ), merupakan dorongan atau keharusan baginya untuk mendapatkan tempat dalam satu kelompok dimana ia memperoleh kehangatan perasaan dan hubungan dengan masyarakat lain secara umum.

3. Kebutuhan akan harga diri ( Estem Needs ) menuntut pengalaman individu sebagai pribadi yang bernilai, sebagai manusia yang berarti dan memiliki martabat. Pemenuhan kebutuhan ini akan menimbulkan rasa percaya diri, menyadari kekuatan-kekuatannya, merasa dibutuhkan dan mempunyai arti bagi lingkungannya.

4. Kebutuhan akan rasa aman ( Safety Needs ) ditujukan oleh anak dengan pemenuhan kebutuhan secara pasti. Continue dan teratur. Anak mudah terganggu dalam situasi yang dirasakan sebagai situasi yang membahayakan, situasi yang kacau, tak menentu, ia mudah menarik diri dalam situasi asing baginya. Anak membutuhkan perlindungan yang memberi rasa aman.

(20)

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri ( Self Actualization ) yaitu memberikan dorongan kepada individu untuk mengembangkan atau mewujudkan seluruh potensi dalam dirinya. Dorongan ini merupakan dasar perjuangan setiap individu untuk merealisasikan dirinya, untuk menentukan dirinya atau identitasnya dan menjadi dirinya sendiri. Kebutuhan ini tumbuh secara wajar dalam diri setiap manusia. (Maslow, 1994 :43)

Kebutuhan-kebutuhan diatas yang harus dipenuhi oleh manusia demi kelangsungan hidupnya, mendorong manusia harus bekerja sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya. Demikianlah konsekuensi yang tidak dapat ditawar lagi. Manusia memang harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya, karena dengan demikian manusia akan mendapatkan hasil yang dapat digunakan demi kelangsungan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan di atas yang harus dipenuhi oleh manusia demi kelangsungan hidupnya, mendorong manusia untuk bekerja sebagai upaya pemenuhan kebutuhan hidupnya.

Prof. Otto Soemarwoto membagi kebutuhan pokok atau kebutuhan dasar atas 3 golongan, yaitu :

1. Kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup secara hayati yang sehat dan aman merupakan naluri yang paling hakiki bagi semua makhluk hidup. Golongan ini terdiri dari udara, air , pangan yang harus tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai serta perlindungan terhadap serangan penyakit, hewan buas dan sesama manusia. Kebutuhan ini sifatnya mutlak yaitu sama untuk semua orang menurut jenis kelamin, umur dan pekerjaan.

(21)

2. Kebutuhan dasar untuk kelangsungan hidup yang manusiawi, antara lain agama, pendidikan, perlindungan hukum, pakaian, rumah dan pekerjaan. Kebutuhan ini bersifat nisbi, dipengaruhi oleh minat sosial budaya dan berubah dari waktu ke waktu.

3. Kebutuhan dasar untuk memilih baik sebagai naluri untuk memelihara kelangsungan hidup hayatinya maupun kelangsungan hidup manusiawinya yang terungkap dalam kelakuan sosial budaya (Suyanto, 1995 : 6).

Kondisi sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan merupakan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat pemberian posisi ini disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi sipembawa status. (koentjaraningrat, 1997:35)

Menurut Krench, kehidupan sosial ekonomi seseorang atau keluarga diukur melalui pekerjaan, tingkat pendidikan, pendapatan. Sedangkan Werner memberikan ciri-ciri berupa pekerjaan, pendapatan, jenis rumah tinggal dan daerah tempat tinggal. Sementara itu menurut sugihen kondisi ekonomi dan sosial seseorang cenderung menjadi rujukan dalam penentuan statusnya dalam masyarakat. ukuran yang dipakai didasarkan pada salah satu atau kombinasi yang mencakup tingkat pendidikan, pendapatan, prestise atau kekuasaan. Menurut koentjaraningrat selain faktor pekerjaan, pendapatan, dan pendidikan, faktor lain yang sering diikutsertakan oleh beberapa ahli adalah perumahan, kesehatan, dan sosialisasi dalam lingkungan masyarakat (Mulyanto, 1986:160).

Dari pengertian di atas maka dapatlah dikatakan bahwa sosial ekonomi adalah sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan

(22)

masyarakat secara luas. Untuk melihatnya dapat dijadikan indikator seperti penghasilan, pendidikan, sandang, pangan, kesehatan dan sebagainya yang tentunya disesuaikan dengan keperluan suatu konsep penelitian yang dilakukan. Jadi, tingkat sosial ekonomi adalah adanya suatu jenjang yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

2.3. Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang baik (Isbandi, 1994:3). Secara yuridis konsepsional, pengertian kesejahteraan sosial termuat dalam UU No.11 Tahun 2009 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial, pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut: “Kesejahteraan Sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya”.

Walter A. Friedlander, mengutarakan bahwa konsep dan istilah kesejahteraan sosial dalam pengertian program yang ilmiah baru saja dikembangkan sehubungan dengan masalah sosial dari pada masyarakat kita yang industrial. Kemiskinan, kesehatan yang buruk, penderitaan dan disorganisasi sosial telah ada dalam sejarah kehidupan umat manusia, namun masyarakat yang industrial dari abad ke 19 dan 20 ini menghadapi begitu banyak masalah sosial sehingga lembaga-lembaga insani yang sama seperti keluarga, ketetanggaan, gereja, dan masyarakat setempat tidak mampu lagi mengatasinya secara memadai. Berikut ini beberapa defenisi yang menjelaskan arti kesejahteraan sosial, W.A Friedlander mendefenisikan: “Kesejahteraan sosial adalah sistem yang terorganisir dari usaha-usaha dan lembaga-lembaga sosial yang

(23)

ditujukan untuk membantu individu maupun kelompok dalam mencapai standar hidup dan kesehatan yang memuaskan serta untuk mencapai relasi perseorangan dan sosial yang dapat memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan-kemampuannya secara penuh untuk mempertinggi kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga dan masyarakat”(Muhaidin, 1984: 1-2).

2.3 Kerangka Pemikiran

Sejak berabad-abad lalu manusia mengadakan perjalanan, manusia berkunjung. Pada dasarnya manusia memiliki keinginan untuk dapat mengenal berbagai tempat. Bahkan setelah manusia berkelompok dan membentuk masyarakat, maka rasa ingin mengetahui, ingin mengadakan perjalanan, ingin mencari hal-hal aneh yang belum dikenal, menjadi semakin besar.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat, serta teknologi informasi, transportasi yang semakin berkembang memungkinkan masyarakat bisa melakukan kunjungan keberbagai objek atau tempat yang ingin dikenalnya. Mudahnya memperoleh berbagai informasi dan mobilitas masyarakat semakin meningkat, maka orang menyukai liburan mini berupa long weekends (akhir minggu panjang). Perjalanan makin jauh dan makin cepat serta keinginan untuk manusia berkunjung ketempat lain, untuk mendapatkan sesuatu yang lain, menyebabkan jumlah manusia yang mengembara (berwisata) semakin banyak. Hal ini menjadikan pariwisata menjadi bagian dari budaya masyarakat yang berkaitan dengan penggunaan waktu senggang/ leisure time yang dimiliki seseorang.

Pariwisata merupakan gejala sosial yang sangat kompleks yang tak terpisahkan dari aspek kehidupan sosial, psikologis, ekologis dan ekonomi

(24)

masyarakat. Hal ini disebabkan karena pariwisata memungkinkan adanya kontak antara orang-orang dari belahan dunia yang paling berjauhan, orang-orang dari berbagai bahasa, ras kepercayaan, paham politik dan tingkat perekonomian. Pariwisata dipandang sebagai sumberdaya ekonomi yang potensial dikarenakan sektor pariwisata memberikan manfaat seperti diversifikasi usaha masyarakat, memperluas kesempatan kerja, mempercepat peningkatan infrastruktur dan perkembangan pemukiman penduduk serta pengembangan wawasan sosial.

Berkembangnya pariwisata disuatu daerah akan membawa perubahan pada daerah tersebut. Suksesnya pengembangan pariwisata tidak perlu didasarkan pada meningkatnya jumlah wisatawan dan peningkatan penerimaan. Peningkatan penerimaan dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas lingkungan dan kualitas fasilitas serta pelayanan yang memungkinkan peningkatan harga jasa yang diberikan.

Tujuan wisatawan mengunjungi suatu daerah atau suatu kawasan wisata adalah untuk bersenang-senang serta mencari pengalaman yang menyenangkan. Sehingga bagi penyedia barang dan jasa wisata harus mampu memberikan penawaran atraksi wisata menarik, aksesibilitas yang mudah, serta berbagai hal yang mampu menambah kenyamanan para wisatawan. Atraksi wisata merupakan daya tarik utama wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Pengelola pariwisata perlu memperhatikan masalah keberadaan atraksi supaya wisatawan yang berkunjung kedaerah tersebut memperoleh kepuasan sebagaimana yang diharapkan pada saat berwisata didaerah itu.

(25)

Berbagai perjalanan ( aktivitas wisata) yang dilakukan oleh wisatawan lokal maupun mancanegara menyebabkan munculnya produk barang dan jasa pariwisata Dalam hal ini mereka membutuhkan pelayanan transportasi, akomodasi, catering, hiburan, dan pelayanan lainnya. Dalam penyediaan pelayanan yang dibutuhkan wisatawan, masyarakat setempat juga berperan. Hal ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan dan standar hidup mereka sehingga kontribusi dari aktivitas wisata berpengaruh terhadap peningkatan sosial ekonomi, khususnya yang berada di lingkungan pariwisata tersebut.

Wisata Lumban Silintong sangat banyak diminati oleh wisatawan lokal maupun mancanegara. Wisata ini diminati karena memiliki daya tarik alam seperti pesona alam yang indah, air yang jernih, bukit yang menjulang tinggi, pinggiran pantai yang bertanjung dan berteluk, Pantai berpasir dan landai. Daya tarik Wisata Lumban Silintong ini sangat sesuai dengan aktivitas wisata seperti berenang dengan air yang jernih, sepeda air, menikmati pemandangan yang indah dari bukit yang menjulang tinggi sehingga tampak keindahan danau toba, melakukan

camping dibukit yang berada di pinggiran Danau Toba. Adapun jasa pelayanan

yang mendukung aktivitas wisata yaitu berupa jasa angkutan, penginapan, pelayanan makan minum, jasa tour, berbagai prasarana utilitas umum dan keramahtamahan.

(26)

Wisata Lumban Silintong merupakan daerah yang memiliki daya tarik wisata yang sangat menarik. Sejarah wisata Lumban Silintong berasal dari kunjungan-kunjungan masyarakat sekitar untuk melihat keindahan pantai yang ada disana. Oleh karena kunjungan yang semakin ramai sehingga masyarakat setempat mulai membuka usaha-usaha pariwisata untuk menyediakan kebutuhan para wisatawan

Meningkatnya aktivitas wisata membuat masyarakat terlibat seperti dalam penyediaan kebutuhan wisatawan seperti pelayanan transportasi, akomodasi,

catering, hiburan, dan pelayanan lainnya. Sehingga masyarakat menjadikan hal ini

sebagai pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Sektor pariwisata ini tentu memberikan kontribusi pada tingkat pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan serta tingkat kesehatan masyarakat setempat.

(27)

Gambar 2.3 Bagan Alur Pikir

Aktivitas Wisata

Usaha –Usaha Pariwisata

• Kunjungan Kawasan Alam • Kunjungan Situs Sejarah

Purbakala

• Belanja Cendramata • Menikmati Pemandangan • Aktivitas Rekreasi biasa

• Pekerjaan • Pendidikan • Pendapatan • Kesehatan

• Hubungan sosial masyarakat

Kontribusi Sosial Ekonomi

• Akomodasi • Transportasi • Jasa Perjalanan • Jasa Makanan • Fasilitas Rekreasi • Budaya/hiburan Atraksi Wisata • Atraksi Wisata Alam • Atraksi wisata Budaya • Atraksi Khusus

(28)

2.4 Defenisi Konsep

Konsep merupakan suatu abstraksi mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atau dasar generalisasi dari sejumlah kejadian, keadaan, kelompok atau individu tertentu (Singarimbun, 1989:34).

Adapun yang menjadi konsep dalam penelitian ini adalah:

a. Kontribusi adalah sumbangan yang diberikan sektor wisata di objek wisata Lumban Silintong dalam membantu tingkat kehidupan sosial ekonomi masyarakat setempat.

b. Sektor Wisata adalah lingkungan usaha yang dilakukan untuk mendukung kegiatan wisata di objek wisata Lumban Silintong.

c. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata seperti jasa angkutan, akomodasi, makan/minum, souvenir shop, pemandu dan lainnya.

d. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat dalam suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam struktur sosial masyarakat.

e. Atraksi wisata adalah daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata lumban silintong.

2.5 Defenisi Operasional

Operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel (Singarimbun, 1989: 49). Bertujuan untuk memudahkan penulis dalam melaksanakan penelitian.

(29)

Dalam penelitian ini yang menjadi defenisi operasional adalah: 1. Aktivitas ekonomi masyarakat pada sektor pariwisata:

a. Penginapan b. Rumah makan c. Pemandu wisata d. Dagang souvenir,

e. Penyedia/sewa sarana penunjang.

2. Kontribusi pariwisata terhadap sosial ekonomi masyarakat: a. Pendapatan b. Pendidikan c. Perumahan d. Kesempatan menabung. e. Kesehatan f. Pekerjaan

Gambar

Gambar 2.1 Sistem Pariwisata  Lingkungan
Gambar 2.3  Bagan Alur Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil temuan dan pengolahan data maka diperoleh hasil bahwa SKH Kedaulatan Rakyat sudah menerapkan lima dari sembilan elemen jurnalisme yaitu kewajiban

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

“Sosialisasi perpajakan adalah upaya yang dilakukan oleh Dirjen Pajak untuk memberikan sebuah pengetahuan kepada masyarakat dan khususnya wajib pajak agar mengetahui

Pengukuran antropometri adalah pengukuran yang dilakukan untuk mengetahui ukuran- ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti timbangan dan pita

[r]

Gambaran umum dari purwarupa robot lengan pemilah objek berdasarkan label tulisan secara realtime, adalah robot lengan digunakan untuk mengidentifikasi suatu objek

Dalam temuan Harun Yahya, seandainya teori evolusi Darwin tidak muncul, mereka telah menyiapkan tokoh lainnya seperti Alfred Russell Wallace guna mendukung paham

Untuk mewujudkan visi tersebut, Deputi Bidang Operasi SAR mempunyai misi yaitu “Merumuskan kebijakan dalam rangka penyelenggaraan kegiatan operasi SAR yang efisien dan