• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 2 SAWAHAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 MELALUI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 2 SAWAHAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 MELALUI STRATEGI COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

189

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 2 SAWAHAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 MELALUI STRATEGI

COOPERATIVE LEARNING TEKNIK JIGSAW

Oleh: Suwarto

SDN 2 Sawahan Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek

Abstrak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuai apakah penggunaan strategi

Cooperative Learning Teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar IPA pada siswa kelas VI

SD Negeri 2 Sawahan Tahun Pelajaran 2014/2015. Sasaran Penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN 2 Sawahan Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek dengan jumlah siswa 22. Data yang diperoleh berasal dari ulangan formatif dan hasil kegiatan setiap siklus. Dari hasil analisa data didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan, hal ini terlihat dari rata-rata kelas, dimana untuk siklus 1 adalah 66,90 ( Nilai siswa diatas 65 = 63,63% ) sedangkan untuk siklus 2 adalah sebesar 77,18 ( Nilai siswa diatas 65 = 90,90% ). Jadi berdasarkan data dan analisisnya maka ada peningkatan yang bermakna.

Kata kunci: Prestasi belajar IPA dan strategi pembelajaran Cooperative Learning Tehnik Jigsaw.

Pada era globalisasi hanya bangsa-bangsa yang berkualitas tinggi yang mampu ber-saing atau berkompetensi di pasar bebas. De-ngan demikian kualitas sumber daya manusia sudah merupakan atau keharusan bagi bangsa Indonesia. Bidang pendidikan memegang peranan yang sangat strategis karena merupakan salah satu wahana untuk men-ciptakan kualitas sumber daya menusia, oleh karena itu sudah semestinya kalau pem-bangunan sektor pandidikan menjadi prio-ritas utama yang harus dilakukan pemerintah.

Salah satu indikator pandidikan ber-kualitas adalah perolehan nilai hasil belajar siswa. Nilai hasil belajar siswa dapat lebih ditingkatkan apabila pembelajaran berlang-sung secara efektif dan efisien dengan ditun-jang oleh tersedianya sarana dan prasarana pendukung serta kecakapan guru dalam pengolahan kelas dan penguasaan materi cukup memadai. Menurut Zainal Arifin (2000: 4) “Implementasi cooperatife“, tugas guru dalam pembelajaran bukan hanya

memindahkan informasi pengetahuan dari buku atau dari guru kepada siswa didik dan tugas siswa hanya menerima, menghafal informasi tersebut. Proses belajar mengajar perlu diupayakan agar lebih menarik agar lebih menarik dan berkesan dalam benak para siswa. Menurut Slameto (1988) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motifasi dan cara belajar. Faktor ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah, yang mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru siswa, sarana, dan sebagainya.

Penggunaan metode mengajar de-ngan sebagian besar dilakukan guru dalam mengedepankan peran guru. Hal ini me-nyebabkan anak kurang berperan hingga nilai yang diraihpun kurang dari yang diharapkan. Metode mangajar adalah salah satu cara yang

(2)

digunakan didalam mengajar. Metode mengajar harus tepat, efisien dan efektif sehingga siswa dapat menerima, mamahami, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran. Dalam mengajar (Winkel, 1989), beberapa kepribadian guru yang berperan adalah: (1) Penghayatan nilai-nilai kehidupan; (b) Motifasi kerja; (c) Sifat dan sikap

Banyak metode mengajar yang dapat diterapkan dalam proses belajar mengajar, salah satu antaranya Cooperative Learning. Metode Davidson dan Worshain (1992), yang dimaksud cooperative learning adalah model pembelajaran yang sistematis dengan mengelompokan siswa untuk tujuan mencip-takan pendekatan pembelajaran yang efektif yang mengitegrasikan ketrampilan siswa. Dengan pendekatan Cooperative Learning diharapkan anak dapat menggali dan mene-mukan pokok Materi secara bersama-sama dalam kelompok atau secara individu. Se-hingga akhirnya merasa senang dan materi yang dipelajari melekat dalam benaknya karena didapatkan dari pengalamannya sendiri.

Disamping itu banyak keluhan dari para guru karena beban kurikulum bagi siswa terlalu berat dibanding dengan waktu yang ada, sehingga kualitas hasil belajar tidak memadai. Oleh sebab itu penerapan pendekatan Coopertive learning Tehnik Jig-saw diharapkan mampu mengatasi keter-batasan waktu tersebut. Guru tidak lagi harus maraton menjelaskan materi pelajaran kepada siswa, namun siswa akan belajar aktif dan mandiri sesuai dengan kemampuan dan potensi yang dimiliki dengan arahan dan bimbingan guru.

Ada berbagai cara untuk meningkat-kan mutu pendidimeningkat-kan, antara lain: melalui peningkatan kualifikasi pendidik dan tenaga

kependidikan lainnya, pelatihan dan pendidi-kan, atau dengan memberikan kesempatan untuk menyelesaikan masalah-masalah pem-belajaran dan non pempem-belajaran secara profe-sional lewat penelitian tindakan secara terkendali. Upaya peningkatan kualitas pen-didik dan tenaga kepenpen-didikan lainnya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang di-hadapi saat menjalankan tugasnya akan memberi dampak positif ganda. Pertama, kemampuan dalam menyelesaikan masalah pendidikan yang nyata akan semakin nyata. Kedua, penyelesaian masalah pandidikan dan pembelajaran melalui sebuah investigasi terkendali akan dapat meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil belajar. Dan ketiga, peningkatan kedua kemampuan tadi akan bermuara pada peningkatan profesio-nalisme pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.

Untuk mewujudkan tujuan pendidi-kan perlu adanya upaya-upaya dalam penye-lenggaraan pendidikan, seperti peningkatan interaksi timbal balik antara siswa dan guru, ataupun antara siswa dengan siswa lainnya. Interaksi timbal balik tersebut dapat meru-pakan perlakuan khusus pada saat proses belajar mengajar berlangsung atau pemberi-an Metode Cooperative Learning (Jigsaw) terhadap hasil yang dicapai siswa. Yang dimaksud dengan interaksi timbal balik guru murid adalah respon langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar dari guru ke siswa atau dari siswa ke guru.

Guru hendaknya menggunakan ber-bagai variasi dalam proses belajar mengajar, satu proses yang monoton saja akan tidak cukup, siswa akan menjadi pasif, sehingga keberanian tidak berkembang. Menurut Wasty Soemanto (1990:99) “belajar adalah proses sedemikian hingga tingkah laku di

(3)

191

timbulkan atau diubah melalui praktek, latih-an atau pengalamlatih-an”. Dalam belajar blatih-anyak sekali faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi belajar, menurut Wasty Soemarno (1989) dapat digolongkan menjadi tiga faktor: (1) Faktor-faktor stimulasi belajar, terdiri dari Panjangnya bahan pela-jaran, Kesulitan bahan pelapela-jaran, Beratnya bahan pelajaran, Berat ringannya tugas, Suasana lingkungan eksternal. (2) Fakor-faktor metode balajar, terdiri dari Kegiatan melatih dan praktek, Resitasi selama belajar, Pengenalan hasil belajar, Bimbingan dalam belajar. (3) Faktor-faktor individual, terdiri dari Kematangan, Minat, Bakat, Kesiapan, Faktor usia kronologis, Faktor perbedaan jenis kelamin, Pengalaman sebelumnya, Kondisi dan kesehatan jasmani, Kondisi kesehatan rohani, Motifasi.

Adakalanya guru menempatkan diri berpendamping dengan siswa sebagai senior yang selalu siap menjadi nara sumber atau konsultan (Laurence, 1976 dalam Tabrani, Dkk, 1994:181). Hal ini merupakan variasi dalam proses membuat suasana kelas & kre-atifitas mereka kewajiban seorang guru dan pembina pendidik lainnya. Program ini dapat dilaksanakan secara berencana atau sewaktu-waktu disesuaikan dengan kebutuhan.

Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Teknik Jigsaw dalam IPA, yaitu: (1) Mem-bentuk kelompok heterogen yang berang-gotakan 4-5 orang; (2) Masing-masing ke-lompok mengirimkan satu orang wakil me-reka untuk membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli; (3) Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut; (4) Setelah me-mahami materi, kelompok ahli menyebar dan

kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya; (5) Guru memberikan tes indi-vidual pada akhir pembelajaran tentang materi yang telah didiskusikan.

Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengupayakan: (1) Meningkatkan ku-alitas pembelajaran dilihat dari segi dimensi guru dan siswa; (2) Peningkatan profesio-nalitas guru dalam belajar IPA; (3) Meng-enalkan dan menerapkan cara-cara baru da-lam belajar IPA; (4) Memecahkan masalah-masalah pembelajaran IPA di Sokolah Dasar. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA pada siswa kelas VI SD Negeri 2 Sawahan Tahun Pelajaran 2014/2015 melalui strategi cooperative learning Teknik Jigsaw.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di SDN 2 Sawahan Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Subyek penelitian adalah siswa kelas VI. Sejumlah 22 siswa. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK-Clasroom bused action rese-arch). Dalam penelitian ini guru sekaligus bertindak sebagai peneliti. Model rancangan penelitian ini mengacu pada model yang dikemukakan oleh Kemmis dan Tagert (1998) dengan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (1) Tahap penyusunan rencana tindakan; (2) Tahap pelaksanaan tindakan; (3) Tahap observasi; dan (4) Tahap refleksi.

Penyusunan rencana tindakan

Pada tahap penyusunan rencana tin-dakan ini, guru mula-mula mengidentifikasi konsep- konsep tentang pentingnya peng-gunaan dan penghematan energi listrik. Cara

(4)

yang ditempuh untuk tahap ini adalah me-meriksa kembali rata-rata ulangan harian, jurnal guru, GBPP, serta materi pelajaran berdasarkan kurikulum 2006. Sebagai imple-mentasi tindakan dipilih konsep peng-gunaan dan penghematan energi listrik.

Setelah konsep-konsep teridentifikasi dari GBPP, maka akan disusun rencana pembelajaran.Sebagai latar pembelajaran a-kan digunaa-kan LKS yang dimodifikasi oleh guru. Pada akhir pelajaran, masing-masing kelompok siswa diberi tugas merangkum konsep penggunaan dan penghematan energi listrik, sebagai hasil diskusi kelompok me-reka.

Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan dimulai dengan menunjukkan gambar-gambar. Sebagai alat belajar digunakan LKS. Pembelajaran di-lakukan di kelas seperti biasa.Tahap ini ada-lah merupakan tahap introduksi.Tahap berikutnya siswa dibagi dalam kelompok-kelompok dan saling berdiskusi untuk mene-mukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diberikan.

Tahap Observasi

Tahap ini dilakukan bersamaan de-ngan tahap pelaksanaan tindakan (action), selama proses pembelajaran berlangsung di-lakukan observasi untuk memperoleh bahan bagi pemyusunan refleksi. Fokus observasi dilakukan terhadap pelaksanaan eksplorasi, situasi diskusi. Umpan balik dari siswa berupa kuisioner yang berisi pertanyaan ten-tang respon mereka terhadap kegiatan yang berlangsung.

Tahap refleksi

Kegiatan refleksi diawali dengan me-meriksa catatan hasil observsi peme-meriksaan dilakukan oleh guru. Kesan guru terhadap aktivitas siswa maupun respon siswa dicatat untuk di analisa. Hasil pemeriksaan dikaji dan dievaluasi kemudian di rumuskan sebagai refleksi dari pembelajaran siklus satu.

Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi selama pembelajaran berlang-sung setiap siklus. Data hasil observasi dica-tat dalam cadica-tatan bebas atau dalam format khusus yang disetujui bersama. Kesan guru mengenai pengalaman pembelajaran siswa-nya dengan menggunakan strategi cooper-ative learning Teknik Jigsaw dicatat dalam catatan tersendiri. Dari dimensi siswa ada dua data yang dikumpulkkan, yaitu data ten-tang respon siswa terhadap model cooper-ative learning Teknik Jigsaw yang diterap-kan, serta hasil nilai test siswa sebagai indikator keberhasilan metode pembelajaran yang diterapkan.

Analisis data

Data hasil observasi pembelajaran dianalisis bersama-sama, kemudian ditafsir-kan berdasarditafsir-kan kajian pustaka dan pengala-man guru. Hasil belajar siswa di analisis ber-dasarkan ketuntasan belajar siswa, yaitu 80% siswa sudah mencapai 65% taraf penguasaan kosep-konsep yang diberikan.

Untuk mengetahui presentase subyek yang mencapai ketuntasan belajar digunakan rumus:

(a) Menentukan ketercapaian siswa KB = B

St x 100 % Keterangan :

KB = Ketuntasan belajar

(5)

193

St = Skor teoritis / Jumlah skor Maksimal

(b) Menentukan rata-rata kelas

Skor = Jumlah Nilai Siswa Jumlah Siswa dalam Kelas

(c) Mengetahui hasil ketercapaian kelas KB = Jumlah Nilai Siswa Yang Tuntas

Jumlah Seluruh Siswa X 100%

(d) Mengetahui penilaian proses

FORMAT PENILAIAN PROSES TABEL SEBAGAI BERIKUT

No Nama Keak Aspek Yang Dinilai Skor Nilai

tifan Berpendapat Keberanian Sama Kerja Menghargai Pendapat

(e) Pedoman Penilaian Proses

Keaktifan

Nilai 1: jika siswa tidak aktif

Nilai 2: jika siswa aktif namun tidak dominan Nilai 3: jika siswa aktif dan dominan

Keberanian Berpendapat

Nilai 1: jika siswa hanya diam dan tida berpandapat

Nilai 2: jika siswa berani berpendapat namun kurang sesuai dengan materi Nilai 3: jika siswa berpandapat sesuai dengan materi

Kerja Sama

Nilai 1: jika siswa tidak 193ias bekerjasama Nilai 2: jika siswa 193ias bekerja sama namn pasif Nilai 3: jika siswa bekerjasama secara aktif

Menghargai Pendapat

Nilai 1: jika siswa tidak menghargai pendapat orang lain Nilai 2: jika siswa kurang menghargai pendapat orang lain Nilai 3: jika siswa sangat menghargai oang lain

skor perolehan

Nilai= x 100 = . . . skor maksimal

(6)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian

Sebelum mengadakan penelitian, neliti memberikan tes awal. Tes awal pe-nelitian diberikan kepada siswa kelas VI SDN 2 Sawahan Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Dari hasil tes awal penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesu-litan dalam pembelajaran IPA terutama pada pokok bahasan Penggunaan dan Peng-hematan Energi Listrik. Hal ini tampak bahwa nilai rata-rata siswa adalah 59,54 dengan nilai terendah 45 dan nilai tertinggi 70. Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas ≥ 65 ada 7 siswa, yang berarti 38,81% dari sejumlah 22 siswa memiliki nilai dibawah taraf penguasaan konsep yang diberikan. Berdasarkan nilai yang dihasilkan oleh siswa pada waktu pra siklus peneliti merencanakan bahwa penelitian ini akan dilaksanakan dalam 2 siklus, pada masing-masing siklus di kemukakan hasil penelitian mengenai pelaksanaan strategi Cooperative learning Teknik Jigsaw, dalam proses pambelajaran untuk pokok bahasan Penggunaan Dan Penghematan Energi Listrik.

Siklus 1

Dalam pembelajaran siklus 1, kon-sep-konsep yang teridentifikasi, dianalisa dan dikembangkan. Pemahaman K.D tentang penggunaan dan penghematan energi listrik menurut siswa. Ada beberapa hal untuk dicari jawaban dan didiskusikan dengan anggota kelompok, yaitu: (a) Penggunaan energi listrik; (b) Pentingnya penghematan energi listrik. Pada tahap pembelajaran, siswa diminta melakukan Cooperative learning dan menjawab

pertanyaan-pertanyaan. Setiap kelompok di beri tugas yang berbeda-beda untuk didiskusikan dalam kelompoknya, kemudian diminta untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Langkah-langkah dalam strategi ini adalah (1) Guru membagi siswa untuk ber-pasangan; (2) Guru membagikan materi tiap siswa untuk di baca dan membuat ringkasan; (3) Guru dan siswa menetapkan tentang siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan berperan sebagai pendengar; (4) Pembicara membicarakan ringkasannya se-lengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya; (5) Bertukar peran, mula-mula sebagai pembicara, ditukar menjadi pendengar, dan sebaliknya; (6) Guru menyimpulkan dan menutup kegiatan.

Untuk mendukung keberhasilan di atas maka guru membuat skenario pem-belajaran dengan alokasi waktu sebagai be-rikut: (1) Kegiatan pedahuluan 10 menit; (2) Kegiatan diskusi 20 menit; (3) Presentasi 50 menit; (4) Penegasan dan kesimpulan guru dengan siswa 10 menit (guru menegaskan materi pokok dan menjawab pertanyaan yang belum terjawab dalam dikusi siswa).

Pada siklus ini guru sudah dapat me-ngurangi interfensinya terhadap kegiatan sis-wa, apabila ada pertanyaan dari siswa guru

berusaha menampung dan

mengem-balikannya kepada siswa. Aspek yang di kembangkan bukan hanya ingatan tetapi lebih mengarah pada aspek penalaran. Hasil siklus 1 sudah menunjukan peningkatan wa-laupun belum maksimal /berarti seperti tam-pak pada lampiran.

Dalam siklus 1 ini, berdasarkan ca-tatan peneliti, kerjasama siswa sudah ber-jalan, masing-masing pasangan sudah dapat

(7)

195

bekerjasama sekalipun masih ada yang me-merlukan bimbingan, pada saat anggota kelompok bertukar peran mereka belum da-pat melakukannya dengan baik, sebagaimana yang di harapkan. Pada saat presentasi pun siswa sedikit banyak sudah mampu me-mahami tentang K.D yang di ajarkan. Nilai rata-rata siswa adalah 65,90 dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 80. Jumlah siswa yang mendapat nilai diatas ≥ 65 ada 14 siswa, yang berarti 63,63% dari sejumlah 22 siswa memiliki nilai di atas taraf penguasaan konsep yang diberikan.

Siklus 2

Dalam pembelajaran siklus 2, kon-sep-konsep yang teridentifikasi, dikembang-kan lebih lanjut. Pemahaman tentang K.D ini masih mencakup tentang penggunaan & penghematan energi listrik menurut siswa.

Ada beberapa hal yang di minta untuk dicari jawaban dan didiskusikan dengan ang-gota kelompok, yaitu: (a) Penggunaan energi listrik; (b) Pentingnya penghematan energi listrik. Pada tahap pembelajaran, siswa tetap diminta saling melakukan Cooperative learning dan menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas. Setiap kelompok di beri tugas yang berbeda-beda untuk didis-kusikan dalam kelompoknya, kemudian di-minta untuk mempresentasikan hasil diskusi-nya di depan kelas.

Langkah-langkah dalam strategi ini adalah (1) Guru membagi siswa untuk berpa-sangan; (2) Guru membagikan materi tiap siswa untuk di baca dan membuat ringkasan; (3) Guru dan siswa menetapkan tentang siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan berperan sebagai pendengar; (4) Pembicara membicarakan ringkasannya se-lengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasanya; (5) Bertukar

peran, mula-mula sebagai pembicara, ditukar menjadi pendengar, dan sebaliknya; (6) Guru menyimpulkan dan menutup kegiatan.

Untuk mendukung keberhasilan di atas maka guru membuat skenario pembela-jaran dengan alokasi waktu sebagai berikut: (1) Kegiatan pedahuluan 10 menit; (2) Kegiatan diskusi 20 menit; (3) Presentasi 50 menit; (4) Penegasan dan kesimpulan guru dengan siswa 10 menit (guru menegaskan materi pokok dan menjawab pertanyaan yang belum terjawab dalam dikusi siswa).

Pada siklus ini guru sudah mampu mengurangi interfensinya terhadap kegiatan siswa, apabila ada pertanyaan dari siswa guru berusaha menampung dan mengembali-kannya kepada siswa. Aspek yang di kembangkan bukan hanya ingatan tetapi le-bih mengarah pada aspek penalaran. Hasil siklus 2 menunjukan peningkatan yang ber-arti seperti tampak pada lampiran.

Dalam siklus kedua ini, berdasarkan catatan peneliti, kerjasama siswa sudah ber-jalan dengan baik, masing-masing pasangan sudah dapat bekerjasama, pada saat anggota kelompok bertukar peran mereka juga dapat melakukan dengan baik, sebagaimana yang di harapkan. Pada saat presentasi pun siswa sudah betul-betul memahami tentang K.D yang di ajarkan. Dapat dilihat bahwa nilai rata-rata siswa adalah 77,18 dengan nilai ter-endah 60 dan nilai tertinggi 95. Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas ≥ 65 ada 20 siswa, yang berarti 90,90% dari sejumlah 22 siswa memiliki nilai diatas taraf penguasaan konsep yang diberikan.

Dari siklus 2 ini dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran telah berhasil mencapai apa yang sudah di targetkan. Sehingga secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran sudah memenuhi apa yang di harapkan, yaitu adanya

(8)

peningkatan kualitas pembelajaran yang ditunjukkan dengan peningkatan kualitas prestasi siswa secara menyeluruh.

Pembahasan

K.D penggunaan dan penghematan energi listrik, adalah materi yang diberikan untuk siswa kelas VI pada semester I, melihat dari tujuan kompetensi dasar yang diharapkan adalah: (a) Siswa mengetahui berbagai penggunaan energi listrik dalam kehidupan sehari-hari; (b) Siswa dapat mengetahui cara penghematan energi listrik dalam kehidupan.

Ditinjau dari hasil belajar yang di-tunjukkan oleh nilai tes pada siklus 1 dan siklus 2, maka dikatakan bahwa proses pembelajaran ini sudah berhasil. Kekurangan yang terdapat pada siklus 1, sudah di perbaiki pada siklus 2, sehingga pada saat observasi dan refleksi pada siklus 2 sudah di peroleh gambaran yang menunjukkan peningkatan kualitas belajar siswa.

Hasil penelitian ini juga menujukan bahwa kualitas belajar siswa dapat diting-katkan dengan diberikan perlakuan-perlaku-an tertentu yperlakuan-perlaku-ang sesuai dengperlakuan-perlaku-an K.D yperlakuan-perlaku-ang harus di pelajari siswa. Hal ini juga di pe-ngaruhi oleh gairah belajar yang dimiliki, karena model pembelajaran yang monoton saja akan membuat siswa bosan dan me-ngangap proses pembelajaran bukanlah suatu hal yang menarik. Kegirahan belajar siswa juga ditunjukkan dengan partisipasi mereka yang meningkat selama diskusi belangsung atau pun juga kesiapan pada saat mereka harus saling bertukar peran.

Siswa yang memiliki kekurangan ju-ga dapat belajar pada temannya, ini adalah suatu hal yang menguntungkan, karena dengan keberanian untuk mengungkapkan apa yang mereka ketahui, akan dapat di ketahui pula hal-hal yang belum diketahui

dari tingkat pemahaman mereka, sehingga hal ini memungkinkan adanya penambahan-penambahan/perbaikan-perbaikan yang da-pat diperoleh melalui strategi ini.

Indikator yang jelas terbaca dari penelitian tindakan kelas ini adalah mening-katnya nilai rata-rata kelas, tingkat pema-haman siswa, serta nilai tertinggi dan teren-dah yang berhasil dicapai oleh siswa.

PENUTUP Kesimpulan

Hasil penelitian terhadap 22 siswa kelas VI SDN 2 Sawahan Kabupaten Treng-galek menunjukan bahwa pemberian metode Cooperative Learning Teknik Jigsaw dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai kelas, dimana untuk siklus 1 adalah 66.90 sedangkan untuk siklus 2 adalah sebesar 77,18. Begitu juga dalam hal nilai tertinggi dan terendah pada siklus I nilai tertinggi 80 nilai terendah 60 sedangkan pada siklus 2 nilai tertinggi 95 nilai terendah 60, serta tingkat pemahaman siswa dimana pada siklus I = 63,63 % sedangkan pada siklus 2 = 90,90 %. Berdasarkan data dan analisisnya maka ada peningkatan yang bermakna dalam prestasi belajar IPA pada kelas eksperimen, Jika terdapat metode Cooperative Learning Teknik Jigsaw. Hal ini disebabkan karena siswa dituntut belajar lebih keras, dan dapat mengetahui kelemahan pemahamannya serta mendapatkan perbaik-an dari temperbaik-annya.

Saran

Penelitian ini sebaiknya dilakukan secara terus menerus minimal selama satu semester sehingga dapat diketahui apakah

(9)

197

Metode Cooperative Learning Teknik Jig-saw dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran lebih menyeluruh.

DAFTAR RUJUKAN

Arikunto, Suharsimi. 1988. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bina Aksara. Nasution, S. 1987. Berbagai Pendekatan

Dalam Proses Belajar Menajar. Bina Aksara.

Slameto. 1988. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Bina Aksara

Tabrani, Dkk. 1994. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya.

Winkel. 1989. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

Zainal Arifin. 2000. Evaluasi instruktural. Jakarta: Gramedia.

Referensi

Dokumen terkait

IMPLEMENTASI BUSINESS PROCESS RE-ENGINEERING (BPR) DALAM RANGKA MENINGKATKAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK PADA KANTOR PELAYANAN PERBENDAHARAAN NEGARA (KPPN) KOTA MALANG..

Dalam hal ini, Syeikh Daud membincangkan tentang hukum berniat sebagai imam bagi orang yang mengimamkan solat Jumaat, hukum jika salah seorang daripada ahli kariah

Siklus 2 dilaksanakan untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2. Pada pembelajaran siklus 2 hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari 7 siswa

(2013) menyatakan bahwa penggunaan suhu pemanasan yang tinggi serta waktu hidrolisis yang semakin lama dapat mendukung terjadinya proses pemutusan ikatan glikosidik

Disamping laser scanner terbukti memiliki keutungan dalam aplikasi tertentu, namun dalam kondisi lain bisa lebih cocok menggunakan digital imager atau kombinasi

6. Bogor via e-mail untuk menutup kegiatan usaha “CV. Harapan Utama Indah”. Sampai sekarang belum ada tindak lanjutnya. Demikian surat ini dibuat dan kami harap segera

Misalkan pegawai berusaha untuk berperilaku etis, disonansi akan timbul bila pegawai- pegawai tersebut kurang mendapat dorongan dari manajer untuk berperilaku etis, karena iklim

Konselor menetapkan jenis bantuan berdasarkan diagnosa, yaitu berupa bimbingan konseling Islam dengan menggunakan terapi rasional emotif, karena melihat kasus yang