• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Di era reformasi yang berdampak perubahan dalam undang-undang pajak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Di era reformasi yang berdampak perubahan dalam undang-undang pajak"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Di era reformasi yang berdampak perubahan dalam undang-undang pajak daerah, tahun 2000 diberlakukan perubahan pertama dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000. Mengingat pajak daerah dan pajak pusat merupakan suatu sistem perpajakan (yang pada dasarnya) sebagai kewajiban yang dipikul oleh masyarakat, maka perlu dijaga agar beban tersebut dapat memberikan keadilan dan diharapkan adanya perubahan yang saling melengkapi peraturan antara pajak pusat dan pajak daerah.

Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah adalah salah satu landasan yuridis bagi pembangunan otonomi daerah di Indonesia. Dalam Undang-Undang ini disebutkan bahwa pengembangan otonomi pada daerah diselenggarakan dengan memperhatikan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah. Undang-Undang ini memberikan otonomi secara utuh pada daerah untuk membentuk dan melaksanakan kebijakan menurut prakarsa dan aspirasi masyarakat.

Pada tahun 2008, 18 kota di Jawa Barat berhasil mencapai target pajak bumi dan bangunan (PBB). Sementara itu 8 kabupaten/kota lainnya, belum mampu memenuhi target yang ditetapkan. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan

(2)

menegaskan, berdasarkan data hasil evaluasi pelaksanaan pemungutan PBB sektor pedesaan dan perkotaan tahun 2008 di seluruh kabupaten/kota se-Jabar, hasil yang dicapai masih di bawah target yang ditetapkan, yakni Rp 999,389 miliar atau 88,24% dari rencana penerimaan yang ditetapkan Rp 1,125 triliun. Kondisi serupa juga terlihat pada realisasi penerimaan PBB sektor APBN secara keseluruhan, yaitu sektor pedesaan, perkotaan, perkebunan, perhuhutanan, dan pertambangan, dengan nilai Rp 2,221 triliun atau 97,89% dari rencana penerimaan APBN sekitar Rp 2,269 triliun.

Kendati demikian, penerimaan dana bagi hasil pajak, terutama yang bersumber dari dana bagi hasil PBB di Jawa Barat, setiap tahun melampaui target penerimaan, tahun 2008, tercatat realisasi penerimaan dana bagi hasil PBB provinsi Jawa Barat 2008 sebesar Rp 351,223 triliun atau 112,41% dari target penerimaan sebesar Rp 312,449 triliun. Menurut Heryawan, di sisi lain pos dana perimbangan turut memberikan kontribusi Rp 1,903 triliun atau 30,05% serta penerimaan lain-lain pendapatan yang sah Rp 98,168 miliar atau 1,55% dari total realisasi APBD Jawa Barat. Pencapaian tersebut membuktikan, tingkat kemandirian fiskal Jawa Barat sudah termasuk dalam kategori cukup mampu.

Setiap pemerintah kabupaten/kota diberi target PBB berbeda-beda, sesuai dengan potensi pajak yang dimiliki. Target tersebut, secara umum dibagi kedalam lima kelompok. Kelompok I daerah dengan target PBB Rp 12 miliar/tahun, kelompok II (Rp 13 miliar – Rp 17 miliar), kelompok III (Rp 18 miliar – Rp 35 miliar), kelompok IV (Rp 36 miliar – Rp 75 miliar), dan kelompok V (di atas 75 miliar). Kota

(3)

Bandung hanya menduduki peringkat kedua di kelompok V, kalah peringkat oleh Kota Bekasi. Sedangkan Kabupaten Bandung berada di peringkat ketiga di kelompok IV, berada di bawah Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Depok.

Sementara itu, Kota Bandung meraih penghargaan atas capaian realisasi PBB tahun 2008. Kota Bandung menempati posisi kedua pada kelompok V, dengan target PBB diatas Rp 75 miliar. Tahun 2008, realisasi PBB kota Bandung mencapai 83,91% atau Rp 180 miliar. Sedangkan target PBB di Kota Bandung tahun 2008, adalah Rp 214 miliar. Wakil walikota Kota Bandung Ayi Vivananda menerima penghargaan tersebut dari Gubernur Jawa Barat di Gedung Sate mengatakan, penghargaan serupa pernah diraih Kota Bandung tahun 2007 dan 2006. Bahkan tahun 2006, Kota Bandung menempati posisi pertama dengan realisasi PBB mencapai 101,09% atau Rp 110 miliar. Ayi mengatakan, tidak tercapainya realisasi PBB tahun 2007 dan 2008, lebih disebabkan adanya transisi administrasi dalam pembayaran PBB. (Harian Pikiran Rakyat, Sabtu 18 April 2009)

Kendati target PBB Kota Bandung tidak terpenuhi, Rahmat mengatakan Bea Perolehan Hak Tanah dan Bangunan (BPHTB) over target, dari target Rp 150,3 miliar terealisasi Rp 207,7 miliar atau 138%. “Secara kumulatif penerimaan PBB, BPHTB, Pertambangan, tercapai 150% dengan total dana yang terhimpun Rp 390,4 miliar”. (Rahmat Setiadi dalam Tribun Bandung, 13 Februari 2009).

(4)

Berikut disajikan target dan realisasi Pajak Bumi dan Bangunan:

Tabel 1.1

Target dan Realisasi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Kota Bandung Tahun 2005-2011

Tahun Anggaran

Anggaran

Target (Rp) Realisasi (Rp) Pencapaian

2005 67.626.027.792 71.338.662.175 105,4 % 2006 81.317.662.560 95.204.536.626 117 % 2007 101.737.296.000 104.907.561.489 103,1 % 2008 159.595.335.184 144.985.437.620 90,8 % 2009 142.418.448.000 155.400.041.557 109,1 % 2010 220.992.485.357 190.243.287.212 86,1 % 2011 178.660.614.368 182.122.775.024 102 %

Sumber: Dispenda Kota Bandung (2005-2011 diolah)

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat target dan realisasi pajak bumi dan bangunan Kota Bandung dari tahun 2005-2011 mengalami peningkatan pada setiap tahunnya. Namun apabila dilihat berdasarkan persentasenya mengalami kenaikan dan penurunan yang sangat drastis. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sebagai salah satu komponen penerimaan pada Dana Perimbangan dari Dana Bagi Hasil Pajak, memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah yang dialokasikan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bandung. Kontribusi

(5)

penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) terhadap Pendapatan Daerah di Kota Bandung dari tahun 2005 – 2011 secara rinci kontribusi dapat dilihat pada tabel 1.2.

Tabel. 1.2

Kontribusi Realisasi PBB terhadap Pendapatan Daerah Tahun 2005-2011 Tahun Pendapatan Daerah Realisasi Penerimaan PBB Kontribusi PBB 2005 409,646,822,764 71,338,662,175 17.41% 2006 420,454,310,294 95,204,536,626 22.64% 2007 443,579,658,656 104,907,561,489 23.65% 2008 1,054,846,741,943 144,985,437,620 13.74% 2009 1,465,541,388,221 155,400,041,557 10.60% 2010 2,298,193,258,803 190,243,287,212 8.28% 2011 2,841,444,102,085 182,122,775,024 6.41% Sumber: Dispenda Kota Bandung , diolah

Realisasi Pendapatan Daerah dari tahun 2005 – 2011 mengalai kenaikan dari tahun ke tahun, namun ketika dihitung pada hasil kontribusinya dari tahun 2005 – 2011 mengalami fluktuasi, yaitu pada tahun 2005 kontribusinya sebesar 17,41%, dan meningkat pada tahun 2006 sebesar 22,64 % dan turun di tahun 2007 sebesar 23,65%, 2008 sampai tahun 2011 mengalami penurunan yang sangat signifikan menjadi 6,41%.

(6)

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan adalah penelitian Rindi Septi Coriah Nurwulan (2008) yang meneliti mengenai kontribusi pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan daerah di kabupaten Cirebon yang memberikan hasil bahwa Pajak Bumi dan Bangunan dapat memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah Kabupaten Cirebon, hal ini dapat dilihat dari jumlah penerimaan PBB mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu peneliti menambahkan analisis efektivitas penerimaan pajak bumi dan bangunan.

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang Pajak Bumi dan Bangunan Kota Bandung terutama mengenai pengaruhnya terhadap pendapatan daerah. Hal inilah yang mendorong penulis mengadakan penelitian yang berjudul: “ Analisis Pengaruh

Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Pendapatan Daerah” (Studi Kasus Pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka penulis mengidentifikiasi masalah sebagai berikut:

1. Seberapa besar kontribusi penerimaan pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan daerah pada pemerintah daerah Kota Bandung dari tahun 2005 sampai dengan 2011.

(7)

2. Bagaimana tingkat efektivitas penerimaan pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan daerah pada pemerintah daerah Kota Bandung dari tahun 2005 sampai dengan 2011.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari, menganalisa, dan menyimpulkan tentang efektivitas penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan serta kontribusinya terhadap pendapatan daerah.

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui besarnya kontribusi penerimaan pajak bumi dan bangunan terhadap pendapatan daerah pada pemerintah daerah kota Bandung dari tahun 2005 sampai dengan 2011.

2. Untuk mengetahui efektivitas penerimaan pajak bumi dan bangunan pada pemerintah daerah kota Bandung dari tahun 2005 sampai 2011.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi: 1. Bagi Penulis

Untuk memenuhi syarat sidang Strata 1 Program Studi Akuntansi pada Universitas Widyatama dan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman dalam bidang Pajak Daerah Kota Bandung.

(8)

2. Bagi Mahasiswa atau Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah literatur dalam bidang perpajakan khususnya Pajak PAD Kota Bandung.

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan kajian teoritis, terutama yang berkaitan dengan bidang Akuntansi Perpajakan.

4. Bagi Pihak Lain

Hasil-hasil informasi tersebut dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran untuk perkembangan ilmu pengetahuan umumnya, khususnya mengenai perpajakan khususnya Pajak Bumi dan Pajak Bangunan dan sebagai masukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang topik yang saling berhubungan.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kantor Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandung yang berlokasi di Jl.Wastukencana No. 2 Bandung, sebagai tempat pengumpulan data. Waktu penelitian dilakukan mulai dari bulan November 2012 sampai dengan bulan Desember 2012.

Referensi

Dokumen terkait

Namun beberapa menit kemudian orang tua kita memanggil “JAKKKKA!!!!”, sekalipun tidak ada perubahan/pena mbahan kata lain, namun dari intonasi yang dipergunakan kali ini kita

Isu pembagian manfaat di dalam Draf Akademik RUU Pengelolaan Sumber Daya Genetika, telah menguraikan pembagian manfaat, yaitu: 24 (i) perlu menjamin penggunaan

pengaruh karakteristik sosial ekonomi masyarakat terhadap keberhasilan pelaksanaan program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM ) mandiri perkotaan adalah berhasil dengan

pengembalian investasi atau lebih dikenal dengan nama return on investment (ROI) merupakan rasio yang menunjukkan hasil ( return ) atas jumlah aktiva yang digunakan

Ada hubungan yang signifikan antara karakteristik mahasiswa dengan persepsi caring pada mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan di FK UNUD... viii

Tanaman yang dapat dipakai sebagai penyembuhan luka sayat dari studi litaratur adalah: bawang merah (Allium cepa), getah jarak pagar (Jatropha CurcasL), daun kenikir

Secara umum, jumlah traveling time dump truck terlama dalam satu hari meningkat dan jumlah traveling time dump truck tersingkat dalam satu hari menurun mulai dari awal shift

Dengan kata lain, tidak ada campur tangan lain (termasuk penyelenggara media massa, dan kekuatan politik dan ekonomi), yang dapat memanipulasi warga masyarakat untuk tujuan yang