• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 8 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

NOMOR 8 TAHUN 2008

TENTANG

RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM LABUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PANDEGLANG,

Menimbang :

Mengingat :

a. bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang merupakan bagian penting dalam pembangunan di bidang kesehatan, dipandang perlu adanya peran serta masyarakat; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf

“a” di atas, perlu ditetapkan Retribusi Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Labuan dengan Peraturan Daerah;

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

2. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3495);

3. Undang – Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

4. Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Propinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);

(2)

5. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 6. Undang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4431);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah untuk kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);

8. Undang – Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang – Undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3258);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503) ; 13. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan

Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Negara Nomor 4578);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara

(3)

Republik Indonesia Nomor 4585);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);

17. Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Nomor 4 Tahun 1986 tentang Penunjukkan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang Melakukan Penyidikan Terhadap Pelanggaran Peraturan Daerah Yang Memuat Ketentuan Pidana (Lembaran Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Tahun 1986 Nomor 5 Seri D);

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG

dan

BUPATI PANDEGLANG MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM LABUAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Pandeglang;

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah;

(4)

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Pandeglang;

5. Direktur adalah Direktur Rumah Sakit Umum Labuan;

6. Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan dan penelitian;

7. Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk semua jenis penyakit dan pelayanan dasar sampai sub spesialistik sesuai dengan kemampuannya;

8. Rumah Sakit Umum Labuan yang selanjutnya disebut RSU Labuan adalah Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C di Kecamatan Labuan Kabupaten Pandeglang;

9. Dokter dan dokter gigi adalah dokter umum, dokter spesialis, dokter gigi dan dokter gigi spesialis, lulusan pendidikan kedokteran atau kedokteran gigi di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah;

10. Tarif adalah sebagian atau seluruh satuan biaya penyelenggaraan kegiatan pelayanan medik dan non medik yang dibebankan kepada masyarakat pengguna pelayanan rumah sakit sebagai imbalan atas jasa pelayanan yang diterimanya;

11. Retribusi Pelayanan Kesehatan adalah biaya yang dipungut oleh Pemerintah Daerah sebagai imbalan atas jasa pelayanan kesehatan yang diberikan

12. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum;

13. Wajib Retribusi adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut Peraturan Perundang-undang Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu;

14. Jasa Pelayanan Kesehatan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksanan pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosa, pengobatan atau pelayanan kesehatan lainnya;

15. Jasa sarana adalah imbalan yang diterima oleh rumah sakit atas pemakaian sarana, fasilitas rumah sakit, bahan, obat – obatan, bahan kimia dan alat kesehatan habis pakai yang digunakan langsung dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi.

16. Akomodasi adalah penggunaan fasilitas rawat inap termasuk makan di rumah sakit.

17. Pelayanan Kesehatan adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada seseorang yang meliputi pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, observasi, konsultasi dan rehabilitasi medik serta pelayanan kesehatan lainnya;

18. Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kepada pasien untuk mendapatkan pelayanan medis, observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya yang dilaksanakan di poliklinik spesialistik tanpa menginap di ruang rawat inap;

(5)

19. Pelayanan Rawat Darurat adalah pelayanan kepada penderita yang harus diberikan secepatnya untuk mencegah dan menaggulangi resiko kematian atau cacat;

20. Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien untuk keperluan mendapatkan pelayanan medis, observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur;

21. Pelayanan Bedah Sehari (One Day Surgery) adalah tindakan pembedahan, tindakan pengobatan menggunakan alat dan tindakan diagnosa dalam narcose di Kamar Bedah serta tidak memerlukan ruang rawat inap;

22. Pelayanan Medik adalah pelayanan terhadap pasien yang dilaksanakan oleh tenaga medik; 23. Pelayanan Non Medik adalah pelayanan terhadap pasien sebagai penunjang tindakan medik; 24. Tindakan Medik Operatif adalah tindakan pembedahan yang menggunakan pembiusan umum,

pembiusan lokal atau tanpa pembiusan;

25. Tindakan Medik Non Operatif adalah tindakan tanpa pembedahan;

26. Tindakan elektif/terencana adalah tindakan yang tidak harus dilaksanakan segera (dapat direncanakan);

27. Tindakan cito adalah tindakan yang harus segera dilaksanakan karena akan membahayakan pasien, tindakan diluar alasan tersebut bukan dinamakan cito;

28. Pelayanan Penunjang Medik adalah pelayanan untuk penunjang penegakan diagnosis dan terapi;

29. Pelayanan Penunjang Non Medik adalah pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit yang secara tidak langsung berkaitan dengan pelayanan medik;

30. Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Mental adalah pelayanan yang diberikan oleh Unit Rehabilitasi Medik dalam bentuk pelayanan fisioterapi, terapi okupasional, terapi wicara, ortotik/prostetik, bimbingan sosial medik dan jasa psikologi serta rehabilitasi lainnya;

31. Bahan farmasi adalah persediaan farmasi dan bahan alat kesehatan yang digunakan untuk kelanjutan pengobatan tindakan medik dan terapi serta tindakan medik lainnya, baik rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat;

32. Orang tidak mampu/miskin adalah mereka yang tidak mampu secara ekonomi dan dibuktikan dengan surat keterangan dari pejabat yang berwenang;

33. Pemulasaraan/perawatan jenazah adalah kegiatan yang meliputi perawatan jenazah, konservasi bedah mayat yang dilakukan oleh Rumah Sakit untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan pemakaman serta untuk kepentingan proses peradilan;

34. Pelayanan Mediko-legal adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kepentingan hukum;

35. Rujukan adalah rekomendasi dan atau pengantar bagi penderita yang dikirim dari sarana kesehatan lain ke RSU Labuan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan baik rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat dan atau penunjang medis;

36. Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kesakitan kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu, dan merupakan keadaan yang dapat menjurus pada terjadinya wabah;

(6)

37. Bencana adalah suatu gangguan serius terhadap keberfungsian masyarakat yang menimbulkan kerugian meluas pada sistem ekonomi, sosial, politik dan lingkungan hidup dan tidak dapat diatasi oleh kemampuan masyarakat itu sendiri;

38. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang dapat disingkat SKRD adalah Surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok Retribusi;

39. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang dapat disingkat STRD adalah Surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda;

40. Kas Daerah adalah Kas Pemerintah Daerah pada Bank yang ditunjuk oleh Pemerintah Daerah; 41. PPNS adalah Penyidik Pegawai Negeri Sipil pada lingkungan Pemerintah Kabupaten Pandeglang

yang pengangkatannya ditetapkan sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.

BAB II

NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Bagian Kesatu

Nama Retribusi Pasal 2

Dengan nama retribusi Pelayanan Kesehatan , dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan kesehatan di RSU Labuan.

Bagian Kedua Obyek Retribusi

Pasal 3

(1) Obyek retribusi adalah pelayanan kesehatan yang meliputi Pelayanan Kesehatan di RSU Labuan.

(2) Tidak termasuk Objek Retribusi adalah :

a. Pelayanan Kesehatan yang diselenggarakan oleh pihak swasta; b. Pelayanan Kesehatan yang bersifat sosial.

Bagian Ketiga Subyek Retribusi

Pasal 4

Subyek Retribusi adalah Orang pribadi atau badan yang mendapatkan pelayanan kesehatan dari RSU Labuan.

BAB III

(7)

Pasal 5

Retribusi Pelayanan Kesehatan digolongkan sebagai Retribusi Jasa Umum. BAB IV

CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6

Tingkat penggunaan Jasa dihitung berdasarkan jenis dan frekuensi pelayanan kesehatan. BAB V

PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN TARIF RETRIBUSI Pasal 7

(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi adalah untuk menutup biaya penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang ditentukan dengan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat.

(2) Biaya Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk biaya investasi prasarana, biaya operasional dan pemeliharaan.

BAB VI

JENIS PELAYANAN KESEHATAN Pasal 8

(1) Pelayanan kesehatan yang dikenakan tarif dikelompokkan dalam : a. Pelayanan medik;

b. Pelayanan penunjang medik; c. Pelayanan penunjang non medik; d. Pelayanan non medik.

(2) Jenis pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah sebagai berikut : a. Pelayanan medik :

1. Rawat Jalan;

2. Pelayanan Gawat Darurat; 3. Rawat Inap;

4. Tindakan Medik operatif dan Tindakan paramedik. b. Pelayanan penunjang medik :

1. Laboratorium Klinik dan Patologi Anatomi; 2. Radio Diagnostik;

3. Pelayanan Rehabilitasi Medik; 4. Pelayanan Farmasi;

5. Pelayanan gizi;

6. Pengujian Kesehatan/rekam medis. c. Pelayanan penunjang non medik:

(8)

1. Pelayanan pemulasaraan/perawatan jenazah; 2. Pemeriksaan Visum et Repertum;

3. Pelayanan Ambulance dan mobil jenazah. d. Pelayanan non medik :

1. Sewa Ruangan; 2. Sewa Alat.

BAB VII

STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 9

(1) Struktur tarif digolongkan berdasarkan jenis pelayanan kesehatan.

(2) Komponen tarif retribusi untuk setiap tarif pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi jasa sarana Rumah Sakit dan Jasa Pelayanan.

(3) Besaran tarif pelayanan untuk perusahaan-perusahaan dan asuransi yang bekerja sama dengan RSUD akan ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur RSUD.

BAB VIII

CARA MENGUKUR TARIF Bagian Kesatu Tarif Rawat Inap

Pasal 10

(1) Tarif Akomodasi di kelas II (dua) dijadikan sebagai dasar perhitungan/indeks untuk penetapan tarif Akomodasi pada kelas perawatan lainnya, dengan pengaturan sebagai berikut :

a. Kelas III : 0,75 x indeks b. Kelas II : 1 x indeks c. Kelas I : 2,25 x indeks d. Kelas VIP : 4 x indeks

(2) Tarif pelayanan/tindakan di kelas II (dua) dijadikan sebagai dasar perhitungan/indeks untuk penetapan tarif tindakan/pelayanan pada kelas perawatan lainnya, dengan pengaturan sebagai berikut :

a. Kelas III : 0,50 x indeks b. Kelas II : 1 x indeks c. Kelas I : 2 x indeks d. Kelas VIP : 3 x indeks

(9)

(3) Satu hari rawat inap dihitung dimulai hari/tanggal pertama pasien masuk ke rumah sakit untuk dirawat inap sampai hari/tanggal pasien keluar dari rumah sakit, baik dinyatakan sembuh, pulang paksa, meninggal maupun dirujuk/dipindahkan ke rumah sakit lain.

(4) Tarif rawat inap bayi baru lahir sehat (rawat gabung) diperhitungkan sebesar 50% dari tarif rawat inap ibunya.

(5) Tarif rawat inap bayi baru lahir sakit, diperhitungkan sesuai dengan tarif kelas perawatannya. (6) Tarif rawat inap dan tindakan di ruangan Intensive Care Unit (ICU), intensive Cardiologi Care

Unit (ICCU), Pediatrik Intensive Care Unit (PICU) serta Ruang Gawat Bedah (RGB) ditetapkan :

a. Pasien langsung masuk kemudian pulang atau meninggal, tarifnya ditetapkan sama dengan kelas III (tiga) tarif rawat inap;

b. Pasien masuk kemudian dirawat tarifnya ditetapkan setara kelas VIP.

(7) Tarif rawat inap di ruang pemulihan kamar bedah diperhitungkan sebesar tarif rawat inap pada kelas perawatan yang ditempatinya.

(8) Tarif pelayanan medik sebagaimana dimaksud pada pasal ini tidak termasuk bahan dan alat habis pakai.

(9) Tarif Rawat inap selengkapnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Tarif Tindakan Medik Operatif Pasal 11

(1) Tindakan medik operatif, merupakan diagnostik dan atau terapi yang dilakukan di kamar operasi, yang terdiri dari :

a. Tindakan medik operatif terencana; b. Tindakan medik operatif segera (cito);

c. Tindakan medik operatif pelayanan perawatan sehari (one day care); d. Tindakan medik operatif lokal anastesi (non narkose).

(2) Tarif pelayanan/tindakan di kelas II (dua) dijadikan sebagai dasar perhitungan/indeks untuk penetapan tarif tindakan/pelayanan pada kelas perawatan lainnya, dengan pengaturan sebagai berikut :

a. Kelas III : 0,50 x indeks b. Kelas II : 1 x indeks c. Kelas I : 2 x indeks d. Kelas VIP : 3 x indeks

(10)

(3) Tarif tindakan medik operatif yang memerlukan perluasan tindakan atau melibatkan lebih dari satu keahlian ditetapkan secara khusus oleh pimpinan rumah sakit berdasarkan masukan dari operator yang bersangkutan.

(4) Tarif tindakan medik operatif cito besarnya ditambah 50 % dari biaya operasi sesuai kelas perawatan.

(5) Tarif tindakan medik dengan penyulit/khusus dikenakan 50 % dari biaya operasi sesuai kelas perawat.

(6) Khusus untuk tindakan sectio caesaria dikenakan tambahan tindakan resusitasi bayi baru lahir atau perbayi oleh dokter spesialis anak sebesar 15 %.

(7) Tarif tindakan medik operatif selengkapnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga

Tarif Instalasi Gawat Darurat Pasal 12

Tarif pelayanan/tindakan di Instalasi Gawat Darurat disesuaikan dengan tarif tindakan rawat inap kelas II.

Bagian Keempat Tarif Radiologi

Pasal 13

(1) Tarif pelayanan/tindakan di kelas II (dua) dijadikan sebagai dasar perhitungan/indeks untuk penetapan tarif tindakan/pelayanan pada kelas perawatan lainnya, dengan pengaturan sebagai berikut :

a. Kelas III : 0,9 x indeks b. Kelas II : 1 x indeks c. Kelas I : 1,1 x indeks d. Kelas VIP : 1,2 x indeks

(2) Besar tarif untuk pasien umum dan poliklinik disesuaikan dengan kelas III (tiga).

(3) Tarif pelayanan medik yang dimaksud pada ayat (1) sudah termasuk bahan dan alat habis pakai, kecuali pemeriksaan tertentu.

(4) Tarif pelayanan radiologi selengkapnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(11)

Bagian Kelima Tarif Laboratorium

Pasal 14

(1) Tarif pelayanan laboratorium di kelas II (dua) dijadikan sebagai dasar perhitungan/indeks untuk penetapan tarif pelayanan pada kelas perawatan lainnya, dengan pengaturan sebagai berikut:

a. Kelas III : 0,9 x indeks b. Kelas II : 1 x indeks c. Kelas I : 1,1 x indeks d. Kelas VIP : 1,4 x indeks

(2) Besar tarif untuk pasien umum dan poliklinik disesuaikan dengan kelas III (tiga). (3) Tarif cito dikenakan tambahan 50 % dari tarif kelas perawatan.

(4) Tarif pelayanan medik yang dimaksud pada ayat (1) sudah termasuk bahan dan alat habis pakai.

(5)Tarif pelayanan laboratorium selengkapnya sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Daerah yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keenam Tarif Pelayanan Farmasi

Pasal 15

Besaran pengambilan keuntungan dalam penjualan obat dan alat kesehatan termasuk Oxigen ditetapkan 25 % dari harga faktur.

BAB IX

TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 16

Retribusi pelayanan kesehatan di pungut di wilayah daerah

Pasal 17

(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga.

(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau alat lain yang dipersamakan.

(12)

SANKSI ADMINISTRASI Pasal 18

Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % ( dua ) persen setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.

BAB XI

TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 19

(1) Pembayaran retribusi harus dilakukan sekaligus atau lunas, kecuali wajib retribusi mengajukan permohonan cara pembayaran lain kepada Direktur atas persetujuan Bupati. (2) Retribusi yang terutang dilunasi selambat-lambatnya 15 ( lima belas ) hari sejak

diterbitkannya SKRD atau alat lain yang dipersamakan.

(3) Tata cara pembayaran, penyetoran dan tempat pembayaran retribusi diatur dengan Keputusan/Peraturan Bupati.

BAB XII

TATA CARA PENAGIHAN Pasal 20

(1) Pelaksanaan penagihan retribusi terutang yang telah ditetapkan berdasarkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, yang dikeluarkan dan setelah 7 (tujuh ) hari sejak jatuh tempo pembayaran akan dikeluarkan surat teguran / peringatan atau surat lainnya yang dipersamakan sebagai tindakan pelaksanaan awal.

(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh ) hari setelah tanggal surat teguran/peringatan atau surat lainnya yang dipersamakan, wajib retribusi harus melunasi retribusi terutang.

(3) Surat teguran / peringatan atau surat lainnya yang dipersamakan dimaksud ayat (2), dikeluarkan oleh pejabat yang ditunjuk.

BAB XIII

PENGURANGAN KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 21

(1) Direktur atas nama Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.

(13)

(2) Pemberian rekomendasi pengurangan dan keringanan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi.

(3) Pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) dapat pula diberikan kepada masyarakat yang ditimpa bencana alam, kerusuhan dan atau kejadian luar biasa (KLB).

(4) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati.

BAB XIV

KADALUWARSA PENAGIHAN Pasal 22

(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi , kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 ( tiga ) tahun terhitung sejak saat terhutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.

(2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) Pasal ini tertangguh apabila :

a. Diterbitkan surat teguran;

b. Ada pengakuan utang retribusi dari wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung.

BAB XV P E N Y I D I K A N

Pasal 23

(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang Nomor 4 Tahun 1986 tetang Penunjukan Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang melakukan penyidikan terhadap pelanggaran Peraturan Daerah yang memuat ketentuan pidana.

(2) Wewenang Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :

a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah tersebut;

(14)

c. Meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

d. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

e. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana di bidang Retribusi Daerah;

f. Menyuruh berhenti, melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa indentitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf “e”;

g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana retribusi daerah;

h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan untuk diperiksa sebagai tersangka atau saksi;

i. Menghentikan penyidikan;

j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan;

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya kepada Penuntut Umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XVI KETENTUAN PIDANA

Pasal 24

(1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah, diancam pidana kurungan paling lama 6 ( enam ) bulan atau denda paling banyak 4 ( empat ) kali jumlah retribusi terhutang.

(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah pelanggaran.

BAB XVII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 25

Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan/Peraturan Bupati.

(15)

Pasal 26

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Pandeglang.

Ditetapkan di Pandeglang pada tanggal 21 Juli 2008 BUPATI PANDEGLANG,

cap/ttd

A. DIMYATI NATAKUSUMAH Diundangkan di Pandeglang

pada tanggal 21 Juli 2008

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG,

Cap/ttd

ENDJANG SADINA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN 2008 NOMOR 8

Referensi

Dokumen terkait

Erdőtagok Erdészeti Igazga- tóság Pont, poligon súlypon- ti koordinátája Talajutak 1 DSM 10 (OKF) Vonal Talajutak 2 Saját felmérés Vonal (fotó csatol- mány) Irtások

Sikap sebagai gejala psikologis sulit untuk diamati. Hal ini dikarenakan sikap dipengaruhi oleh faktor yang ada dalam diri manusia yang dapat mendorong

i) Apabila Wang Pendahuluan telah dibayar kepada kontraktor, Pegawai Penguasa/Pengarah Projek (P.P.) atau Wakil P.P. hendaklah memastikan potongan bagi bayaran pendahuluan

(3) Laporan perencanaan, dan pelaksanaan pembukaan dan/atau pengolahan Lahan Perkebunan tanpa membakar, sistem, sarana dan prasarana pengendalian kebakaran Lahan

Hindari pemasok benih yang mengirim benih dalam berbagai ukuran yang berbeda jauh yang menandakan bahwa pembenih tersebut adalah pembenih yang kurang memperhatikan

Pada gambar 2.11 (a) adalah komponen-komponen yang akan digunakan untuk membaca data, yaitu dua TextField untuk membaca nama dan alamat, dua RadioButton untuk membaca

dan ketersediaan pelayanan umum untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan meningkatnya pembiayaan nasional dengan belanja langsung maka dapat meningkatkan pertumbuhan

Selanjutnya, Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin dalam melayani pasien berdasarkan konsep pelayanan prima pihak Rumah Sakit memiliki konsep A3 yaitu berdasarkan sikap,