• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, atas berkat rahmat, nikmat, karunia dan hidayah-Nya lah kita dapat menyelesaikan Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Tahun Anggaran 2015 ini sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Adapun penyusunan Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Tahun Anggaran 2015 ini menyajikan Evaluasi Hasil Pelaksanaan RKPD Tahun 2014, Capaian Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan , Realisasi RPJMD Kabupaten Muaro Jambi hingga tahun berjalan, Permasalahan Pembangunan Daerah dan Identifikasi Permasalahan, Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah dan Kebijakan Keuangan Daerah, serta Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah Tahun 2015.

Dalam Perubahan Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Tahun Anggaran 2015 ini disajikan secara lengkap penjelasan mengenai : Perubahan Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah serta Kerangka pendanaan.

Demikian Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2015 ini disusun, semoga Allah SWT tak henti-henti memberikan petunjuk dan bimbingan serta hidayah-Nya bagi kita semua, agar terjadi akselerasi dan perluasan pembangunan ekonomi Kabupaten Muaro Jambi demi peningkatan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan.

BUPATI MUARO JAMBI

(2)

KATA PENGANTAR ... i

Daftar isi ... ii

BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang ... 1

1. 2. Dasar Hukum Penyusunan ... 2

1. 3. Hubungan Antar Dokumen ... 5

1. 4. Sistematika Dokumen RKPD ... 5

1. 5. Maksud dan Tujuan ... 6

BAB II. EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN 2. 1. Gambaran Umum Kondisi Daerah ... 1

2. 2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai Tahun 2015 dan Realisasi RPJMD ... 30

2. 3. Permasalahan Pembangunan Daerah ... 33

BAB III. RANCANGAN PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3. 1. Perubahan Arah Kebijakan Ekonomi Daerah ... 1

3. 2. Perubahan Arah Kebijakan Keuangan Daerah ... 8

BAB IV. PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH 4. 1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Daerah ... 1

4. 2. Prioritas Pembangunan Daerah ... 6

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH ... 1

BAB VI. PENUTUP... 1 LAMPIRAN

(3)

LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI MUARO JAMBI NOMOR : 32 TAHUN 2015 TANGGAL : 5AGUSTUS 2015

1.1 Latar Belakang

Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan berdasarkan peran dan kewenangan masingmasing. Perencanaan pembangunan daerah harus mampu mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah yang dilaksanakan berdasarkan kondisi dan potensi yang dimiliki masing-masing daerah dan sesuai dengan dinamika perkembangan daerah dan nasional. Perencanaan pembangunan daerah dirumuskan dengan prinsip transparan, responsif, efisien, efektif, akuntabel, partisipatif, terukur, berkeadilan dan berkelanjutan.

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang memuat rancangan ekonomi daerah, kebijakan keuangan daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaan. Penyusunan RKPD mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Nasional, dalam rangka mensinergikan, mensinkronkan dan mengintegrasikan program pembangunan nasional dengan pembangunan di daerah.

Dokumen RKPD berperan sangat strategis bagi Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi. Dokumen ini merupakan penjabaran rencana strategis ke dalam rencana operasional. RKPD menjamin konsistensi antara capaian tujuan perencanaan strategis jangka menengah. Dokumen perencanaan tahunan ini mengarahkan proses penyusunan Rencana Kerja (RENJA) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD). RKPD menjadi pedoman penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Prioritas dan Pagu Anggaran Sementara (PPAS), RAPBD dan APBD. RKPD menjadi instrumen bagi pemerintah daerah untuk mengukur kinerja penyelenggaraan fungsi dan urusan wajib dan pilihan pemerintahan daerah dan instrumen untuk mengukur capaian target kinerja program pembangunan jangka menengah, target standar pelayanan minimal dan kinerja pelayanan SKPD. Dokumen ini juga menjadi acuan

(4)

LaporanPenyelenggaraan Pemerintah Daerah (LPPD), Laporan Keterangan Pertanggung Jawaban (LKPJ), dan menyediakan informasi bagi pemenuhan Laporan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EPPD). RKPD dapat diubah dalam hal tidak sesuai dengan perkembangan keadaan dalam tahun berjalan, seperti :

a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kerangka ekonomi daerah dan kerangka pendanaan, prioritas dan sasaran pembangunan, rencana program dan kegiatan prioritas daerah; dan Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kab. Muaro Jambi Tahun 2015.

b. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun anggaran sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan; dan/atau

c. keadaan darurat dan keadaan luar biasa sebagaimana ditetapkan dalam perturan perundang-undangan.

Perubahan RKPD memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, program prioritas pembangunan daerah, rencana kerja, pendanaan dan prakiraan maju dengan mempertimbangkan kerangka pendanaan dan pagu indikatif, yang bersumber dari APBD maupun sumber-sumber lain yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas dan dalam kerangka melaksanakan mandatory peraturan perundangan tersebut, Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi menyusun dokumen Perubahan RKPD ini sebagai pedoman penyempurnaan pelaksanaan pembangunan tahun 2015.

1.2 Dasar Hukum Penyusunan

Adapun landasan hukum dalam penyusunan Perubahan RKPD Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2015 ini adalah:

a. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); b. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

(5)

d. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4400); e. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang SistemPerencanaan Pembangunan

Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 164, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

f. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

g. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

h. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); i. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

j. Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

k. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4574);

(6)

l. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4575);

m. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah Kepada Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4577);

n. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 139, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

o. Peraturan PemerintahNomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Kabupaten dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

p. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

q. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); r. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas

Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816);

s. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

t. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

(7)

u. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 - 2014;

v. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

w. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

x. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 tahun 2013 tentang Pedoman Pembangunan wilayah terpadu.

y. Peraturan Bupati Muaro Jambi Nomor 18 Tahun 2014 Tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2015.

1.3 Hubungan Antar Dokumen

Memperhatikan ketentuan Pasal 17 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun2003 tentang Keuangan Negara yang mengamanatkan bahwa penyusunan APBD berpedoman kepada RKPD dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara dan ketentuan Pasal 25 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang menyatakan bahwa RKPD menjadi pedoman penyusunan APBD, maka untuk menjaga konsistensi antara perencanaan dan penganggaran, perubahan RKPD Tahun 2015 yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati menjadi landasan penyusunan Kebijakan Umum Perubahan APBD dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan APBD Tahun 2015 untuk menyusun Perubahan APBD Tahun 2015.

1.4 Sistematika Dokumen Perubahan RKPD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Dasar Hukum Penyusunan 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1.4 Sistematika Dokumen RKPD 1.5 Maksud dan Tujuan

(8)

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD 2014 DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGARAAN PEMERINTAHAN

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah

2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai Tahun 2015 dan Realisasi RPJMD

2.3 Permasalahan Pembangunan

BAB III RANCANGAN PERUBAHAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

3.1 Perubahan Arah Kebijakan Ekonomi Daerah 3.2 Perubahan Arah Kebijakan Keuangan Daerah BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH

4.1 Tujuan dan Sasaran Pembangunan 4.2 Prioritas Pembangunan

BAB V PERUBAHAN RENCANA KERJA DAN PENDANAAN TAHUN 2015 BAB VI PENUTUP

1.5 Maksud dan Tujuan

Maksud disusunnya Perubahan RKPD tahun 2015 adalah untuk mewujudkan sinergitas antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan antar wilayah, antar sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintahan serta mewujudkan efisiensi alokasi berbagai sumber daya dalam pembangunan daerah. Adapun tujuan disusunnya Perubahan RKPD tahun 2015 adalah untuk:

1. menjadi pedoman dalam penyusunan rancangan Kebijakan Umum Perubahan APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan Tahun 2015 yang akan disampaikan kepada DPRD untuk dibahas, disepakati dan dituangkan dalam Nota Kesepakatan Kebijakan Umum Perubahan APBD serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara Perubahan antara DPRD Kab. Muaro Jambi dengan Bupati Muaro Jambi yang selanjutnya akan dijabarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) Tahun 2015;

2. menjabarkan rencana strategis ke dalam rencana operasional;

3. memelihara konsistensi antara capaian tujuan perencanaan strategis jangka menengah dengan tujuan perencanaan dan penganggaran tahunan pembangunan daerah;

(9)

4. mengukur kinerja penyelenggaraan fungsi dan urusan wajib dan pilihan pemerintahan daerah melalui capaian target kinerja program dan kegiatan pembangunan;

5. menjadi acuan dalam penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada DPRD;

6. menyediakan informasi bagi pemenuhan laporan evaluasi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang perlu disampaikan kepada pemerintah.

7. Perubahan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kab. Muaro Jambi Tahun Anggaran 2015.

(10)

Evaluasi kinerja pembangunan tahun lalu dalam hal ini evaluasi kinerja penyelenggaraan pemerintahan tahun 2014, dilakukan untuk menilai hasil pelaksanaan pembangunan yang telah ditentukan dalam kurun waktu tertentu. Banyak hal yang perlu dinilai untuk mengetahui seberapa besar pelaksanaan program dan kegiatan yang telah dilaksanakan memberikan hasil yang terbaik dalam pembangunan di Kabupaten Muaro Jambi. Dengan dasar tersebut beberapa komponen indikator menjadi alat ukur dalam melakukan evaluasi dimaksud.

Evaluasi Kinerja Pembangunan ini dilakukan terhadap indikator sektoral, Realisasi Keuangan Daerah, dan indikator kinerja pembangunan tahun 2013 yang tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Muaro Jambi Nomor 12 tahun 20012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011-2016.

2.1 Gambaran Umum Kondisi Daerah.

2.1.1 Aspek Geografis dan Demografis

Kabupaten Muaro Jambi merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jambi yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 54 Tahun 1999 sebagai daerah pemekaran dari Kabupaten Batang Hari, secara resmi Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi mulai dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 1999. Pusat Pemerintahan di Kota Sengeti sebagai ibu Kota Kabupaten Muaro Jambi dengan Pusat Perkantoran di Bukit Baling Kecamatan Sekernan. Kabupaten Muaro Jambi memiliki letak geografis wilayah yang cukup strategis berada di hinterland Kota Jambi, hal ini memberikan keuntungan bagi Kabupaten Muaro Jambi karena Kabupaten ini memiliki peluang yang cukup besar sebagai daerah pemasok kebutuhan kota Jambi, seperti pemasaran untuk hasil pertanian, perikanan, industri dan jasa.

(11)

Luas wilayah Kabupaten Muaro Jambi ± 5.246 KM2, secara administrasi mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Barat.  Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sumatera Selatan.  Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Batang Hari.

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Secara Geografis Kabupaten Muaro Jambi terletak antara 10 511 Lintang Selatan sampai dengan 20 011 Lintang Selatan dan diantara 1030 151 Bujur Timur sampai dengan 1040 301 Bujur Timur. Kabupaten Muaro Jambi merupakan daerah dataran rendah dengan ketinggian dari permukaan laut antara lain :

0 - 10 Meter = 11,80% 11 - 100 Meter = 23,70% 101 - 300 Meter = 4,50%

Termasuk daerah yang beriklim tropis dengan curah hujan merata sepanjang tahun rata-rata 186 mm per hari dengan Intensitas hujan rata-rata-rata-rata 16 hari hujan. Temperatur rata-rata-rata-rata 32 oC dengan variasi Temperatur antara musim hujan dengan kemarau relatif kecil. Secara Administratif Kabupaten Muaro Jambi terdiri dari 11 (sebelas) Kecamatan, 150 Desa dan 5 Kelurahan, Jumlah Desa / Kelurahan pada masing-masing Kecamatan yang ada di Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.1

Jumlah Desa/ Kelurahan menurut Kecamatan Tahun 2014

NO KECAMATAN

JUMLAH

DESA KELURAH

AN

1. Jambi Luar Kota 19 1 2. Mestong 14 1 3. Sekernan 15 1 4. Maro Sebo 11 1 5. Kumpeh 16 1 6. Kumpeh Ulu 18 - 7. Sungai Bahar 11 - 8. Sungai Gelam 15 - 9. Taman Rajo 10 -

10. Sungai Bahar Utara 11 -

(12)

Jumlah 150 5

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014.

Gambar 2.1.

Peta Wilayah Kabupaten Muaro Jambi

Salah satu agenda penting dalam pembangunan pemerintahan adalah menciptakan pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Aspek-aspek penting yang berkaitan dengan upaya mewujudkan tata pemerintahan yang baik adalah keterbukaan, akuntabilitas, efektifitas, efisiensi, penegakan supremasi hukum dan peningkatan peluang partisipasi masyarakat yang dapat menjamin kelancaran, keserasian dan keterpaduan tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, berbagai langkah kebijakan terarah pada perubahan kelembagaan dan sistim pengawasan serta pemeriksaan yang efektif sangat diperlukan. Keberhasilan atau kegagalan proses pembangunan di daerah di tentukan oleh berbagai faktor, antara lain kondisi aparatur pemerintahan. Selama ini aparatur pemerintah dalam pelaksanaan tugasnya di bidang pemerintahan umum dan pembangunan belum secara optimal memperlihatkan citra dan kinerja yang diharapkan berdasarkan prinsip-prinsip penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang baik, bersih dan bertanggung jawab.

Birokrasi merupakan tulang punggung dalam menjalankan roda pemerintahan, pembangunan dan program kemasyarakatan serta kekuasaan. Tugas pokok birokrasi memberi pelayanan yang optimal kepada masyarakat dan melaksanakan segala sesuatu yang meningkatkan pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dengan mencapai sasaran yang ditetapkan. Untuk kepentingan tersebut, perwujudan tata pemerintahan yang baik (Good Governance) dan pemerintahan yang bersih Clean Government)

(13)

menjadi sebuah harapan. Banyak permasalahan yang membelit birokrasi kita dalam melaksanakan

Good Governance dan Clean Government.

Masalah-masalah tersebut antara lain mencakup sistem rekruitmen, jenjang karir, promosi dan mutasi, kejelasan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi), kualitas sumber daya manusia, rendahnya kinerja, orientasi nilai-nilai perilaku dan budaya yang tidak menghargai prestasi, kurangnya disiplin, kesejahteraan, dan lambatnya birokrasi. Semua masalah tersebut membuat birokrasi sulit melaksanakan tugas-tugas yang diembannya, sehingga reformasi birokrasi merupakan suatu keharusan, terutama untuk mengembalikan tugas dan fungsi birokrasi sebagai organisasi yang profesional, netral, legal dan modern. Birokrasi seperti itu, diharapkan mampu memberi pelayanan yang prima bagi masyarakat sekaligus menjadi motor penggerak kemajuan pembangunan di segala bidang.

Tujuan pendayagunaan aparatur pemerintahan daerah dalam lima tahun mendatang di prioritaskan untuk mendukung pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap citra dan peran aparatur pemerintah daerah dalam melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan, meningkatkan kinerja pemerintah daerah, mengurangi seminimal mungkin praktek-praktek KKN dilingkungan aparatur pemerintah daerah, meningkatkan kualitas pelayanan umum kepada masyarakat, serta mengutamakan kepentingan bangsa dan negara bukan kepentingan pribadi atau golongan.

Sebagai gambaran umum terhadap kependudukan di Kabupaten Muaro Jambi, jumlah penduduk Kabupaten Muaro Jambi tahun 2014 adalah 352.746 (Sumber Data: Dirjen Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementrian Dalam Negeri). Ini adalah data bersih yang telah dikonfersikan dengan data penduduk kabupaten kota seluruh Indonesia yang dilakukan oleh Kementrian Dalam Negeri.

Tabel 2.2.

Jumlah Penduduk berdasarkan Jenis Kelamin/Kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

No. Kecamatan 2013 2014

L P L P

1 Mestong 19.806 17.745 15.743 14.551 2 Sungai Bahar 13.633 11.960 12.696 11.367 3 Sungai Bahar Utara 7.479 6.804 7.681 7.090 4 Sungai Bahar Selatan 8.317 7.229 8.959 7.901 5 Kumpeh Ulu 25.741 23.596 26.772 24.966 6 Sungai Gelam 30.976 27.027 33.354 30.209 7 Kumpeh 11.826 11.235 11.799 11.351

(14)

8 Maro Sebo 9.868 9.125 9.166 8.406 9 Taman Rajo 7.017 6.390 6.673 6.095 10 Jambi Luar Kota 29.493 27.175 28.759 26.919 11 Sekernan 22.447 20.613 21.915 20.374

Jumlah Total 186.601 168.897 183.517 169.229

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Muaro Jambi Tahun 2014

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa, jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2011 dan 2012 masih lebih besar dari pada jumlah penduduk perempuan begitu juga dengan tahun 2014 jumlah laki-laki masih mendominasi dari jumlah perempuan, dimana pada tahun 2011 jumlah Laki-laki sebanyak 192.452 jiwa dan jumlah perempuan sebanyak 179.500 jiwa, pada tahun 2012 Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 186.454 jiwa dan Perempuan 168.744 jiwa.

Pada tahun 2014 jumlah penduduk laki-laki sebanyak 183.517 jiwa sedangkan perempuan sebanyak 169.229 jiwa. Tingkat penyebaran penduduk pada setiap Kecamatan sangat fluktuatif, dimana jumlah penyebaran penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan sungai gelam dengan tingkat penyebaran 9,71% sebagaimana terihat pada tabel berikut :

Tabel 2.3.

Penyebaran Penduduk dan Tingkat Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

No. Kecamatan 2014 Luas Wilayah (Km2) Jumlah Penduduk % Penyebaran penduduk Tingkat Kepadatan /Km2 1 Mestong 30.294 6.38 63.81 474.70 2 Sungai Bahar 24.063 1.49 14.99 160.50 3 Bahar Utara 14.771 8.83 88.31 167.26 4 Bahar Selatan 16.860 8.61 86.16 195.67 5 Kumpeh Ulu 51.738 1.33 13.38 386.65 6 Sungai Gelam 63.563 9.71 97.13 654.41 7 Kumpeh 23.150 1.39 13.95 1.658.93 8 Maro Sebo 17.572 6.72 67.20 261.47 9 Taman Rajo 12.768 5.32 53.21 352.67 10 Jambi Luar Kota 55.678 1.98 19.87 280.12 11 Sekernan 42.289 6.29 62.96 671.60 Jumlah Total Tahun 2014 352.746 58.05 67.01 5263.60 Jumlah Total Tahun 2013 355.498 71,18 752.18 671.60 Jumlah Total Tahun 2012 355.198 100,96 1.010.13 5.246 Jumlah Total Tahun 2011 371.952 116,23 966.23 5.246.00

(15)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat penyebaran penduduk yang cukup besar pada tahun 2014 terdapat di Kecamatan Sungai gelam yaitu sebesar 9,71 %. Kemudian untuk Tingkat Kepadatan Penduduk, Kecamatan Sungai Gelam merupakan Kecamatan yang paling tinggi Kepadatan penduduknya, dimana pada Tahun 2014 Tingkat Kepadatan Penduduk Kecamatan Sungai gelam sebesar 97.13 Jiwa/Km2.

Tabel. 2.4.

Jumlah Penduduk menurut Kecamatan dan Jumlah Rumah Tangga Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

No. Kecamatan 2014 Jumlah Penduduk Jumlah Rumah Tangga 1 Mestong 30.294 17.266 2 Sungai Bahar 24.063 13.444 3 Bahar Utara 14.771 8.028 4 Bahar Selatan 16.860 9.316 5 Kumpeh Ulu 51.738 28.522 6 Sungai Gelam 63.563 34.784 7 Kumpeh 23.150 13.156 8 Maro Sebo 17.572 10.640 9 Taman Rajo 12.768 7.318 10 Jambi Luar Kota 55.678 30.538 11 Sekernan 42.289 23.232 Jumlah Total Tahun 2014 352.746 196.244 Jumlah Total Tahun 2013 355.498 109.882 Jumlah Total Tahun 2012 355.198 93.557 Jumlah Total Tahun 2011 371.952 103.264

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Muaro Jambi Tahun 2014

Sebagian besar wilayah dataran di Kabupaten Muaro Jambi berada pada ketinggian 10-100 meter di atas permukaan laut (74,95%) dan hanya sebagian kecil (25,05%) yang berada kurang dari 10 meter di atas permukaan laut. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Muaro Jambi adalah merupakan daerah dataran rendah.

Tabel 2.5

Ketinggian Wilayah Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi

(16)

No Kecamatan 0-10 m 10-100 m Jumlah

Ha % Ha %

1 Jambi Luar Kota 0 0 37.315 7,11 37.315

2 Mestong 0 0 55.385 10,56 55.385 3 Kumpeh Ulu 9.115 1,74 38.385 7,32 47.500 4 Sekernan 0 0 78.200 14,91 78.200 5 Maro Sebo 4.110 0,78 40.090 7,64 44.200 6 Kumpeh 118.200 22,53 91.260 17,40 209.460 7 Sungai Bahar 0 0 52.500 10,01 52.500 8 Sungai Gelam 5.120 0,97 39.564 15,23 Sumber: www.muarojambi.go.id

Kemiringan tanah dibagi dalam 4 kelas yaitu datar 0 - 2%, landai 2 - 15%, terjal 15 - 40%, sangat terjal lebih dari 40%. Sebagian besar wilayah Kabupaten Muaro Jambi mempunyai lereng yang datar (67,50%), hanya sebagian kecil (0,44%) mempunyai lereng sangat terjal.

Tabel 2.6

Luas dan Persentase Kemiringan Tanah Masing-masing Kecamatan di Kabupaten Muaro Jambi

No Kecamatan 0-2% 2-15% 15-40 40% Jumlah (ha) Ha % Ha % Ha % Ha % 1 Jambi Luar Kota 7.841 1,50 16.027 3,06 13.267 2,53 0 0 37.135 2 Mestong 22.892 4,37 44.203 8,43 12.300 2,35 2.305 0,44 81.700 3 Kumpeh Ulu 47.500 9,06 0 0 0 0 0 0 47.500 4 Sekernan 16.421 3,13 14.686 2.80 47.093 8,98 0 0 78.200 5 Maro Sebo 44.200 8,43 0 0 0 0 0 0 44.200 6 Kumpeh 209.500 39,95 0 0 0 0 0 0 209.500 7 Sungai Gelam 8 Sungai Bahar 5.600 1,07 12.400 2.36 8.150 1,55 0 0 26.150 Jumlah 353.954 67,50 87.316 16.65 80.810 15,41 2.305 0,44 524.600 Sumber: www.muarojambi.go.id

Mengenai Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Muaro Jambi, dengan memperhatikan ketentuan penyusunan pola ruang, kebijakan pola ruang nasional dan provinsi, kebijakan pembangunan daerah, kondisi objektif wilayah, daya tampung dan kebutuhan ruang

(17)

untuk masa mendatang, maka dapat dirumuskan rencana pola ruang untuk Kabupaten Muaro Jambi sebagaimana dipaparkan di bawah ini :

A. Rencana Pola Kawasan Lindung.

1. Kawasan Hutan Lindung

Taman Nasional Berbak yang berada di bagian timur dapat dikatakan bahwa sebagian besar merupakan kawasan hutan lindung.Jika adanya kawasan permukiman maka diusulkan untuk dilepas/dikeluarkan (enclave) dari dalam wilayah status hutan. Sebaran dan luasan Hutan Lindung di Muaro Jambi adalah seperti yang diuraikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.7

Luas Kawasan Lindung Provinsi JambiTahun 2010 – 2030

2. Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Terhadap Kawasan Bawahannya.

Hampir seluruh kawasan TN-Berbak, Hutan Lindung dan kawasan dengan kelas lereng di atas 40% merupakan kawasan resapan air yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya. TN-Berbak sebagai kawasan suaka alam dan hutan lindung dibahas terpisah dengan kawasan yang mempunyai kelerengan di atas 40%. Fakta lapangan menggambarkan bahwa sebagian kawasan ini berada dalam kondisi dengan bukaan vegetasi yang cukup luas.

Untuk kawasan dengan kelas lereng di atas 40% merupakan lokasi yang menjadi ancaman sebagai kawasan rawan longsor. Selain potensi longsor juga wilayah Kabupaten Muaro Jambi dapat rawan bencana lainnya, maka menghidari bencana yang lebih besar serta visi penataan ruang yang berbasis konservasi, seluruh kawasan yang berada pada kelerengan di atas 40% seyogyanya harus dipulihkan melalui penanaman tanaman yang bernilai ekonomi tinggi.

No Jenis Kawasan

Perkiraan Luas % thd

(Ha) luas Kab.

1 Kawasan Yg Memberikan Perlindungan

Kawasan Bawahannya Ha

2 Hutan Lindung Gambut : 23.075,06 Ha 4,40

3 Kawasan Perlindungan Setempat Ha

4 Sempadan Sungai : 1.430,40 Ha 0,27

5 Kawasan Suaka Alam Dan Cagar Budaya Ha

6 Taman Suaka Alam dan Wisata : 46.790,88 Ha 8,92

Luas Kawasan Lindung : 71.296,33 Ha 13,59

(18)

Rencana pengelolaan kawasan di atas 40% ini adalah dengan melakukan reboisasi pada kawasan yang sudah kritis dengan pendekatan partisipasi masyarakat lokal yang didukung oleh pemerintah dan lembaga peduli lingkungan lainnya.

3. Kawasan Perlindungan Setempat

Kabupaten Muaro Jambi merupakan wilayah merupakan daerah aliran sungai (DAS) dari Sungai Batanghari, dimana kebutuhan air baku Kabupaten Muaro Jambi juga tergantung dari keberadaan kawasan lindung di wilayah Muaro Jambi dan sekitarnya.

Pada sisi lain keseimbangan neraca air dan kualitas iklim regionaljuga dipengaruhi dari keberadaan TN-Berbak dan hutan lindung di Muaro Jambi.Hal penting lain terkait dengan kawasan lindung ini, adalah keberlanjutan dari luas dan produktivitas pertanian sawah, perkebunan dan kawasan permukiman

Diantara upaya yang dapat dilakukan untuk memulihkan kawasan lindung setempat adalah dengan menetapkan garis sempadan sungai (GSS), catchment area (kawasan sekitar mata air dan hulu sungai).

Mengacu pada ketetapan sempadan yang sudah ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 bahwa lebar sempadan adalah sebagai berikut :

1. Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria :

a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;

b. Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai;

c. Daratan sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai.

2. Kawasan sekitar danau atau waduk ditetapkan dengan kriteria:

a. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi;

b. Daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka kawasan lindung setempat meliputi : 1. Sempadan pantai (100 meter) sepanjang 210 Km

(19)

sempadan saat ini

3. Sempadan sungai, terutama sungai-sungai besar (60 sungai) selebar 50-100 meter.

4. Sempadan mata air

5. Ruang terbuka hijau kota terutama pada pusat-pusat permukiman atau ibukota kecamatan.

4. Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya

Kawasan suaka alam meliputi taman nasional, cagar alam, cagar budaya. Di Muaro Jambi terdapat 2 kawasan lindung nasional berupa suaka alam, yaitu Taman Nasional Berbak Cagar Budaya.

5. Kawasan Rawan Bencana

Kawasan Rawan Bencana Longsor; Tanah longsor adalah perpindahan material

pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material yang bergerak ke bawah atau keluar lereng.

Tanah longsor adalah suatu jenis gerakan tanah, umumnya gerakan tanah yang terjadi adalah longsor bahan rombakan (debris avalanches) dan nendatan (slumps/rotational slides). Gaya-gaya gravitasi dan rembesan (seepage) merupakan penyebab utama ketidakstabilan (instability) pada lereng alami maupun lereng yang di bentuk dengan cara penggalian atau penimbunan.

Faktor penyebab terjadinya gerakan pada lereng juga tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi, curah hujan, vegetasi penutup dan penggunaan lahan pada lereng tersebut, namun secara garis besar dapat dibedakan sebagai faktor alami dan manusia.

Kondisi alam yang menjadi faktor utama terjadinya longsor antara lain :

- Kondisi geologi : batuan lapuk, kemiringan lapisan, sisipan lapisan batu lempung, - struktur sesar dan kekar, gempa bumi, stratigrafi dan gunung api.

- Iklim : curah hujan yang tinggi.

- Keadaan topografi : lereng yang curam.

- Keadaan tata air : kondisi drainase yang tersumbat, akumulasi massa air, erosi dalam, pelarutan dan tekanan hidrostatika.

- Tutupan lahan yang mengurangi tahan geser, misalnya tanah kritis. Gejala umum terjadinya tanah longsor :

(20)

- Biasanya terjadi setelah hujan;

- Munculnya mata air baru secara tiba-tiba; - Tebing rapuh dan kerikil mulai berjatuhan.

Dari seluruh kecamatan yang ada hanya Kecamatan Kumpeh yang relatif menjadi kawasan rawan longsor.

Kawasan Rawan Banjir; Secara alamiah, pada umumnya banjir disebabkan oleh

curah hujan yang tinggi dan di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiri dari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan tidak mampu menampung akumulasi air hujan sehingga meluap.

Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air berkurang akibat sedimentasi, maupun penyempitan sungai akibat fenomena alam dan manusia. Secara umum pada sebuah sistem aliran sungai yang memiliki tingkat kemiringan (gradien) sungai yang relatif tinggi (lebih dari 30%) apabila di bagian hulunya terjadi hujan yang cukup lebat, maka potensi terjadinya banjir bandang relatif tinggi.

Tingkat kemiringan sungai yang relatif curam ini dapat dikatakan sebagai faktor “bakat” atau bawaan.Sedangkan curah hujan adalah salah satu faktor pemicu.

Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem pengaliran air menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya.Disamping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir.

Pada daerah permukiman dimana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan air kedalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi sebagian besar air akan menjadi aliran permukaan yang langsung masuk kedalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir.

Perilaku manusia yang menimbulkan bencana banjir diantaranya kegiatan pembalakan kayu secara ilegal, proyek-proyek pembangunan infrastruktur jalan dan jembatan, perkebunan kopi skala besar, HPH, HTI, dan IPK yang tidak direncanakan dengan baik telah menyebabkan terjadinya banjir. Akibatnya, beberapa sungai dan anak sungai di Muaro Jambi di musim hujan sering menimbulkan banjir dan kekeringan di musim kemarau. Kendati demikian luasan kawasan banjir di Muaro Jambi tidaklah

(21)

terlalu besar.

Penyebab utama dari banjir pada kawasan tersebut dapat disebabkan kerusakan kawasan tangkapan air, sehingga terjadi surface run off (limpasan) yang tinggi sehingga badan sungai tidak mampu menampung limpasan dan menggenang pada wilayah cekungan/datar.

Meskipun demikian untuk kawasan banjir disekitar kawasan permukiman terutama disekitar bantaran sungai disebabkan karena daerah cekungan yang cukup luas, sehingga pada saat musim hujan juga terjadi genangan (banjir) yang luas.

Secara keseluruhan desa-desa yang potensial terkena bahaya banjir adalah di Kecamatan Sekernan, Kec. Maro Sebo, Kumpeh Ulu dan Kecamatan Jambi Luar Kota.

B. Rencana Kawasan Budidaya

1. Kawasan Hutan Produksi Terbatas

Muaro Jambi mempunyai HPT yang saat ini tidak seluruhnya produktif dan sebagian mengalami kerusakan.

Dinas Kehutanan dan PSDA Muaro Jambi dapat mengembangkan kedua program terebut, dengan prioritas utama program HTR pada HPT yang ada dalam beberapa tahun kedepan. Untuk itu akan dilakukan pemulihan dan pemanfaatan HPT melalui dua program hutan tanaman yaitu Hutan Tanaman Rakyat dan Hutan Desa.

2. Kawasan Pertanian

Pertanian Lahan Basah; Kabupaten Muaro Jambi memiliki potensi lahan sawah yang dapat dikembangkan sebagai kawasan pertanian sebagai kawasan yang beririgasi dalam kondisi yang baik, untuk dapat lebih dioptimalkan hasil produktifitasnya.

Guna memenuhi mendukung kebutuhan konsumsi beras di wilayah Kabupaten Muaro Jambi maka lahan pertanian sawah yang ada untuk tetap dipertahankan serta dilakukan pengembangan dilahan pertanian lainnya.

Pertanian Lahan Kering; Secara eksisting jenis tanaman pertanian lahan kering yang bertumbuh di Muaro Jambi adalah jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang kedelai, kacang hijau dan kacang tanah.

Jenis pertanian lahan kering ini dikembangkan pada lahan yang bersesuaian, baik berdasarkan peta kesesuaian lahan maupun fakta lapangan. Kegiatan ini

(22)

diarahkan untuk diintensifkan di seluruh kecamatan.

Mengingat letak geografis, maka Kumpeh dan Maro Sebo lebih diarahkan sebagai sentra produksi pertanian lahan kering skala kabupaten, yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penduduk di dalam wilayah Kabupaten Muaro Jambi.

Pertanian Hortikultura; ciri khas dari pertanian hortikultura ini adalah tanaman lahan kering yang bernilai ekonomi tinggi (Tejoyuwono, 1989), seperti sayur-sayuran.

Komoditas pertanian hortikultura yang dapat dikembangkan di Muaro Jambi adalah kembang kol,kentang, kubis, wortel, labu siam, bawang daun, sawi, buncis dan cabe. Sebagian besar

Mengingat karakteristik wilayah dan penduduk serta kesesuaian lahan yang ada, maka kawasan yang diarahkan sebagai kawasan pengembangan pertanian hortkultura dengan kawasan inti Kecamatan Kumpeh dan Kec. Maro Sebo.

3. Kawasan Perkebunan

Berdasarkan potensi (luas) komoditas perkebunan yang dikembangkan di Muaro Jambi terdapat 4 jenis komoditas yang mempunyai areal tanam yang paling luas, yaitu Kopi, Sawit dan Kelapa Dalam.

Mengingat kondisi perkebunan sawit yang dominan memenuhi seluruh wilayah Kabupaten Maro Sebo maka perkebunan sawit tidak menjadi prioritas untuk dikembangkan. Oleh karena itu untuk tanaman perkebunan yang telah berkembang hanya ditingkatkan produktivitasnya.

4. Kawasan Peternakan

Berdasarkan rencana program Pemerintah kabupaten Muaro Jambi, pengembangan sentra peternakan akan dikembangkan sebagai berikut :

Pengembangan sentra peternakan ternak besar (sapi dan kerbau) di Kecamatan Sungai Bahar, Kumpeh Ulu dan Maro Sebo. Pengembangan sentra peternakan ternak kecil (kambing & domba) di seluruh kecamatan di Muaro Jambi terutama kecamatan Jambi Luar Kota dan Kumpeh

Pengembangan sentra peternakan unggas di Seluruh wilayah kecamatan.

(23)

Budidaya Perikanan, Perikanan budidaya dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu budidaya tambak dan budidaya air tawar.

Kriteria untuk kawasan pengembangan budidaya air tawar dan tambak adalah sebagai berikut :

- Kelerengan lahan < 8 % - Persediaan air cukup

- Jauh dari sumber pencemaran, baik pencemaran domestik maupun industri. - Kualitas air baik (memenuhi kriteria kualitas air untuk budidaya perikanan).

Memperhatikan luas lahan dan ketersediaan air dengan puluhan sungai yang ada, diperlukan adanya terobosan baru agar budidaya perikanan kolam, sungai dan danau lebih ditingkatkan. Namun untuk pengembangan budidaya perikanan darat di danau dan sungai sebaiknya dihindari penggunaan jaring apung/keramba.

Pengalaman pada beberapa danau/waduk menunjukkan bahwa pencemaran danau/sungai dari pakan ikan membawa dampak buruk bahkan terhadap hasil produksi ikan itu sendiri.

Dengan demikian sangat disarankan agar budidaya perikanan dikembangkan dalam bentuk kolam. Berkenaan dengan pengembangan terkini dari budidaya perikanan kolam, pendekatan minapolitan perlu dilakukan terutama di kawasan pertanian lahan basah (minapadi).

Mengingat keterbatasan lahan untuk pengembangan usaha tani yang berbasis lahan (ekstensif), maka pengembangan kolam ikan bernilai ekonomi tinggi perlu ditumbuhkan pada kawasan-kawasan yang selama ini sudah menjadi sentra budidaya ikan, terutama di Kecamatan Kumpeh, Kumpeh Ulu dan Kecamatan Maro Sebo.

Kawasan Pengolahan Ikan; pengolahan ikan atau industri perikanan (added

value) masih belum berkembang di Muaro Jambi. Untuk itu perlunya

transformasi struktur ekonomi masyarakat yang berbasis non lahan, maka usaha pengolahan ikan merupakan salah satu tumpuan peningkatan perekonomian masyarakat Muaro Jambi terutama di kawasan sepanjang aliran sungai.

(24)

Dalam mengelola usaha pertambangan, pemerintah menetapkan wilayah pertambangan (WP), yang terdiri dari wilayah usaha pertambangan (WUP), wilayah pertambangan rakyat (WPR) dan wilayah pencadangan negara (WPN). - Wilayah usaha pertambangan (WUP), adalah bagian dari wilayah

pertambangan

- (WP) yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi.

- WUP ditetapkan oleh pemerintah pusat melalui koordinasi dengan pemerintah provinsi.

- Wilayah pertambangan rakyat (WPR), adalah bagian dari wilayah pertambangan

- (WP) tempat dilakukannya usaha pertambangan rakyat.

- WPR ditetapkan oleh bupati/walikota, sesuai pasal 21, UU nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan.

Kriteria untuk menetapkan wilayah pertambangan rakyat (WPR) adalah : a. Mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai dan/atau

di antara tepi dan tepi sungai;

b. Mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan kedalaman maksimal 25 (dua puluh lima) meter;

c. Endapan teras, dataran banjir, dan endapan sungai purba;

d. Luas maksimal wilayah pertambangan rakyat adalah 25 (dua puluh lima) hektare;

e. Menyebutkan jenis komoditas yang akan ditambang; dan/atau

f. Merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun.

Wilayah pencadangan negara (WPN), adalah bagian dari wilayah pertambangan (WP) yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional. Penetapan wilayah pencadangan negara (WPN) dilakukan oleh pemerintah pusat dengan tetap memperhatikan aspirasi daerah sebagai daerah yang dicadangkan untuk komoditas tertentu dan daerah konservasi dalam rangka menjaga keseimbangan ekosistem dan lingkungan.

(25)

sebagian luasnya, sedangkan WPN yang ditetapkan untuk konservasi ditentukan batasan waktunya.

WPN yang diusahakan sebagaian luasnya statusnya berubah menjadi wilayah usaha pertambangan khusus (WUPK). Perubahan status WPN menjadi WPUK dapat dilakukan dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Pemenuhan bahan baku industri dan energi dalam negeri; b. Sumber devisa negara;

c. Kondisi wilayah didasarkan pada keterbatasan sarana dan prasarana; d. Berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi; e. Daya dukung lingkungan; dan/atau

f. Penggunaan teknologi tinggi dan modal investasi yang besar.

Pada saat ini optimalisasi pertambangan di wilayah Kabupaten Muaro Jambi masih berupa potensi bahan galian strategis yaitu sumber daya alam non hayati berupa marmer, batu bara, batu gamping, bentonit, granit dan air raksa yang berpotensi untuk dieksploitasi.

Untuk kegiatan pertambangan bahan galian yang berjalan terdapat di Kecamatan Sungai Bahar, Kecamatan Mestong dan Sungai Gelam

Bahan Galian Strategis; yang termasuk kategori bahan galian strategis adalah emas, pasir besi dan bijih besi. Belum diperoleh data rinci tentang deposit emas yang terdapat di Kabupaten Muaro Jambi

Pemanfaatan bahan strategis ini akan membuka lapangan kerja dan penghasilan yang signifikan bagi masyarakat sekitar. Lokasi bahan galian harus memenuhi persyaratan dan ketentuanperundang-undangan yang berlaku, tentu hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut dengan tetap memperhatikan lingkungan sekitar.

Bahan Galian Vital; yang termasuk kategori bahan galian vital adalah perlit, granodiorit, obsidian, kaolin, batu gamping, lempung dan pasir kuarsa.

Jenis batuan ini umumnya digunakan sebagai bahan dasar untuk Industri. Muaro Jambi mempunyai potensi bahan galian vital yang tersebar merata di seluruh kecamatan. Bahan galian ini dapat saja dikelola (eksploitasi) dengan prioritas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan tidak merusak lingkungan.

(26)

Bahan Galian Konstruksi; merupakan jenis batuan yang kuat dan umum digunakan sebagai bahan dasar bangunan (konstruksi), seperti basalt, batu apung, pasir batu dan batu tembakak. Basalt dan Batu Apung banyak terdapat di kawasan perbukitan. Sedangkan pasir batu (sirtu) umumnya terdapat pada wilayah hilir sungai.

Pemanfaatan bahan galian sudah pasti akan membawa dampak lingkungan. Oleh karena itu pemanfaatannya sebaiknya dibatasi untuk kebutuhan lokal sehingga tidak dieksploitasi secara berlebihan.

Bahan Galian Sumber Energi; di Kabupaten Muaro Jambi terdapat dua jenis bahan galian sumber energi yaitu batu bara dan panas bumi.

Batu bara masih berupa potensi deposit. Sedangkan panas bumi merupakan potensi yang paling besar yang diperkirakan dapat menghasilkan listrik .

Kedua jenis bahan galian sumber energi ini dapat saja dimanfaatkan, namun jauh lebih penting untuk memprioritaskan pemanfaatan panas bumi. Pemanfaatan panas bumi sebagai sumber energi terbarui (alternatif) dapat menjadi solusi sumber daya listrik yang terbatas untuk mendukung kebijakan pemerintah daerah dalam pemerataan pelayanan energi diseluruh wilayah Kabupaten Muaro Jambi.

7. Kawasan Industri

Di Muaro Jambi hanya ada indusri kecil yang tersebar di kawasan perkotaan di Kecamatan Sekernana, Kecamatan Jambi Luar Kota dan Kumpeh Ulu.

Mengingat semakin terbatasnya luas lahan untuk kegiatan usaha pertanian serta perlunya peningkatan SDM masyarakat, maka kegiatan industri yang berbasis agro perlu didorong pertumbuhannya.

Oleh karena itu industri pengolahan hasil pertanian dan perkebunan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan ekonomi kerakyatan. Agroindustri dapat dikembangkan dibeberapa kecamatan yang berdekatan dengan Kota Jambi, seperti di Kecamatan Jambi Luar Kota, Sekernan dan Mestong.

(27)

Kegiatan industri yang dikembangkan dapat saja berupa industri kecil sampai sedang namun tetap berupa industri ramah lingkungan dan non polutan.

8. Kawasan Pariwisata

Menurut UU No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pembangunan kepariwisataan dilakukan melalui pengembangan industri pariwisata, destinasi pariwisata, pemasaran dan kelembagaan pariwisata.

Upaya pengembangan kepariwisataan di Kabupaten Muaro Jambi ini juga tetap dikaitkan dengan daerah tujuan wisata (destinasi) provinsi Jambi yang dapat sebagai satu kesatuan destinasi wisata nasional sekaligus untuk menarik minat pengunjung, ditujukan terhadap wisatawan nusantara maupun mancanegara.

Daerah tujuan pariwisata yang selanjutnya disebut Destinasi Pariwisata adalah kawasan geografis yang berada dalam satu atau lebih wilayah administratif yang didalamnya terdapat daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, serta masyarakat yang saling terkait dan melengkapi terwujudnya kepariwisataan. Kawasan wisata yang cukup potensial dan menjadi andalan Kabupaten Muaro Jambi adalah kawasan wisata Candi Muaro Jambi di Kecamatan Maro Sebo, kawasan wisata agro industri perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Sungai Bahar, Kawasan Agro Wisata di Kecamatan Kumpeh Ulu, Sungai Gelam dan Komunitas Suku Anak Dalam di Kecamatan Mestong.

Khusus mengenai Kawasan Wisata Candi Muaro Jambi yang terletak di Kecamatan Maro Sebo, pada tahun 2011 Bapak Presiden RI telah menetapkan Kawasan Candi Muaro Jambi sebagai salah satu Kawasan Wisata Sejarah Terpadu di Indonesia. Dengan ditetapkannya Kawasan Candi Muaro Jambi sebagai Kawasan Wisata Sejarah Terpadu ini, diharapkan berbagai program guna mendukungan pengembangan Kawasan Wisata Sejarah Terpadu ini dapat terus ditingkatkan, baik melalui pendanaan APBD Kabupaten, APBD Provinsi maupun APBN.

(28)

budaya. Sementara itu untuk wisata lainnya berupa wisata alam yang dapat digabung dengan paket wisata terpadu di wilayah Kabupaten Muaro Jambi, baik perjalanan wisata maupun wisata budaya yang bersifat sejarah dan atraksi budaya di wilayah Kabupaten Muaro Jambi.

Strategi pengembangan wisata Muaro Jambi dapat dimulai dengan memadukan dengan kegiatan wisata yang diarahkan dalam kebijakan provinsi Jambi, dimana selanjutnya diperluas ke pariwisata budaya yang lebih spesifik yang menjadi ciri khas di wilayah Kabupaten Muaro Jambi.

Untuk itu diperlukan dukungan promosi yang gencar, pembangunan infrastruktur, penguatan strategi pemasaran dan meningkatkan pelayanan wisatawan mulai dari informasi sampai fasilitas penunjang pada tiap-tiap kawasan wisata alam yang sudah ada. Pengembangan wisata alam lainnya dapat dilakukan seiring dengan penguatan dan pengembangan objek yang sudah ada.

Tabel 2.8

Nama dan Lokasi Wisata di Kabupaten Muaro Jambi

Kecamatan Nama Obyek Wisata Jenis Wisata

1. Mestong

 Taman Hutan Raya dan Hutan Wisata

 Penangkaran Buaya

 Upacara Adat

 Seni Pertunjukan

 Taman pemancingan

 Perkebunan

 Pertanian Tan. Pangan

 Kehidupan Suku Anak Dalam

Wisata Alam Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Budaya Wisata Alam Wisata Agro Wisata Agro Wisata Budaya

2. Sungai Bahar  Seni Pertunjukan

 Perkebunan

 Kehidupan Suku Anak Dalam

Wisata Budaya Wisata Agro Wisata Budaya 3. Kumpeh Ulu  Danau Arang-arang  Sungai

 Makam Kuno (Selaras Pinang Masak, Orang

Kayo Gemuk, Orang Kayo Pedataran)

 Kerajinan Desa

 Perkebunan

 Perikanan

 Peternakan

 Pertanian Tan. Pangan

 Taman Wisata (Taman Hiburan ACI)

 Bumi Perkemahan Pemuda dan BBAT

 Perkebunan Buah-buahan PT BHG Wisata Alam Wisata Alam Wisata Sejarah Wisata Budaya Wisata Agro Wisata Agro

Wisata Agro Wisata Agro Wisata Buatan

Wisata Alam Wisata Agro

(29)

4. Kumpeh

 Sungai

 Seni Pertunjukan

 Perkebunan

 Perikanan

 Pertanian Tan. Pangan

 Peternakan Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Agro Wisata Agro Wisata Agro Wisata Agro 5. Maro Sebo

 Komplek Percandian Muaro Jambi

 Perkebunan Duku, Durian, Jeruk Bali

 Wisata Buru  Museum  Peninggalan Sejarah  Upacara Adat  Seni Pertunjukan  Desa Kerajinan  Bekarang Ikan

 Kehidupan Suku Anak Dalam

Wisata Budaya/ Sejarah Wisata Agro Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Budaya Wisata Budaya Wisata Budaya Wisata Budaya Wisata Budaya Wisata Budaya

6. Jambi Luar Kota

 Taman Setiti Indah

 Sungai

 Wisata Buru

 Peninggalan Sejarah Candi Pematang

Jering

 Seni Pertunjukan

 Taman Pemancingan

 Perkebunan

 Perikanan

 Pertanian Tan. Pangan

 Peternakan

 Upacara Adat Turun ke Sawah

 Kehidupan Suku Anak Dalam

Wisata Buatan Wisata Alam Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Budaya Wisata Alam Wisata Agro Wisata Agro Wisata Agro Wisata Agro Wisata Budaya Wisata Budaya 7. Sekernan  Sungai  Wisata Buru

 Upacara Adat (Ngantar Kembang ke

Kuburan)

 Seni Pertunjukan

 Perkebunan

 Pertanian Tan. Pangan

 Peternakan Wisata Alam Wisata Alam Wisata Budaya Wisata Budaya Wisata Agro Wisata Agro Wisata Agro

8. Sungai Gelam  Pertanian hortikultura, Peternakan,

Perkebunan Wisata Agro

9. Kawasan Permukiman

Permukiman Perkotaan; pertumbuhan kawasan perkotaan di Muaro Jambi akan mempunyai ciri kawasan permukiman perkotaan pada kawasan sekitar perbatasan dengan Kota Jambi dan sepanjang koridor Kota Jambi dan Sengeti sebagai Ibukota Kabupaten Muaro Jambi.

Secara fungsional Kota Sengeti adalah sebagai pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa, pendidikan, kesehatan dan budaya. Sedangkan permukiman sekitar perbatasan kota Jambi sebagai kawasan perkotaan hinterland dari Kota Jambi dan Kota Sengeti dengan fungsi utama kegiatan

(30)

berbasis perdagangan dan jasa serta akan menjadi pusat kegiatan agro industri. Kawasan perkotaan yang akan cenderung berkembang tersebut berada di wilayah Kecamatan Jambi Luar Kota, Sekernana dan Kumnpeh Ulu.

Permukiman Perdesaan; Umumnya ciri permukiman perdesaan adalah berupa bangunan rumah tradisional, umumnya berkondisi semi permanen, KDB rendah, MCK diluar rumah dan sebagian besar menggunakan sumur (air tanah) sebagai sumber air minum dan belum mendapat aliran listrik.

Ciri permukiman bersifat mengelompok dan tersebar secara sporadis. Memperhatikan kondisi faktual lapangan pola pembangunan permukiman di Muaro Jambi umumnya membentuk pola pita (ribbon) memanjang mengikuti pola perkembangan pembangunan jalan.

Hal ini mudah dilihat, terutama dari Pudak sampai Tanjung di Kecamatan Kumpeh, serta di sekitar Kecamatan Mestong, Sungai Bahar, dan Sungai Gelam yang merupakan konsentrasi utama permukiman penduduk wilayah perdesaan di Muaro Jambi.

Pembangunan permukiman perdesaan di Muaro Jambi memang belum padat dan menimbulkan masalah. Selanjutnya pola pembangunan permukiman dikembangkan sedemikian rupa sehingga aman, efektif, efisien dan sehat serta tersedia fasilitas umum/sosial yang menjadi kebutuhan masyarakat lokal. Berdasarkan rencana pola ruang diatas, pola ruang Muaro Jambi dibedakan menjadi dua bagian, yaitu :

1. Rencana Pola Ruang Kawasan Lindung; 2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya;

Diantara kedua jenis rencana pola ruang tesrebut juga dipetakan beberapa kawasan yang berhimpit dengan kedua pola ruang diatas, yaitu : Rencana kawasan perkotaan Sengeti (Kawasan Koridor Sengeti – Kota Jambi).

Berikut rencana pola ruang kawasan Kabupaten Muaro Jambi dapat dilihat pada peta dibawah ini.

Gambar 2.2

(31)

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

2.1.2.1 Aspek Kesejahteraan dan Pemerataan ekonomi

Aktivitas perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari Produk Domestik regional Bruto Daerah tersebut, PDRB adalah nilai tambah yang dihasilkan suatu wilayah penyusunan PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang dapat menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan tingkat kesejahteraan rakyatnya. PDRB atas dasar harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun, sedangkan PDRB atas harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi suatu wilayah.

PDRB Kabupaten Muaro Jambi atas dasar harga berlaku Tahun 2013 tercatat sebesar 6.49 triliun rupiah, meningkat 17.28 persen jika dibandingkan dengan keadaan pada tahun sebelumnya. Sedangkan berdasarkan harga konstan mencapai 1.51 triliun rupiah, meningkat 7.69 persen. Pada tahun lalu Nilai produksi Migas mengalami penurunan, Migas tercatat negatif 0.04 persen namun pada tahun 2013 ini sedikit meningkat sebesar 0.69 persen.

Grafik 2.1

PDRB Kabupaten Muaro Jambi Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013

0 500 1000 1500 2000 2500 Sektor Pertanian Tamb,gali Industri Listrik, air Konstruksi Perdagangan Angkutan, komunikasi Keuangan Jasa-jasa

(32)

Struktur Ekonomi

Distribusi PDRB menurut sektor atas dasar harga berlaku menunjukkan peran/kontribusi sektor-sektor ekonomi pada tahun tersebut . Sektor pertanian menempati urutan yang pertama sebagai penyumbang / kontribusi terbesar yaitu mencapai 33.14 persen dalam pembentukan struktur perekonomian di Kabupaten Muaro Jambi tahun 2013, pada sektor ini penyumbang terbesar adalah subsektor perkebunan sebesar 16.99 persen. Peranan sektor pertanian di Kabupaten Muaro Jambi hendaknya diupayakan secara terus menerus dalam meningkatkan produksi hasil-hasil pertanian . Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas yang tentunya akan berdampak pada nilai jual produk dan pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani. Laju pertumbuhan sub sektor migas pada tahun 2013 mengalami peningkatan sebesar 0.69 persen merupakan laju pertumbuhan terendah, namun pada tahun sebelumya yaitu pada tahun 2012 minus 0,04 persen.

Pertumbuhan Ekonomi

Pada tahun 2013, Kabupaten Muaro Jambi mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 7.69 persen. Pertumbuhan ekonomi tertinggi terjadi pada sektor konstruksi sebesar 14.80 persen. Kemudian diikuti oleh sektor Listrik dan air pada urutan kedua sebesar 12,23 persen, hal ini disebabkan berkembangnya real estate dikawasan kab. Muaro Jambi kemudian diikuti sektor pertanian sebesar 9.36 persen yang juga merupakan andalan Kab. Muaro Jambi. Sedangkan pertumbuhan ekonomi terendah terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian sebesar 2.17 persen.

Tabel 2.9

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2009 – 2013 No Lapangan Usaha 2009 2010 2011 2012 2013 (1) (2) (5) (6) (7) (8) (9) 1 Pertanian 10,37 9,66 9,39 9,27 9,36 2 Pertambangan Penggalian 5,52 1,22 2,14 1,17 2,17 3 Industri Pengolahan 4,91 4,19 4,21 6,04 7,22 4 Listrik Air 66,59 29,74 12,28 12,13 12,23 5 Bangunan 12,88 13,29 13,12 13,00 14,80 6 Perdagangan 10,31 9,62 9,09 9,21 9,13 7 Pengangkutan Komunikasi 3,80 8,70 4,91 5,69 7,22

(33)

8 Keuangan 2,72 4,47 5,62 7,33 7,54 9 Jasa-jasa 5,88 7,41 7,83 8,71 6,30 PDRB 7,95 6,96 6,98 7,25 7,69

Sumber : BPS Kabupaten Muaro Jambi

Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Muaro Jambi pada tahun 2013 sebesar 7.69 persen lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan pada tahun sebelumnya, tahun 2012 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Muaro Jambi tercatat sebesar 7.25 persen. Pertumbuhan kabupaten Muaro Jambi pada tahun 2013 ini mengalami peningkatan yang cukup signifikan, hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi pada sektor sekunder mengalami kenaikan yang cukup tinggi, terutama pada sektor konstruksi hal ini disebabkan berkembangnmya real estate dan bangunan diwilayah kab. Muaro Jambi, kemudian diikuti dengan sektor listrik dan sektor pertanian.

Pada tahun 2013 sektor pertanian kembali tumbuh sebesar 9.36 persen lebih baik jika dibandingkan tahun 2012 sebesar 9,27 persen yang mengalami pertumbuhan melambat jika dibandingkan tahun 2011 yang sudah mencapai sebesar 9.39 persen. Laju pertumbuhan sub sektor pertanian tahun 2013 ini didukung oleh sub sektor peternakan dan perikanan yang mengalami peningkatan 6.84 persen da 8.97 persen.

2.1.2.1 Aspek Kesejahteraan Sosial

Fokus kesejahteraan sosial diukur dari indikator aspek pendidikan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM), indikator aspek kesehatan (AKB, balita gizi buruk), dan indikatorketenagakerjaan (tingkat kesempatan kerja/penduduk yang bekerja).

Salah satu indikator keberhasilan Pembangunan pendidikan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). APK dan APM Kabupaten Muaro Jambi tahun 2011-2014 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel.2.10

Perkembangan Angka Partisipasi Pendidikan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2011 - 2014

No Jenjang Pendidikan Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

APK APM APK APM APK APM APK APM 1. SD/MI 108,27 98,58 106,56 96,59 106,67 96,79 106,67 96,82% 2. SMP/MTs 86,26 82,14 85,83 81,31 86,35 82,09 88,5% 89,9 % 3. SMA/SMK/MA 55,49 83,28 50,35 47,07 56,45 53,17 83,7 % 79,5 %

(34)

Kemudian tingkat kelulusan siswa yang mengikuti UN jenjang pendidikan SD sampai dengan SMA/SMK/MA pada tahun 2014 rata-rata sebesar 99%. Untuk jenjang SD/MI tingkat kelulusan tahun 2014 rata-rata 100%. Jenjang pendidikan SMP/MTs tingkat kelulusan siswa yang mengikuti UN tahun 2014 rata-rata mencapai 99,2 %. Untuk tingkat kelulusan siswa yang mengikuti UN SMA/MA/SMK pada tahun 2014 mencapai 99%. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar, kualitas siswa dan kualitas tenaga kependidikan di Kabupaten Muaro Jambi cukup baik dan memiliki kompetensi yang tinggi.

Dalam aspek kesehatan Angka harapan hidup naik dari 69,39 menjadi 69,49 atau rata – rata kenaikannya 0,04 per tahunnya. Angka Kematian Bayi menurun dari 33 menjadi 32 dan gizi buruk jg menurun di tahun 2013 penderita gizi buruk sebanyak 12 orang sedangkan tahun 2014 menjadi 10 orang. Angka Harapan Hidup di Kabupaten Muaro Jambi terus mengalami peningkatan, pada tahun 2007 Angka Harapan Hidup sebesar 68,9 meningkat menjadi 69,49 pada tahun 2014. Angka Harapan Hidup di Kabupaten Muaro Jambi mengalami kenaikan rata-rata 0,40 per tahunnya.

Dalam aspek kesempatan kerja, pengangguran yang menjadi salah satu indikator pembangunan Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi tenaga kerja dan tingkat pengangguran di Kabupaten Muaro Jambi sampai dengan Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2.11

Jumlah Pencari Kerja, Angkatan Kerja, Kesempatan Kerja, Jumlah pengangguran dan Tingkat Pengangguran yang Terdaftar

Kabupaten Muaro Jambi Sampai dengan Tahun 2012 - 2014

No Uraian Tahun

2012 2013 2014

1 Tenaga Kerja (Org)

a. Tenaga Kerja dalam Negeri - Tenaga Kerja Wanita - Tenaga Kerja Pria

- Jumlah Tenaga Kerja Pada PMA - Jumlah Tenaga Kerja Pada PMDN b. TKI di Luar Negeri

- Tenaga kerja Wanita - Tenaga kerja Pria

4.549 14.229 - 18.778 - - 4.801 14.542 - 19.343 - - 7.037 23.079 - 30.697 - - 2 Angakatan kerja (org) 814 1.347 1.347 3 Kesempatan Kerja (org) 125 350 500 4 Penduduk 15 tahun Keatas yang berkerja

a. Menurut Jenis Kegiatan

b. Menurut lapangan Pekerjaan Utama c. Menurut status Pekerjaan Utama

5.001 6.543 7.234 5.169 6.633 7.541 8.232 10.022 12.355 5 Jumlah Pencari kerja Yang Mendaftarkan 814 1.347 1.069 6 Jumlah Pencari kerja Yang ditempatkan 68 101 143 7 Angka Pekerja dengan Upah sesuai UMR 70% 75% 80% 8 Pengangguran

(35)

a. Pengangguran terselubung b. Setengah Menganggur c. Pengangguran terbuka - - - - - - - - - 9 Tingkat Pengangguran (%) - - -

Sumber : Dinas Sosial dan Nakertrans Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2014

Dari tabel diatas terlihat peningkatan kesempatan kerja terdaftar di Dinas Sosial dan Nakertrans, dari 125 orang pada tahun 2012 menjadi 350 orang pada tahun 2013 dan meningkat lagi menjadi 500 orang pada tahun 2014. Gambaran ini menjadi dasar akan keseriusan pemerintah Kabupaten Muaro Jambi dalam hal mengurangi pengangguran.

2.2 Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Sampai Tahun 2015 dan Realisasi RPJMD.

Evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan RKPD dan Realisasi RPJMD tahun 2014 meliputi Evaluasi Status dan Kedudukan Pencapaian Kinerja Pembangunan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2013 dan Tahun 2014, Serta Pencapaian Indikator Kinerja RPJMD Tahun 2011-2016.

2.2.1 Evaluasi Status dan Kedudukan Pencapaian Kinerja Pembangunan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2013 dan Tahun 2014.

Sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang – undang bahwasanya tujuan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk menjamin prioritas dan sasaran pembangunan tahunan daerah, rencana program dan kegiatan prioritas daerah serta pagu indikatif yang ditetapkan dalam RKPD, dijadikan pedoman penyusunan rancangan KUA, PPAS dan APBD. Adapun hasil evaluasi status dan kedudukan pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2013 dan Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2.12

hasil evaluasi status dan kedudukan pencapaian kinerja pembangunan Kabupaten Muaro Jambi Tahun 2013 dan Tahun 2014

N o

Urusan Wajib/Pilihan

Pemerintahan Daerah Indikator

Kondisi Tahun 2013 Kondisi Tahun 2014 Perubah an URUSAN WAJIB

( yang berkaitan dengan

pelayanan dasar )

(36)

• Angka kelulusan siswa SD s/d

SMA 99 99,4 0,4

• Angka partisipasi murni 77,35 88,74 11,39

• Angka partisipasi kasar 83,16 92,96 9,8

3 Urusan Kesehatan

• Angka kematian bayi

4,04/1000 Kh

4,04/1000

Kh -

• Angka kematian ibu

65,15 / 100000Kh

65,15 /

100000Kh -

• Angka usia harapan hidup 69,39 69,49 0,1

• Persentase balita gizi buruk 12 10 -2

4 Urusan Pekerjaan Umum dan

Penataan Ruang • Panjang Jalan 1.088,15 1.090,05 1,9

• Persentase Jalan Kondisi Baik 66,24 76,58 10,34

• Panjang Jembatan 2.898,85 3.028,02 129,165

• Cakupan Jaringan Irigasi 19,56 17,61 -1,95

• Panjang Jaringan Irigasi Yang

dibangun 216,95 258,14 41,19

• Panjang Jalan Lingkungan Yang

dibangun 117,434 48,750 -68,684

• Cakupan Pelayanan Air Bersih 9,80%

• Persentase Pemanfaatan Ruang

5 Urusan Ketenteraman Umum

dan Ketertiban Umum dan Perlindungan masyarakat

• Jumlah Organisasi

Kemasyarakatan 38 22 -16

• Jumlah Anggota Satuan Pol PP 90 83 -7

• Persentase Terpeliharanya

Kantrantibmas

6 Urusan Sosial dan

Penanggulangan Bencana • Jumlah Rumah Tangga Miskin 11408 11050 -358

• Jumlah PMKS 395 395 0

• Jumlah Desa Lokasi Bencana 75 48 -27

URUSAN WAJIB

( yang tidak berkaitan

dengan pelayanan dasar )

Urusan Tenaga Kerja • Angka Tenaga Kerja (org) 38.886 60.813 21.927

• Angkatan Kerja (org) 350 500 150

• Jumlah Pencari Kerja yang

mendaftar (org) 1.347 1.069 -278

• Angka Pekerja dengan Upah

sesuai UMR (org) 75% 80% 5%

Urusan Lingkungan hidup • Persentase Pencemaran status

mutu air

• Persentase Pencemaran status

mutu udara

• Persentase Peningkatan Kualitas

Lingkungan Hidup

• Persentase Peningkatan Kualitas

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Kegiatan PKP yang dilaksanakan di rumah sakit meliputi: mempelajari fungsi dan tugas rumah sakit dalam pelayanan kesehatan masyarakat, mempelajari sistematika kerja Instalasi

Keterangan: Sehubungan dengan seleksi sederhana dan hanya dua peserta yang mengupload dokumen prakualifikasi, maka sesuai dokprakualifikasi pasal F.20 Bila dalam seleksi ulang II

(1) Anggaran Belanja Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2006 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran

Powered by

Joshi yang termasuk kakujoshi pada umumnya dipakai setelah nomina untuk menunjukkan hubungan antara nomina tersebut dengan kata lainnya.. Joshi yang termasuk kelompok ini

Dari hasil pengolahan data Risk Response diperoleh data komponen boiler Pult Control memiliki nilai risiko tertinggi yaitu 30 yang berarti menunjukan risiko ini harus

Dari hasil analisis statistik menunjukkan pemberian pakan pada masing- masing perlakuan dengan enzim pada dosis yang berbeda menunjukkan tidak terdapat perbedaan

Penyejuk udara, pendingin ruangan, pengkondisi udara, penyaman udara, erkon, atau AC ( air conditioner ) adalah sistem atau mesin yang dirancang untuk menstabilkan suhu udara