• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau berasal dari Tiongkok, China dan Asia timur. Tanaman ini masuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau berasal dari Tiongkok, China dan Asia timur. Tanaman ini masuk"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Budidaya Tanaman Sawi Hijau

Sawi hijau berasal dari Tiongkok, China dan Asia timur. Tanaman ini masuk ke hidonesia pada abad ke X I X (Rukmana, 1994). Sawi hijau tergolong dalam Divisi: Spermatophyta, Sub divisi: Angiospermae, Klas: Dicothyledonae, Ordo: Rhoeadales (Brasicales), Famili: Crucifera (Brassicaceae), Genus: Brassica, Spesies: juncea, Nama ilmiah: Brassica juncea.

Tanaman sawi hijau (Brassica juncea) termasuk jenis tanaman sayuran daun dan tergolong tanaman semusim (berumur pendek). Biasanya mempunyai daun lonjong agak lebar, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop, wama hijau muda sampai hijau tua dan memiliki tangkai daun yang panjang, agak lebar dan pipih. Memiliki akar serabut yang tumbuh dan berkembang secara menyebar kesemua arah disekitar permukaan tanah sehingga perakaranya sangat dangkal pada kedalaman sekitar 5 cm. Memiliki batang sejati pendek dan bersayap yang terletak pada bagian dasar yang berada didalam tanah. Tanaman ini tumbuh pendek dengan tinggi sekitar 26 cm - 33 cm atau lebih, tergantung dari varietasnya (Bambang, 2003)

Menurut Haryanto (2003) tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berudara panas maupun berudara dingin sehingga dapat diusahakan di daerah dataran tinggi maupun dataran rendah, namun akan lebih baik jika ditanam di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian (5m sampai dengan 1.200m) dpi. Tanaman ini juga tahan terhadap curah hujan sehingga dapat ditanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau apabila penyiraman dilakukan dengan teratur

(2)

dan dengan air yang cukup maka tanaman ini akan tumbuh sebaik pada musim hujan. Jika budidayanya dilakukan di dataran tinggi umumnya akan cepat berbunga. Berhubung selama pertumbuhanya tanaman sawi memerlukan udara yang sejuk maka akan lebih cepat tumbuh apabila ditanam pada daerah yang memiliki kelembaban tinggi. Tanah yang cocok untuk tanaman sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan aimya lancar. Derajat keasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhanya berkisar antara 6-7.

2.2. Biol(^i Hama Ulat Grayak {Spodoptera litura F.)

Spodoptera litura diklasifikasikan kedalam Phylum: Arthropoda, Klas: Insekta, Ordo.- Lepidoptera, Famili: Noctuidae, Sub famili: Amphipyrinae, Genus: Spodoptera, Spesies: litura, Nama ilmiah: Spodoptera litura F, Nama lainnya adalah Ulat grayak (Direktorat Perlindungan Hortikultura, 2007).

Di Indonesia terdapat beberapa spesies dari Genus Spodoptera yaitu: S. litura , S. exigua, S. exempta dan S. mauritia. Ulat grayak ditemukan sepanjang tahun dengan populasi tertinggi tercapai antara bulan Juni sampai dengan bulan September atau pada musim kemarau (Tjahjadi, 1989).

Telur S. litura bebentuk bulat dengan diameter 0,5mm. Telur ini diletakkan berkelompok pada permukaan bawah daun dan diselimuti oleh rambut halus berwama coklat keemasan. Jumlah kelompok telm- yang diletakkan oleh seekor imago betina berkisar antara tiga sampai sepuluh kelompok. Laoh dkk (2003) mengemukakan bahwa dalam satu kelompok telur terdapat sekitar 350 butir telur.

(3)

Oleh Ardiansyah (2007) dikatakan bahwa lama stadium telur bervariasi antara dua sampai empat hari

Ulat yang baru ke luar dari telur akan tinggal berkelompok di sekitar kulit telur dan memakan epidermis daun bagian bawah. Ulat muda berwama hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklat-coklatan dan hidup berkelompok. (Hera, 2007).

Ulat S. litura mempunyai wama yang bervariasi instar pertama tubuh larva berwama hijau, panjang 2,00 - 2,74 mm dan tubuh berbulu-bulu halus, kepala berwama hitam dengan lebar 0,2 -0,3 mm. Instar kedua, tubuh berwama hijau dengan panjang 3,75 - 10,00 mm, bulu-bulunya tidak terlihat lagi dan pada ruas abdomen pertama terdapat garis hitam pada bagian dorsal terdapat garis putih memanjang dari ujung thoraks hingga abdomen, pada toraks terdapat empat buah titik yang berbaris dua-dua. Instar ketiga memiliki panjang tubuh 8,0 - 15,0 mm dengan lebar kepala 0,5 - 0,6 mm. Pada bagian kiri dan kanan abdomen terdapat garis zig zag berwama putih dan bulatan hitam sepanjang tubuh. Instar keempat , kelima dan keenam agak sulit dibedakan. Untuk panjang tubuh instar keempat 13 -20 mm, instar kelima 25 - 35 mm dan instar keenam 35 - 50 mm. Mulai instar keempat wama bervariasi yaitu hitam, hijau, keputihan, hijau kekuningan atau hijau keunguan (Direktorat Jenderal Perkebunan 1994).

Larva akan menjadi pupa setelah bemmur 13-18 hari (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau, 2006). Larva membentuk pupa dalam tanah, tanpa rumah pupa (kokon) berwama coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm, lama stadium pupa 8-11 hari (Ardiansyah, 2007).

(4)

Imago berupa ngengat dengan wama hitam kecoklatan. Fase imago (ngengat) 10-20 hari (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Biromaru, 2000). Pada sayap depan ditemukan spot-spot berwama hitam dengan srip-strip putih dan kuning. Sayap belakang biasanya berwama putih (Ardiansyah, 2007).

2.3. Pestisida Botani Biji jarak

Pestisida nabati yang mempakan bahan insektisida, terdapat secara aiami di dalam bagian-bagian tertentu dari tanaman seperti akar, batang, daun dan buah. Ekstrak tanaman yang mempakan hasil pengambilan cairan metabolit sekunder dari bagian tanaman tertentu, diambil melalui beberapa metode. Metode ekstraksi untuk produksi komersial, biasanya dilakukan dengan cara merendam bahan tanaman yang telah dihancurkan kedalam pelamt khusus seperti metanol, aseton, atau titon. Cara ini dapat lebih sederhana dengan hanya menggunakan air sebagai pelamt sehingga dapat dilakukan oleh petani (Novizan, 2004). Semua bagian tanaman mempunyai efek pestisida, baik terhadap serangga, cendawan maupun nematoda. Biji jarak mempakan bagian yang paling banyak mengandung bahan pestisida.

Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas L.) telah lama dikenal masyarakat Indonesia, yaitu senas penjajahan oleh bangsa Jepang pada tahun 1942. Pada masa itu masyarakat diperintahkan untuk menanam jarak pagar dipekaranganya untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar kendaraan perang bangsa Jepang. Oleh karena itu tidk mustahii kalau tanaman jarak pagar mempunyai beberapa nama daerah anatara lain jarak kosta (Sunda), dulang (Batak) dan bintalo (Sulawesi). Tanaman jarak pagar termasuk tanaman perdu dengan tinggi 1-7 m, bercabang tidak teratur. Batangnya

(5)

berkayu, silindris dan bila terluka akan mengeluarkan getah. Klasifikasi tanaman jarak pagar yaitu: divisi: spermatophyte, subdivisi: angiospermae, klas: dycotyledonae, ordo: euphorbiaceae, genus jatropha, spesies: Jatropha curcas Linn (Ant, 2009).

Buah jarak pagar berupa buah kotak berbentuk bulat telur dengan diameter 2-4 cm. panjang buah 2-4 cm dengan ketebalan sekitar 1cm. Buah berwama hijau ketika muda serta abu-abu kecoklatan atau kehitaman ketika masak. Buah jarak terbagi menjadi 3-5 mang, masing-masing berisi satu biji sehingga setiap buah terdapat 3-5 biji. Biji inildi yang mengandung banyak minyak dengan rendeman mencapai 30-50% dan mengandung toksin sehingga tidak dapat dimakan (Ant, 2009).

Biji jarak berbentuk bulat lonjong, berwama coklat kehitaman dengan ukuran panjang 2 cm, tebal 1 cm dan berat 0,4 - 0,6 g/biji. Panen pertama bisa dilakukan pada saat tanaman sudah bemmur 6-8 bulan setelah tanam dengan produktivitas

0,5-1,0 ton biji kering per hektar per tahun. Selanjutnya akan meningkat secara perlahan dan akan stabik sekitar 5 ton pada tahun kelima setelah tanam (Prihandana dan Hendroko, 2006).

Biji tanaman jarak pagar terdiri atas 58,1% biji inti bempa daging (kernel) dan 41,9%. Kulit hanya mengandung 0,8% ekstrak eter. Kadar minyak (trigliserida) dalam initi biji ekuivalen dengan 55% atau 35% dari berat total biji. Asam lemak penyusun minyak jarak pagar terdiri atas 22,7% asam jenuh dan 77,3% asam tak jenuh. Kadar asam lemak minyak terdiri dari 17,0% asam palmiat, 5,6% asam stearat, 37,1% asam oleat, dan 40,2% asam linoleat (Brodjonegoro dkk, 2005).Biji jarak mengandung 40-60% minyak (castrol oil) yang dapat juga digunakan sebagai

(6)

bahan pelumas, kosmetik dan pestisida. Bungkil biji jarak (castor meal) yang sampai saat ini masih dianggap sebagai limbah mengandung protein yang sangat beracun dan dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati (Kardinan, 2005).

Tingkat racun biji jarak dapat disebabkan oleh beberapa komponen, diantaranya saponins, lectin (curcin), phytates, protease inhibitors, curcalonic acid dan phorbol ester. Phorbol ester yang mengaktivasi sasaran selular penting protein kinase C (PKC) mempakan komponen paling aktif yang hams dihilangkan jika minyak atau biji digunakan sebagai sumber nutrisi hewan dan manusia (Wink, 1997). Menumt Adebowale dan Adedire (2006) mengemukakan bahwa minyak jarak pagar, selain minyak terdapat pula bahan kimia yang bersifat unsaponifiable, hydrocarbon/stereo ester, tryacycerol, asam lemak bebas, diacyglycerol, sterol, monoacyglycerol dan polar lipid. Bahan yang diketahui bersifat toksik terhadap serangga adalah bersifat unsaponifiable yang didalamnya terdapat sterol dan tripenen alkohol. Asam lemak yang memiliki berat molekul yang tinggi, seperti triaglycerols dan pentacyclic triterpene acids dikenal berfimgsi sebagai anti oviposisi dan ovisidal pada serangga.

Cara dan mekanisme kerjanya menyempai hormon juvenil yang mempengamhi pergantian kulit serangga. Selain itu terdapat pula kandungan curcin yang bersifat phytotoxin (toxalbumin) yang temtama terdapat pada biji dan buah. Juga bijinya diduga mengandung hydricyanic acid. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari setiap 1 ton biji terdapat 34% minyak, 48% pupuk organic dan 18% pestisida nabati. Komposisi kandungan bahan toksik/aktif pestisida nabati diduga bervariasi bergantung pada spesies, varietas, klon, strain serta lokasi (Herera, M. et al. 2006).

Referensi

Dokumen terkait