• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Syarat tumbuh tanaman sawi. Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Syarat tumbuh tanaman sawi. Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Syarat tumbuh tanaman sawi

Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia. Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan tanahnya sehingga dikembangkan diIndonesia ini.Tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang diperoleh lebih baik di dataran tinggi. Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5 meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut.

Namun biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 meter sampai 500 meter dpl.Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk. lebih cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan.Tanah yang cocok untuk ditanami sawi adalah tanah gembur, banyak mengandung humus, subur, serta pembuangan airnya baik. Derajat kemasaman (pH) tanah yang optimum untuk pertumbuhannya adalah antara pH 6 sampai pH 7 (Anonimous , 2007)

Sawi merupakan tanaman semusim. Bentuknya yang hampir menyerupai caisim. Sawi dan cisim kadang sukar dibedakan, sawi berdaun lonjong, halus tidak berbulu dan tidak berkrop. Kedua jenis sayuran itu dapat disilangkan

(2)

(kawin silang ). Tanaman Sawi mempunyai batang pendek dan lebih langsing dari pada petsai. Urat daun utama lebih sempit dari pada petsai tetapi daunya lebih liat.

Pada umumnya pola pertumbuhan daunnya berserak (roset) hingga sukar membentuk Krop. Tanaman ini mempunyai akar tunggang dan akar sampimg yang banyak tetapi dangkal . Bunganya mirip petasi tetapi rangkaian tandan lebih pendek . Ukuran kuantum bunganya lebih kecil dengan warna pucat yang spsifik.

Ukuran bijinya kecil dan berwarna hitam kecoklatan . Bijinya terdapat dalam kedua dinding sekat polong yang lebih gemuk . Hampir setiap orang gemar sawi karena rasanya segar (enak) dan banyak mengandung vitamin A. vitamin B , dan sedikit vitamin C, namun daun sawi rasanya agak pahit (Sunarjono, 2004).

Brassica juncea tampaknya berasal dari wilayah tengah asia dekat kaki pegunungan himalaya. Migrasi terjadi kepusat domestika sekunder di India wilayah tengah dan barat cina dan wilayah kaukasus. Catatan dalam bahasa sansekerta menunjukan bahwa tanaman ini ditanam sejak tahun 3000 SM.

Tanaman setahun yang menyerbuk sendiri ini, umumnya tahan terhadap suhu rendah juga dikenal sebagai sawi India , sawi coklat atau sawi kuning. Klasifikasi anggota barassica juncea amat membingungkan karena terdapat berbagai bentuk yang berbeda karena beberapa jenis kadang-kadang disebut sebagai sawi cina atau sawi Oriental (Vincent, 1998)

Sifat dan Ciri umum Tanah Ultisol

Kata ultisol berasal dari bahas latin Ultimus, yang berarti terakhir, atau dalam hal ultisol tanah yang paling terkikis dan memperlihatkan pengaruh luar yang terakhir yaitu pencuciaan. Ultisol memiliki horison argilik dengan

(3)

Alumunium yang dapat dipertukarkan dalam jumlah yang tinggi. Pada umumnya, Ultisol memiliki tingkat kesuburan yang sangat rendah untuk tanaman pangan (Foth, 1994).

Ultisol hanya ditemukan di daerah- daerah dengan suhu tanah rata-rata lebih dari 80C. Ultisol adalah tanah dengan horizon argilik bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa pada kedalaman 1,8 m dari permukaan tanah kurang dari 35%. Tanah ini umumnya berkembang dari bahan induk tua. Di Indonesia banyak ditemukan di daerah dengan bahan induk batuan liat. Tanah ini merupakan bagian yang terluas dari lahan kering di Indonesia yang belum pergunakan untuk pertaniaan. Terdapat tersebar di daerah Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya. Daerah-daerah ini direncanakan sebagai daerah perluasaan areal pertaniaan dan pembinaan transmigrasi. Sebagian besar merupakan hutan tropika dan padang alang-alang. Problema tanah ini adalah reaksi masam , kadar Al tinggi sehingga menjadi racun tanaman dan menyebabkan fiksasi P, unsur hara rendah, diperlukan tindakan pengapuran dan pemupukan ( Hardjowigeno , 1993).

Tanah Ultisol mempunyai karakteristik translokasi liat, tetapi juga perlindian yang intensif. Ultisol mengandung air tetapi sedikit basa, tanpa pemupukan dapat digunakan dengan sistem ladang berpindah (hifting cultivation), akan tetapi karena relative panas dan lengas, tanah ini dapat ditingkatkan produktivitasnya dengan pemupukan (Darmawijaya, 1992).

Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temperete sampai tropika ,mempunyai horizon argilik atau kandik atau fragipan dengan lapisan liat tebal (fanning dan fanning, 1989). Dalam legen of soil yang disusun oleh FAO,

(4)

ultisol mencakup sebagian tanah laterik serta sebagian besar tanah podsolik, terutama tanah podsolik merah kuning (Munir, 1995).

Menurut Mohr dan Van Baren (1972 ) dalam Munir (1996), komponen kimia memiliki karakteristik sebagai berikut:

- Kemasaman : kurang dari 5,5 - BO : rendah sampai sedang - Kejenuhan Basa : kurang dari 35%

- KTK : Kurang dari 24me per 100g liat - Nutrisi : rendah

Sifat Kimia Tanah Kemasaman tanah (pH Tanah)

Kemasaman tanah mempengaruhi serapan unsur hara dan pertumbuhan tanaman melalaui dua cara :

1) Pengaruh langsung ion hydrogen ; atau

2) Pengaruh tidak langsung, yaitu terhadap tersedianya unsur hara termasuk yang tidak beracun

(Indranada, 1993).

Kandungan bahan organik tanah Ultisol rendah, demikian juga penjenuhan basa dan pH juga rendah (pH kurang dari 5,5). Penjenuhan basa pada jenis tanah ini yaitu sekitar 35%. Kapasitas Tukar Kation pada tanah Ultisol yaitu kurang dari 24 me/100 liat sedangkan nutrisi pada tanah ini rendah (Darmawijaya, 1992).

(5)

Tanah ultisol adalah tanah yang telah mengalami pelapukan yang banyak mengandung liat oksidasi hidrous Fe dan Al dalam jumlah tinggi. Liat bereaksi cepat dengan pembentuk sederetan Phidroksida yang sukar larut sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Ultisol biasanya mempunyai kandungan fosfor yang rendah, dengan nilai yang umumnya di bawah 200 ppm (Sanchez, 1992).

C-Organik

Karbon merupakan bahan organik yang utama. Karbon ditangkap tanaman berasal dari CO2 udara. Bahan organik di dekomposisikan menghasilkan air dan CO2 sejumlah kecil CO2 bereaksi dalam tanah membentuk asam karbonat Ca, Mg, K karbonat atau bikarbonat. Garam-garam ini mudah larut dan hilang atau diserap ke dalam tanaman (Hakim, dkk., 1986).

Kandungan karbon dalam humus kurang beraneka dan dianggab sebesar 58% dengan mengasumsikan kandungan 58%, kandungan bahan organik dapat dihitung dengan mengalih persentase karbon dengan 1,724 (Foth, 1994).

Nitrogen

Nitrogen yang merupakan unsur yang utama untuk tanaman tidak terdapat pada batuan-batuan dan hanya berasal dari bahan organik, jadi erat hubungannya dengan bahan organik tanah. Kadar N dalam tanah berkisar antara 0,05-0,25% ,N dalam tanaman berbentuk protein sedang non-organik pada tanah adalah NH4

pada kompleks atau larutan tanah dan NO3 pada larutan tanah berupa garam atau keadaan bebas. Banyak faktor yang menyebabkan penambahan/pengurangan N pada tanaman. Penambahan N antara lain oleh pupuk, air hujan, bahan organik, fiksasi N sedangkan kehilangaannya oleh absorpsi oleh tanaman, pencucian, penguapan/denitrifikasi (Simatupang, 1970)

(6)

Anasir hara (N) diserap perakaran tanaman dalam bentuk anion nitrat (NO3), kation amonium (NH4) dan bahan lebih kompleks seperti asam amino larut air dan asam nukleik. Tanaman lahan pertanian lebih banyak menyerap N dalam bentuk anion nitrat karena perubahan bentuk N-NH4 menjadi N-NO3 telah terjadi dalam tanah. Semua bentuk ion yang diserap akar tanaman akan diubah menjadi bentuk NH2. Jika perakaran menyerap N- nitrat, senyawa ini segera mereduksinya menjadi amonium dengan melibatkan enzim yang mengandung molibdenum (poerwowidodo, 1993).

Kadar Bahan Organik

Bahan organik adalah semua sisa jasad hidup dalam tanah, baik yang masih segar maupun yang telah terdekomposisi, senyawa sederhana maupun kompleks. Ini termasuk akar tanaman, sisa tanaman dan hewan dalam semua tingkat dekomposisi, humus, mikrobia dan beberapa senyawa organik (Kohnke, 1968).

Faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas ultisol ini adalah:

(1) konsentrasi alumunium, dan mangan yang tinggi, (2) kekahatan kalsium, (3) daya fiksasi fosfor, sulfur, dan molibdenum tinggi, Kandungan bahan organik yang rendah sehingga daya menahan air menjadi rendah, stabilitas agregat tanah rendah dan bobot isi tanah tinggi serta kandungan liat yang tinggi akan terjadi proses pemadatan tanah yang cepat yanag sangat berpengaruh terhadap perkembangan akar tanaman (Thamrin, 2000).

Bahan organik dapat meningkatkan ketersediaan hara di dalam tanah dan merupakan zat perekat yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga dapat mengurangi permeabilitas tanah pasir. Pada peruraian bahan organik selain

(7)

dihasilkan humus, juga dihasilkan karbondioksida, air dan unsur hara. Penguraian bahan organik menjadi senyawa-senyawa anorganik disebut mineralisasi, dimana selama proses juga dihasilkan unsur hara yang langsung dapat dipergunakan tanaman (Tjwan, 1965).

Penambahan bahan organik dan kapur akan meningkatkan kandungan P-tersedia dalam tanah . Hal ini disebabkan oleh adanya pengaruh langsung dari pupuk kandang dan kapur serta pengaruh tidak langsung dari pupuk kandang dan kapur serta pengaruh tidak langsung terjadi karena proses dekomposisi bahan organik yang menghasilkan asam-asam organik mampu menon-aktifkan anion-anion pengikat fosfat yaitu Al dan Fe yang membentuk senyawa logam organik, sedangkan pengaruh secara langsung karena bahan organik merupakan sumber P dan S yang tersedia bagi tanaman (Miller dan Donahue, 1990).

Adapun penambahan bahan organik kedalam ultisol, dimaksudkan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah secara simultan. Sutedjo et all (1991) merinci pengaruh pemberian bahan organik ke dalam tanah sebagai berikut, yaitu pengaruh-pengaruh fisik yang terhadap keadaan biologi tanah.

Dengan pengaruh–pengaruh ini struktur tanah menjadi lebih baik, aerasi menjadi lebih baik, mempunyai efek pengikat yang baik atas partikel-partikel tanah.

Kapasitas menahan airnya meningkatkan daya sanggah tanah, mencegah meningkatnya kemasaman dan alkalinitas yang terlalu tinggi (Sutedjo et all, 1991).

(8)

Nisbah C/N Tanah

Nilai C/N bahan organik segar menentukan reaksi dalam tanah. Bila C/N bahan organik tinggi maka akan terjadi persaingan N antara tanaman dan mikroba, dalam hal ini N di mobilisasi. Bila nitrifikasi baik, maka C/N akan rendah, dengan demikian bahan organik bisa cepat habis. Untuk mempertahankan bahan organik dalam tanah harus disediakan N yang cukup. Suatu dekomposisi bahan organik yang lanjut dicirikan oleh C/N yang tinggi menunjukkan dekomposisi belum lanjut atau baru mulai (Hakim, dkk., 1986).

Pupuk kandang perlu mengalami proses penguraiaan dengan demikian kualitas pupuk kandang juga turut ditentukan oleh C/N rasio yang tinggi sehingga mikroorganisme memerlukan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan proses penguraiannya sehingga lama mengeluarkan panas misalnya pada sapi, kerbau, dan babi. Dalam dunia pupuk kandang dikenal dengan istilah pupuk panas dan pupuk dingin, pupuk panas adalah pupuk kandang yang proses penguriannya berlangsung cepat sehingga terbentuk panas, salah satu contohnya adalah kotoran ayam, pada pupuk dingin terjadi sebaliknya (Novizan, 2002).

Pupuk Kiserit

Kieserit segera tersedia bagi tanaman dengan pengaruh yang lama.

Kieserit mengandung kurang lebih 26% MgO dan 22% S. Beberapa sifat penting lainnya berbentuk hablur dan berwarna abu-abu, mudah tersedia bagi tanaman yang bereaksi agak masam karena mengandung SO4, serta kurang tahan disimpan dalam waktu yang lama.(Chan dan Suwandi, 1984).

Magnesium di dalam tanah berada dalam berbagai mineral yang mana yang paling utama adalah kalsium magnesium karbonat CaMg (CO3), dan paling

(9)

banyak terdapat pada tanah liat. Tanah liat mengandung 0,5-2,5 MgO dan dari jumlah ini kira-kira 10% mudah diserap oleh tanaman, sedangkan persediaan magnesium pada tanah pasir jauh lebih sedikit yang mana paling banyak mengandung 0,15% MgO. Oleh karena itu pada tanah pasir banyak dijumpai kekurangan magnesium (Rinsema, 1986 ).

Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang adalah kotoran padat dan cair dari hewan atau ternak yang di kandangkan, yang dapat dicampur dengan sisa makanan dan alas kandangnya.

Penguraian pupuk kandang menjadi humus merupakan yang penting dalam memperbaiki sifat kimia tanah (Wigati, dkk., 2006).

Pupuk kandang mempunyai beberapa fungsi antara lain (1) mengembangkan beberapa unsur hara seperti fosfor, nitrogen, sulfur dan

kalium; (2) meningkatkan kapasitas tukar kation tanah ; (3) melepaskan unsur hara P dan oksidasi Fe dan Al ; (4) memperbaiki sifat fisik tanah dan struktur tanah; (5) Serta membentuk senyawa kompleks dengan unsur makro dan mikro sehingga dapat mengurangi proses pencuciaaan unsur makro dan mikro sehingga dapat mengurangi proses pencucian unsur. Pupuk kandang adalah pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak. Kualitas pupuk kandang tergantung pada jenis ternak kualitas pakan ternak dan cara penampungan pupuk kandang. Table 1 menunjukan pupuk kandang dari ayam atau unggas memiliki kandungan hara yang lebih besar dari pada jenis ternak lainnya . Penyebabnya adalah kotoran pada unggas tercampur dengan kotoran cairnya. Umumnya kandungan unsur hara pada urine selalau lebih tinggi dari pada kotoran padat

(10)

Tabel 1. Kandungan Beberapa jenis Unsur hara beberapa jenis pupuk Kandang (Sukristiyonubowo, 1993).

Jenis Ternak N(%) P2O5(%) K2O(%)

Ayam 1,7 1,9 1,5

Sapi 0,3 0,2 0,3

Kuda 0,4 0,2 0,3

Domba 0,6 0,3 0,2

Pupuk kandang kotoran ayam yang kering mengandung kadar air kurang dari 15 %. Hal ini akan mengurangi kehilangan amonia dan akan menghasilkan pupuk kandang dengan mutu yang baik dan tidak terlalu bau, sehingga mudah ditangani dalam pendistribusiannya, harga pupuk kotoran ayam ini lebih mahal dan kandungan haranya lebih tinggi yakni 24 kg N/ton, 20 kg P2O5/ton dan 15 kg K2O (Simpson, 1986).

Ciri-ciri pupuk kandang yang baik dapat dilihat secara fisik atau kimia. Ciri fisiknya adalah berwarna kecoklatan kehitaman, cukup kering , tidak menggumpal dan tidak berbau menyengat. Ciri-ciri kimiawinya adalah C/N sangat kecil (bahan pembentukannya sudah dan tidak terlihat ) temperature nya relative stabil (Novizan, 2002).

Gambar

Tabel 1. Kandungan Beberapa jenis Unsur hara beberapa jenis pupuk Kandang  (Sukristiyonubowo, 1993)

Referensi

Dokumen terkait

unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan tanaman, serta pada tanah terdapat. jasad renik tanah atau organisme tanah pengurai bahan organik

Pertanian organik adalah suatu sistem pertanian ya ng mendorong kesehatan tanah dan tanaman, melalui praktek seperti pendaur-ulangan unsur hara dari bahan organik (seperti kompos

Hara yang berasal dari bahan organik diperlukan untuk kegiatan mikrobia tanah untuk diubah dari bentuk organik komplek yang tidak dapat dimanfaatkan tanaman menjadi

Asosiasi antara akar tanaman dengan jamur ini memberikan manfaat yang sangat baik bagi tanah dan tanaman inang yang merupakan tempat jamur tersebut tumbuh dan berkembang

Sumber utama nitrogen tanah adalah bahan organik, yang kemudian akan mengalami proses mineralisasi yaitu konversi nitrogen oleh mikroorganisme dari nitrogen organik (protein dan

pertumbuhan tanaman ubi kayu yang lebih baik, tanah harus subur dan. kaya bahan organik baik unsur makro

Tanah gambut merupakan tanah yang mempunyai kandungan organik dan kadar air yang tinggi, yang terbentuk dari fragmen-fragmen material organik yang berasal dari

Zakaria dan Vimala (2002) pupuk organik yang cukup baik yaitu pupuk kandang ayam karena memiliki kandungan N yang cukup tinggi sebesar 2.6 %, unsur P sebesar 2.9 %, dan unsur