• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Lubis (1992) taksonomi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut,

Kingdom : Plantae Divisio : Tracheophyta Sub Divisio : Pteropsida Kelas : Angiospermae Sub Kelas : Monocotyledonae Ordo : Cocoideae Family : Palmae Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guneensis Jacq. Kelapa sawit berkembang biak dengan cara generatif. Buah sawit matang

pada kondisi tertentu embrionya akan berkecambah menghasilkan tunas (plumula) dan bakal akar (radikula). Kelapa sawit yang sudah dewasa memiliki akar serabut yang membentuk anyaman rapat dan tebal. Sebagian akar serabut tumbuh lurus ke bawah/vertikal dan sebagian lagi tumbuh menyebar ke arah samping/horizontal (Sastrosayono, 2003).

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, dimana batangnya tidak berkambium dan tidak bercabang. Batang berbentuk silinder dengan diameter 20-75 cm. Tanaman yang masih muda batangnya tidak terlihat jelas karena

(2)

mencapai ketinggian 24 meter. Pertumbuhan batang tergantung jenis tanaman, kesuburan lahan, dan iklim setempat (Fauzi, dkk, 2002).

Daun kelapa sawit tersusun majemuk menyirip. Daun dibentuk di dekat titik tumbuh. Daun membentuk satu pelepah yang panjangnya 7,5-9,0 m dengan jumlah anak daun setiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Daun tua yang sehat berwarna hijau tua dan segar (Turner and Blanks, 1974).

Menurut Dartius (1995), luas daun tanaman kelapa sawit dapat dihitung dengan rumus A = P x L x k ,dimana : A = Luas daun (cm2); P = Panjang daun (cm); L = Lebar daun (cm); k = konstanta = 0,57 untuk daun belum membelah atau lanset pada tahap pre nursery dan 0,51 untuk daun yang telah membelah atau bifourcate.

Tanaman kelapa sawit bersifat monoecious atau berumah satu. Bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman, namun tandan bunga jantan terpisah dengan tandan bunga betina dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang, betina terlihat lebih besar apalagi saat sedang mekar (Syamsulbahri, 1996).

Penyerbukan buatan pada tanaman kelapa sawit dapat dilakukan dengan menyemprotkan/menaburkan serbuk sari yang diambil secara sengaja dari bunga jantan pada bunga betina yang sedang mekar atau fertil (Sianturi, 1993).

Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelepah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah

(3)

sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas (FFA, free fatty acid) akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya (Fauzi, dkk, 2002).

Buah terdiri dari tiga lapisan. Eksokarp yaitu bagian kulit buah berwarna kemerahan dan licin, Mesokarp, serabut/daging buah, Endokarp yaitu cangkang pelindung inti. Endokarp yaitu inti/kernel kelapa sawit. Inti sawit (kernel, yang sebetulnya adalah biji) merupakan endosperma dan embrio dengan kandungan minyak inti berkualitas tinggi (Soehardiyono, 1998).

Syarat Tumbuh

Iklim

Kelapa Sawit dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis (15° LU - 15° LS). Tanaman ini tumbuh baik di ketinggian 0-500 m dari permukaan laut dengan kelembaban optimum 80-90%. Sawit membutuhkan iklim dengan curah hujan stabil 2000-2500 mm per tahun, yaitu daerah yang tidak tergenang air saat hujan dan tidak kekeringan saat kemarau. Pola curah hujan tahunan mempengaruhi perilaku pembungaan dan produksi buah sawit (http://id.wikipedia.org/, 2009).

Kecepatan angin antara 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan pada tanaman kelapa sawit (Lubis, 1992).

Suhu merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan pembentukan hasil tanaman. Pada tanaman kelapa sawit temperatur optimal berkisar antara 24°-28°C dengan lama penyinaran matahari 5-7 jam per hari. Suhu rata-rata tahunan daerah pertanaman kelapa sawit yang menghasilkan banyak tandan adalah pada rata-rata suhu 25°C dan 27°C (Sianturi, 1993).

(4)

Tanah

Pada pembibitan kelapa sawit dibutuhkan tanah dengan aerasi baik sehingga pertumbuhan akar tidak terganggu dan pada ujung-ujung akar yang terbentuk akan cepat mengabsorpsi air dan hara (Sianturi, 1993).

Agar diperoleh bibit yang baik pertumbuhannya, media yang digunakan harus sesubur mungkin dengan struktur baik. Hal ini bertujuan untuk melengkapi suatu media pertumbuhan yang banyak mengandung unsur hara dan tersedia untuk pertumbuhan tanaman (Hartley, 1977).

Kisaran pH yang baik untuk pertumbuhan tanaman kelapa sawit adalah 6,5-7,0 dengan pH tanah ideal 5,5. Tanah harus gembur dan berdrainase baik. Pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit dalam banyak hal tergantung

pada karakter lingkungan fisik dan kimia dimana tanaman ditumbuhkan (Sianturi, 1993).

Tenera (D x P)

Tenera adalah hasil persilangan antara induk Dura dan jantan Pisifera.

Jenis ini dianggap bibit unggul sebab melengkapi kekurangan masing- masing induk dengan sifat cangkang buah tipis namun bunga betinanya tetap

fertil. Beberapa tenera unggul memiliki persentase daging per buahnya mencapai 90% dan kandungan minyak per tandannya dapat mencapai 24-26 % (http://id.wikipedia.org/, 2009).

Benih-benih kelapa sawit yang dihasilkan oleh produsen benih resmi saat ini adalah jenis Tenera yang telah mengalami proses introduksi yang sedemikian

(5)

rupa dan berulang-ulang sehingga menghasilkan kualitas sangat baik, berasal dari indukan yang jelas asal usulnya yaitu Dura dan Pisifera.

Dura, ditanam sebagai pohon induk betina dengan ciri-ciri :

- Daging buah (mesokarp) tipis (20-65 %) - Tempurung tebal (20-50 %)

- Biji tebal (4-20 %)

Pisifera, ditanam sebagai sumber serbuk sari dengan ciri-ciri :

- Daging buah (mesokarp) tebal (92-97 %) - Tidak ada tempurung

- Biji kecil (3-8 %)

Tenera (D x P), ditanam di perkebunan kelapa sawit dengan ciri-ciri :

- Daging buah (mesokarp) sedang-tebal (80-96 %) - Tempurung tipis (3-20 %)

- Biji sedang (3-15 %) (Subiantoro, 2009).

Limbah Solid (Solid Ex Decanter)

Adapun hasil dan limbah dari perkebunan dan pabrik pengolahan kelapa sawit adalah sebagai berikut (a) Hasil dan limbah kebun kelapa sawit : tandan buah segar (TBS), hijauan kebun antar tanaman (covercrop/ground) dan rumput, pelepah dan daun kelapa sawit. (b) Hasil dan limbah pabrik pengolahan kelapa sawit : Crude Palm Oil (CPO) dan Crude Kernel Palm Oil (CPKO), serat buah (serabut/fibre), lumpur sawit, bungkil inti sawit (BIS), limbah padat (solid), tandan buah kosong kelapa sawit (Maskamian, 2006).

Solid adalah produk akhir berupa padatan dari proses pengolahan TBS di PKS yang memakai sistem decanter. Decanter digunakan untuk memisahkan fase cair (minyak dan air) dari fase padat sampai pertikel-pertikel terakhir. Decanter dapat mengeluarkan 90% semua padatan dari lumpur sawit dan 20% padatan terlarut dari minyak sawit (Pahan, 2008).

(6)

Unsur hara yang terkandung dalam decanter solid basah/mentah (wet

decanter solid) berdasarkan hasil analisis sampel di beberapa perkebunan besar di

Sumatera yaitu N (0.472%), P (0.046%), K (0.304%) dan Mg (0.070%). Kandungan unsur hara tersebut hampir sama dengan janjangan kosong, akan tetapi kandungan Kalium (K) pada decanter solid lebih rendah (Pahan, 2008).

Decanter Solid mengandung unsur hara dan zat organik yang tinggi.

Aplikasinya pada tanaman kelapa sawit dapat meningkatkan kandungan fisik, kimia dan biologi pada tanah, dan menurunkan kebutuhan pupuk anorganik secara keseluruhan (Pahan, 2008).

Kompos Solid

Pengomposan adalah cara pemanfaatan limbah padat yang sudah lama dikenal. Setiap limbah padat yang dibuang ke tanah akan selalu diikuti pembusukan yang dilakukan oleh mikroba tanah ataupun mikroba yang berasal dari limbah itu sendiri (Ditjen PPHP, 2006).

Hasil penelitian Santi, et al (2000), menunjukkan bahwa asam humik kompos asal limbah padat organik perkebunan mengandung aspartat dan glutamat sebagai asam amino utamanya. Asam amino merupakan komponen penting penyusun enzim tanaman.

Pengaruh stimulasi bahan humik yang terkandung dalam kompos terhadap pertumbuhan tanaman telah diteliti dan dipublikasikan secara luas. Fungsi bahan humik yang utama adalah (i) untuk menginisiasi germinasi bibit dan perakaran, (ii) meningkatkan pembelahan dan pemanjangan sel, (iii) meningkatkan total biomassa tanaman dan jumlah klorofil daun, (iv) meningkatkan permeabilitas

(7)

membran sel tanaman sehingga mempermudah pengangkutan nutrien melalui membran sel, serta (v) untuk mengubah bentuk nutrien tidak larut menjadi bentuk terlarut dalam tanah (Chen dan Aviad,1990 ; Mikkelsen, 2005).

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengomposan antara lain: rasio C/N, ukuran partikel, aerasi, porositas, kandungan air, suhu, pH, kandungan

hara, dan kandungan bahan-bahan berbahaya. Aspek/manfaat kompos bagi tanah dan tanaman : 1. Meningkatkan kesuburan tanah, 2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah, 3. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah, 4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah, 5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen), 6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman, 7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman, 8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah (Isroi, 2006).

Asam humik dapat menghambat pertumbuhan fungi patogen dan menstimulasi aktivitas mikroba tanah. Sebagai hasil dekomposisi bahan organik, asam amino merupakan komponen utama yang terkandung dalam asam humik. Keberadaan asam amino sebagai komponen utama dalam asam humik memungkinkan penggunaan senyawa ini sebagai sumber nitrogen organik (Coelho et al., 1985).

Sejalan dengan paradigma pengurangan input pupuk kimia buatan, maka dapat ditempuh upaya pemanfaatan kompos. Pemanfaatan kompos limbah padat pabrik pengolahan kelapa sawit 50-75 % pada media pembibitan kelapa sawit di pre nursery, berpengaruh positif terhadap pertumbuhan bibit disamping dapat mengurangi pemakaian pupuk kimia buatan (anorganik), juga efektif dalam upaya pengembalian kembali unsur hara terangkut panen (Santi dan Goenadi, 2008).

(8)

Peranan bahan organik sangat penting dalam meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air. Dengan meningkatnya kemampuan tanah dalam menahan air maka akar-akar tanaman akan mudah menyerap zat-zat makanan bagi pertumbuhan tanaman (Hakim, dkk, 1986).

Tanah Ultisol

Di Indonesia tanah ultisol mempunyai lapisan permukaan yang sangat terlindi berwarna kelabu cerah sampai kekuningan di atas horizon akumulasi yang bertekstur relative berat berwarna merah atau kuning dengan struktur gumpal agregat kurang stabil dan permeabilitas rendah, topografi umumnya berbukit dan elevasi 50-350 m (Darmawijaya, 1997).

Ultisol merupakan salah satu jenis tanah yang dapat digunakan sebagai media pembibitan. Namun tanah ultisol miskin kandungan hara makro terutama N, P, K, Ca, dan Mg dan juga memiliki kandungan bahan organik yang rendah. Tanah seperti ini banyak dijumpai di Indonesia yang dulu dikenal dengan nama Podzolik Merah Kuning (PMK) (Hasibuan, 2006).

Ultisol umumnya bereaksi masam, produktivitasnya rendah, kapasitas tukar kation (KTK) dan kejenuhan basa (KB) rendah, kejenuhan alumunium (Al) yang tinggi sehingga menyebabkan Phospor (P) membentuk senyawa yang tidak larut dengan Al sehingga pertumbuhan tanaman terganggu (Sanchez, 1992).

Menurut Heddy (1986) ciri-ciri tanah ultisol adalah memiliki solum tanah yang agak tebal yaitu 90-180 cm dengan batas horizon datar. Konsistensinya adalah gembur di bagian atas dan teguh di bagian bawah dengan tekstur dari lempung berpasir hingga liat.

(9)

Problem umum tanah ultisol yang memiliki reaksi tanah (pH) tanah masam, kandungan Al yang tinggi, dan unsur haranya yang rendah dapat diatasi melalui pengapuran dan pemupukan serta pengelolaan yang baik sehingga tanah dapat menjadi lebih produktif dan tidak rusak (Hardjowigeno, 1987).

Topsoil yang merupakan tanah lapisan atas memiliki tingkat pelapukan dan bahan organik yang lebih tinggi dibanding lapisan yang dibawahnya yaitu lapisan subsoil. Maka semakin ke dalam, lapisan tanah ultisol semakin rendah tingkat kesuburannya. Pada umumnya lapisan tanah topsoil antara 0-20 cm sedangkan tanah subsoil antara 35-55 cm (Buckman dan Brady, 1982).

Pupuk NPKMg (15:15:6:4)

Untuk mendapatkan pertumbuhan bibit yang baik, pemupukan yang tepat merupakan faktor yang penting. Kebutuhan yang pasti akan unsur-unsur hara bagi pertumbuhan bibit kelapa sawit belum seluruhnya diketahui. Penambahan suatu unsur hara dilakukan jika kelihatan adanya kekahatan (Chan dan Tobing, 1982).

Pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara dan memiliki persentase kandungan unsur tertentu. Pupuk majemuk lebih efisien dalam aplikasinya dibanding pupuk tunggal, dimana beberapa unsur hara penting yang dibutuhkan tanaman dapat diberikan sekaligus dalam sekali aplikasi. Dengan menggunakan pupuk majemuk lengkap, waktu dan biaya tenaga kerja serta ongkos pengangkutannya dapat dihemat (Sastrosoedirjo, dkk 1992).

Pupuk majemuk merupakan hara penting bagi tanaman. Berdasarkan penelitian di Sumatera Utara unsur-unsur hara yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa sawit adalah nitogen (N), fosfor (P), kalium

(10)

Pada pembibitan pupuk pertama diberikan pada waktu sebulan setelah tanam kecambah, karena masih mendapat makanan dari endosperma biji. Pemberian pupuk pada bibit kelapa sawit memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan, namun demikian jika pemberian berlebihan akan menekan pertumbuhannya. Interaksi antara unsur N, P, K dan Mg sangat berbeda nyata dan bibit kelapa sawit sangat peka terhadap perubahan perimbangan unsur hara yang diberikan (Socfindo, 2003).

Menurut rekomendasi Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, pemupukan bibit di pre nursery dapat menggunakan Urea 2 gr/liter air/100 bibit, pemupukan secara foliar application (melalui daun), dengan frekuensi pemupukan sekali seminggu. Dan pemberian pupuk NPKMg (15:15:6:4) sebanyak 2,5 gr/bibit melalui media tanam. Pada media dapat ditambahkan bahan organik berupa kompos TKKS 100 kg/m3 tanah dan Rock Phospate 5 kg/m3 (PPKS, 2001).

Unsur N yang diserap tanaman berperan dalam menunjang pertumbuhan vegetatif tanaman seperti akar, batang dan daun. Unsur P berperan dalam membentuk sistem perakaran yang baik. Unsur K yang berada pada ujung akar merangsang proses pemanjangan akar. Di samping itu unsur K juga berperan merangsang titik-titik tumbuh tanaman, sedangkan unsur Mg diperlukan sebagai inti penyusun khlorofil. Apabila tanaman kekurangan unsur hara P maka dapat menyebabkan berkurangnya perkembangan akar, dimana akar akan kelihatan kecil-kecil (Sarief, 1986).

Unsur N menyebabkan perkembangan permukaan daun yang lebih cepat. Unsur N berperan dalam meningkatkan perkembangan batang baik secara horizontal maupun vertikal. Sedangkan unsur P, K, Mg juga berperan dalam

(11)

menunjang pertumbuhan lebar daun. Umumnya unsur hara yang tersedia bagi tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan besar lingkaran batang. K berfungsi menguatkan vigor tanaman yang dapat mempengaruhi besar lingkaran batang tanaman muda (Suwandi dan Chan,1982).

Unsur N adalah penyusun utama biomassa tanaman muda. Unsur N berperan di dalam merangsang pertumbuhan vegetatif yaitu menambah tinggi tanaman dan merangsang pertumbuhan daun (Hakim, dkk, 1986).

Menurut Lubis, dkk (1986), adapun beberapa peranan unsur P yaitu berperan penting dalam proses pembelahan sel untuk membentuk organ tanaman, berperan dalam pembentukan anakan, akar, buah, dan biji. Selain itu, P juga berperan penting dalam pembentukan ikatan-ikatan pirofospat seperti ATP dan ADP yang memungkinkan terjadinya transfer energi pada tanaman.

Kombinasi pupuk dengan bahan organik dapat digunakan untuk meningkatkan metabolisme tanaman, dimana penyerapan unsur hara yang berasal dari pupuk akan lebih efektif karena meningkatnya daya dukung tanah akibat penambahan bahan organik dalam tanah. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman akan lebih baik sehingga dapat meningkatkan berat basah dan berat kering tanaman (Suwandi dan Chan,1982).

Apabila tanaman kekurangan unsur hara N, P, K, dan Mg akan menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat, akar menjadi lemah dan jumlah akar berkurang, sehingga akan mempengaruhi dan mengakibatkan terganggunya proses pembentukan biomassa tanaman atau bagian-bagian vegetatif tanaman secara keseluruhan (Suseno, 1974).

Referensi

Dokumen terkait

Bursa Indonesia hari ini diperkirakan akan mengalami technical rebound dengan saham-saham blue chip akan yang akan menjadi motornya, indeks EIDO menguat 5,3% yang dapat

Sedangkan Pemberian pakan dengan dosis 5% dari bobot tubuh memiliki pertumbuhan terendah karena jumlah pakan yang tersedia dalam wadah pemeliharaan hanya sedikit, sehingga

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk-produk dan Aspek-aspek Hukumnya, Jakarta: Kencana, 2014, hlm.. yang tepat untuk perkembangan perbankan syariah adalah dengan

Tahap pemeliharaan meliputi adaptasi yang dilakukan pada sapi dengan minimal 14 hari atau sampai konsumsi pakan ternak stabil, kemudian dilanjut dengan

Penyalir parit pencegat/saluran pemotong (interceptor drain) Penyalir parit pencegat dibuat untuk memotong aliran air tanah yang masuk ke daerah longsoaran. Parit ini digali

Kadar E2 dalam plasma darah sidat hasil induksi hormonal selama penelitian disajikan pada Gambar 2 menunjukkan bahwa perlakuan kombinasi dengan hormon E2 menunjukkan

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa untuk penjaran pulau terluar di Indonesia dapat dilakukan dengan cara sertifikasi pulau, peranan pemerintah (baik di pusat dan

Berdasarkan hasil pengujian regresi pada tabel di atas diketahui F test sebesar 167.973 lebih besar dari F tabel sebesar 4.062, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan variabel