• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan pendahuluan Hipertensi LP hipert (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Laporan pendahuluan Hipertensi LP hipert (1)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan pendahuluan Hipertensi / LP hipertensi I. PENGERTIAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik ( Smith Tom, 1995 ).

II. ETIOLOGI / PENYEBAB

Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )

1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya

2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :

Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi

(2)

Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

III. PATOFISIOLOGI

(3)

Pathway hipertensi

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

IV. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 ) Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan

dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.

Gejala yang lazim Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

V. KLASIFIKASI HIPERTENSI

(4)

KATEGORI TEKANAN SISTOLIK TEKANAN DIASTOLIK NORMAL DIBAWAH 130 mmHg DIBAWAH 85 mmHg

PRE HIPERTENSI 130 mmHg – 139 mmHg 85mmHg – 89mmHg

STADIUM I

(HIPERTENSI RINGAN)

140 mmHg – 159 mmHg 90 mmHg – 99 mmHg

STADIUM II

(HIPERTENSI SEDANG) 160 mmHg – 179 mmHg 100 mmHg – 109 mmHg STADIUM III

210 mmHg atau lebih 120mmHg atau lebih

VI. KOMPLIKASI

Adapun komplikasi yg bisa berlangsung pada penyakit hipertensi menurut TIM POKJA RS Harapan Kita (2003 : 64) & Dr. Budhi Setianto (Depkes, 2007) yakni diantaranya :

Penyakit pembuluh darah otak seperti stroke, perdarahan otak, dan transient ischemic attack

Penyakit jantung seperti gagal jantung, angina pectoris, infark miocard acut (IMA).

Penyakit ginjal seperti gagal ginjal.

Penyakit mata seperti perdarahan retina, penebalan retina, oedema pupil.

VII. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh 2. Pemeriksaan retina

3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan jantung

4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.

(5)

VIII. PENATALAKSANAAN

a. Olah raga lebih banyak dihubungkan bersama pengobatan hipertensi, sebab olah raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yg rutin bisa memperlancar peredaran darah maka bisa menurunkan tekanan darah. Olah raga dapat juga digunakan buat mengurangi/ mencegah obesitas & mengurangi asupan garam ke dalam badan (badan yg berkeringat akan mengeluarkan garam melalui kulit). Pengobatan hipertensi dengan cara garis besar dibagi jadi 2 type adalah :

1. Pengobatan non obat (non farmakologis) 2. Pengobatan dgn obat-obatan (farmakologis)

Pengobatan non obat (non farmakologis) Pengobatan non farmakologis kadang-kadang bisa mengontrol tekanan darah maka pengobatan farmakologis jadi tak digunakan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada kondisi di mana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis akan dimanfaatkan sebagai pelengkap utk mendapati efek pengobatan yg tambah baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya yakni :

Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh Mengurangi asupan garam ke dalam badan.

Nasehat pengurangan garam, mesti memperhatikan rutinitas makan penderita. Pengurangan asupan garam dengan cara drastis dapat susah dilaksanakan. Trik pengobatan ini hendaknya tidak dipakai yang merupakan pengobatan tunggal, namun lebih baik dipakai juga sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.

Ciptakan kondisi rileks Bermacam Macam trick relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis sanggup mengontrol system saraf yg hasilnya mampu menurunkan tekanan darah.

Melaksanakan olah raga seperti senam aerobik atau jalan serentak selama 30-45 menit jumlahnya 3-4 kali seminggu.

(6)

Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis) Obat-obatan antihipertensi.

Terdapat tidak sedikit tipe obat antihipertensi yg beredar sekarang ini. Buat pemilihan obat yg pas diharapkan menghubungi dokter.

Diuretik

Obat-obatan type diuretik bekerja secara mengeluarkan cairan tubuh(melalui kencing) maka volume cairan ditubuh menyusut yg mengakibatkan daya pompa jantung jadi lebih ringan. Sample obatannya merupakan Hidroklorotiazid.

Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dgn menghambat gerakan saraf simpatis (saraf yg bekerja pada disaat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin & Reserpin.

Betabloker Prosedur kerja anti-hipertensi

obat ini ialah lewat penurunan daya pompa jantung. Type betabloker tak dianjurkan kepada penderita yg sudah didapati mengidap kesukaran pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya yakni : Metoprolol, Propranolol & Atenolol. Terhadap penderita diabetes melitus mesti hati-hati, dikarenakan akan menutupi gejala hipoglikemia (keadaan di mana kadar gula dalam darah turun jadi teramat rendah yg dapat berakibat bahaya bagi penderitanya). Kepada ortu terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) maka pemberian obat mesti hati-hati.

Vasodilator

Obat golongan ini bekerja cepat terhadap pembuluh darah dgn relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yg termasuk juga dalam golongan ini yakni : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yg mungkin saja bakal terjadi dari pemberian obat ini merupakan : sakit kepala & pusing.

(7)

Trick kerja obat golongan ini merupakan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yg bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yg termasuk juga golongan ini yaitu Kaptopril. Efek samping yg bisa jadi timbul ialah : batuk kering, pusing, sakit kepala & lemas.

Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung secara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yg termasuk juga golongan obat ini yakni : Nifedipin, Diltiasem & Verapamil. Efek samping yg bisa jadi timbul merupakan : sembelit, pusing, sakit kepala & muntah.

Penghambat Reseptor Angiotensin II

Kiat kerja obat ini yaitu dgn menghalangi penempelan zat Angiotensin II kepada reseptornya yg mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yg termasuk juga dalam golongan ini yaitu Valsartan (Diovan). Efek samping yg bisa saja timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas & mual. Dgn pengobatan & kontrol yg rutin, pula menghindari perihal dampak terjadinya hipertensi, sehingga angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI VII. PENGKAJIAN

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

Tanda : frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea 2. Sirkulasi

Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskuler

Tanda : Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu dingin

3. Integritas Ego

(8)

Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola bicara

4. Eliminasi

Gejala : gangguan ginjal saat ini atau yang lalu 5. Makanan / Cairan

Gejala : makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol

Tanda : BB normal atau obesitas, adanya edema 6. Neurosensori

Gejala : keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut, gangguan penglihatan, episode epistaksis

Tanda :, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal optik 7. Nyeri/ketidaknyamanan

Gejala : Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri abdomen

8. Pernapasan

Gejala : dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok

Tanda : distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas tambahan, sianosis

9. Keamanan

Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan

Tanda : episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural

10. Pembelajaran/Penyuluhan Gejala : factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit ginjal Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

VIII. PENATALAKSANAAN

(9)

Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :

1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.

Terapi tanpa obat ini meliputi : a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

1. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr 2. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

3. Penurunan berat badan 4. Penurunan asupan etanol 5. Menghentikan merokok 6. Diet tinggi kalium

b. Latihan Fisik Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :

1. Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain

2. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur

3. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan 4. Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu c. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :

1. Tehnik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

(10)

d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ) Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita. Pengobatannya meliputi :

a. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan

1. Dosis obat pertama dinaikan

2. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

3. Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh

1. Obat ke-2 diganti

2. Ditambah obat ke-3 jenis lain d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya

1. Ditambah obat ke-3 dan ke-4 2. Re-evaluasi dan konsultasi

(11)

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya

2. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya

3. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas

4. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter

5. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu 6. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita 7. Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi

8. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah

9. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari

10.Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi

11.Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal

12.Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

13.Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering

14.Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

IX. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular

Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia miokard

(12)

a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas

d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler e. Catat edema umum

f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.

g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan

i. Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi Hasil yang diharapkan :

Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

2. Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat

Intervensi keperawatan :

a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan

c. Batasi aktivitas

d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan

f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi

Hasil yang diharapkan :

(13)

3. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan dengan gangguan sirkulasi

Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur

b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia

c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan d. Amati adanya hipotensi mendadak

e. Ukur masukan dan pengeluaran

f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan g. Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan Hasil yang diharapkan :

Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.

pengeluaran urin 30 ml/ menit Tanda-tanda vital stabil

4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses penyakit dan perawatan diri

Tujuan ;Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi Intervensi

a. Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur

b. Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress

c. Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik

d. Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter e. Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.

f. Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil

(14)

i. Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol j. Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan

Hasil yang diharapkan :

Pasien mengungkapkan pengetahuan dan ketrampilan penatalaksanaan perawatan dini

Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan

DAFTAR PUSTAKA

1. Doengoes, Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan pasien, Jakarta, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2000

2. Gunawan, Lany. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi , Yogyakarta, Penerbit Kanisius, 2001

3. Sobel, Barry J, et all. Hipertensi : Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi, Jakarta, Penerbit Hipokrates, 1999

4. Kodim Nasrin. Hipertensi : Yang Besar Yang Diabaikan, @ tempointeraktif.com, 2003

5. Smith Tom. Tekanan darah Tinggi : Mengapa terjadi, Bagaimana mengatasinya ?, Jakarta, Penerbit Arcan, 1995

6. Semple Peter. Tekanan Darah Tinggi, Alih Bahasa : Meitasari Tjandrasa Jakarta, Penerbit Arcan, 1996

7. Brunner & Suddarth. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC, 2002

8. Chung, Edward.K. Penuntun Praktis Penyakit Kardiovaskuler, Edisi III, diterjemahkan oleh Petrus Andryanto, Jakarta, Buku Kedokteran EGC, 1995 9. Marvyn, Leonard. Hipertensi : Pengendalian lewat vitamin, gizi dan diet,

Jakarta, Penerbit Arcan, 1995

Referensi

Dokumen terkait

The Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC 7), 2004. Di akses

Untuk mengetahui gambaran biaya penggunaan lisinopril dibandingkan captopril pada pasien hipertensi dengan diabetes melitus yang sedang dalam proses pengobatan

Melihat kompleknya permasalahan hipertensi bisa disimpulkan, bahwa pengobatan penurunan tekanan darah tinggi secara non farmakologi menjadi terobosan baru pada masyarakat

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :.. Elastisitas dinding

Banyak tumbuhan obat yang telah lama digunakan oleh masyarakat secara tradisional untuk mengatasi hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hal yang perlu diinformasikan kepada