• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I KONSEP MEDIK KONSEP DASAR LANSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB I KONSEP MEDIK KONSEP DASAR LANSIA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I KONSEP MEDIK

KONSEP DASAR LANSIA A. Pengertian Lansia

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun (Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).

Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008). Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008).

Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu (Stanley, 2006).

B. Batasan Lansia

Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih diperdebatkan oleh para ahli karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling mempengaruhi sebagai indikator dalam pengelompokan usia lanjut. Proses peneuan berdasarkan teori psikologis ditekankan pada perkembangan). World Health Organization (WHO) mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut : 1. Middle Aggge (45-59 tahun)

(2)

C. Proses Menua

Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadapa berbagai penyakit dan kematian (Setiadi, dkk, 2006).

Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada masa awal kehidupan dan terus berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari apa yang orang-orang lakukan untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder merupakan hasil penyakit, kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan berada dalam kontrol seseorang (Busse,1987; J.C Horn & Meer,1987 dalam Papalia, Olds & Feldman, 2005).

D. Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia 1. Perubahan Fisik

Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen

a. Sistem pernafasan pada lansia.

1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal. 2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk

sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.

3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya ) sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.

4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal 50m²), menyebabkan terganggunya prose difusi.

5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.

(3)

7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.

b. Sistem persyarafan.

1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan. 2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir. 3) Mengecilnya syaraf panca indera.

4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia. Penglihatan

1) Kornea lebih berbentuk skeris.

2) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar. 3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).

4) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.

5) Hilangnya daya akomodasi.

6) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.

7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.

Pendengaran.

1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :

2) Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.

3) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.

4) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya kreatin.

Pengecap dan penghidu

1) Menurunnya kemampuan pengecap.

2) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan berkurang.

Peraba

1) Kemunduran dalam merasakan sakit.

2) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin. d. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.

(4)

2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.

4) Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak).

5) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).

e. Sistem genitalia dan urinaria.

1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria (biasanya+1),BUN meningkat sampai 21 mg%,nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

2) Vesika urinaria/kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga meningkatnya retensi urin.

3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun. 4) Atropi vulva.

5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan warna.

6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.

f. Sistem endokrin / metabolik pada lansia. 1) Produksi hampir semua hormon menurun. 2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.

3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.

(5)

5) Menurunnya produksi aldosteron.

6) Menurunnya sekresi hormon bonads: progesteron, estrogen, testosteron.

7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).

g. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.

1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk.

2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit. 3) Esofagus melebar.

4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.

5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi. 6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).

7) Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

h. Sistem muskuloskeletal

1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh. 2) Resiko terjadi fraktur.

3) Kyphosis.

4) Persendian besar & menjadi kaku. 5) Pada wanita lansia > resiko fraktur.

6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.

7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan berkurang ).

i. Perubahan sistem kulit & karingan ikat.

1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.

2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa

3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi. 4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran

darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.

(6)

6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.

7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut kelabu.

8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.

9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.

10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas otot.

j. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual. 1) selaput lendir vagina menurun/kering.

2) menciutnya ovarium dan uterus. 3) atropi payudara.

4) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara berangsur berangsur.

5) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik.

E. Perubahan-perubahan Mental/ Psikologis

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah : 1. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.

2. Kesehatan umum 3. Tingkat pendidikan 4. Keturunan (herediter) 5. Lingkungan

6. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian 7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan

8. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.

9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan perubahan konsep diri.

Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-penyakit.

(7)

Intelegentia Quation; 1)tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal, 2)berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro waktu.

F. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.

KONSEP DASAR HIPERTENSI A. Pengertian

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.

Hipertensi adalah tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg, atau bila pasien memakai obat antihipertensi.

B. Etiologi

1. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik, terdapat sekitar 95% kasus. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivitas susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, defek dalam ekresi Na, peningkatan Na dan Ca intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.

(8)

Cushing, feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan dan lain-lain.

C. Klasifikasi

Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :

1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.

2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain. Misal:

 Endokrin

 Ginjal Stadium Hipertensi:

No KATEGORI SISTOLE DIASTOLE

1 Stadium ringan 140-159 90-99

2 Stadium sedang 160-179 100-109

3 Stadium berat 180-209 110-119

4 Stadium sangat berat ≥210 ≥120

D. Patofisiologi

(9)

memperkuat respons vasokonstiktor pembuluh darah.. Vasokontriksi mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.

Pertimbangan gerontologis. Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer.

E. Manifestasi Klinis 1. Kelelahan, letih 2. Nafas pendek 3. Sakit kepala, pusing 4. Mual, muntah 5. Gemetar

6. Nadi cepat setelah aktivitas 7. Gangguan penglihatan 8. Sering marah

9. Mimisan

10. Kaku pada leher atau bahu

F. Pemeriksaan Penunjang

1. BUN: memberikan informasi tentang perfusi ginjal

(10)

3. Kalium serum: hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama.

4. Kalsium serum: peningkatan dapat menyebabkan hipertensi

5. Kolesterol dan trigliserid serum: peningkatan dapat membentuk adanya plak ateromatosa

6. Pemeriksaan tiroid: hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.

7. Kadar aldosteron urine/serum: mengkaji aldosteronisme primer. 8. Urinalisa: mengisyaratkan disfungsi ginjal.

9. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi. 10. Steroid Urine: mengindikasikan hiperadrenalisme.

11. IVP: mengetahui penyebab hipertensi.

12. Foto dada: menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung.

13. CT scan: mengkaji tumor serebral, CSV, ensefalopati. 14. EKG: perbesaran jantung gangguan konduksi.

G. Komplikasi

1. Penurunan fungsi penglihatan 2. Stroke

3. Penurunan fungsi ginjal 4. Kelainan jantung

H. Penatalaksanaan

Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.

(11)

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini meliputi :

a. Diet

Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :

1) Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr 2) Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh

3) Penurunan berat badan 4) Penurunan asupan etanol 5) Menghentikan merokok 6) Diet tinggi kalium b. Latihan Fisik

Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip, yaitu:

1) Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain.

2) Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal dapat ditentukan dengan rumus 220 – umur.

3) Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan.

4) Frekuensi latihan sebaiknya 3x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.

c. Edukasi Psikologis

Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi : 1) Tehnik Biofeedback

(12)

Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.

2) Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.

d. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2. Terapi dengan Obat

Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure, Usa, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.

Pengobatannya meliputi :

a. Step 1 : Obat pilihan pertama: diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor

b. Step 2 : Alternatif yang bisa diberikan 1) Dosis obat pertama dinaikan

(13)

3) Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika, beta blocker, Ca antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c. Step 3 : alternatif yang bisa ditempuh 1) Obat ke-2 diganti

2) Ditambah obat ke-3 jenis lain d. Step 4 : alternatif pemberian obatnya

1) Ditambah obat ke-3 dan ke-4 2) Re-evaluasi dan konsultasi 3. Follow Up untuk mempertahankan terapi

Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah sebagai berikut :

a. Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya

b. Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya

c. Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas

d. Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter

e. Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu

f. Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita

(14)

h. Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di rumah

i. Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari

j. Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang mungkin terjadi

k. Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal\

l. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin

m. Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering n. Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang

ditentukan. Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.

I. Prognosis

Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung (Heart attack).

(15)

BAB II

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Aktivitas / istirahat Gejala :

(16)

 Letih

 Napas pendek

 Gaya hidup monoton Tanda :

 Frekuensi jantung meningkat

 Perubahan irama jantung

 Takipnea 2. Sirkulasi

Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskuler

Tanda :

 Kenaikan TD

 Nadi : denyutan jelas

 Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia

 Bunyi jantung : murmur

 Distensi vena jugularis

 Ekstermitas

Perubahan warna kulit, suhu dingin(vasokontriksi perifer), pengisian kapiler mungkin lambat.

3. Integritas Ego

Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan).

Tanda :

 Letupan suasana hati

 Gelisah

 Penyempitan kontinue perhatian

 Tangisan yang meledak

(17)

 Peningkatan pola bicara 4. Eliminasi

Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal)

5. Makanan / Cairan Gejala:

 Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol

 Mual

 Muntah

 Riwayat penggunaan diuretik Tanda:

 BB normal atau obesitas

 Edema

 Kongesti vena

 Peningkatan JVP

 glikosuria 6. Neurosensori

Gejala :

 Keluhan pusing / pening, sakit kepala

 Episode kebas

 Kelemahan pada satu sisi tubuh

 Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )

 Episode epistaksis Tanda :

 Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )

 Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman

(18)

7. Nyeri/ketidaknyamanan Gejala :

 Nyeri hilang timbul pada tungkai

 Sakit kepala oksipital berat

 Nyeri abdomen 8. Pernapasan

Gejala :

 Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas

 Takipnea

 Ortopnea

 Dispnea nocturnal proksimal

 Batuk dengan atau tanpa sputum

 Riwayat merokok Tanda :

 Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan

 Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )

 Sianosis 9. Keamanan

Gejala: Gangguan koordinasi, cara jalan Tanda : Episode parestesia unilateral transien 10. Pembelajaran / Penyuluhan

Gejala:

 Faktor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal

 Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain

 Penggunaan obat / alkohol

(19)

1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular

2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.

4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik. 5. Risiko injuri berhubungan dengan faktor internal.

(20)
(21)

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 Jakarta: EGC

Doenges. 2001. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC; Jakarta.

Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi :Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta kedokteran. Jakarta: FKUI Media Aesculapius

Rokhaeni, Heni, dkk. 2001. Keperawatan Kardiovaskuler Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. Jakarta: EGC

Wilkinson, Judith M., Ahern Nancy R. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 9 Diagnosis Nanda Intervensi NIC dan Kriteria hasil NOC. Jakarta: EGC

(22)

1. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan Afterload vasokontriksi.

2. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.

3. Nyeri akut, sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral.

4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik pola hidup menotong.

5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional.

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan atau daya ingat.

C. Intervensi

1. Curah jantung atau penurunan resiko tinggi terhadap peningkatan afterload vasokontriksi

Tujuan :

 Penurunan curah jantung tidak terjadi Kriteria Hasil:

 Klien dapat beristirahat dengan tenang

 Irama dan frekuensi jantung stabil dalam batas normal (80 100 x / menit dan reguler)

 Tekanan darah dalam batas normal (TD <140/90 mmHg, N = 80 -100x/menit, R = 16 22 x/i, S = 36 -37o

Intervensi Rasional

Observasi tanda-tanda vital tiap hari, terutama tekanan darah.

Perbandingan dari tekanan yang meningkat adalah gambaran dari keterlibatan vaskuler

(23)

dan suhu mengidentifikasikan adanya dekompensasi/penurunan curah jantung

Catat adanya edema umum/ tertentu

Dapat mengidentifikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal dan vaskuler

Beri posisi yang nyaman ; meninggikan kepala tempat tidur

Penurunan resiko peningkatan intrakranial

Anjurkan teknik relaksasi ;tarik napas dalam

Memberikan kenyamanan dan memaksimalkan ekspansi paru Kolaborasi pemberian diuretik

vasodilator pembatasan cairan dan diet Na

Mengurangi beban jantung.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum Tujuan:

 Aktivitas klien tidak terganggu dengan Kriteria Hasil:

 Peningkatan dalam toleransi aktivitas tanda vital dalam batas normal

Intervensi Rasional

Kaji respon klien terhadap aktivitas Menetukan pilihan intervensi selanjutnya

Observasi tanda-tanda vital Mengetahui parameter membantu dan mengkaji respon fisiologi terhadap aktivitas

Observasi adanya nyeri dada, pusing keletihan dan pingsan.

Bila terjadi indikator, keletihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktivitas

Ajarkan cara penghematan energi Membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2

Berikan dorongan untuk

melakukan aktivitas.

(24)

jantung tiba-tiba. \

3. Gangguan rasa nyaman : sakit kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral

Tujuan:

 Klien merasa nyaman Kriteria Hasil:

 Sakit kepala hilang

 Pusing/pening hilang

Intervensi Rasional

Mempertahankan tirah baring selama fase akut.

Meminimalkan

stimulasi/meningkatkan reabsorpsi Berikan kompres dingin, ajarkan

teknik relaksasi

Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dan memblok respon simpatis efektif dan menghilangkan sakit kepala.

Beri penjelasan cara untuk

meminimalkan aktivitas

vasokontrisi

Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala.

Bantu pasien dalam ambulansi sesuai kebutuhan

Pening/pusing selalu berkaitan dengan sakit kepala

Kolaborasi dalam pemberian analgesikom dan penenang

4. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolik

Tujuan:

 Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh teratasi Kriteria Hasil:

 BB ideal sesuai dengan tinggi dan berat badan

Intervensi Rasional

(25)

hubungan antara kegemukan dan hipertensi

pada tekanan darah tinggi

Kaji masukan kalori harian dan pilihan diet

Menetukan pilihan intervensi lebih banyak

Bicarakan/diskusikan pentingnya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan garam lemak dan gula sesuai indikasi

Makanan seperti tinggi garam, lemak dan gula menunjang terjadinya aterosklerosis dan kegemukan yang menyebabkan predisposisi hipertensi

Timbang berat badan tiap hari Mengenai pemasukan hidrasi klien dengan adanya peningkatan/ penurunan hipertensi

Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi. Memberikan konseling dan bantuan dengan memenuhi diit individu

5. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan krisis situasional Tujuan:

 Mengidentifikasi perilaku koping efektif dan konsekuensinya

 Menyatakan kesadaran kemampuan koping/kekuatan pribadi

 Mengidentifikasi potensial situasi stres dan mengambil langka untuk menghindari atau mengubahnya

 Mendemonstrasikan penggunaan keterampilan/metode koping efektif.

Intervensi Rasional

Kaji keefektifan srategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan

Mekanisme adaptif perlu untuk mengubah pola hidup seseorang, mengatasi hipertensi kronik,dan mengitegrasikan terapi yang diharuskan ke dalam kehidupan sehari-hari

Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan

konsentrasi, peka

rangsang,penurunan toleransi sakit

(26)

kepala, ketidak mampuan untuk mengatasi/ menyelesaikan masalah

utama tekanan darah diastolik.

Bantu pasien untuk

mengidentifikasi stressor spesifik dan ke mungkinan strategi untuk mengatasinya.

Pengenalan terhadap stresor adalah langkah pertama dalam mengubah respon seseorang terhadap stresor.

Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan

Keterlibatan memberikan pasien perasaan kontrol diri yang berkelanjutan, memperbaiki keterampilan koping dan dapat meningkatkan kerja sama dalam regimen terapeutik.

6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, rencana pengobatan berhubungan dengan kurang pengetahuan atau daya ingat

Intervensi Rasional

Tetapkan dan nyatakan batas tekanan darah normal. Jelaskan tentang hipertensi dan efeknya pada jantung, pembuluh darah ginjal dan otak

Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan

tekanan darah dan

mengklarifikasikan istilah medis yang sering di gunakan. Pemahaman bahwa tekanan darah tinggi dapat terjadi tanpa gejalah ini adalah untuk memungkinkan pasien untuk melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat

Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan istilah terkontrol dengan baik saat menggambarkan tekanan darah pasien dalam batas yang di

Karena pengobatan untuk hipertensi adalah sepanjang kehidupan, maka dengan penyampaian ide terkontrol akan

(27)

inginkan. memahami kebutuhan untuk melanjutkan pengobatan / medikasi.

Bantu pasien untuk

mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardiovaskuler yang dapat di ubah misalnya obesitas, diet tinggi lemak jenuh, kolesterol, pola hidup monoton, merokok dan minum alkohol

Faktor-faktor resiko ini telah menunjukkan hubungan dalam menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskulert serta ginjal

Bahas pentingnya menghentikan merokok dan bantu pasien membuatkan rencana dalam menghentikan merokok

Nikotin dapat meningkatkan katekolamin, mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung jantung, TD, dan vasokontriksi, mengurangi oksigenasi jaringan dan meningkatkan beban kerja miokardium.

Sarankan pasien untuk sering mengubah posisi,olah raga kaki saat berbaring

Menurunkan bendungan vena perifer yang dapat di timbulkan oleh vasodilator dan duduk/berdiri terlalu lama.

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol 2 Jakarta: EGC

(28)

Gunawan, Lany. 2001. Hipertensi :Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Rokhaeni, Heni, dkk. 2001. Keperawatan Kardiovaskuler Pusat Jantung Nasional Harapan Kita. Jakarta: EGC

Referensi

Dokumen terkait

Guru menbagikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) tentang mencari rumus luas permukaan kubus dan balok. Ada 5 item soal yang harus diselesaikan oleh tiap kelompok. Pada

bahwa Badan Standar Nasional Pendidikan telah melakukan penilaian buku teks pelajaran sekolah menengah pertama yang disusun dan diajukan oleh Direktorat Pembinaan

[r]

SAIFI adalah indeks keandalan yang merupakan jumlah dari perkalian frekuensi padam dan pelanggan padam dibagi dengan jumlah pelanggan yang dilayani. Dengan indeks ini gambaran

[r]

Selain itu sistem pembayaran hutang yang tidak teratur menjadikan Adam Air perusahaan penerbangan dengan tingkat hutang yang tinggi.. Ditinjau dari faktor lingkungan, Adam Air

Menimbang : bahwa dalam rangka memperlancar pelaksanaan Program Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMT-AS) di Kabupaten Sampang, maka dipandang perlu

- Wajib melampirkan risalah mediasi/konsiliasi saat mengajukan gugatan ke Pengadilan Hubungan Industrial. - Pemeriksaan dibagi 3 macam : pemeriksaan isi gugatan,