TUGAS KASUS PENGEMBANGAN
ORGANISASIONAL
TENTANG RUNTUHNYA ADAM AIR
OLEH KELOMPOK 5 :
NI NYOMAN PURNAMA SARI
(0915251057)
NI KADEK DESY ARISANTHI
(0915251081)
I A SEPTY DIANTARI
(0915251120)
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM EKSTENSI UNIVESITAS UDAYANA
Kebutuhan masyarakat akan sandang, pangan, dan papan mendorong setiap individu untuk lihai dalam mencari atau menghasilkan uang demi kelangsungan hidupnya. Maka tak heran kalau dewasa ini masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di wilayah Jakarta dan sekitarnya, banyak dari mereka yang disebut business man/woman. Terlepas dari definisi aslinya, banyak orang memandang mereka sebagai individu yang gemar berusaha mencari uang setiap harinya.
Ide-ide baru yang berkembang di seluruh pelosok negeri ditawarkan dalam rangka meningkatkan taraf hidup. Produk atau jasa sama saja. Semua bisnis berlomba-lomba untuk menjadi market leader di pasarnya masing-masing. Berbagai strategi yang diterapkan baik dalam marketing dan advertising semakin bervariasi. Hal itu dilakukan demi mencapai satu tujuan yang sama. Profit maksimal.
Tengoklah dunia penerbangan kita. Garuda Indonesia Airlines, Merpati Airlines, Batavia Air, Adam Air, Air Asia, dan masih banyak lagi. Kebutuhan akan tingkat mobilitas yang tinggi menjadikan keberadaan pesawat terbang merupakan hal yang penting bagi masyarakat.
Pada mulanya, ongkos yang harus dikeluarkan setiap orang untuk dapat menaiki burung besi ini sangat tinggi. Sehingga hanya orang-orang dengan kondisi ekonomi tingkat atas yang mampu menikmatinya.
Namun, kebutuhan akan mobilitas tinggi tak hanya milik masyarakat berekonomi mapan.Dewasa ini, nyaris setiap lapisan masyarakat memiliki kebutuhan yang sama. Hal ini lah yang dengan jeli ditangkap oleh beberapa perusahaan penerbangan yang ada di Indonesia.
Demi menjadi market leader, strategi pun lagi-lagi berevolusi. Saat ini beberapa perusahaan penerbangan menerapkan strategi “Low Cost Carrier”, yaitu jasa penerbangan dengan biaya murah atau sangat murah untuk dapat mengakomodasi setiap orang dari berbagai kalangan.
Services dan melayani 30 rute domestik dan dua rute internasional. Dengan kemampuan menampung rata-rata 15.000 penumpang per hari dalam 73 kali penerbangan dan tingkat
book rate 90%, membawa Adam Air memperoleh penghargaan Award of Merit untuk kategori Low Cost Airline of the Year 2006.
Sayang, nama besar Adam Air tinggal menjadi sejarah. Setiap penghargaan dan kejayaan yang pernah diperoleh saat ini hanyalah kenangan semata. Adam Air gulung tikar pada tanggal 20 Maret 2008. Pertanyaan-pertanyaan pun muncul dan berkemang. Faktor-faktor apa yang menjadi penyebab Adam Air bangkrut? Kasus Adam Air ini lah yang menjadi topik dalam Komunikasi Ilmiah yang diadakan pada tanggal 28 April 2008 lalu.
Komunikasi Ilmiah yang diadakan oleh Laboratorium Inovasi dan Pengembangan Organisasi ini dihadiri tiga dosen dari Program Studi Teknik Industri: Bapak Budiarto Subroto, Bapak Mame Slamet Sutoko, dan Bapak Gunawan. Ketiganya ikut berdiskusi bersama para asisten lab.
Acara dimulai dengan pemaparan mengenai profil singkat Adam Air dan kecelakaan-kecelakaan yang menimpa perusahaan ini. Di dalam presentasi yang disampaikan terdapat breakdown masalah yang didapatkan dengan menggunakan tools
yaitu Fishbone Diagram. Dengan menggunakan Fishbone Diagram diidentifikasi beberapa penyebab bangkrutnya Adam Air, diantaranya faktor manusia, mesin, metode, dan lingkungan.
Isu-isu mengenai ketidakterampilan pilot Adam Air dalam mengemudikan pesawat mengindikasikan adanya proses rekrutmen yang buruk dan kurangnya pelatihan yang diberikan dari pihak Adam Air. Selain itu, terdapat kontrak kerja yang tidak jelas antara para pegawai dan pihak manajemen. Korupsi pun menjadi salah satu isu penting dalam runtuhnya Adam Air ini. Kasus-kasus korupsi yang terdapat pada Adam Air diantaranya korupsi BBM, audit tidak transparan, bukti-bukti pembelian suku cadang yang mahal namun tidak berkualitas baik dan adanya penipuan pada laporan kewajiban pajak.
Faktor usia pesawat menyumbang resiko yang cukup besar pada terjadinya kecelakaan pesawat. Mayoritas aircraft di Indonesia memang cukup tua. Hal ini berarti
Etika bisnis yang buruk juga salah satu hal yang patut disoroti dalam kasus Adam Air ini. Tekanan psikologis yang diberikan pihak manajemen kepada seluruh karyawan termasuk pilot dan pramugari menjadi hal yang cukup menyalahi aturan. Selain itu sistem pembayaran hutang yang tidak teratur menjadikan Adam Air perusahaan penerbangan dengan tingkat hutang yang tinggi.
Ditinjau dari faktor lingkungan, Adam Air merupakan organisasi dengan tekstur lingkungan yang kacau dan memiliki ketidakpastian lingkungan yang tinggi. Adam Air juga melakukan Interlocking Directorates, yaitu pengangkatan Direktorat Keuangan yang berasal dari investor yaitu PT Bakrie Investama.
Dalam diskusi mengenai topik ini, Bapak Budiarto menyebutkan mengenai
Capital Intensif yaitu kecukupan modal kerja yang dalam bisnis penerbangan seharusnya biaya operasional yang ada harus mencukupi biaya minimum untuk tiga bulan ke depan. Sementara itu, profit yang diperoleh kecil sekali, bahkan untuk memperoleh 5% saja sulit. Kenyataan ini cukup mengherankan dimana banyak perusahaan maskapai penerbangan mampu menawarkan tarif pesawat serendah mungkin.
Bapak Gunawan lebih menekankan pada bagaimana Adam Air mampu meraih penghargaan. Diduga perolehan penghargaan tersebut didapatkan dari data kuesioner. Oleh karena itu, Bapak Gunawan mengharapkan adanya analisis yang lebih dalam mengenai bentuk dan pembuatan kuesioner yang mungkin saja dibuat untuk mengarahkan kepada jawaban tertentu. Kemudian Bapak Gunawan juga mengungkapkan tentang hidden failures yang pada akhirnya menjadi real failures. Kebanyakan dari
hidden failures tersebut terletak pada faktor manusia, itulah pentingnya faktor “man”
harus sangat diperhatikan dan dikembangkan (people management). Sementara itu Bapak Mame banyak membandingkan Adam Air dengan Air Asia yang dirasakan lebih berhasil dalam menjalankan Low Cost Carrier dengan prinsip on time service.
Diskusi berlangsung selama kurang lebih satu setengah jam. Dengan beberapa pertanyaan yang diajukan seputar serikat pekerja, basic expectation, dan bagaimana mencerdaskan konsumen. Selain pembicaraan seputar kasus Adam Air, muncul pembicaraan mengenai budaya dan degradasi moral pada masyarakat Indonesia serta sistem pendidikan di Indonesia. Pentingnya mendobrak aturan yang dirasakan tidak baik, dengan berani namun tetap dengan cara yang sopan. Karena apabila aturan tidak berubah sementara lingkungan terus berubah maka sistem tidak akan mampu bertahan dan akan mati.