• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI MODEL INOVASI KEBIJAKAN PROGRAM DESA MANDIRI TERPADU DI KABUPATEN LUWU UTARA. Disusun dan diusulkan oleh MUHAMMAD FAHMI FAJAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI MODEL INOVASI KEBIJAKAN PROGRAM DESA MANDIRI TERPADU DI KABUPATEN LUWU UTARA. Disusun dan diusulkan oleh MUHAMMAD FAHMI FAJAR"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)

DI KABUPATEN LUWU UTARA

Disusun dan diusulkan oleh MUHAMMAD FAHMI FAJAR Nomor Stambuk : 10564 01996 14

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

i Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh MUHAMMAD FAHMI FAJAR Nomor Stambuk: 10564 01996 14

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)

Nama Mahasiswa : Muhammad Fahmi Fajar

Nomor Stambuk : 10564 01996 14

Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis/ dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedua menerima sanksi akademik sesuai yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, 18 Februari 2020

Yang menyatakan

(6)

v

“Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang”

Assalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Model Inovasi Desa Mandiri Terpadu Di Kabupaten Luwu Utara”.

Skripsi ini merupakan tugas akhir yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibunda Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si selaku pembimbing I dan Kakanda Ahmad Taufik, S.IP.,M.AP selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ibunda Dr. Hj. Ihyani Malik, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

(7)

vi

Makassar, 26 November 2019 Penulis,

Muhammad Fahmi Fajar

4. Kedua orang tua tercinta Ayahanda Fajar Yande Siwa S.E dan ibunda Dra. Erna Mustafa yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik, mengarahkan, dan senantiasa mendo’akan serta memberikan bantuan yang tiada ternilai baik moral maupun materi, nasehat serta pengorbanan yang tak terhingga dalam melalui hari demi hari dalam kehidupan ini.

5. Buat saudara-saudaraku tercinta Fera Juliana Fajar S.Sos, Muhammad Fadil Fajar, dan Farah Juliani Fajar yang senantiasa memberikan bantuan yang tiada ternilai baik moral maupun materi kepada penulis.

6. Segenap Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah sudi berbagi ilmunya kepada penulis selama ini.

7. Buat teman-teman seperjuangan di jurusan Ilmu Pemerintahan angkatan 014, penulis mengucapkan terima kasih atas kebersamaan dan pengertiannya selama ini yang telah banyak membantu, memberi saran, dukungan dan motivasi.

Demi kesempurnaan skripsi ini, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan. Semoga karya skripsi penelitian ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.

(8)
(9)

iv

(dibimbing langsung oleh Nuryanti Mustari dan Ahmad Taufik)

Model inovasi merupakan yakni merupakan sebuah proses inovasi yang terdiri dari standar operasional prosedur, tata laksana, sistem dan prosedur. Kemudian jenis inovasi metode yang terdiri dari strategi, cara dan teknik baru. Dan jenis inovasi produk yang terdiri dari fisik (barang) atau imaterial (jasa). Pada tataran empiris manfaat inovasi dapat di identifikasi dalam beberapa manifestasi, antara lain : percepatan proses atau prosedur kerja, peningkatan efektifitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber-sumber daya, pengintegrasian beberapa jenis layanan menjadi terpadu

Jenis pnelitian ini adalah penelitian kualitatif (menjelaskan kondisi objek dengan cara-cara ilmiah) dengan informan sebanyak 3 (tiga) orang yang dipilih berdasarkan pandangan dari penulis bahwa informan tersebut memiliki pengetahuan dan informasi mengenai masalah yang diteliti, antara alin: Bupati Luwu Utara, Camat Bone-Bone dan Kepala desa Sukaraya. Data yang yang dikumpulkan dengan menggunakan instrumen antara lain, observasi dan dokumentasi serta dikembangkan dengan hasil wawancara terhadap informan.

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa program desa terpadu mandiri dalam menerapkan program pada inovasi proses perubahan dari kinerja yang manual saat ini lebih modern dengan sistem elektronik, untuk pada inovasi metode pada sebelumnya prosesnya panjang pada pengurusan termasuk penjualan padi, namun setelah adanya inovasi desa mandiri terpadu menjadi lebih mudah karena saat ini desa diberikan kewenangan untuk mengelola sendiri, serta pada inovasi produk barang dan jasa ini lebih kepada peningkatan dan pengembangan usaha kecil rumah tangga dan industri rumahan. Dan pada jasa belum mampu di optimalkan pada pengelolaannya.

(10)

KATA PENGANTAR ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

ABSTRAK ... v DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN ... ... ... 1 A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 4 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... ... 6

A. Kebijakan Publik ... 6

B. Inovasi ... 14

C. Model Inovasi ... 25

D. Desa Mandiri Terpadu ... 27

E. Kerangka Pikir... 32

F. Fokus penelitian ... 33

G. Deskripsi penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... ... 34

A. Waktu dan Lokasi Penelitian... 34

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 34

C. Sumber Data ... 34

D. Informan Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 36

F. Teknik Analisis Data ... 37

G. Keabsahan Data ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN ... ... 39

(11)

B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA ... 82

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kebijakan publik adalah jalan dimana untuk mencapai sebuah tujuan yang dicita-citakan secara bersama-sama, kebijakan publik merupakan keputusan dari pemerintah untuk dikerjakan ataupun hanya dibiarkan saja oleh para birokrat yang bertugas untuk menjalankannya. Dalam hal ini juga kebijakan publik adalah untuk memenuhi kebutuhan yang ada pada masyarakat baik itu secara keseluruhan maupun terhadap golongan dan kelompok tertentu yang membutuhkan sebuah kebijakan ataupun memecahkan masalah yang ada pada masyrakat.

Adapun pada sebuah kebijakan publik, pemerintah tidak hanya dituntut untuk menyelesaikan masalah sosial yang ada pada masyarakat untuk mecapai tujuan secara bersama, namun pemerintah juga harus membuat sebuah kebijakan yang baru, pemerintah dituntut dapat melakukan inovasi-inovasi pada kebijakannya untuk mendapatkan hasil yang lebih baik serta menggunakan metode yang baru pada kebijakannya. Inovasi tersebut merupakan sebuah gagasan, ide yang baru dilakukan dalam pemerintahan, baik itu baru diciptakan maupun hasil adopsi dari sebuah kebijakan yang telah ada namun, baru akan diterapkan pada pemerintah atau birokrasi yang belum pernah menerapkannya.

Ada beberapa model inovasi, yaitu . inovasi proses, inovasi metode serta inovasi produk untuk mengukur midel indikator. Berdasarkan penelitian oleh Agus Mulyono : 2008 tentang Partisipasi Masyarakat Pada program desa terpadu mandiri pangan desa di Muntuk Kabupaten Bantul, dengan sebuah program yang

(13)

akan mengentaskan kemiskinan pangan pada daerahnya, dan berdasarkan hal tersebut menjadi rujukan pada penelitian program pengentasan kemiskinan dengan program desa terpadu mandiri di Kabupaten Luwu Utara, pemerintah kabupaten luwu utara melakukan sebuah inovasi kebijakan, yakni dengan mengadopsi sebuah program desa terpadu mandiri kemudian program tersebut menjadi kebijakan baru yang ada di kabupaten luwu utara.

Inovasi tersebut dilakukan karena terinspirasi pada sebuah gerakan yang di sebut dengan Semaul undong adalah sebuah gerakan pengentasan kemiskinan di Korea Selatan dan desa menjadi motor penggerak dari program tersebut, dan berdasarkan penelitian sebelumnya tentang desa terpadu mandiri Oleh karena itu pemerintah kabupaten Luwu Utara menetapkan beberapa desa sebagai pilot

project. Berdasarkan surat edaran yang di keluarkan oleh pemerintah kabupaten

luwu utara No: 50/120/Pem-MM-Bappeda/2017 Perihal: Penyampaian tentang

Paelop Proyek Desa Mandiri Terpadu (Desa Sukaraya Kecamatan Bone-Bone, Desa Wonokerjo Kecamatan Sukamaju, Desa Mario Kecamatan Baebunta.)

Namun dalam sebuah inovasi yang dibuat oleh pemerintah tentunya akan menghadapi beberapa masalah yang membutuhkan penyelesaian secepatnya berdasarkan penelitian sebelumnya dalam pembangunan desa terpadu mandiri. pada hal ini kebijakan pemerintah melakukan adposi program kerja yang bukan berasal dari indonesia, melainkan negara lain. Pemerintah yakni mengabaikan konteks lokal desa dan lebih cenderung menempatkan masyarakat desa sebagai objek kebijakan pemerintah. Indonesia memiliki ribuan desa yang pastinya memiliki berbagai budaya dan kultur yang berbeda. Dengan melakukan tindakan

(14)

tanpa berdasarkan konteks lokal tentunya masyarakat akan semakin bergantung kepada pemerintah, pengelolaan desa terpadu mandiri tersebut akan menimbulkan ketergantungan masyarakat kepada pemerintah kemudian salah satu tujuan dibentuknya desa terpadu mandiri dalam memandirikan desanya akan semakin sulit untuk dilaksanakan. (Soetomo:2013)

Demikian dengan sumber daya yang belum terkelola secara maksimal menjadi masalah baik itu dalam sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya finansial yang masih belum terkelola secara benar. Serta juga kurangnya kesiapan pemerintah daerah terhadap sarana prasarana yang akan di gunakan sebagai media dalam proses dilaksanakannya inovasi yang dibuat oleh pemerintah. Setelah melihat keterkaitan antara difusi inovasi dan kebijakan desa terpadu mandiri di kabupaten Luwu utara.

Dengan adanya inovasi kebijakan desa terpadu mandiri ini diharapkan dapat memberikan dampak yang baik untuk masyarakat desa dan terciptanya kesejahteraan masyarakat, serta pembangunan yang semakin membaik khususnya di bidang pendidikan untuk menciptakan masyarakat yang ungul dan meningkatnya mutu pendidikan. Oleh sebab itu untuk mengetahui secara mendalam seperti apa inovasi yang pemerintah lakukan peneliti mengangkat judul “Model Inovasi Kebijakan Program Desa Terpadu Mandiri Di Desa Sukaraya Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara"

(15)

B. Rumusan Masalah Peneltian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana Inovasi pada Kebijakan Program Desa Terpadu Mandiri di Desa Sukaraya Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara?

2. Bagaimana faktor yang mempengaruhi pada Kebijakan Program Desa Terpadu Mandiri di Desa Sukaraya Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah sebelumnya dalam hal ini tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui Inovasi Pada Kebijakan Program Desa Terpadu Mandiri di Desa Sukaraya Kecamatan Bone-Bone Kabupaten Luwu Utara. 2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi inovasi pada Kebijakan

Desa Terpadu Mandiri di Desa Sukaraya Kecamatan Bone=Bone Kabupaten Luwu Utara

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini semoga dapat memberikan pelajaran dalam aspek teoritis (keilmuan) yaitu bagi perkembangan ilmu administrasi, khususnya dibidang kebijakan publik, melalui melalui pendekatan dan beberapa metode dalam upaya menggali pendekatan-pendekatan baru dalam aspek implementasi program desa terpadu mandiri di desa Sukaraya kabupaten Luwu Utara.

(16)

Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pembuat kebijakan dalam membuat sebuah program kerja yang baik untuk masyarakat.

2. Secara Teoritis

Hasil penelitian ini juga diharapkan sebagai informasi atau acuan dan sekaligus memberikan rangsangan dalam melakukan penelitian khususnya administrasi untuk terfokus pada implementasi program kerja desa terpadu mandiri di desa sukaraya kabupaten luwu utara.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Kebijakan Publik

Mengenai konsep kebijakan publik, kita perlu mengakaji terlebih dahulu mengenai konsep kebijakan atau dalam bahasa inggris sering kita dengar dengan istilah policy. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebijakan diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dsb); pernyataan cita-cita, tujuan, prinsip dan garis pedoman untuk manajemen dalam usaha mencapai sasaran

Carl J Federick sebagaimana dikutip Leo Agustino(2008: 7) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan (kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa kegiatan pada suatu masalah.

Solichin Abdul Wahab mengemukakan bahwa istilah kebijakan sendiri masih terjadi silang pendapat dan merupakan ajang perdebatan para ahli. Maka untuk

(18)

memahami istilah kebijakan, Solichin Abdul Wahab (2008: 40-50) memberikan beberapa pedoman sebagai berikut :

a) Kebijakan harus dibedakan dari keputusan

b) Kebijakan sebenarnya tidak serta merta dapat dibedakan dari administrasi c) Kebijakan mencakup perilaku dan harapan-harapan

d) Kebijakan mencakup ketiadaan tindakan ataupun adanya tindakan e) Kebijakan biasanya mempunyai hasil akhir yang akan dicapai

f) Setiap kebijakan memiliki tujuan atau sasaran tertentu baik eksplisit maupun implisit

g) Kebijakan muncul dari suatu proses yang berlangsung sepanjang waktu

h) Kebijakan meliputi hubungan-hubungan yang bersifat antar organisasi dan yang bersifat intra organisasi

i) Kebijakan publik meski tidak ekslusif menyangkut peran kunci lembaga-lembaga pemerintah

j) Kebijakan itu dirumuskan atau didefinisikan secara subyektif.

Kebijakan publik di defenisikan sebagai rancangan, kegiatan, peristiwa, keputusan, tindakan yang diambil oleh pemerintah merupakan sebagai orang yang berhak mengambil keputusan dalam segala kondisi yang dihadapi. Menurut Thoha (Ramdhan & Rhamadani : 2017) kebijakan publik memiliki dua aspek yakni: 1. Kebijakan merupakan praktika sosial, kebijakan bukan event yang tunggal

atau terisolir. Oleh karena itu, kebijakan merupakan sebuah hasil dari pemerintah yang dibuat dan dirumuskan berdasarkan dari peristiwa yang terjadi di dalam masyarakat. hal tersebut dapat tumbuh dalam praktik

(19)

kehidupan kemasyarakatan, dan bukan merupakan peristiwa yang berdiri sendiri, terisolasi, dan asing bagi masyarakat.

2. Kebijakan adalah suatu respon terhadap peristiwa yang terjadi, baik dalam menciptakan keselarasan dari pihak yang memiliki konflik, maupun dalam menciptakan insentif terhadap tindakan bersama bagi para pihak yang diperlakuan tidak sesuai atas usaha bersama tersebut.

Dengan demikian berdasarkan hal telah dikemukakan oleh Thoha dapat disimpulkan kebijakan merupakan serangkaian kegiatan yang terarah dan secara sadar dan terukur yang dilakukan oleh pemerintah dan melibatkan semua orang yang berkepentingan dalam bidangnya masing-masing dalam mencapai tujuan yang di inginkan.

1. Pengertian Kebijakan Publik

Lingkup dari studi kebijakan publik sangat luas karena mencakup berbagai bidang dan sektor seperti ekonomi, politik, sosial, budaya, hukum, dan sebagainya. Disamping itu dilihat dari hirarkirnya kebijakan publik dapat bersifat nasional, regional maupun lokal seperti undangundang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan menteri, peraturan pemerintah daerah/provinsi, keputusan gubernur, peraturan daerah kabupaten/kota, dan keputusan bupati/walikota.

Secara terminologi pengertian kebijakan publik (public policy) itu ternyata banyak sekali, tergantung dari sudut mana kita mengartikannya. Easton memberikan definisi kebijakan publik sebagai the authoritative allocation of values for the whole society atau sebagai pengalokasian nilainilai secara paksa

(20)

kepada seluruh anggota masyarakat. Laswell dan Kaplan juga mengartikan kebijakan publik sebagai a projected program of goal, value, and practice atau sesuatu program pencapaian tujuan, nilai-nilai dalam praktek-praktek yang terarah

David Easton sebagaimana dikutip Leo Agustino (2008:20) memberikan definisi kebijakan publik sebagai “ the autorative allocation of values for the whole society”. Definisi ini menegaskan bahwa hanya pemilik otoritas dalam sistem politik (pemerintah) yang secara syah dapat berbuat sesuatu pada masyarakatnya dan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai. Hal ini disebabkan karena pemerintah termasuk ke dalam “authorities in a political system” yaitu para penguasa dalam sistem politik yang terlibat dalam urusan sistem politik sehari-hari dan mempunyai tanggungjawab dalam suatu maslaha tertentu dimana pada suatu titik mereka diminta untuk mengambil keputusan di kemudian hari kelak diterima serta mengikat sebagian besar anggota masyarakat selama waktu tertentu.

Berdasarkan pendapat berbagai ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik. Kebijakan untuk melakukan sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuanketentuan atau peraturan perundang-undangan yang dibuat pemerintah sehingga memiliki sifat yang mengikat dan memaksa

(21)

2. Tahap-Tahap Kebijakan Publik

Proses pembuatan kebijakan publik merupakan proses yang kompleks karena melibatkan banyak proses maupun variabel yang harus dikaji. Oleh karena itu beberapa ahli politik yang menaruh minat untuk mengkaji kebijakan publik membagi proses-proses penyusunan kebijakan publik kedalam beberapa tahap. Tujuan pembagian seperti ini adalah untuk memudahkan kita dalam mengkaji kebijakan publik. Namun demikian, beberapa ahli mungkin membagi tahap-tahap ini dengan urutan yang berbeda. Tahap-tahap kebijakan publik menurut William Dunn sebagaimana dikutip Budi Winarno (2012:80) adalah sebagai berikut :

a) Tahap penyusunan agenda Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Sebelumnya masalah ini berkompetisi terlebih dahulu untuk dapat masuk dalam agenda kebijakan. Pada akhirnya, beberapa masalah masuk ke agenda kebijakan para perumus kabijakan. Pada tahap ini mungkin suatu masalah tidak disentuh sama sekali, sementara masalah yang lain ditetapkan menjadi fokus pembahasan, atau ada pula masalah karena alasanalasan tertentu ditunda untuk waktu yang lama.

b) Tahap formulasi kebijakan Maslaah yang telah masuk ke agenda kebijakan kemudian dibahas oleh para pembuat kebijakan. Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif atau pilihan kebijakan (policy alternatives/policy options) yang ada. Dalam perumusan kebijakan

(22)

masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah. Dalam tahap ini masing-masing actor akan bersaing dan berusaha untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.

c) Tahap adopsi kebijakan Dari sekian banyak alternatif kebijakan yang ditawarkan oleh para perumus kebijakan, pada akhirnya salah satu dari alternatif kebijakan tersebut diadopsi dengan dukungan dari mayoritas 21 legislatif, konsensus antara direktur lembaga atau putusan peradilan

d) Tahap implementasi kebijakan Suatu program kebijakan hanya akan menjadi catatan-catatan elit jika program tersebut tidak diimplementasikan, yakni dilaksanakan oleh badan-badan administrasi maupun agen-agen pemerintah di tingkat bawah. Kebijakan yang telah diambil dilaksanakan oleh unit-unit administrasikan yang memobilisasikan sumber daya finansial dan manusia. Pada tahap implementasi ini berbagai kepentingan akan saling bersaing. Beberapa implementasi kebijakan mendapat dukungan para pelaksana (implementors), namun beberapa yang lain munkin akan ditentang oleh para pelaksana.

e) Tahap evaluasi kebijakan Dalam tahap ini kebijakan yang telah dijalankan akan dinilai atau dievaluasi, unuk melihat sejauh mana kebijakan yang dibuat untuk meraih dampak yang diinginkan, yaitu memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Oleh karena itu ditentukan ukuran-ukuran atau kriteria-kriteria yamh menjadi dasar untuk menilai apakah kebijakan publik

(23)

yang telah dilaksanakan sudah mencapai dampak atau tujuan yang diinginkan atau belum

3. Pendekatan Studi Kebijakan Publik

Dalam studi kebijakan terdapat pendekatan, yakni : pertama dikenal sebagai analisis kebijakan (policy analysis), dan yang kedua sebagai kebijakan publik politik (political public policy). Subarsono (2010:47). Untuk pendekatan yang pertama, dalam kajian analisis kebijakan lebih fokus pada studi membuat keputusan (decision making) dan untuk menetapkan kebijakan (policy formation) dengan menggunakan model statistik dan matematika canggih. Sedangkan pendekatan yang kedua, lebih cenderung pada hasil dan outcome dari kebijakan publik dari pada metode statistik, dengan melihat hubungan politik sebagai faktor yang menentukan berbagai bidang, seperti kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, dan lingkungan.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan

Menurut Suharno (2010:52) proses pembuatan kebijakan merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks dan tidak semudah yang dibayangkan. Walaupun demikian, para adsministrator sebuah organisasi institusi atau lembaga dituntut memiliki tanggung jawab dan kemauan, serta kemampuan atau keahlian, sehingga dapat membuat kebijakan dengan resiko yang diharapkan (intended risks) maupun yang tidak diharapkan (unintended risks). Pembuatan kebijakan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Hal pemting yang turut diwaspadai dan selanjutnya dapat diantisipasi adalah dalam pembuatan kebijakan sering

(24)

terjadi kesalahan umum. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan kebijakan adalah:

a) Adanya pengaruh tekanan-tekanan dari luar Tidak jarang pembuat kebijakan harus memenuhi tuntutan dari luar atau membuat kebijakan adanya tekanan-tekanan dari luar.

b) Adanya pengaruh kebiasaan lama Kebiasaan lama organisasi yang sebagaimana dikutip oleh Nigro disebutkan dengan istilah sunk cost, seperti kebiasaan investasi modal yang hingga saat ini belum professional dan terkadang amat birikratik, cenderung akan diikuti kebiasaan itu oleh para administrator, meskipun keputusan/kebijakan yang berkaitan dengan hak tersebut dikritik, karena sebagai suatu yang salah dan perlu diubah. Kebiasaan lama tersebut sering secara terus-menerus pantas untuk diikuti, terlebih kalau suatu kebijakan yang telah ada tersebut dipandang memuaskan

c) Adanya pengaruh sifat-sifat pribadi Berbagai keputusan/kabijakan yang dibuat oleh para pembuat keputusan/kebijakan banyak dipengaruhi oleh sifat-sifat pribadinya. Sifat pribadi merupakan faktor yang berperan besar dalam penentuan keputusan/kebijakan.

d) Adanya pengaruh dari kelompok luar Lingkungan sosial dari para pembuat keputusan/kebijakan juga berperan besar.

e) Adanya pengaruh keadaan masa lalu 24 Maksud dari faktor ini adalah bahwa pengalaman latihan dan pengalaman sejarah pekerjaan yang terdahulu berpengaruh pada pembuatan kebijakan/keputusan. Misalnya,orang

(25)

mengkhawatirkan pelimpahan wewenang yang dimilikinya kepada orang lain karena khawatir disalahgunakan (Suharno 2010: 52-53).

B. Inovasi Kebijakan Publik

Inovasi adalah merupakan ide, gagasan, atau suatu hal yang baru yang ada di lingkungan masyarakat, baik itu produk, pelayanan, teknologi yang baru ditemukan dan belum pernah ada sebelumnya dikatan sebagai inovasi, sedangkan kebijkan yakni sebuah wewenang yang dimiliki oleh pemerintah, baik itu dijalankan atau tidak dijalankan merupakan sebuah kebijakan. Secara konseptual inovasi kebijakan terbagi atas bebrapa (Sururi 2018:27). Yang pertama a policy

innovation : new policy direction and intiative yang berarti sebuah inisiatif dan

arah kebijakan yang baru atau apapun yang akan dikeluarkan pada kebijakan selanjutnya harus bersifat baru dan belum digunakan sebelumnya. Dan yang kedua yakni innovation in the policy making proses yang artinya inovasi menjadi sebuah fokus dan inovasi dapat mempengaruhi proses pembuatan dan perumusan kebijakan.

1. Inovasi Kebijakan Publik dalam Prespektif Konseptual

Inovasi diartikan sebagai suatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai-nilai dan praktek-praktek baru atau objek-objek yang dapat di rasakan sebagai suatu yang baru oleh individu atau masyarakat. Aspek sesuatu yang baru tersebut dapat terbentuk melalui sebuah proses modifikasi. Dan kebijakan publik diartikan sebagai suatu program yang di proyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai dan praktek-praktek tertentu (a project program

(26)

of goals, values and practice) secara konseptual inovasi kebijakan publik terbagi

menjadi:

a) Policy Innovation : new policy direction and intiative yaitu inovasi kebijakan yang dimaksud adalah adanya inisiatif dan arah kebijakan yang baru. Ini dapat di artikan bahwa setiap kebijakan publik yang dikeluarkan pada prinsipnya harus dapat memuat suatu yang baru.

b) Innovation in the policy making process pada peranan ini, menjadi fokus adalah inovasi yang dapat mempengaruhi prosses pembuatan atau perumusan kebijakan sebagai contoh adalah proses perumusan kebijakan yang selama ini belum dapat dikatakan telah memfasilitasi peran serta warga masyarakat atau steak holder yang terkait.

c) Policy to foster innovation and its diffusion , yaitu kebijakan yang dimaksud adalah kebijakan yang khusus diciptakan untuk mendorong, mengembangkan,dan menyebarkan inovasi untuk beberapa sektor.

Inovasi kebijakan publik konseptual di definisikan sebagai perubahan cara pandang atau masalah yang ada sehingga memunculkan solusi atau masalah. Ruang lingkup inovasi konseptual adalah kemunculan ide, paradigma, gagasan, pemikiran dan terobosan yang baru yang sebelumnya tak terbayangkan. Paradigma inovasi kebijakan publik telah menjadi diskursus dan praktek dalam birokrasi pemerintahan. Dalan konteks paradigma atau cara pandang tersebut, kebijakan publik dapat dipandangsebagai suatu poses yang berkesinambungan dan saling terkait yang dilakukan pemerintah bersama steakholder dalam mengatur dan mengelola menyelesaikan urusan publik, masalah publik dan sumber daya

(27)

yang ada untuk kepentingan bersama. Salah satu daya saing inovasi dapat dilahirkan melalui pemikiran dan terobosan yang baru melalui strategi kebijakan. Kebijakan publik adalah fakta strategis dari pada fakta politis atau fakta teknis. Sebuah strategi maka di dalam kebijakan publik sudah terangkum preferensi-preferensi politis dari para aktor yang terlibat dalam proses kebijakan, khususnya dalam proses perumusan.

Inovasi telah menjadi bagian penting dari kebijakan publik. These question

abaout nature of innovation and the dynamic that drive it are not new. innovation has long been indentified in the founda-tion text of the social science as a major source of social develepment. Inovasi kebijakan publik dibuat untuk kepentingan

publik dan bukan kepentingan privat maupun kelompok, kebijakan publik akan bermanfaat apabila dalam penerapannya berdasarkan kriteria-kriteria dan nilai-nilai normatif standar kebijakan. Dalam penelitiannya Mark Considine, Jenny M Lewis, and Damon Alexander (2009:30) mengemukakan lima posisi normatif dalam inovasi

a) Institutional ( innovation relies on organizational factor) b) Structural ( innovation its abaut large external change) c) Sceptical ( uncertain if goverment has a role in innovation) d) Incremental ( innovation its a about small, planed improvement) e) Adaptive (innovation mean adapthing things from elsewhere) Kriteria dalam penentua inovasi konseptual adalah sebagai berikut :

1) Inovasi ini lahir dari perubahan cara pandang atas suatu masalah yang kemudian diwujudkan dalam kebijakan.

(28)

2) Penilaian atas kesuksesan ini dapat dilihat dengan membandingkan dengan kebijakan sebelumnya yang dilandasi oleh cara pandang lama. Apabila hasil atau kinerja kebijakan baru lebih baik, maka inovasi kebijakan konseptual dapat dikatakan berhasil.

3) Biasanya cara pandang ini dilakukan dengan melihat suatu isu dengan prespektif yang lebih positif atau dengan melakukan paradigma.

Dalam prespektif konseptual, inovasi kebijakan akan terkait dengan perubahan cara pandang terhadap permasalahan yang sedang terjadi. Kemampuan melihat permasalahan dengan sudut pandang yang multi paradigma akan melahirkan pemikiran yang lebih konseptual. Kemudian membandingkan kebijakan lama dan kebijakan baru yang telah dilakukan inovasi berhasil, selanjutnya inovasi kebijakan dapat di analisis dengan melihat isu yang sedang terjadi melalui prespektif positif. Perubahan prespektif positif dengan pembaruan paradigma tersebut dapat terjadi apabila semua steakholder yang terlibat dalam inovasi kebijakan mempunyai paradigma yang mengutamakan sinergitas.

2. Inovasi Kebijakan Publik dalam Prespektif Empiris

Terdapat beberapa inovasi kebijakan publik, yaitu jenis inovasi proses yang terdiri dari standar operasional prosedur, tata laksana, sistem dan prosedur. Kemudian jenis inovasi metode yang terdiri dari strategi, cara dan teknik baru. Dan jenis inovasi produk yang terdiri dari fisik (barang) atau imaterial (jasa). Pada tataran empiris manfaat inovasi dapat di identifikasi dalam beberapa manifestasi, antara lain : percepatan proses atau prosedur kerja, peningkatan efektifitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber-sumber daya, pengintegrasian beberapa jenis

(29)

layanan menjadi terpadu, perluasan pilihan publik (public choice) terhadap barang-barang publik (public goods) pembuatan public engagement dalam pengambilan keputusan atau kebijakan publik, pengurangan beban masyarakat atas layanan pemerintah serta model-model manfaat lain yang terus berkembang sesuai dinamika kebutuhan organisasi publik dan kalangan steakholdernya.

Secara empiris inovasi kebijakan berdasarkan proses lebih menekankan pada kualitas proses kerja baik eksternal maupun internal agar lebih sederhana dan efisien.beberapa contoh produk inovasi seperti perubahan pelayanan penertiban paspor yang digagas oleh Direktorat Jendral Imigrasi melalui sistem Pelayanan Penertiban Paspor Terpadu (SPPT)/ Sistem One Stop Service ( OSS) merupakan terobosan Direktorat Jendral Imigrasi Kementrian Hukum dan HAM berupa penyederhanaan atas prosedur birokrasi yang panjang yang sebelumnya harus mengantri 4 kali menjadi mengantri 1 kali dalam mendapatkan pelayanan paspor contoh lainnya adalah produk inovasi pelayanan pertanahan jemput bola yang bertujuan untuk lebih mendekatkan kepada masyarakat, pendekatan tersebut diharapkan menyentuh dimensi sosial dari pengelolaan pertanahan, dimana sering kali tugas-tugas tersebut tidak mampu dijangkau oleh interface loket kantor pertanahan karena formalitasnya.

Dalam menerapkan sebuah inovasi yang bersifat empiris, penekanan pada inovasi metode, strategi dan teknik menjadi suatu yang penting untuk mencapai hasil yang lebih baik begitu pula dengan penerapan inovasi produk yang ditunjukkan untuk penciptaan atau modifikasi barang atau jasa untuk meningkatkan kualitas, citra, fungsi dan sebagainya dari barang atau jasa tersebut.

(30)

Hal ini perangkat infrastrukur berbasis teknologi diperlukan agar pelayanan yang dilakukan lebih efektif dan efisien serta mampu memecahkan masalah selain inovasi berbasis struktur organisasi yang bertujuan mengadopsi model organisasi yang fleksibel dan mampu mengadaptasi perkembangan organisasi.

3. Tipologi Inovasi

Inovasi merupakan kreasi dan implementasi dari proses, produk layanan dan metode pelayanan baru yang merupakan hasil pengembangan nyata dalam hal efisiensi, efektivitas atau kualitas hasil. Menurut Muluk ( dalam Eva Hany: 2015)

a. Inovasi produk/ jasa pelayanan : perubahan bentuk dan desain produk atau layanan baru atau memperbaharui layanan yang sudah ada.

b. Inovasi proses pelayanan : pembaharuan kualitas yang lebih lanjut dan mengacu pada penggabungan perubahan organisasi, prosedur, dan kebutuhan kebijakan untuk berinovasi.

c. Inovasi metode pelayanan : perubahan baru pada hubungan pelanggan atau cara baru dalam hal memberikan pelayanan.

d. Inovasi kebijakan : menngacu pada visi, misi, tujuan dan strategi baru. e. Inovasi sistem : metode yang diperbaharui dalam interaksi dengan aktir

lain. dengan adanya perubahan dalam tata kelola pemerintahan. 4. Level Inovasi

Aspek penting lain pada kajian inovasi yakni berkaitan dengan level inovasi yang mencerminkan jenisnya, serta dampak yang dari inovasi ini.

(31)

dijelaskan oleh mulgan dan albury berentang mulai dari inkremental, radikal, sampai transformatif. (Mirnasari 2013:78)

a. Inovasi inkremental berarti inovasi yangi membawa perubahan kecil pada proses atau layanan yang ada. Umumnya sebagaian besar inovasi berada dalam level ini dan jarang sekali membawanperubahan terhadap struktur organisasi dan hubungan keorganisasian. Walaupun demikian inovasi inkremental berperan penting dalam pembaharuan kecil yang dapat diterapkan secara terus-menerus, dan mendukung rajutan pelayanan yang reponsif terhadap kebutuhan lokal dan perorangan, serta mendukung nilai tambah uang (value for money)

b. Inovasi radikal merupakan perubahan mendasar dalam pelayanan publik atau cara-cara pengenalan yang sama sekali baru dalam proses keorganisasian dan pelayanan. Inovasi ini sangat jarang dilakukan karena membutuhkan dukungan politik yang cukup besar. Dalam hal ini inovasi radikal diperuntukkan membawa perbaikan yang nyata dan baik dalam kinerja pelayanan publik dalam memenuhi harapan para pengguna layanan yang lama terabaikan.

c. Inovasi transformatif atau sistemis akan membawa perubahan pada struktur a kerja dan keorganisasian dengan mengubah semua bidang dan secara dramatis mengubah keorganisasian. Inovasi jenis ini membutuhkan jangka waktu yang lebih lama untuk memperoleh hasil yang diinginkan dan membutuhkan perubahan mendasar dalam susunan sosial, budaya dan organisasi.

(32)

5. Kategori Inovasi

Terdapat dua kategori inovasi yang di ungkapkan Muluk (dalam Eva Hany: 2015) yakni:

a. Sustaining Innovation (inovasi terusan) : merupakan inovasi yang membawa perubahan baru namun dengan tetap berdasarkan diri pada kondisi pelayanan dan sistem yang telah berjalan atau produk yang sudah ada.

b. Disconetinues innovation ( Inovasi terputus) : merupakan inovasi yang membawa perubahan yang sama sekali baru dan tidak lagi berdasarkan pada kondisi yang sudah ada sebelumnya

6. Proses Adopsi Inovasi

Proses adopsi inovasi adalah sebuah proses tahap pengambilan keputusan, Rogers dan Shoemaker mendefinisikan tentang proses pengambilan keputusanuntuk melakukan adopsi inovasi. Dalam hal ini proses inovasi memerlukan mental dan konfirmasi untuk setiap keputusan yang akan diambil oleh individu yang akan mengadopsi. Inovasi yang baru tentunya akan mengubah sebuah sistem sosial, namun tergantung bagaimana cara masyarakat akan mengadopsi inovasi tersebut. Menerima ataupun menolak inovasi tersebut merupakan sebuah keputusan yang telah diambil oleh seorang individu maupun masyarakat.

Adapun tahapan mengadopsi perilaku,ide,gagasan baru, menurut Rogers dalam bukunya Diffusion of innovation yaitu:

(33)

a. Tahap awareness (kesadaran), yaitu tahap seorang tahu dan sada terdapat suatu inovasi sehingga muncul adanya suatu kesadaran terhadap hal tersebut. b. Tahap interest (keinginan), yaitu tahap seorang mempertibangkan atau sedang

membentuk sikap terhadap inovasi yang telah diketahuinya tersebut sehingga iamulai tertarik pada hal tersebut..

c. Tahap evaluation (evaluasi), yaitu tehap seseorang membuat keputusan apakah ia akan menolak atau menerima hal yang ditawarkan sehingga pada saat itu ia mulai mengevaluasi.

d. Tahap trial (mencoba), yaitu tahap dimana seorang melaksanakan sebuah keputusan yang telah diambil sehingga ia kemudian mencoba suatu perilaku yang baru.

e. Tahap adoption (adopsi), yaitu dimana seseorang akan memastikan atau mengkorfirmasikan keputusan yang diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi perilaku tersebut.

Namun pada kenyataan yang ada di lapangan proses adopsi tersebut tidak serta merta berhenti begitu saja setelah adanya penerimaan ataupun penolakan. Kemudian hal ini berubah menjadi akibat dari sebuah pengaruh lingkungan penerimaan sebuah inovasi, oleh karena itu diubah kembali teorinya tentang keputusan inovasi yaitu: Knowledge (pengetahuan), persuasion (persuasi),

desicion (keputusan), implementation (pelaksanaan) dan confirmation

(34)

1) Tahap Pengetahuan

Pada tahap ini, jika ada inovasi-inovasi yang baru harus disampaikan melalui media yang telah disediakan dalam saluran komunikasi, seperti media cetak, elektronik, maupun informasi yang beredar dalam masyarakat. Tahapan ini juga dipengaruhi oleh bebrapa karakteristik dalam pengambilan keputusan, sosial ekonomi dan nilai-nilai .

2) Tahap Persuasi

Pada tahapan ini biasanya hanya memikirnkan siapa yang akan menggunakan inovasi tesebut, inovasi ini berkaitan dengan karakteristik inovasi itu sendiri, seperti: kelebihan inovasi, tingkat keserasian, kompleksitas, dapat dicoba dan dapat dilihat.

3) Tahap Pengambilan Keputusan

Pada tahapan ini adalah proses dimana proses mempertimbangkan sebuah inovasi, dengan mempertimbangkan besar kecil keuntungan yang akan terjadi pada keputusan tersebut, diambil atau tidaknya sebuah inovasi tersebut merupakan tahap dari pengambilan keputusan ini.

4) Tahap Implementasi

Tahapan ini yakni dimana para individu mengerjakan tugasnya masing-masing, dalam menentukan kegunaan inovasi, sembari mengumpulkan informasi yang dibutuhkan kedepannya.

5) Tahap Konfirmasi

Tahap ini setelah semua proses yang dilalui sebelumnya, seseorang akan membuat pembenaran atas keputusan yang telah diambil, kata lain

(35)

memperjelas apakah inovasi tersebut akan digunakan maupun tidak digunakan.

a) Faktor Penghambat Inovasi

Inovasi tidak selamanya berjalan baik dan sesuai dengan rencana, banyak inovasi yang cukup memiliki kendala oleh berbagai faktor yang membuat sebuah inovasi tidak dapat berjalan sesuai dengan apa yang seharusnya telah direncanakan. Adapun delapan jenis penghambat inovasi yang terdapat sebagai berikut;

b) Faktor Pendukung Inovasi

Menurut James Brian Quinn, faktor-faktor untuk tercapainya keberhasilan penerapan inovasi adalah sebagai berikut:

Tidak ada inovasi Keengganan menutup program

yang gagal. Ketergantungan berlebihan pada high performer

Teknologi ada, terhambat budaya & perataan organisasiorganisasi Tidak ada penghargaan atau insentif Ketidakmampuan menghadapi resiko & perubahan Budaya Risk Aversion Tekanan & hambatan administratif Anggaran jangka pendek & perencanaan

(36)

1) Inovasi Harus beriorentasi, banyak inovasi hanya sekedar memecahkan masalah secara kreatif tetapi tidak mempunyai keunggulan bersaing. Dan inovasi harus sesuai dengan kebutuhan yang ada. Yang berdasarkan pada perubahan teknologi, perubahan ekonomi, perilaku sosial budaya,peurbahan, dan iklim dunia.

2) Inovasi juga harus memiliki nilai lebih, ada nilai tambah (Value added) sehingga bisa menjadi pendongkrak pertumbuhan dan perkembangan inovasi.

3) Terdapat unsur efisiensi dan efektifitas, sebuah inovasi tidak akan mempunyai arti atau dampak yang berarti bagi kemajuan inovasi.

4) Inovasi harus sejalan dengan visi misi, inovasi harus bisa di inovasikan lagi sehingga terjadi inovasi yang berkelanjutan hingga inovasi menjadi lebih baik dan lebih berkembang.

C. Model Inovasi

Model Proses Inovasi Rogers (1983, 1985) Tahap-Tahap Proses Inovasi Dalam Organisasi

Tahap-Tahap Proses Inovasi Dalam Organisasi

A. Tahap Inisiasi (Permulaan) Kegiatan pengumpulan infromasi, konseptualisasi, dan perencanaan untuk menerima inovasi, semuanya diarahkan untuk membuat keputusan menerima inovasi.

1. Agenda Seting Semua permasalahan umum organisasi dirumuskan guna menentukan kebutuhan inovasi, dan diadakan studi lingkungan untuk menetukan nilai potensial inovasi bagi organisasi.

(37)

2. Penyesuaian (matching) Diadakan penyesuaian antara masalah organisasi dengan inovasi yang akan digunakan, kemudian direncanakan dan dibuat disain penerapan inovasi yang sudah sesuai dengan masalah yang dihadapi. B. Tahap Implementasi

1. Re-definisi/ Re-Strukturusasi Inovasi dimodifikasi dan re-invensi disesuaikan situasi dan masalah organisasi. Struktur organisasi disesuaikan dengan inovasi yang telah dimodifikasi agar dapat menunjang inovasi. 2. Klarifikasi Hubungan antara inovasi dan organisasi dirumuskan dengan

sejelasjelasnya sehingga inovasi benar-benar dapat diterapkan sesuai yang diharapkan.

3. Rutinisasi Inovasi kemungkinan telah kehilangan sebagian identitasnya, dan menjadi bagian dari kegiatan rutin organisasi (sudah hilang kebaruannya). Tahapan-tahapan adopsi itu adalah:

1) awareness, atau kesadaran, yaitu sasaran mulai sadar tentang adanya inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.

2) interest, atau tumbuhnya minat yang seringkali ditandai oleh keinginannya untuk bertanya atau untuk mengetahui lebih banyak/jauh tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan inovasi yang ditawarkan oleh penyuluh.

3) evalution atau penilaian terhadap baik/buruk atau manfaat inovasi yang telah diketahui informasinya secara lebih lengkap. Pada penilaian ini, masyarakat sasaran tidak hanya melakukan penilaian terhadap aspek teknisnya saja, tetapi juga aspek ekonomi, maupun aspek-aspek sosial

(38)

budaya, bahkan seringkali juga ditinjau dari aspek politis atau kesesuaiannya dengan kebijakan pembangunan nasional dan regional. 4) trial atau mencoba dalam skala kecil untuk lebih meyakinkan

penilaiannya, sebelum menerapkan untuk skala yang lebih luas lagi. 5) adoption atau menerima/menerapkan dengan penuh keyakinan

berdasarkan penilaian dan uji coba yang telah dilaku-kan/diamatinya sendiri.

D. Desa Mandiri Terpadu

Pembangunan Desa Terpadu Mandiri adalah sebuah strategi pembangunan yang merupakan proses lebih lanjut dari strategi pembangunan desa. Dalam pembangunan desa dilakukan usaha yang cukup intensif dengan tujuan dan kecendrungan memberikan fokus dan perhatian kepada kelompok atupun daerah tertentu, yang melalui penyampaian pelayanan, serta bantuan dan informasi kepada masyarakat desa (Soetomo:2013). Dengan demikian, pada strategi ini lebih banyak memberikan perhatian pada proses penyampaian (delivery) dari pada mengembangkan kapasitas dan respon masyarakat. Karena masyarakat desa memiliki banyak aspek pada usaha pembangunan desa yang bersifat menyeluruh semestinya juga meliputi keseluruhan aspek tersebut. Jika usaha pembangunan tersebut untuk masing-masing aspek yang ditangani oleh instansi yang melakukan kegiatan di desa dalam rangka melaksanakan programnya masing-masing. Untuk menghindari kemiripan dan tumpang tindih serta untuk terwujudnya proses yang saling mendukung, maka perluka suatu tindakan pendekatan yang dapat mengoordinasikan dan menyatukan program-program yang bersifat sektoral

(39)

tersebut. Untuk maksud kemudian di kembangkan strategi yang kemudian dikenal sebagai Integrated Rural Development (Pembangunan Desa Terpadu).

Dalam pandangan ini Pembangunan Desa Terpadu Mandiri merupakan suatu strategi dalam mencapai tujuan melalui sinkronasi yang lebih baik dari berbagai aktivitas, mata rantai, usaha serta kordinasi yang efektif dari berbagai instansi terkait (Soetomo:160). Dari sumber yang sama juga disebutkan, bahwa Pembangunan Desa Terpadu Mandiri merupakan tema kegiatan yang melibatkan bukan saja perubahan fisik dan ekonomi, melainkan juga perubahan sosial psikologis. Disamping itu, programini juga berisi muatan dan prosedur perubahan dalam organisasi sosial.

1. Perkembangan Konsep Pembangunan Desa Terpadu Mandiri

Secara garis besar, tujuan pembangunan pada umumnya dan pembangunan masyarakat desa pada khususnya adalah peningkatan kesejahteraan atau peningkatan taraf hidup masyarakat. Pengertian taraf hidup masyarakat maupun kesejahteraan masyarakat mempunyai berbagai dimensi. Sementara pihak yang beranggapan bahwa dalam pengertian kesejahteraan yang penuh terkandung dimensi fisik, ekonomi, mental dan sosial. Dengan menggunakan ukuran relatif dapat dikatakan, bahwa kesejahteraan dan taraf hidup masyarakat akan meningkat apabila semakin banyak kebutuhan kebutuhan dapat dipenuhi. Oleh sebab itu, peningkatan kesejahteraan dapat juga diartikan sebagai suatu usaha untuk dapat memenuhi semakin banyak aspek kebutuhan tersebut, banyak pendapat yang mengatakan bahwa dimensi ekonomi memegang peranan yang cukup penting karena dapat menjadi sarana dan pendorong bagi pemenuhan dimensi yang lain.

(40)

Oleh karena itu, persoalan pada proses pembangunan adalah hal yang utama termasuk pembangunan masyarakat yakni bagaimana mengupayakan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat secara cepat, sehingga masyarakat akan lebih berpeluang untuk memenuhi semakin banyak kebutuhan-kebutuhannya.

Dengan menggunakan pendapat yang cukup berat bahwa mayoritas penduduk di negara-negara berkembang tinggal di desa dan mayoritas masyarakat desa yang bekerja di sektor pertanian, maka pendapatan masyarakat meningkat diperlukan peningkatan produktivitas pertanian. Pola pikir seperti itu juga banyak digunakan pada saat orang berusaha mencari sektor kunci dalam pelaksanaan pembangunan, dengan perhitungan bahwa apabila sektor kunci tersebut dapat dikembangkan akan memberikan pengaruh luas bagi perkembangan sektor-sektor lain. Ke dalam sektor kunci tersebut berbagai sumber daya baik itu internal maupun eksternal termasuk bantuam internasional yang lebih banyak disalurkan. Baik Schulzt maupun Johnson dan Mellor ( Soetomo:165) sama-sama berpendapat bahwa pertanian adalah sektor kunci bagi kebanyakan negara-negara sedang berkembang, karena sektor pertanian dapat disebut sebagai mesin pertumbuhan baru dan mempunyai dampak yang luas dan menguntungkan.

Dalam rangka meningkatkan produktivitas pertanian tersebut, terutama di daerah padat penduduknya dan perluasan lahan pertanian lebih terbatas, cara yang banyak dipilih adalah melalui perubahan dan pembaharuan dalam sistem usaha tani, melalui cara tersebut dilakukan berbagai usaha untuk memperkenalkan teknologi baru, cara kerja baru dan ide-ide baru dibidang pertanian. Pengenalan

(41)

ide-ide baru, cara kerja baru, dan teknologi baru secara terprogram, terencana dan sistematik tersebut dimaksudkan agar perubahan dan pembaharuan dapat berjalan lebih cepat dan terarah. Usaha peningkatan taraf hidup melalui peningkatan produktivitas pertanian dalam bentuk revolusi hijau tersebut, memberikan kesan bahwa pembangunan masyarakat desa identik dengan pembangunan pertanian. Karena perubahan dan pembaharuan diharapkan terjadi melalui pengenalan dan kemudian penerapan ide-ide baru, cara kerja baru dan teknologi baru dibidang pertanian maka dalam pelaksanaannya program penyuluhan pertanian (agricultural extention) menjadi andalan utamanya, melalui program penyuluhan pertanian ini diharapkan pengenalan dan penerapan ide-ide baru dapat berlangsung lebih cepat dan terarah.

Dengan misi tersebut, maka dapat dimaklumi apabila petugas penyuluh pertanian lapangan, yang di indonesia dikenal sebagai PPL, merupakan ujung tombak terdepan dari program ini yang langsung berhadapan dan berhubungan dengan petani. Dalam kenyataannya kemudian banyak negara-negara berkembang yang menggunakan program ini dalam rangka memacu produktivitas pertaniannya. Walaupun demikian, penerapan program ini di antara negara-negara sedang berkembang tersebut ditemukan adanya variasi.

Secara garis besar dikenal ada dua pola penyuluhan pertanian dikalangan negara-negara sedang berkembang yaitu pola Asia-Amerika latin dan pola Afrika (Soetomo:167). Dalam pola Asia-Amerika Latin yang sering juga disebut sebagai pola konvensional, kegiatan penyuluhan pertanian pada umumnya ditangani secara nasional dengan lingkup pelayanan meliputi seluruh wilayah negara

(42)

dengan aneka ragam budi daya pertanian dan aneka ragam petani. Sedangkan dalam pola Afrika yang sering juga disebut sebagai pola berspesialisasi, kegiatan penyuluhan dengan maksud untuk memperkenalkan dan memperluas produksi pada umumnya dipilih budi daya tertentu, khusus dilaksanakan di daerah yang dinilai paling cocok dengan budi daya yang dimaksud.

2. Desa Terpadu Mandiri Di Luwu Utara

Desa terpadu mandiri di kabupaten Luwu Utara merupakan sebuah kebijakan baru yang dicanangkan oleh pemerintah yang baru berjalan pada tahun 2017, berkaitan dengan kebijakan tersebut pemerintah hanya menggunakan tiga desa di kecamatan yang berbeda sebagai pilot project masing-masing desa terebut adalah, Desa Sukaraya di kecamatan Bone-Bone, Desa Wonokerja di Kecamatan Sukamaju dan Desa Mario di Kecamatan Baebunta. Dengan adanya kebijakan tersebut pemerintah berharap peningkatan ekonomi, pendidikan dan kesejahteraan masyrakat pada desa tersebut dapat meningkat dengan adanya pemberdayaan pada masing-masing desa yang telah di jadikan sebagai pilot project.

Adapun kondisi pada kebijakan tersebut yang baru berjalan sekitar satu tahun ini masih perlu banyak pembenahan, dan masih dalam tahap penyesuian pada masing-masing desa tersebut, penyesuaian kepada masyarakat tentang kebijakan tersebut, pelatihan dan pendampingan oleh pemerintah daerah kepada pemerintah desa baik itu sumberdaya yang dimiliki desa ataupun pelatihan pada masyarakat dan memperkenalkan kebijakan desa terpadu mandiri lebih dekat, walaupun tidak mudah dalam mendapatkan partisipasi masyarakat desa yang

(43)

cenderung pasif namun pemerintah daerah mengupayakan agar kebijakan tersebut dapat meningkatkan kualitas desa menjadi lebih baik dalam segala bidang.

E. Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan berujuk pada teori model inovasi yang di kemukakan ada 3 model inovasi kebijakan yakni 1) Inovasi Proses 2) Inovasi Metode 3) Inovasi Produk oleh sebab itu penulis mengemukakan kerangka konsep penelitian ini dapat di lihat dari bagan berikut ini yang menjadikan teori tersebut sebagai indikator pada penelitian ini bagaimana penerapan keempat idnikator tersebut dalam difusi inovasi pada kebijakan Desa Terpadu Mandiri di Kabupaten Luwu Utara.

Model Inovasi kebijakan Program Desa Mandiri Terpadu

Indikator 1. Inovasi Proses 2. Inovasi Metode 3. Inovasi Produk Penghambat Pendukung

Program Desa Terpadu Mandiri

(44)

F. FOKUS PENELITIAN

Fokus penelitian ini yakni model inovasi, model penelitian, pengembangan dan difusi, model pengembangan organisasi dan model konfigurasi yang ada pada kebijakan desa terpadu mandiri di kabupaten Luwu Utara

G. DESKRIPSI FOKUS PENELITIAN

1. Model inovasi merupakan berbagai macam bentuk sebuah inovasi

2. Inovasi proses adalah sebuah proses yang di dasarkan pada standar operasional baik itu secara prosedur maupun tata laksana

3. Inovasi metode adalah yakni sebuah stategi maupun teknik yang baru digunakan dalam inovasi.

4. Inovasi produk adalah terdiri dari fisik dan imaterial pada sebuah inovasi yang ada

5. Pendukung, adalah dimana sebuah faktor-faktor yang mendukung keberhasilan sebuah inovasi yang dijalankan.

6. Penghambat, adalah yakni faktor penghambat dari inovasi yang akan dilakukan

7. Program Desa Mandiri Terpadu, yakni adalah sebuah pembangunan yang di motori sebuah desa dalam menjalankan segalanya dengan mandiri dan mampu meningkatkan kesejahteraan dan sosial masyarakat desa.

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN.

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlangsung selama 2 bulan di Desa Sukaraya Kecamatan Bone-Bone , Kabupaten Luwu Utara, karena kedua desa tersebut merupakan desa yang termasuk kedalam pilot project Desa Terpadu Mandiri yang ditetapkan oleh pemerintah daerah

B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu sebagai objek yang digunakan untuk meneliti suatu kondisi yang menggambarkan kenyataan dari kejadian yang diteliti. Penelitian kualitatif dilakukan terhadap variabel tunggal yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain .

2. Tipe penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu studi kasus dengan di dukung data kualitatif, dimana peneliti berusaha untuk mengungkapkan suatu fakta tertentu dan memberikan gambaran secara objektif tentang keadaan dan permasalah yang dihadapi. Penelitian ini akan dilaksanakan agar mendapatkan gambaran secara objektif.

C. Sumber Data

Dalam hal ini sumber data yang digunakan untuk melakukan penelitian ini ialah sebagai berikut :

(46)

1. Data primer ialah data yang didapatkan melalui hasil penelitian secara langsung kepada objek yang akan diteliti. Data primer ini didapatkan dengan hasil wawancara langsung terhadap responden atau pihak-pihak yang terkait ataupun melalui kuisoner yang diberikan yaitu berupa daftar pertanyaan yang berkaitan dengan penerapan program desa terpadu mandiri di desa sukaraya, kecamatan Bone-Bone kabupaten Luwu Utara. 2. Data sekunder ialah data yang diperoleh dari sebuah pihak ke dua, ketiga

dan seterusnya. Misalnya dari sebuah instansi ataupun organisasi yang bersangkutan, atau perorangan dari pihak yang telah mengumpulkan dan mengalihnya, seperti data dokumentasi, data wawancara dengan masyarakat, foto-foto, buku dan lain-lain yang relevan dengan penelitian. Hal ini diperoleh dengan mencari dan mengumpulkan data dari informan baik itu secara tertulis ataupun gambar-gambar dan tulisan-tulisan yang berkaitan dengan penelitian.

D. Informan Penelitian

Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Namun, pada penelitian yang menggunakan 39 analisis kualitatif, ukuran sampel bukan menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan adalah kekayaan informasi. Walaupun jumlah sampelnya sedikit tetapi kaya akan informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat. Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling dan Snowball Sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu, seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena

(47)

peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Sedangkan Snowball Sampling adalah teknik penentuan sampel yang pada awalnya jumlahnya kecil kemudian bertambah besar (Sugiyono, 2012) Informan kunci yaitu mereka yang dianggap menguasai objek penelitian. Sedangkan pada informan sekunder untuk melengkapi informasi data-data tentang objek penelitian untuk membanyak analisis, tetapi tidak harus ada. Adapun informan dalam penelitian ini ialah :

NO. Unsur Informan Nama

1. Bupati Kabupaten Luwu Utara. Hj. Indah Putri Indriani S.Ip, M.Si 2. Camat Kecamatan Bone-Bone. Saharuddin, S.Sos

3. Kepala Desa Sukaraya Sutikno

E. Teknik Pengumpulan Data

Pada teknik pengumpulan data dalam penelitian ini sebagai, yakni berikut : 1. Obervasi Langsung

Teknik ini merupakan sebuah pengamatan yang dilakukan secara langsung pada objek yang akan diteliti guna mendapatkan keterangan yang berupa informasi, data serta fakta akurat yang berkaitan dengan objek penelitian. Pada teknik ini juga dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keseimbangan antara keterangan informan atau responden dan data pada kenyataan yang ada dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap

(48)

objek dan tetap mengawasi keabsahannya. Observasi didefinisikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik pada gejala atau masalah yang nampak di objek penelitian.

2. Wawancara (Interview)

Teknik pengumpulan data ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran-gambaran tentang objek yang akan menjadi bahan penelitian dengan cara tanya jawab secara lebih rinci dan terbuka dengan secara langsung pada informan/responden. Wawancara ialah percakapan yang dilakukan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh kedua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang akan mengajukan pertanyaan dan yang akan diwawancarai (interviewee) kemudian memberikan jawaban atas pertanyaan yang ditanyakan itu.

3. Dokumen

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data-data pendukung (data sekunder) dari berbagai literatur baik berupa buku, makalah, majalah, hasil penelitian yang relevan, koran dan dokumen-dokumen tertulis lain sebagai referensi yang berkaitan dengan objek penelitian.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data menurut Bogdan dan Biken adalah upaya yang dilakukan dengan cara mengorganisasikan data, memilahnya menjadi 49 satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari, dan menemukan pola, menemukan apa yang paling penting dan yang dipelajari, dan memutuskan yang dapat diceritakan kepada orang lain (Lexy Moleong, 2005:248). , Analisis data kualitatif dilakukan

(49)

sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dalam hal ini Nasution menyatakan bahwa analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian (Sugiyono, 2009:336). Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif menurut Miles dan Hubberman. Menurut Miles dan Hubberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. (Sugiyono, 2009:337- 345) sehingga mereka dapat memberikan informasi mengenai proses penerapan program desa terpadu mandiri di desa Sukaraya kec. Bone-Bone Kab. Luwu Utara.

G. Keabsahan Data

Untuk mengabsahkan data diperlukan teknik pemeriksaan dan reduksi data. Teknik keabsahan data berdasarkan empat kriteria yaitu kepercayaan, keteralihan, ketergantungan, dan kepastian. Untuk menetapkan keabsahan data dalam penelitian di lapangan perlu data sebagai berikut :

1. Keikutsertaan peneliti di lapangan. Peneliti secara langsung ikut serta dalam proses penelitian di lapangan agar mendapatkan data yang sesuai dengan permasalahan yang dikaji dari respoden sebagai bentuk kepercayaan kepada subjek bahwasannya data yang diteliti itu valid.

2. Triangulasi data merupakan teknik untuk memeriksa keabsahan data dengan menggunakan orang lain (pakar, ahli, dan kompeten) dalam melakukan

(50)

pengecekan untuk perbandingan terhadap data. Triangulasi data yang digunakan ialah:

a) Triangulasi data dengan sumber data yaitu membandingkan data mengecek data dengan baik tingkat kepercayaan dan akurasi data yang diperoleh dari alat dan waktu yang berbeda.

b) Triangulasi data dengan pakar/ahli/kompeten untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data agar tidak terjadi bias dalam proses pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti menggunakan cara sebagai berikut:

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil data wawancara yang telah dilakukan.

2) Membandingkan pernyataan secara umum dan secara pribadi.

3) Membandingkan pernyataan responden dalam proses penelitian dan sepanjang waktu.

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

1. Letak Geografis dan Kondisi Wilayah Kabupaten Luwu Utara

Kabupaten Luwu Utara adalah merupakan salah satu Kabupaten di bagian selatan Sulawesi Selatan yang berjarak kurang lebih 420 Km dari ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan terletak diantara 01° 53’ 019” - 02° 55’ 36” Lintang Selatan (LS) dan 119° 47’ 46” - 120° 37’ 44” Bujur Timur (BT) dengan batas-batas administrasi: − Sebelah Utara : berbatas-batasan dengan Sulawesi Tengah − Sebelah Selatan : berbatasan dengan Kab. Luwu & Teluk Bone − Sebelah Barat : berbatasan dengan Prov. Sulawesi Barat − Sebelah Timur : berbatasan dengan Luwu Timur Luas wilayah Kabupaten Luwu Utara sekitar 7.843,57 Km² terbagi dalam 12 kecamatan yang meliputi 173 desa/kelurahan yang terdiri dari 4 kelurahan dan 169 desa. Dan terdapat 8 sungai besar yang mengaliri wilayah Kabupaten Luwu Utara. Dan sungai terpanjang adalah Sungai Rongkong dengan panjang 108 Km. Serta curah hujan beragam rata-rata selama tahun 2010 Diantara 12 Kecamatan, Kecamatan seko kerupakan Kecamatan yang terluas dengan luas 2.109,19 Km² atau 28,11 % dari total wilayah Kabupaten Luwu Utara, sekaligus merupakan kecamatan yang terletak paling jauh dari Ibukota Kabupaten Luwu Utara , yakni berjarak 198 Km. Urutan kedua ádala Kecamatan Rampi dengan luas 1.565,65 Km² atau 20,87 % dan yang paling sempit wilayahnya adalah

(52)

Kecamatan Malangke Barat dengan luas wilayah 93,75Km² atau 1,25 % dan pada tahun 2012 di bentuk satu kecamatan baru yang pemekarannya dari kecamatan Bone-Bone berdasarkan Peraturan Daerah Kab. Luwu Utara Nomor : 01 tahun 2012 tanggal 05 April 2012 dan Peraturan Bupati Luwu Utara Nomor : 19 Tahun 2012 Tanggal 04 Juni 2012 tentang pembentukan Kecamatan Tana Lili dengan jumlah 10 Desa.

2. Gambaran Umum Kecamatan Bone-Bone

Kecamatan Bone-Bone terbentuk sejak tahun 1963, yang dulunya dikenal dengan distrik tamuku. Secara geografis berada pada bagian timur wilayah kabupaten Luwu Utara, dengan jarak sekitar 25 Km dari ibu kota kabupaten dan kecamatan bone-bone berada pada jalur jalan trans sulawesi, dengan batas wilayah:

- Sebelah Utara : Pegunungan Baliase - Sebelah Timur : Kecamatan Tanah Lili - Sebelah Selatan : Teluk Bone-Bone - Sebelah Barat : Kecamatan Sukamaju a) Adminitrasi Pemerintahan

Wilayah administrasi pemerintahan kecamatan bone-bone pasca pemekaran terdiri dari 10 desa dan 1 Kelurahan, yaitu:

- Desa Patoloan - Desa Muktisari - Desa Bantimurung

(53)

- Desa Sidomukti - Desa Banyuurip - Desa Sukaraya - Desa Tamuku - Desa Sadar

- Desa Batang Tongka - Desa Pongko dan - Kelurahan Bone-Bone

Sebanyak 41 Dusun/Lingkungan, secara akumulasi Luas wilayah Kecamatan bone-bone 125.67 Km2

b) Kependudukan

Jumlah penduduk Kecamatan Bone-Bone per 31 Desember 2014 sebanyak 31.005 jiwa dengan jumlah 8.485 KK. Masyarakat Bone-Bone adalah Masyarakat heterogen, yang terdiri dari suku Luwu, Jawa, Bugis, Toraja, Bali, Sunda dan Makassar.

c) Budaya

Salah satu atraksi budaya kesenian yang paling menonjol di kecamatan bone-bone adalah :

1. Atraksi budaya orang hitam dari desa sidomukti 2. Kesenian budaya kuda lumping dari desa sidomukti 3. Teater budaya pakkacaping dari gellarang tamuku dan 4. Kesenian wayang kulit dari desa sukaraya

(54)

d) Potensi Wilayah Bidang Pertanian

Hasil pertanian tanaman padi sawah merupakan komoditi andalan kecamatan Bone-Bone, dengan luas hamparan persawahan 2.155 Ha. Dengan hasil panen berkisar 6 ton perhektar tersebar di wilayah:

1. Kelurahan Bone-Bone : 125 Ha 2. Desa Patoloan : 140 Ha 3. Desa Muktisari : 450 Ha 4. Desa Bantimurung : 75 Ha 5. Desa Sidomukti : 505 Ha 6. Desa Banyuurip : 250 Ha 7. Desa Tamuku : 200 Ha 8. Desa Sukaraya : 190 Ha 9. Desa Sadar : 80 Ha 10. Desa Batang Tongka : 140 Ha

Hal ini membuktikan bahwa kecamatan Bone-Bone merupakan lumbung pangan kabupaten Luwu Utara.

e) Bidang Perikanan

Kecamatan Bone-Bone disamping sebagai lumbung pangan kabupaten Luwu Utara, juga sebagai penghasil ikan tambak terbesar di kabupaten Luwu Utara, dengan luas lahan tambak 3.565 Ha. Produksi 163,2 ton per tahun tersebar pada 3 desa yaitu :

(55)

1. Desa pongko

2. Desa Batang Tongka dan 3. Desa Tamuku

f) Bidang Perkebunan

Bidang perkebunan komoditi unggulan kecamatan Bone-Bone adalah kelapa sawit dengan luas lahan 897 Ha berada pada lahan tanah rata wilayah desa Tamuku, Sadar, Batang Tongka, Pongko, Sukaraya, Bone-Bone dan Desa Patoloan.

Selain ketiga bidang tersebut di atas, potensi yang ada pada kecamatan Bone-Bone adalah pengembangan usaha perdagangan dan usaha kecil menengah dengan kegiatan berbasis home Industri. Pusat bisnis terbesar berasa di desa Patoloan (kompleks pasar sentral Bone-Bone) dan pasar lama Bone-Bone, sedangkan untuk home industri ada di kelurahan Bone-Bone, Desa Patoloan, Sidomukti, Banyuurip, Sukaraya dan Desa Tamuku.

3. Gambaran Umum Desa Sukaraya a. Monografi

Desa Sukaraya merupakan salah satu Desa yang sebagian besar penduduknya mengelola lahan pertanian dan perkebunan . Desa sukaraya secara administrasi termasuk dalam wilayah Kecamatan Bone-Bone, Kabupaten Luwu Utara, Provinsi Sulawesi Selatan. Desa Sukaraya memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:

(56)

2) Seblah Utara : Desa Banyuurip 3) Seblah Timur : Desa Tamuku 4) Seblah Barat : Desa Rawamangun

Secara geografis Desa sukaraya memiliki data orbitrasi (jarak dari pusat pemerintahan) adalah sebagai berikut:

- Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan : 5 Km - Jarak dari pusat pemerintahan kota : 35 Km - Jarak dari pusat pemerintahan provinsi : 487 Km

Berdasarkan data monografi Desa Sukaraya, luas Desa Sukaraya adalah 495,00 ha/m2 yang terbagi menjadi 3 Dusun meliputi : Dusun Sidodadi,Dusun Sumberjaya dan Dusun Cinta Mulya yang terdiri dari 11 Rt.

Luas tanah tersebut digunakan untuk berbagai keperluan baik Lahan sawah 190 ha, lahan perkebunan 199 dan Lahan lainnya 106 ha. Desa Sukaraya mempunyai keadaan tanah yang tergolong dalam dataran rendah diatas permukaan laut 2.5 km.

b. Kondisi Ekonomi

Jumlah total Penduduk Desa Sukaraya laki-laki dan perempuan sekitar 1.040 jiwa Penduduk Desa Sukaraya sebagian besar bekerja sebagai petani dan pekebun dan sebagian sebagai buruh tani, buruh kebun, tukang batu/kayu, buruh bangunan, usaha kios/warung (penjual Keliling), kerajinan,pabrik pengilingan padi dan usaha ternak. Sedangkan potensi desa yang paling menonjol adalah potensi persawahan (petani padi) dan perkebunan (kelapa sawit) .

(57)

Selain itu tanaman keras yang melalui proses adaptasi sebagian dapat berproduksi dengan baik pada tempat yang tergolong rendah dengan keadaan tanah kering dibeberapa wilayah dusun yang ada diDesa Sukaraya. Sedangkan tanaman perkebunan yang menjadi andalan penduduk setempat adalah Kelapa Sawit dan Untuk areal tanaman pertanian yaitu padi.

Dengan melihat gambaran potensi yang ada di Desa Sukaraya terutama sumber daya alamnya dan didukung sarana jalan dan jembatan penghubung antar desa ,maka pemerintah desa melaui usulan ke pemerintah kabupaten dan provinsi berusaha dan mencoba secara bertahap meningkatkan kualitas sarana dan prasarana yang ada maupun jalan terutama yang mengalami kerusakan sehinggai mampu memperlancar aktivitas warga maupun perekonomian Desa Sukaraya yang mayoritas masyarakatnya adalah petani dan Pekebun.

c. Visi Misi

- Visi

“Mewujudkan Desa Sukaraya yang Mandiri dan Sejahtera yang Bertumpu Pada Sektor Pertania, Perkebunan dan Peternakan.”

- Misi

1. Memberikan pelayanan yang baik dan mudah kepada masyarakat

kapanpun dan dimanapun tanpa didasari perbedaan suku, agama ataupun golongan serta tidak memposisikan Pemerintah Desa sebagai penguasa akan tetapi merupakan pelayan bagi semua masyarakat.

(58)

2. Meningkatkan kapasitas, Citra, Harkat dan Martabat Pemerintah Desa serta menjaga dan meningkatkan tolenrasi antar umat beragama.

3. Mengupayakan terwujudnya Sarana dan Prasarana untuk kegiatan generasi muda dalam menyalurkan bakat olah raga.

4. Melanjutkan beberapa Program yang belum terealisasi yang termuat dalam RPJMDes 2013-2019.

5. Menciptakan Pemerintah yang transparan Jujur dan Adil. d. Struktur Organisasi

(59)

B. Model Inovasi Kebijakan Program Desa Mandiri Terpadu di Kabupaten Luwu Utara.

Inovasi adalah merupakan ide, gagasan, atau suatu hal yang baru yang ada di lingkungan masyarakat, baik itu produk, pelayanan, teknologi yang baru ditemukan dan belum pernah ada sebelumnya dikatan sebagai inovasi, sedangkan kebijkan yakni sebuah wewenang yang dimiliki oleh pemerintah, baik itu dijalankan atau tidak dijalankan merupakan sebuah kebijakan. Secara konseptual inovasi kebijakan terbagi atas bebrapa (Sururi : 2017). Yang pertama a policy innovation : new policy direction and intiative yang berarti sebuah inisiatif dan arah kebijakan yang baru atau apapun yang akan dikeluarkan pada kebijakan selanjutnya harus bersifat baru dan belum digunakan sebelumnya. Dan yang kedua yakni innovation in the policy

making proses yang artinya inovasi menjadi sebuah fokus dan inovasi dapat

mempengaruhi proses pembuatan dan perumusan kebijakan. 1) Inovasi Proses

Proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui (dialami) individu (unit pengambil keputusan yang lain), mulai dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi, penetapan keputusan menerima atau menolak inovasi, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan inovasi yang telah diambilnya. Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi dapat menilai gagasan yang baru

Gambar

Foto bersama Bupati Luwu Utara
Foto bersama Kepala Desa Sukaraya

Referensi

Dokumen terkait

Ampul dibuat dari bahan gelas tidak berwarna akan tetapi untuk bahan obat yang peka terhadap cahaya, dapat digunakan ampul yang terbuat dari bahan gelas

Structural Equation Modeling (SEM) yang dijalankan dengan perangkat lunak AMOS, digunakan untuk menganalisis data, Hasil analisis menunjukkan bahwa orientasi nilai individu

Pada SOLAS 1948 yang diselenggarakan di Geneva diprakarsai oleh PBB disahkan satu konvensi tentang pendirian IMCO (Intergovernmental Maritime Consultative Organization),

Untuk memperoleh gelar sarjana penulis telah menyelesaikan tugas akhir di bidang material inovasi dengan judul “Analisis Pengaruh Waktu Sputtering Pd dan Ni pada

Java bukan turunan langsung dari bahasa pemrograman manapun, juga sama sekali tidak kompetibel dengan semuanya.. Java memiliki keseimbangan menyediakan mekanisme

Manfaat pengendalian manajemen adalah untuk menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan strategi usahanya dengan efektif dan efisien.Ukuran perusahaan menggambarkan besar

Fitri Hartanto,Hen driani Selina 3 Tahun: 2009 ( Paediatrica Indonesiana, vol.51,no.4 (suppl),Juli 2011) Siswa SMP di Kota Semarang Prevalensi Masalah Mental Emosional

Lima belas menit membaca setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, dan/atau membaca terpandu