LAPORAN TRIWULAN I
PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN
DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN
KAWASAN PERDESAAN
DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN
TRANSMIGRASI TAHUN 2020
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pelaksanaan Reformasi Birokrasi di lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan sudah dilakukan sejak Tahun 2015 diawal Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi berdiri, sesuai amanah Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025. Sasaran Utama Reformasi Birokrasi adalah :
1. Birokrasi yang bersih dan akuntabel; 2. Birokrasi yang efektif dan efisien;
3. Birokrasi yang memiliki pelayanan publik berkualitas.
Untuk melaksanakan tugas-tugas dalam proses pembangunan nasional, sangat diperlukan adanya penyelenggara negara yang berwibawa, bersih, bebas korupsi, kolusi dan nepotisme, efektif, dan efisien, karena setiap penyelenggara negara memepunyai peranan yang menentukan. Selain disyaratkan untuk memiliki profesionalisme, setiap penyelenggara negara harus juga mempunyai sikap mental yang jujur dan penuh rasa pengabdian kepada kepentingan rakyat, negara, dan bangsa serta harus mengutamakan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Komitmen Reformasi Birokrasi di Lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan adalah untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik dengan aparatur yang berintegritas tinggi, produktif, dan mampu melayani secara prima, dalam rangka meningkatkan kepercayan publik. Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, serta terbebas
dari pengaruh-pengaruh yang tidak baik, tidak fair, bertentangan dengan
Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku yang mengarah kepada tindak korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Salah satunya adalah kondisi dimana penyelenggara negara terbebas dari adanya benturan kepentingan.
Potensi adanya benturan kepentingan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi penyelenggara negara (pejabat dan/atau pegawai) harus dapat ditangani secara tepat sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku agar setiap keputusan yang diambil telah dilandasi dengan pertimbangan yang profesional, obyektif, berintegritas, independen, transparan, dan responsibel.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
2. Undang-Undang 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;
3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi 2010-2025;
4. Peraturan Presiden Repiblik Indonesia Nomor 55 Tahun 2012 tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Jangka Panjang Tahun 2012-2025 dan Jangka Menengah Tahun 2012 -2014;
5. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di Lingkungan Instansi Pemerintah;
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentingan;
7. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 16 Tahun 2016 tentang Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
8. Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 8 Tahun 2018 tentang Penetapan Satuan Kerja sebagai Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani pada Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi;
9. Keputusan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 49 Tahun 2019 tentang Penetapan Satuan Kerja sebagai Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani pada Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi.
C. Maksud dan Tujuan
1. Maksud penyusunan Laporan Triwulan I Penanganan Benturan Kepentingan untuk memberikan gambaran dan masukan kepada pimpinan tentang pelaksanaan Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan;
2. Tujuan penyusunan Laporan Triwulan I Penanganan Benturan Kepentingan adalah untuk menentukan langkah-langkah tindak lanjut terkait dengan Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan.
BAB II
PENANGANAN BENTURAN KEPENTINGAN A. Gambaran Umum
Benturan kepentingan merupakan suatu kondisi dimana pertimbangan mempengaruhi dan/atau dapat menyingkirkan profesionalitas seorang pejabat dalam mengemban tugas. Pertimbangan pribadi tersebut dapat berasal dari kepentingan pribadi, kerabat atau kelompok yang kemudian mendesak atau mereduksi gagasan yang dibangun berdasarkan nalar profesionalnya sehingga keputusannya menyimpang dan akan berimplikasi pada penyelenggaraan negara.
Benturan Kepentingan adalah situasi dimana penyelenggara negara di lingkungan Kementerian memiliki atau patut diduga memiliki kepentingan pribadi terhadap setiap pengguna wewenang sehingga dapat mempengaruhi kualitas keputusan dan/atau tindakannya.
B. Bentuk Benturan Kepentingan
Bentuk benturan kepentingan berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Teringgal dan Transmigrasi Nomor 16 Tahun 2016 tentang Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, yaitu :
1. Penerimaan gratifikasi atau pemberian/penerimaan hadiah atas suatu keputusan/jabatan;
2. Penggunaan aset jabatan/instansi untuk kepentingan pribadi/golongan; 3. Penggunaan informasi jabatan untuk kepentingan pribadi/golongan; 4. Pemberian akses khusus kepada pihak tertentu;
5. Proses pengawasan yang tidak mengikuti prosedur karena adanya pengaruh dan harapan dari pihak yang diawasi;
6. Penyalahgunaan jabatan; dan/atau
7. Penentuan sendiri besarnya gaji dan/atau remunerasi. C. Jenis Benturan Kepentingan
Jenis benturan kepentingan berdasarkan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 16 Tahun 2016 tentang Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, yaitu :
dekat/ketergantungan/pemberian gratifikasi; 2. Pemberian izin yang diskriminatif;
3. Pengangkatan pegawai berdasarkan hubungan dekat/balas jasa/ pengaruh dari jabatan pemerintah;
4. Pemilihan rekanan kerja berdasarkan keputusan yang tidak profesional; 5. Melakukan komersialisasi pelayanan publik;
6. Penggunaan aset dan informasi rahasia untuk kepentingan pribadi; 7. Menjadi bagian dari pihak yang diawasi;
8. Melakukan pengawasan tidak sesuai degan norma, standar, dan prosedur; 9. Menjadi bawahan pihak yang dinilai;
10. Melakukan pengawasan atas pengaruh pihak lain; 11. Melakukan penilaian atas pengaruh pihak lain;
12. Melakukan penilaian tidak sesuai dengan norma, standar, dan prosedur; 13. Menjadi bagian dari pihak yang memiliki kepentingan atas sesuatu yang
dinilai;
14. Pengusutan dan tuntutan jaksa yang dapat merugikan kepentingan negara karena pengaruh pihak lain;
15. Penyelidikan dan penyidikan yang dapat merugikan pihak terkait karena pengaruh pihak lain.
D. Penanganan Benturan Kepentingan
1. Penyusunan Kerangka Kebijakan Penanganan Benturan
Kepentingan
Telah terdapat Surat Edaran Nomor 1 Tahun 2018 tentang Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan tanggal 23 November 2018 (terlampir).
2. Identifikasi Situasi Benturan Kepentingan
Telah terdapat draf Peta Potensi Benturan Kepentingan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan yang disusun dengan mengidentifikasi situasi benturan kepetingan yang mungkin terjadi di
Lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan
Perdesaan,pejabat/pegawai yang berpotensi benturan kepentingan, penyebab erjadinya benturan kepentingan dan upaya penegaha dan/atau penanganan benturan kepentingan sebagai berikut:
3. Penyusunan Strategi Penanganan Benturan Kepentingan
Telah dilakukan identifikasi cara pencegahan dan/atau penangan pada draf Peta Potensi Benturan Kepentingan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan serta penyusunan draf SOP Pelaporan Benturan Kepentingan di lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan yang mengacu pada Permendesa PDTT Nomor 16 Tahun 2016 tentang Penanganan Benturan Kepentingan dan ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Direktorat Jenderal PKP Nomor 1 Tahun 2018 tentang Penanganan Benturan Kepentingan sebagai berikut:
a. Setiap Pegawai/Pejabat di lingkungan Kementerian dapat menyampaikan laporan dugaan Benturan Kepentingan yang dilakukan Penyelenggara Negara dalam menetapkan keputusan dan/atau tindakan;
b. Laporan disampaikan kepada atasan langsung dan/atau pengawas pengambil keputusan secara lisan atau tulisan disertai keterangan yang cukup dan melampirkan bukti-bukti terkait;
c. Atasan langsung dan/atau pengawas pengambil keputusan memeriksa tentang kebenaran laporan dalam waktu paling lambat 3 (tiga) hari kerja; d. Apabila hasil pemeriksaan atas laporan tidak benar, keputusan dan/atau
tindakan Penyelenggara Negara tetap berlaku;
e. Apabila hasil pemeriksaan atas laporan benar, keputusan dan/atau tindakan Penyelenggara Negara ditinjau kembali oleh atasan langsung penyelenggara negara dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) hari kerja;
f. Pengawasan terhadap pelaksanaan tindak lanjut hasil pemeriksaan dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.
Mengacu pada mekanisme pelaporan benturan kepentingan tersebut, Direktorat Jenderal PKP menyusun Draf SOP Pelaporan Benturan Kepetingan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan (terlampir) untuk menjadi pedoman prosedural bagi seluruh pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan.
4. Serangkaian tindakan yang diperlukan apabila seorang
penyelenggara negara berada dalam situasi benturan kepentingan, antara lain:
a. Pengurangan (divestasi) kepentingan pribadi penyelenggara negara dalam
jabatannya;
b. Penarikan diri (recusal) dari proses pengambilan keputusan dimana
c. Membatasi akses penyelenggara negara atas informasi tertentu apabila
yang bersangkutan memiliki kepentingan;
d. Mutasi penyelenggara negara ke jabatan lain yang tidak memiliki benturan
kepentingan;
e. Mengalihtugaskan tugas dan tanggung-jawab penyelenggara negara yang
bersangkutan;
f. Pengunduran diri penyelenggara negara dari jabatan yang menyebabkan
benturan kepentingan;
g. Pemberian sanksi bagi yang melanggarnya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
5. Pemantauan dan Evaluasi Kebijakan penanganan benturan kepentingan perlu dipantau dan dievaluasi secara berkala, untuk menjaga agar tetap efektif dan relevan dengan lingkungan yang terus berubah.
Selain hal-hal tersebut diatas, pada awal tahun 2020, upaya pencegahan benturan kepentingan juga telah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan dengan menyusun Matriks Jadwal Sosialiasasi Benturan Kepentingan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan (terlampir) karena menyadari bahwa isu benturan kepentingan kurang dipahami oleh para pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan. Harapannya, kegiatan dalam matriks tersebut dapat diwujudkan dan menjadi rencana aksi dalam penanganan benturan kepentingan sepanjang tahun 2020.
Mengacu pada kegiatan-kegiatan tersebut, didapati informasi pada Direktorat Jenderal PKP terkait permasalahan benturan kepentingan, sebagai berikut :
Matrik Permasalahan Benturan Kepentingan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Tahun 2020
NO UNIT KERJA JUMLAH
1 Sekretariat Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan
Perdesaan 0
2 Direktorat Perencanaan Pembangunan Kawasan
Perdesaan 0
4 Direktorat Sarana dan Prasarana Kawasan Perdesaan 0 5 Direktorat Pengembangan Sumber Daya Alam Kawasan
Perdesaan 0
6 Direktorat Kerjasama dan Pengembangan Kapasitas 0
BAB III
MONITORING DAN EVALUASI A. Monitoring dan Evaluasi
1. Peta Potensi Benturan Kepentingan di lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan telah disusun pada tahun 2018 dan disesuaikan kembali setiap tahunnya tetapi masih belum dilakukan sosialisasi dan internalisasi kepada seluruh pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan.
2. Prosedur pencegahan dan/atau penanganan benturan kepentingan masih diimplementasikan secara parsial pada Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan sehingga penanganan benturan kepentingan dianggap belum optimal. Beberapa upaya yang telah dilakukan:
a. Telah ada Pakta Integritas untuk masing-masing jabatan struktural; b. Telah ada SOP Pemanfaatan Aset Nomor: 45/SOP/11/2019 tanggal 1
Januari 2020 yang mengakomodir dibuatnya Daftar Inventaris Ruangan yang disetujui Kasubbag Perlengkapan dan Rumah;
c. Telah dibentuk Tim Unit Penanganan Gratifikasi Ditjen PKP dengan penetapan melalui SK Dirjen PKP Nomor 60 Tahun 2020 tentang Pembentukan Tim Unit Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan tanggal 7 Februari 2020
d. Telah disusun SOP Pelaporan Gratifikasi di Lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Nomor: 01/SOP/05/2019 Tanggal 1 Mei 2019 yang ditetapkan melalui SK Dirjen PKP Nomor: 122/DPKP/SK/05/2019 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan
e. Telah disusun SOP Layanan Perjalanan Dinas Pimpinan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Nomor: 39/SOP/11/2019 tanggal 1 Januari 2020 yang ditetapkan melalui SK Dirjen PKP Nomor: 327.1/DPKP/SK/11/2019 tentang Perubahan Lampiran Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Nomor 72.5/DPKP/SK/06/2018 tentang Standar Operasional Prosedur (SOP) Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan. Sedangkan, beberapa upaya yang belum dilakukan sebagai berikut: a. Penyusunan dan penandatanganan Pakta Integritas bagi Pejabat
b. Penyusunan dan penandatanganan Pakta Integritas bagi Pejabat yang terkait dengan pengadaan barang dan/atau jasa
c. Penyusunan Surat Edaran Direktur Jenderal PKP tentang Larangan Penerimaan dan/atau Pemberian Gratifikasi
d. Penyusunan SOP Perjalanan Dinas Pegawai yang mengatur adanya maksud dan tujuan serta alasan pengusulan lokasi perjalanan dinas 3. Jumlah pelaporan benturan kepentingan sampai saat ini masih belum ada,
hal ini dimungkinkan karena masih belum terinfonya alur/SOP pelaporan benturan kepentingan.
4. Terdapat beberapa prosedur penanganan/pencegahan benturan
kepentingan yang belum diterapkan sesuai dengan ketentuan yang ada. Sehingga masih terkesan hanya dokumen semata.
5. Belum dilakukan pemantauan dan evaluasi secara berkala terhadap penanganan benturan kepentingan untuk mengantisipasi lingkungan yang terus berubah.
B. Rencana Aksi
1. Mengadakan rapat untuk melakukan sosialisasi Peta Potensi Benturan Kepentingan dan Draf SOP Pelaporan Benturan Kepentingan kepada seluruh pegawai Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan. 2. Berakitan dengan upaya pencegahan dan/atau penanganan benturan
kepentingan yang belum dilakukan:
a. Mengkoordinasikan kepada Bagian Kepegawaian dan Umum untuk menyusun Pakta Integritas bagi Pejabat Fungsional (KPA, PPK, Pokja Lelang, Bendahara, SPM, dll) dan menambahkan kententuan dalam Berita Acara Serah Terima Kendaraan Dinas dengan larangan penggunaan kendaraan dinas di luar kepetningan kedinasan;
b. Menyusun Surat Edaran Direktur Jenderal PKP tentang Larangan Penerimaan dan/atau Pemberian Gratifikasi;
c. Menyusun SOP Perjalanan Dinas Pegawai yang mengatur adanya maksud dan tujuan serta alasan pengusulan lokasi perjalanan dinas dengan berkoordinasi bersama Bagian Kepegawaian dan Umum.
BAB IV PENUTUP
Penanganan benturan kepentingan tidak dapat dilakukan hanya oleh satu pihak saja, namun membutuhkan kontribusi dan keterlibatan dari seluruh pihak di lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan. Dari apa yang sudah dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan dalam menangani benturan kepentingan harapannya kedepan akan terwujud organisasi yang bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) yang kemudian mewujudkan pula pemerintahan yang bersih (clean goverment) dan pemerintahan yang baik (good goverment).
Laporan Triwulan I Penanganan Benturan Kepentingan ini disusun dengan harapan mampu memenuhi fungsinya sebagai sarana akuntabilitas sesuai amanah yang telah diemban dan menjadi sarana umpan balik bagi peningkatan pengawasan dan perbaikan kualitas pelayanan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan. Laporan ini kami buat secara ringkas sebagai wujud pertanggungjawaban kami terhadap Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan. Semoga laporan ini dapat membawa manfaat dalam pengendalian benturan kepentingan di lingkungan Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan.
Jakarta, 7 April 2020 Kepala Bagian Hukum,
Organisasi dan Tata Laksana,
Fince D. Hasibuan
Lampiran
Surat Edaran Nomor 1 Tahun 2018
tentang Penanganan Benturan
Kepentingan di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pembangunan Kawasan
Lampiran
Draf SOP Pelaporan Benturan
Kepentingan di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pembangunan Kawasan
Perdesaan : Tanggal Pembuatan : Tanggal Revisi : Tanggal Efektif : Disahkan oleh :
Dasar Hukum Kualifikasi Pelaksana
1. 1. 2. Keterkaitan Peralatan/Perlengkapan 1. 1. 2. 3.
Peringatan Pencatatan dan Pendataan
1. Apabila kegiatan ini tidak dilaksanakan maka dapat terjadi pengambilan kebijakan yang tidak obyektif Setiap tahap kegiatan terdokumentasi dengan baik dalam bentuk soft copy dan hard copy
Komputer/Printer/Scanner
Buku-Buku dan/atau artikel-artikel tentang hukum terkait Data Dukung
2.
3.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2016 tentang Penanganan Benturan Kepentingan di lingkungan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
SOP Surat Keluar
Memiliki kemampuan analisa dalam hal terjadi benturan kepentingan NIP. 19690711 199101 1 001 Plt. Sekretaris Direktorat Jenderal
Drs. Syahrul, M.Si Pembangunan Kawasan Perdesaan
Memahami peraturan perundangan yang terkait dengan benturan kepentingan /SOP/04/2020
20 April 2020
Nomor SOP
:
Surat Edaran Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan Nomor 1 Tahun 2018 tentang Penanganan Benturan Kepentingan
16 Maret 2020
Nama SOP
Peraturan Menteri Pendayaguaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik 'Indonesia Nomor 37 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentingan;
SOP Pelaporan Benturan Kepentingan
KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SEKRETARIAT DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
NOMOR TAHUN 2020
TENTANG PENETAPAN STANDAR OPERASIONAL
PROSEDUR PELAPORAN BENTURAN
KEPENTINGAN STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PELAPORAN BENTURAN KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
1 2 3 4 5 6 7 9 10 11 12 1 Menyampaikan laporan adanya dugaan Benturan
Kepentingan yang dilakukan oleh Penyelenggara Negara dalam menetapkan keputusan dan/atau tindakan kepada Atasan Langsung
Laporan Dugaan Benturan Kepentingan dan Bukti Pendukung
1 hari kerja
Laporan Dugaan Benturan Kepentingan dan Bukti Pendukung
2 Menerima Laporan Dugaan Benturan Kepentingan dan memeriksa kebenaran laporan,
- apabila tidak terbukti ada Benturan Kepentingan maka tindakan pejabat/pegawai tetap berlaku, - apabila terbukti ada Benturan Kepentingan dilaporkan kepada Atasan dari Atasan Langsung Pejabat/Pegawai Terkait
Laporan Dugaan Benturan Kepentingan dan Bukti Pendukung
3 hari kerja
1. Keputusan; 2. Laporan Benturan Kepentingan
3 Melanjutkan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan
Keputusan -
-4 Melakukan peninjauan kembali atas Laporan Benturan Kepentingan dan mengirimkan hasil peninjauan kembali kepada APIP
Laporan Benturan Kepentingan 2 hari kerja
Laporan Hasil Peninjauan Kembali
5 Melakukan pengawasan terhadap tindak lanjut hasil pemeriksaan
Laporan Hasil Peninjauan Kembali -
-Ditetapkan di Jakarta pada tanggal Juli 2020 DIREKTUR JENDERAL
PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN,
Ir. Harlina Sulistyorini, M.Si NIP. 19680823 199303 2 001
SOP PELAPORAN BENTURAN KEPENTINGAN
No. Uraian Kegiatan
Pelaksana Mutu Baku
Keterangan Pelapor
(Pejabat/Pegawai)
Penyelenggara Negara (Pejabat/Pegawai yang Berpotensi
Benturan Kepentingan)
Atasan Langsung dan/atau Pengawas Pengambil Keputusan
Atasan dari Atasan Langsung
1. Laporan Dugaan Benturan Kepentingan dapat disampaikan secara lisan atau tulisan 2. Laporan Dugaan Benturan Kepentingan dapat disampaikan melalui WBS Kementerian Desa, PDT dan Transmigrasi 3. Apabila dari hasil pemeriksaan: - tidak terbukti Benturan Kepentingan, maka berupa output berupa keputusan; - terbukti Banturan Kepentingan, maka output berupa Laporan Benturan Kepentingan
4. Pengawas Pengambil Keputusan merupakan Pejabat Eselon II pada Unit Kerja terkait
5. Apabila terjadi Benturan Kepentingan dan tidak melaporkannya, maka terdapat sanksi sesuai ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku APIP Kelengkapan Waktu Output
Tidak Tidak setuju
Terbukti Tidak Terbukti
Lampiran
Matriks Jadwal Sosialisasi Subbagian Advokasi Hukum Tahun 2020