• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembentukan Kelompok Sebaya dalam Pencegahan Seks Bebas dan HIV/AIDS. Prodi D3 Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Cilacap 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembentukan Kelompok Sebaya dalam Pencegahan Seks Bebas dan HIV/AIDS. Prodi D3 Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Cilacap 2"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Pembentukan Kelompok Sebaya dalam Pencegahan Seks Bebas dan HIV/AIDS

Susanti1*, Widyoningsih,2 Arief Hendrawan3

1 Prodi D3 Kebidanan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Cilacap 2 Prodi S1 Keperawatan STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Cilacap

3 Prodi D3 Fisioterapi STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Cilacap *santirnj@gmail.com

ABSTRAK

Banyak faktor yang dapat memicu munculnya hasrat seksual remaja. Hasrat seksual ini yang pada akhirnya membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual yaitu seks bebas yang dapat mengarah pada berbagai penyakit. Seks bebas juga menjadi salah satu penyebab tingginya HIV/AIDS. Menurut data di Voluntary Concelling and Testing (VCT) RSUD Cilacap terdapat 550 orang dengan HIV/AIDS dan sebelas orang diantaranya adalah remaja. Namun, pengetahuan remaja, tentang seks bebas dan HIV / AIDS masih cukup rendah. Sasaran pengabdian ini adalah remaja siswa SMPN 3 Cilacap. Metode siswa diberikan pendidikan kesehatan selama dua hari tentang pengetahuan dasar tentang bahaya seks bebas dan HIV/AIDS dan juga dengan pembentukan Kelompok Sebaya. Hasil pre-test tentang seks bebas dengan nilai rata-rata 77 dan nilai post test 82. Hasil peningkatan pengetahuan siswa tentang HIV/AIDS dengan nilai pre test 91.32 dan post test 94. Dengan demikian, pemberian pendidikan kesehatan dan pembentukan Kelompok Sebaya kepada remaja siswa SMPN 3 Cilacap dapat meningkatkan pengetahuan mereka, khususnya yang berkaitan dengan seks bebas dan HIV/AIDS.

Kata kunci: Seks Bebas, HIV/AIDS, tingkat pengetahuan, Remaja

ABSTRACT

Many factors can trigger the emergence of adolescent sexual desire. This sexual desire that ultimately requires channeling in the form of sexual behavior is free sex that can lead to various diseases. Free sex is also one of the causes of high HIV / AIDS. According to data in Voluntary Concelling and Testing (VCT) Cilacap hospitals there are 550 people with HIV / AIDS and eleven of them are teenagers. However, youth knowledge, about free sex and HIV / AIDS is still quite low. Target of this devotion is juvenile student of SMPN 3 Cilacap. Student methods are given two-day health education on basic knowledge about the dangers of free sex and HIV / AIDS and also with the formation of Peer Groups. Pre-test result on free sex with average score of 77 and post test score 82. Result of improvement of student's knowledge about HIV / AIDS with pre test value 91.32 and post test 94. Thus, giving health education and formation of Sebaya Group to adolescent students SMPN 3 Cilacap can increase their knowledge, especially related to free sex and HIV / AIDS.

(2)

1. PENDAHULUAN

HIV/AIDS saat ini dalam posisi yang mengkhawatirkan. Salah satu inti pemicunya adalah seks bebas. Banyak faktor yang dapat memicu munculnya hasrat seksual remaja. Hasrat seksual ini yang pada akhirnya membutuhkan penyaluran dalam bentuk perilaku seksual yaitu seks bebas yang dapat mengarah pada berbagai . Seks bebas juga menjadi salah satu penyebab tingginya HIV/AIDS. Menurut data di Voluntary Concelling and Testing (VCT) RSUD Cilacap, dari 2013-2016 terdapat 319 orang dengan HIV/AIDS, dan sembilan orang diantaranya adalah remaja (Susanti, 2017). Pada tahun 2015, Cilacap merupakan wilayah Kabupaten yang memiliki penderita HIV/AIDS terbanyak ketiga se-Jawa Tengah. Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cilacap tahun 2010 melalui program Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) diperoleh bahwa ada 44 Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) di wilayah kerja Puskesmas.

Banyak faktor yang dapat menjadi penyebab seks bebas khususnya di kalangan remaja. Faktor tersebut dapat berasal dari dalam individu maupun dari luar individu. Menurut (Suryoputro, Ford Nicholas J, & Shaluhiyah, 2006) faktor personal yang mempengaruhi perilaku seks bebas remaja antara lain adalah kepercayaan diri, harga diri, pengendalian diri dan aktifitas sosial. Harga diri, pengendalian diri dan aktivitas sosial sebenarnya merpakan bagian dari life skill/ kecakapan hidup.

SMP Negeri 3 Cilacap merupakan sekolah menengah di pesisir kota Cilacap. Sekolah ini terletak di wilayah desa Tambakreja, kabupaten Cilacap. Siswa sekolah ini merupakan remaja awal yang sangat berisiko dalam tumbuh kembangnya. Berdasarkan data dari guru BK menjelaskan bahwa jumlah siswa kelas 8 berjumlah 270 siswa, dan beberapa siswa/siswa berasal dari keluarga dengan ekonomi rendah dan keluarga broken home. Perilaku yang terkait dengan seks bebas mereka dapatkan dari media online, whatsapp, dan mayoritas dari siswa dan siswa SMPN 3 Cilacap sudah mengenal pacaran dan merokok. Menurut keterangan siswa/siswi yang pacaran sudah tidak hanya pegangan tangan saja tetapi sudah sampai ciuman. Pengabdian ini diarahkan kepada peningkatan pengetahuan remaja tentang seks bebas dan HIV/AIDS dan pembetukan kelompok sebaya.

(3)

2. MASALAH

Berdasarkan hal tersebut, permasalahan yang ada pada mitra antara lain : a. Kurangnya pengetahuan siswa SMPN 3 Cilacap tentang Seks Bebas b. Kurangnya pengetahuan siswa SMPN 3 Cilacap tentang HIV/AIDS c. Belum terdapatnya Kelompok Sebaya di SMPN 3 Cilacap

3. METODE

3.1. Cara Pemecahan Masalah

Subjek dalam kegiatan pengabdian ini adalah dua puluh siswa yang berasal dari SMPN 3 Cilacap. Siswa yang hadir diberikan Sembilan belas soal dalam bentuk pernyataan tentang seks bebas dan dua puluh lima soal dalam bentuk pernyataan tentang HIV/AIDS. Soal tersebut bermodel benar dan sala dengan penilaian angka 1 untuk jawaban benar dan angka 0 jika jawaban salah sehingga total nilai tentang seks bebas nilainya 19 dan tentang HIV/AIDS nilainya 25.

Setelah dilakukan pre-test, subjek kemudian diberikan pendidikan kesehatan tentang seks bebas dan HIV/AIDS. Adapun media yang digunakan adalah berupa ceramah disertai dengan gambar dan contoh-contoh kasus sehingga siswa mudah memahami dan lebih menarik. Pengetahuan dasar tersebut meliputi tentang bahaya seks bebas dan HIV/AIDS. Materi seks bebas terdiri dari materi tentang definisi seks bebas dan bahaya seks bebas. Materi tentang HIV/AIDS adalah tentang definisi HIV/AIDS, tanda dan gejala, faktor risiko, cara penularan dan pengobatan HIV/AIDS.

Pendidikan kesehatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswa tentang seks bebsa dan HIV/AIDS. Selain diberikan pendidikan kesehatan di SMPN 3 Cilacap dibentuk Kelompok Sebaya yang harapannya akan memberikan informasi-informasi yang benar khususnya tentang kesehatan dan dapat membantu teman-temanyya dengan memberikan konseling sehingga siswa dan siswi SMPN 3 Cilacap dapat terhindar dari seks bebas dan HIV/AIDS.

Setelah diberikan pendidikan kesehatan dan dibentuk Kelompok Sebaya diadakan post-test bagi subjek kegiatan dengan menggunakan soal yang sama dengan pada saat pre test. Post-tes dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan pendidikan kesehatan yang telah diberikan.

(4)

Tingkat keberhasilan pengetahuan disini menggunakan nilai rata-rata dan nilai terendah dan nilai tertinggi. Selanjutnya, Kelompok Sebaya yang berasal dari siswa SMPN 3 Cilacap yang telah terpilih untuk melanjutkan kegiatan monitoring dan edukasi yan berkaitan dengan HIV/AIDS dan seks bebas sehingga diharapkan akan dapat membantu mengontrol perilaku siswa dan siswa yang ada di SMPN 3 Cilacap.

Analisis yang digunakan pada pengabdian ini menggunakan nilai rata-rata dan nilai terendah dan nilai tertinggi.

3.2. Lokasi, Waktu dan Durasi Kegiatan

Lokasi di SMPN 3 Cilacap kegitan dilaksanakan pada tanggal 20 dan 22 Maret 2018, lama kegiatan masing – masing 180 menit.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Hasil

Pelaksanaan pengabdian dilaksanakan pada tanggal 20 Maret dan 2018 kepada siswa kelas 8 SMP Negeri 3 Cilacap sebanyak 20 anak. Kegiatan diawali dengan pre test terlebih dahulu dengan memberikan kuesioner tentang seks bebas, HIV/AIDS dan teknik pengambilan keputusan dan bertahan dari tekanan teman.

(5)

Setelah dilakukan pre test kemudian siswa diberikan pendidikan kesehatan cara menggosok gigi dengan benar melalui metode visual dengan LCD dan diskusi selama 60 menit dengan melibatkan guru BP.

1) Tingkat Pengetahuan Tentang HIV/AIDS

Grafik 1. Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 3 Cilacap Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan dan Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan

Berdasarkan grafik 1 dapat diketahui bahwa responden sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan tentang HIV/AIDS sebagian besar responden mempunyai nilai rata-rata 77 dan setelah diberikan pendidikan kesehatan nilai rata-rata meningkat menjadi 82.

2) Tingkat Pengetahuan Tentang Seks Bebas

Grafik 2. Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 3 Cilacap Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan dan Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan

Berdasarkan grafik 2 dapat diketahui bahwa responden sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan tentang seks bebas sebagian besar responden mempunyai nilai rata-rata 91 dan setelah diberikan pendidikan kesehatan nilai rata-rata meningkat menjadi 94.

HIV AIDS

pre post

Seks Bebas

pre post

(6)

b. Pembahasan

Berdasarkan hasil pelaksanaan pengabdian didapatkan data bahwa terjadi peningkatan pengetahuan tentang seks bebas yang signifikan berdasarkan grafik 1 dapat diketahui bahwa responden sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan tentang HIV/AIDS sebagian besar responden mempunyai nilai rata-rata 77 dan setelah diberikan pendidikan kesehatan nilai rata-rata meningkat menjadi 82. Berdasarkan grafik 2 dapat diketahui bahwa responden sebelum diberikan Pendidikan Kesehatan tentang seks bebas sebagian besar responden mempunyai nilai rata-rata 91 dan setelah diberikan pendidikan kesehatan nilai rata-rata meningkat menjadi 94.

Hal ini dimungkinkan karena metode atau media yang dipakai dalam pendidikan kesehatan yaitu media visual dengan menggunakan LCD dan diskusi. Media visual merupakan media yang mempunyai kemampuan lebih baik daripada media audio saja. Pembelajaran menggunakan metode visual akan meningkatkan kemampuan untuk memberikan penguatan terhadap pengetahuan. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan perilaku kesehatan yang baik. Intelegensi adalah kemampuan anak untuk memberikan solusi tepat untuk memecahkan suatu masalah dimanapun dia berada dan dalam situasi apapun. Siswa dengan intelegensi tinggi yang dimilikinya, akan lebih mudah mencapai keberhasilan belajar, jika dibandingkan dengan siswa dengan intelegensi rendah yang berada pada situasi dan suasana belajar yang sama.

Pendidikan kesehatan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan remaja tentang seks pra nikah. Selain itu, penggunaan media audio visual dalam penyuluhan juga bisa memberikan efektivitas peningkatan penyuluhan. Kurang lebih 75% sampai 87% dari pengetahuan manusia diperoleh atau disalurkan melalui indera pandang. Sedangkan 13% melalui indera dengar dan 12% lainnya tersalur melalui indera yang lain (Maulana, 2009). Menurut (Muzayyanah & Nurul, 2008) bahwa gaul tidaknya remaja dapat dilihat dari pengalaman seksualnya, seks sebagai sesuatu yang menyenangkan dan perlu dicoba

Upaya peningkatan pengetahuan tentang seks bebas dan HIV/AIDS melalui ceramah dengan power point menggunakan media LCD merupakan upaya pemberian informasi. Penyuluhan metode ceramah dengan power point menggunakan media LCD dapat digunakan

(7)

untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat Kegiatan ini menyimpulkan bahwa pendidikan kesehatan dengan metode ceramah dengan power point menggunakan media LCD dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat (Wijayanti Tri, Isnani, & Kesuma, 2016). Tutor sebaya yang telah dilaksanakan dapat membantu dalam penyebarluasan informasi kepada teman – temannya dan ini diaplikasikan di SMPN 3 dengan pola pembelajaran tutor sebaya dalam informasi tentang Seks Bebas dan HIV/AIDS (Ridwan, NoerjoediantoDwi, & Amir Andy, 2015)

Setelah siswa calon kader kesehatan remaja tersebut mengikuti pelatihan sebanyak 2 kali, sesuai dengan kompetensinya maka diusulkan kepada pihak sekolah untuk ditetapkan sebagai Kelompok Sebaya yang akan bertugas untuk memberikan informasi tentang kesehatan remaja kepada seluruh siswa di kelas masing-masing. Hal ini juga didukung hasil penelitian (Sarmin, 2017) bahwa Hubungan sebaya memiliki peranan yang besar dalam pergaulan remaja. Hubungan sebaya menimbulkan suatu hubungan saling percaya antar teman sebaya atau teman. Hubungan ini dapat menimbulkan suatu perilaku dimana remaja lebih percaya terhadap teman sebaya daripada dengan guru atau orang tua Sehingga pembentukan konselor sebaya dapat menjadi suatu pilihan yang tepat dalam upaya membentengi anak atau remaja dari pengaruh negative lingkungan. Hal ini diharapkan dapat menekan dan menanggulangi perilaku menyimpang siswanya. Dalam pemberdayaan ini hendaknya guru tetap memberikan pembinaan, pelatihan dan pendampingan. Dan dikuatkan oleh penelitian Hal ini didukung oleh penelitian (Suriani & Hermansyah, 2015)bahwa penyampaian pendidikan kesehatan oleh peer group berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan remaja. Didapatkan t-hitung -11.515 dengan nilai p = value 0.000 lebih kecil dari nilai α (0.05).

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Maulana. (2009). Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC.

Muzayyanah, & Nurul, S. (2008). Pendidikan Kesehatan Reproduksi Remaja:

BagaimanaMenyikapinya ?

Ridwan, M., NoerjoediantoDwi, & Amir Andy. (2015). Penerapan Metode Tutor Sebaya Bagi Kader Kesehatan Remaja Siswa SMA Di Kota Jambi Tahun 2015. Jurnal Pengabdian Pada

Masyarakat, 31(1), 38–43.

Sarmin. (2017). Konselor Sebaya : Pemberdayaan Teman Sebaya dalam Sekolah Guna

Menanggulangi Pengaruh Negatif Lingkungan. Briliant : Jurnal Riset Dan Konseptual, 2. https://doi.org/10.28926/briliant.v2i1.30

Suriani, & Hermansyah. (2015). Pengaruh Peer Group Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Remaja. Jurnal Ilmu Keperawatan, 3(1), 22–27. Retrieved from http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/JIK/article/view/5186/4352

Suryoputro, A., Ford Nicholas J, & Shaluhiyah, Z. (2006). Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di Jawa Tengah: Implikasinya Terhadap Kebijakan Dan Layanan Kesehatan Seksual Dan Reproduksi. Makara Kesehatan, 10(1), 29–40. Retrieved from http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/a7362c598eb4125460a36ee46447ac07ce7397c2 .pdf

Susanti. (2017). Karakteristik Penderita HIV-AIDS Di Klinik VCT Rumah Sakit Umum Daerah Cilacap Tahun 2013-2016. Viva Medika, 10, 20–27.

Wijayanti Tri, Isnani, T., & Kesuma, P. A. (2016). Pengaruh Penyuluhan (Ceramah dengan Power Point) terhadap Pengetahuan tentang Leptospirosis di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang Jawa Tengah. Balaba, 12(1), 39–50.

Gambar

Grafik 1. Tingkat Pengetahuan Siswa SMPN 3 Cilacap Sebelum Diberikan  Pendidikan Kesehatan dan Setelah diberikan Pendidikan Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Saran yang dapat diberikan penulis berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan judul Peran Kantor Pertanahan Dalam Penyelesaian Sengketa Tanah Antara

Berdasarkan pada hasil penelitian dan pengujian hipotesis diperoleh hasil bahwa nilai signifikansi pengujian (t-sig./2) sebesar 0,641/2 = 0,321 yang nilainya > 0,05

Peta kontur umur air tanah daerah Bekasi dan sekitarnya dibuat untuk memperlihatkan pola kontur aliran air tanah bagian dalam (kedalaman 40 m lebih) menggunakan radioisotop alam

Hasil uji ke- sesuaian menurut pendapat guru pada tahap uji coba pemakaian mencapai kriteria yang tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa perangkat asesmen

Berdasarkan pengujian hipotesis yang dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95%, diperoleh, (1) terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar fisika siswa

Dari kedua proses di atas, dipilih proses isomerisasi glukosa menjadi fruktosa dengan katalis enzim karena jumlah glukosa yang terisomer menjadi fruktosa lebih

Tokoh yang mempelopori gerakan tajdid atau pembaruan Islam, antara lain sebagai berikut: 1. Ia dilahirkan dari keluarga yang terkenal dengan kesalehan dan keimanannya.. gerakan

Bogor :Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat.. Geografi Desa