• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA MELALUI OPTIMALISASI PERAN PKK (KASUS DI KABUPATEN JEMBER)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA MELALUI OPTIMALISASI PERAN PKK (KASUS DI KABUPATEN JEMBER)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA MELALUI OPTIMALISASI PERAN PKK (KASUS DI KABUPATEN JEMBER)

Iin Ervina

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Jember

ABSTRACT

Goal of the research are : (a) to analyze contribution of PKK on sloving of drug in Jember regency, (b) to know optimally effort of contribution PKK on sloving of drug in Jember regency, (c) to know contribution of local government of drug in Jember regency. Research to be done in Jember regency. Sample collected with proportional random sampling for 3 districts and 6 villages. Research technical by interview, focus group discussion and questioner. Type data are primary and secondary data. Data to prepare with quantitative and qualitative by collaboration technical.

Result research are : (1) contribution of PKK on sloving of drug with information and discussion in Dasa Wisma, RT, RW, village of office, and to invide government; (2) effort of contribution PKK on sloving of drug series meeting staff PKK, make leaflet, figure of drug dimage, controle in home territory by staff PKK and government local; (3) contribution of local government Jember about drug with information drug sustainability, cooperation intra department, police office, district office, village office, campus, and PKK staff.

Key words : drug, information, series meeting

A. PENDAHULUAN

Penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja (umur 12–19 tahun) semakin memprihatinkan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah kunjungan rawat jalan dan rawat inap di Rumah Sakit Ketergan-tungan Obat dan Rumah Sakit Polri, meningkat menjadi 3 kali lipat dalam 3 tahun terakhir (dari 1.779 pasien menjadi 8.170 pasien). Bahkan, menurut WHO jumlah penyalahguna yang tidak dirawat adalah sekitar 10 kali lebih besar daripada yang dirawat (Http://www.suarakarya.html, 2006).

Beberapa jenis narkoba yang digunakan remaja meliputi ekstasi, sabu-sabu, candu, morfin, heroin (putaw), kodein, demerol, metadon, kokain dan cannabis. Beberapa faktor penyebabnya adalah keingintahuan remaja (melalui

(2)

konformitas kelompok), pengaruh negatif kemajuan teknologi informasi (TV, koran dan majalah), kurangnya pengawasan di sekolah, kurang tegasnya aparat penegak hukum, lemahnya kontrol masyarakat dan kurangnya perhatian orang tua.

Perhatian orang tua yang menurun karena kesibukan pekerjaan di kantor, jarangnya intensitas interaksi dengan anak dan keluarga dan pola asuh orang tua yang cenderung otoriter, menyebabkan remaja mencari kompensasi di luar rumah, yakni bergabung dengan teman sebayanya (konformitas kelompok). Kasus ini juga terjadi di Kabupaten Jember, yakni faktor penyebabnya seperti rendahnya perhatian orang tua dan peran teman sebaya dalam meningkatkan penggunaan narkoba sampai 64 % (Ervina, 2005), selebihnya karena lemahnya kontrol masyarakat terhadap pergaulan remaja. Mengingat semakin kompleknya permasalahan terse-but, maka perlu penanganan yang serius dan sistematis dengan melibat-kan pihak-pihak terkait seperti penegak hukum, pendidikan formal (sekolah), orang tua, serta pranata sosial yang ada di masyarakat (antara lain PKK).

Peran PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga) sebagai ujung tombak yang dekat dengan orang tua dan masyarakat sangat penting dalam upaya menanggulangi masalah narkoba di kalangan remaja (Dirjen Sosial, 2006). Peran PKK antara lain meningkatkan pembinaan anak remaja, penyuluhan pola asuh anak dalam keluarga, meningkatkan peran ibu dalam keluarga, membudayakan konsep diri ibu dalam keluarga, meningkatkan upaya kesehatan keluarga dan penyuluhan pola asuh anak dalam keluarga. Peran PKK tersebut sekaligus memfa-silitasi kebutuhan masyarakat untuk lebih intensif dan lebih sensitif dalam mendorong partisipasi bersama terhadap masalah masyarakat yang ada di sekitarnya (termasuk penanganan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja) (Http://www.kementrianwanita.com., 2005).

Optimalisasi peran PKK dalam penanganan dan pencegahan penyalahgunaan narkoba (khususnya bagi remaja) menjadi sangat penting untuk diteliti, mengingat lembaga PKK dekat dengan orang tua (ibu) dan keberadaan PKK sudah diterima oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Di sisi lain, jika

(3)

penyalahgunaan narkoba di kalangan remaja tidak ditangani dengan serius, maka akan terjadi loss generation, meningkatnya biaya penanganan pasien ketergantungan narkoba, meningkatnya kerugian negara akibat menurunnya produktivitas kerja dan kualitas hidup masyarakat.

Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, penelitian ini ingin menjawab beberapa permasalahan :

a. Bagaimana dan seberapa besar peranan PKK dalam penang-gulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember ?

b. Bagaimana pengoptimalan peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember ?

c. Bagaimana peran pemerintah daerah Kabupaten Jember dalam upaya penanggulangan masalah narkoba ?

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

a. Menganalisis besarnya peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember.

b. Mengetahui upaya pengoptimalan peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember.

c. Mengetahui peran pemerintah daerah Kabupaten Jember dalam upaya penanggulangan masalah narkoba.

B. METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Jember dengan pertimbangan :

a. Merupakan kawasan yang banyak mengalami kasus narkoba, baik untuk kalangan dewasa maupun remaja.

b. Merupakan kawasan yang pengembangan PKK-nya sedang digalakkan oleh Pemerintah Daerah.

Lokasi penelitian untuk sampel remaja ditentukan secara purposive dengan mengambil kasus 3 kecamatan di Kabupaten Jember, yaitu Kecamatan Sumbersari, Kaliwates dan Patrang.

(4)

Populasi, Sampel dan Teknik Penelitian

Populasi yang menjadi target penelitian ini adalah para remaja (SD, SMP, SMA), pengurus PKK, kelurahan, petugas kesehatan, partisipan maupun masyarakat di sekitar berdirinya lembaga PKK. Sampel diambil secara

proportional random sampling untuk masing-masing kota dan desa sampel sesuai

dengan populasi yang ada. Adapun teknik penelitian yang digunakan adalah teknik wawancara face-to-face, focus group discussion (FGD) dan penggunaan daftar pertanyaan (kuesioner).

Macam Data dan Cara Pengumpulan Data

Macam data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara dan pengamatan langsung di lapangan. Data primer yang diambil antara lain, data keadaan fisik daerah penelitian, peran langsung maupun tidak langsung pengurus PKK dan anggotanya dalam mencegah dan menanggulangi penyalahgunaan narkoba di wilayahnya, keadaan sosial ekonomi masyarakat, aktivitas pelayanan penanganan korban penyalahgunaan narkoba di puskesmas, rumah sakit, panti rehabilitasi korban narkoba dan lain-lain.

Data sekunder diperoleh dari kepolisian, Kantor Desa, Kantor Kecamatan, Kontor Pemerintah Tingkat I dan Pemerintah Tingkat II, Dinas Kesehatan, Badan Pusat Statistik dan instansi lain yang terkait dengan penelitian ini. Data sekunder yang diambil antara lain : jumlah kasus narkoba, jenis narkoba yang paling sering digunakan, wilayah penyebaran narkoba, dan data lainnya yang terkait dengan penelitian.

Pengolahan Data

Data pokok yang dikumpulkan dengan kuesioner, diolah secara kuantitatif dengan memanfaatkan teknik tabulasi silang (cross tabulation) dan analisis multivariat melalui program SPPSS.

Metode Analisis

Untuk menganalisis tujuan penelitian 1 (menganalisis besarnya peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember)

(5)

menggunakan analisis tabel dan deskriftif kualitatif (Dajan, 1991) yakni dengan membandingkan :

1. Jumlah kasus korban penyalahgunaan narkoba yang bisa didata.

2. Upaya organisasi/lembaga PKK mengundang dinas terkait untuk penyuluhan tentang bahaya narkoba.

3. Upaya organisasi/lembaga PKK dalam berperan serta mencegah sekaligus menanggulangi korban penyalahgunaan narkoba.

Untuk menganalisis tujuan penelitian 2 (upaya pengoptimalan peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember) menggunakan analisis tabel dan analisis kualitatif (Dajan, 1991). Dalam hal ini dilakukan penskoran sebagai berikut :

Skor 10 jika 100 % upaya optimalisasi peran PKK oleh pengurus dan anggotanya dalam penanggulangan masalah narkoba berjalan secara optimal.

Skor 8 jika 80 % upaya optimalisasi peran PKK oleh pengurus dan anggotanya dalam penanggulangan masalah narkoba berjalan secara optimal.

Skor 6 jika 60 % upaya optimalisasi peran PKK oleh pengurus dan anggotanya dalam penanggulangan masalah narkoba berjalan secara optimal.

Skor 4 jika 40 % upaya optimalisasi peran PKK oleh pengurus dan anggotanya dalam penanggulangan masalah narkoba berjalan secara optimal.

Skor 0 jika < 40 % upaya optimalisasi peran PKK oleh pengurus dan anggotanya dalam penanggulangan masalah narkoba berjalan secara optimal.

Untuk mengambil keputusan besarnya upaya pengoptimalan peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember ditentukan sebagai berikut :

(6)

1. Peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember dikatakan sangat optimal jika skor optimalisasi peran PKK oleh pengurus dan anggotanya sebesar 10.

2. Peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember dikatakan optimal jika skor optimalisasi peran PKK oleh pengurus dan anggotanya sebesar 8.

3. Peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember dikatakan cukup optimal jika skor optimalisasi peran PKK oleh pengurus dan anggotanya sebesar 6.

4. Peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember dikatakan kurang optimal jika skor optimalisasi peran PKK oleh pengurus dan anggotanya sebesar 4.

5. Peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember dikatakan sangat kurang optimal jika skor optimalisasi peran PKK oleh pengurus dan anggotanya sebesar 0.

Untuk menganalisis tujuan penelitian 3 (peran pemerintah daerah Kabupaten Jember dalam upaya penanggulangan masalah narkoba) menggunakan analisis tabel dan deskriftif kualitatif (Dajan, 1991). Dalam hal ini dilakukan penskoran sebagai berikut :

Skor 10 jika 100 % ada perhatian Pemda Kabupaten Jember dalam upaya penanggulangan masalah narkoba.

Skor 8 jika 80 % ada perhatian Pemda Kabupaten Jember dalam upaya penanggulangan masalah narkoba.

Skor 6 jika 60 % ada perhatian Pemda Kabupaten Jember dalam upaya penanggulangan masalah narkoba.

Skor 4 jika 40 % ada perhatian Pemda Kabupaten Jember dalam upaya penanggulangan masalah narkoba.

Skor 0 jika < 40 % perhatian Pemda Kabupaten Jember dalam upaya penanggulangan masalah narkoba.

(7)

Adapun kriteria ada tidaknya perhatian dari Pemerintah Daerah Kabupaten Jember terhadap upaya penanggulangan masalah narkoba diukur dengan menggunakan skala likert, meliputi :

 Ada atau tidaknya kunjungan dari pejabat Pemda (Kabupaten/dinas kesehatan/camat/ kepala desa) pada waktu kegiatan PKK berlangsung.

 Ada atau tidaknya penyuluhan dari pejabat Pemda (Kabupaten/ dinas kesehatan/camat/kepala desa) untuk masalah narkoba.

 Ada atau tidaknya bantuan dari pejabat Pemda (Kabupaten/dinas kesehatan/camat/ kepala desa) untuk penanganan narkoba.

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

Peranan PKK dalam Penanggulangan Masalah Narkoba di Kabupaten Jember

Peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember sedikit banyak berhubungan dengan banyaknya kasus korban narkoba pada kurun waktu tertentu. Jumlah kasus korban penyalahgunaan narkoba yang bisa didata oleh Kepolisian Wilayah Besuki Resor Jember ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Kasus Korban Penyalahgunaan Narkoba di Kabupaten Jember

Tempat kejadian Tahun 2005

(kasus) Tahun 2006 (kasus) Tahun 2007 (kasus) Sumbersari 7 6 3 Kaliwates 3 5 3 Patrang 1 4 4 Rambipuji 1 0 0 Ambulu 2 0 2 Pakusari 0 1 0 Jombang 0 1 1 Kalisat 0 2 2 Gumuk Mas 0 1 0 Puger 0 2 0 Balung 0 0 1 Arjasa 0 0 1 Jumlah 14 22 14

Sumber : Kepolisian Wilayah Besuki Resor Jember (2005-2007)

Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah kasus korban penyalahgunaan narkoba selama kurun waktu 3 tahun terakhir (2005-2007) terjadi fluktuasi yang

(8)

cenderung meningkat baik secara kuantitas (dari 14 menjadi 22 dan turun menjadi 14) maupun tempat penyebarannya (dari 5 kecamatan menjadi 12 kecamatan). Lokasi terbanyak terjadinya kasus penyalahgunaan narkoba terdapat pada 3 kecamatan kota yaitu Kecamatan Sumbersari, Kaliwates dan Patrang. Hal ini berhubungan dengan terdapatnya sekolah setingkat SMP dan SMA serta Perguruan Negeri/Swasta yang sebagian besar penduduknya adalah generasi muda (Tabel 2). Jumlah pengguna narkoba 3 tahun terakhir (2005-2007) terbanyak adalat generasi muda dengan tingkat pendidikan SMA. Jumlah pengguna narkoba untuk tingkat pendidikan SMP selama 3 tahun terakhir (2005-2007) terjadi peningkatan dari 1 kasus (7,3 %) menjadi 3 kasus (21,4 %). Jumlah pengguna narkoba untuk tingkat pendidikan SMA selama 3 tahun terakhir (2005-2007) terjadi penurunan dari 13 kasus (92,9 %) menjadi 10 kasus (71,4 %). Jumlah pengguna narkoba untuk tingkat pendidikan S-1 selama 3 tahun terakhir (2005-2007) terjadi peningkatan dari tidak ada kasus menjadi 1 kasus (7,2 %).

Tabel 2. Tingkat Pendidikan Pengguna Narkoba di Kabupaten Jember

Tingkat pendidikan 2005 (orang) % 2006 (orang) % (orang) 2007 (orang) % (orang) SMP 1 7,3 4 18,18 3 21,4 SMA 13 92,9 17 77,27 10 71,4 S-1 0 0 1 4,55 1 7,2 Jumlah 14 100 22 100 14 100

Sumber : Kepolisian Wilayah Besuki Resor Jember (2005-2007)

Jenis kecanduan narkotika bagi para penggunanya di Kabupaten Jember yang berhasil didata meliputi penggunaan ganja, sabu, putaw, ectasi dan daftar G ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Penggunaan Beberapa Jenis Narkoba di Kabupaten Jember

Jenis narkoba 2005 (orang) % 2006 (orang) % 2007 (orang) % Ganja 12 85,7 3 13,0 4 28,6 Sabu-sabu 2 14,3 17 73,9 8 57,1 Putaw 0 0 2 8,8 0 0 Ectasi 0 0 1 4,3 0 0 Daftar G 0 0 0 0 2 14,3 Jumlah 14 14 23 100 14 100

(9)

Tabel 3 menunjukkan bahwa penggunaan narkoba jenis ganja, putaw dan ectasi selama 3 tahun terakhir (2005-2007) cenderung menurun, sebaliknya untuk jenis sabu-sabu dan daftar G cenderung meningkat. Penggunaan narkoba jenis ganja menurun dari 12 orang menjadi 4 orang, sebaliknya penggunaan narkoba jenis sabu-sabu meningkat (dari 2 orang menjadi 8 orang), dan penggunaan narkoba jenis Daftar G juga meningkat (dari tidak ada menjadi 2 orang).

Peranan pengurus dan simpatisan PKK di 3 kecamatan yang menjadi wilayah penelitian antara lain :

1. pemberian penyuluhan dan diskusi tentang bahaya narkoba di tingkat Dasa Wisma, RT, RW dan kelurahan.

2. mengundang dinas terkait untuk penyuluhan tentang bahaya narkoba.

3. berperan serta mencegah sekaligus menanggulangi korban penyalah-gunaan narkoba.

Upaya Pengoptimalan Peranan PKK dalam Penanggulangan Masalah Narkoba di Kabupaten Jember

Upaya pengoptimalan peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember antara dengan mendatangkan pejabat Pemda Kabupaten Jember, dalam hal ini adalah pejabat Dinas Kesehatan yang didampingi oleh ibu-ibu PKK di tingkat kecamatan dan kelurahan untuk memberikan penyuluhan secara berkala (Tabel 4).

Tabel 4. Upaya Pengoptimalan Peranan PKK dalam Penanggulangan Masalah Narkoba di Kabupaten Jember

No. Uraian Prosentase (%) Skor

1. Pertemuan rutin pengurus dan simpatisan 63,3 8

2. Kunjungan pejabat Pemda (Dinas Kesehatan) 51,9 6

3. Pembuatan spanduk dan gambar-gambar tentang bahaya

narkoba 47,3 6

4. Pengawasan di lingkungan tempat tinggal oleh pengurus

PKK tentang penggunaan narkoba 67,7 % 8

Rata-rata 57,55 6

(10)

Tabel 4 menunjukkan bahwa upaya pengoptimalan peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba melalui kunjungan pejabat Pemda dengan prosentase kunjungan sebesar 51,9 % atau dengan skor 6 (kategori cukup optimal). Variabel lain yaitu melalui pertemuan rutin pengurus dan simpatisan dengan prosentase pertemuan yang membahas masalah narkoba sebesar 63,3 % dengan skor 8 (kategori optimal). Variabel lain yaitu melalui pembuatan spanduk dan gambar-gambar tentang bahaya narkoba sebesar 47,3 % dengan skor 6 (kategori cukup optimal). Variabel lain yaitu pengawasan di lingkungan tempat tinggal oleh pengurus PKK tentang penggunaan narkoba sebesar 67,7 % dengan skor 8 (kategori optimal). Secara keseluruhan rata-rata dari semua variabel sebesar 57,55 % dengan skor 6 (kategori cukup optimal). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa upaya pengoptimalan peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember cukup optimal.

Beberapa bahan penyuluhan tentang bahaya narkoba terutama yang pernah digunakan oleh pemakai narkoba di Kabupaten Jember dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Ganja, jenis narkoba ini mengandung sejenis bahan kimia yang disebut

delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) yang dapat mempengaruhi suasana hati manusia

dan mempengaruhi cara orang tersebut melihat dan mendengar hal-hal di sekitarnya. Akibat-akibat lain pemakaian ganja adalah : kehilangan konsentrasi, meningkatnya denyut nadi, keseimbangan dan koordinasi tubuh yang buruk, ketakutan dan rasa panik, depresi, kebingungan dan halusinasi. Ganja dikenal juga dengan sebutan : marijuana, grass, pot, weed, tea, Mary

Jane, hemp, chasra, bhang, dagga, dinsemilla, ganja, cimenk.

b. Shabu-shabu,Shabu-shabu juga di kenal dengan julukan lain seperti : Glass,

Quartz, Hirropon, Ice Cream. Obat ini juga mempunyai pengaruh yang kuat

terhadap syaraf. Pemakai shabu-shabu akan selalu bergantung pada obat bius itu dan akan terus berlangsung lama, bahkan bisa mengalami sakit jantung atau bahkan kematian. Shabu-shabu dikonsumsi dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu ke arah ujung yang lain.

(11)

Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan sebuah Bong (sejenis pipa yang di dalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi sebagai filter karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut.

Efek yang ditimbulkan dari pemakaian shabu-shabu adalah si pemakai menjadi bersemangat, gelisah dan tidak bisa diam, tidak bisa tidur, tidak bisa makan, dalam jangka panjang fungsi otak terganggu dan bisa berakhir dengan kegilaan, paranoid, lever terganggu. Gejala pecandu yang putus dengan shabu-shabu adalah cepat marah, tidak tenang, dan cepat lelah.

c. Putaw (heroin) adalah obat bius yang sangat mudah membuat seseorang kecanduan karna efeknya sangat kuat. Efek pemakaian heroin : kejang-kejang, mual, hidung dan mata yang selalu berair, kehilangan nafsu makan dan cairan tubuh, mengantuk, cadel, bicara tidak jelas, tidak dapat berkonsentrasi. Sakaw atau sakit karena putaw terjadi apabila si pecandu “putus” menggunakan putaw.

d. Ektasi, jenis narkoba ini adalah salah satu obat bius yang membuat tubuh si pemakai memiliki energi yang lebih dan juga bisa mengalami dehidrasi yang tinggi. Sehingga akibatnya dapat membuat tubuh kita untuk terus bergerak. Ekstasi akan mendorong tubuh untuk melakukan aktivitas yang melampaui batas maksimum dari kekuatan tubuh itu sendiri. Pengguna ekstasi sering harus minum obat-obatan lainnya untuk menghilangkan reaksi buruk yang timbul pada dirinya. Hal ini menyebabkan denyut nadi menjadi cepat, serta akan menimbulkan paranoia dan halusinasi.

e. Daftar G (misal : Codein, Demerol, Methadone), Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu.Cara pemakaiannya ditelan dan disuntikkan (Http://www.jenis-jenisnarkoba.com, 2005). Efek yang ditimbulkan dari Opoid ini adalah : (1) mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara, (2) kerusakan penglihatan pada malam hari, (3) mengalami kerusakan pada liver dan ginjal, (4) peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya, (5) penurunan hasrat dalam hubungan sex, kebingungan dalam identitas seksual, kematian karena overdosis.

(12)

Gejala Putus Obat dari ketergantungan opioid adalah: (1) kram otot parah dan nyeri tulang, (2) diare berat, kram perut, rinorea lakrima sipiloereksi, menguap, demam, dilatasi pupil, hipertensi takikardia disregulasi temperatur, termasuk pipotermia dan hipertermia. Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor, kelemahan, mual, dan muntah (Http://www.narkoba.com., 2005).

Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dalam Upaya Penanggulangan Masalah Narkoba

Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dalam upaya penang gulangan masalah narkoba antara lain melalui :

1. penyuluhan secara terus-menerus dan berkelanjutan.

2. kerjasama antar instansi terutama yang berkaitan langsung dengan masalah narkoba.

3. kunjungan pejabat Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan, Kepolisian, Kecamatan, Kelurahan ke wilayah-wiayah rawan penyalahgunaan narkoba baik di lingkungan sekolah, kampus, RW, RT dan lainnya.

4. pemberian bantuan kepada kader PKK.

Penyuluhan dari pejabat Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dalam rangka penanggulangan bahaya narkoba ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Penyuluhan Pejabat Pemkab Jember dalam Penanggulangan Bahaya Narkoba

No. Kategori Jumlah Prosentase (%)

1 Sangat Sering 2 2,2 2 Sering 9 10,0 3 Kadang-kadang 23 25,6 4 Jarang 23 25,6 5 Tidak Pernah 33 36,7 Total 90 100,0

(13)

Tabel 5 menunjukkan bahwa penyuluhan Pejabat Pemkab Jember dalam penanggulangan bahaya narkoba pada kategori sering sampai sangat sering berkisar 2,2 – 10,0 %, sedangkan pada kategori jarang sampai kadang-kadang sebesar 25,6 % dan kategori tidak pernah ada penyuluhan 36,67 %. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa sebagian besar Kader PKK (sebesar 63,3%) memberikan penilaian bahwa ada peran pemerintah berupa penyuluhan penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember, sedangkan sebagian yang lainnya (sebesar 36,7%) mengatakan tidak ada upaya penyuluhan dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember.

Kategori terbesar dalam masalah penyuluhan dari Pemkab Jember dalam penanggulangan narkoba adalah 36,7 % (kategori tidak pernah melakukan kunjungan). Dengan demikian perlu peningkatan dalam kunjungan oleh Pemkab Jember dalam penanggulangan narkoba.

Bantuan Pemkab Jember kepada PKK dalam upaya menanggulangi masalah narkoba, misalnya dalam bentuk pemberian alat peraga narkoba, pamflet mengenai bahaya nakoba dan lainnya. Kategori bantuan Pemkab Jember ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6. Bantuan Pemkab Jember dalam Penanggulangan Bahaya Narkoba

No. Kategori Jumlah Prosentase (%)

1 Sangat Sering 0 0,0 2 Sering 3 5,6 3 Kadang-kadang 7 13,0 4 Jarang 18 33,3 5 Tidak Pernah 54 48,1 Total 82 100,0

Sumber : Analisis data primer (2007)

Tabel 6 menunjukkan bahwa bantuan Pemkab Jember dalam penang-gulangan bahaya narkoba untuk kategori sering sampai sangat sebesar 0 – 5,6 %, kategori jarang sampai kadang-kadang sebesar 13 – 33,3 % dan kategori tidak pernah sebsar 48,1 %. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa sebagian besar Kader PKK (sebesar 51,9 %) memberikan penilaian bahwa ada peran pemerintah berupa bantuan dalam penanggulangan masalah narkoba di

(14)

Kabupaten Jember, sedangkan sebagian yang lainnya (sebesar 48,1 %) mengatakan tidak ada bantuan pemerintah dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember.

Kategori terbesar dalam masalah bantaun dari Pemkab Jember dalam penanggulangan narkoba adalah 48,1 % (kategori tidak pernah memberikan bantuan). Dengan demikian perlu peningkatan bantuan oleh Pemkab Jember dalam penanggulangan narkoba.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember adalah (1) pemberian penyuluhan dan diskusi tentang bahaya narkoba di tingkat Dasa Wisma, RT, RW dan kelurahan, (2) mengundang dinas terkait untuk penyuluhan tentang bahaya narkoba, (3) berperan serta mencegah sekaligus menanggulangi korban penyalahgunaan narkoba.

2. Upaya pengoptimalan peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember melalui : (1) pertemuan rutin pengurus dan simpatisan, (2) pembuatan spanduk dan gambar-gambar tentang bahaya narkoba, (3) pengawasan di lingkungan tempat tinggal oleh pengurus PKK tentang penggunaan narkoba, (4) menggalakkan kunjungan pejabat Pemda (Dinas Kesehatan). Prosentase upaya pengoptimalan peranan PKK dalam penanggulangan narkoba rata-rata dari semua variabel sebesar 57,55 % dengan skor 6 (kategori cukup optimal). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa upaya pengoptimalan peranan PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember cukup optimal.

3. Peran Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dalam upaya penang-gulangan masalah narkoba melalui (1) penyuluhan secara terus-menerus dan berkelanjutan, (2) kerjasama antar instansi terutama yang berkaitan langsung dengan masalah narkoba, (3) kunjungan pejabat Pemerintah Daerah, Dinas Kesehatan, Kepolisian, Kecamatan, Kelurahan ke wilayah-wiayah rawan penyalahgunaan narkoba baik di lingkungan sekolah,

(15)

kampus, RW, RT dan lainnya, (4) pemberian bantuan kepada kader PKK. Sebagian besar Kader PKK (sebesar 51,9 %) memberikan penilaian bahwa ada peran pemerintah berupa bantuan dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember, sedangkan sebagian yang lainnya (sebesar 48,1 %) mengatakan tidak ada bantuan pemerintah dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember.

Saran

Mengingat upaya pengoptimalan peran PKK dalam penanggulangan masalah narkoba di Kabupaten Jember masih pada kategori cukup optimal, maka usaha terus-menerus untuk terus meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para anggota PKK seperti pelatihan atau workshopperlu terus dilakukan.

DAFTAR PUSTAKA

Dajan, A. 1991. Pengantar Metode Statistik, Jilid I dan Jilid II. LP3ES. Jakarta. Http://www.Suara Karya.com 2006. Peran serta masyarakat dibutuhkan untuk

menangani penyalagunaan narkoba.

Http://www.kementerian wanita.com, 2005. Http://www.jenis-jenisnarkoba.com, 2005. Http://www.narkoba.com.2005.

Kepolisian Wilayah Besuki Resor Jember (2005-2007). Laporan Berkala

Referensi

Dokumen terkait

Proses kegiatan pembelajaran selanjutnya yaitu kegiatan inti yang terdiri dari: (1) guru memberikan keterangan singkat tenteng berwawancara dan menentukan topik

kedua pemilih memilih hadir di tempat pemungutan suara namun mencoblos/mencontreng gambar bagian putih sehingga kartu suara akan dianggap tidak sah kemudian ada

Kata penunjuk Ismul Isyaarah ِةَرﺎ ـ َﺷِﻹا ُﻢ ـ ْﺳِإ Keterangan waktu Dzharfuz Zamaan نﺎَﻣﱠﺰ ـ ﻟا ُف ْﺮ َـظ Keterangan tempat Dzharful Makaan ِنﺎ

Tindakan atau sifat melawan hukum dapat dipandang sebagai unsur penting di dalam merumuskan suatu tindak pidana, apalagi jika perbuatan itu berkesinambungan dengan

Peneliti melakukan wawancara mengenai pelayanan pengurus di dalam komunitas “X” dengan pembina yang sudah mengikuti komunitas ini dari awal berdirinya tahun 1999

Dari analisis data dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada pengaruh metode pembelajaran terhadap prestasi kognitif dan psikomotor tetapi tidak ada pengaruh pada prestasi

mengkombinasikan variabel persepsi kualitas dengan variabel lain di luar variabel dalam penelitian ini, karena variabel persepsi kualitas adalah variabel dominan

dan dengan degree of numerator (dfn / df 1 ) = 2 (k-1 = 3-1) maka diperoleh F-tabel sebesar 2.99, sedangkan dari hasil regresi diperoleh F statistik sebesar 7.911