PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN CALON JAMAAH UMRAH
PADA TAHAP PENYIDIKAN (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)
(Jurnal Skripsi)
Oleh
Bevi Septrina
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN CALON JEMAAH UMROH PADA TAHAP PENYIDIKAN
(Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)
Oleh
Bevi Septrina, Diah Gustiniati, Firganefi
Email: Beviseptrina81@gmail.com
Hukum sebagai konfigurasi peradaban manusia yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat sebagai komunitas dimana manusia tumbuh dan berkembang pula. Salah satu bentuk kejahatan yang masih terjadi di masyarakat yaitu penipuan, dan penggelapan. Penipuan dapat terlaksana cukup dengan bermodalkan kemampuan berkomunikasi yang baik sehingga seseorang dapat meyakinkan orang lain. Penipuan yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab yang terhadap calon jamaah terutama kepada calon jamaah yang kurang jeli dalam memilih biro perjalanan. Penipuan terhadap penyelenggaraan ibadah umrah yang melanggar kewenangan dan penyalahgunaan hak, walaupun pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Umroh yang telah berlangsung kurang lebih 4 tahun diberlakukannya, namun masih banyak biro perjalanan umrah yang melakukan penipuan kepada calon jemaah umrah. Kasus penipuan terkait yang di teliti adalah mengenai tindak pidana penipuan yang memiliki unsur – tujuan agar korban membayar sejumlah uang yang akan digunakan untuk biaya umroh yaitu dengan menggunakan profesi dan lembaga palsu (penyalur umroh)tipu muslihat atau rangkaian kebohongan untuk mengelabuhi korban. Adapun masalah dalam kasus penipuan ini yaitu: a) bagaimanakah penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana penipuan calon jemaah umroh pada tahap penyidikan (studi kasus di polresta bandar lampung). b) apa saja faktor penghambat kepolisian dalam penyidikan tindak pidana penipuan calon jemaah umroh pada tahap penyidikan (studi kasus di polresta bandar lampung).
Berdasarkan penelitian ini terdapat 3 tahap penegakan hukum yaitu: a) tahap formulasi adalah tahap penegakan hukum pidana inabstacto oleh badan pembentukan undang-undang, tahap ini sering di sebut tahap legislatif. b) tahap aplikasi adalah tahap penegakan hukum pidana oleh aparat penegak hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan hingga pengadilan, tahap kedua ini sering disebut tahap yudikatif. c) tahap eksekusi adalah tahap penegakan hukum pidana secara konkret oleh aparat pelaksanaan pidana,tahap ini sering disebut tahap kebijakan eksekutif atau administratif.
ABSTRACT
LAW ENFORCEMENT AGAINST CRIME PLAYERS CANDIDATES FOR FRAUD INVESTIGATION JEMAAH UMROH ON STAGE
(Case Study in Police Bandar Lampung) By
Bevi Septrina, Diah Gustiniati, Firganefi Email: Beviseptrina81@gmail.com
Law as a configuration appropriate human civilization with the growth and development of society as a community where human beings grow and develop as well. One form of crime that still exist in society, namely fraud, and embezzlement. Fraud can be accomplished simply with the ability to communicate well so that one can convince others. Fraud committed by a person who is not responsible to the pilgrims, especially the pilgrims who are less keen in choosing a travel agency. Fraud against the organization of pilgrimage in violation of authority and abuse of rights, although the government has issued Law No. 13 Year 2008 on the Implementation of Worship Umrah which had lasted approximately four years of enactment, but many still travel agency umrah who commit fraud to prospective Umrah pilgrims. Cases of fraud related to that researched is the criminal fraud that has elements - the aim that the victim pay any money will be used for pilgrimage by using false professions and institutions (channeling Umrah) ruse or a series of lies to deceive the victim. The problem in the case of fraud are: a) how the law enforcement against criminal fraud prospective Umrah pilgrims at the investigation stage (a case study in the city Police Lampung). b) any factors inhibiting the police in the investigation of criminal fraud prospective Umrah pilgrims at the investigation stage (a case study in the city Police Lampung).
Based on this research there are three stages of law enforcement, namely: a) the formulation stage is the stage of a criminal law enforcement agencies inabstacto by the formation of law, this stage is often called the legislative stage. b) the application stage is the stage of criminal enforcement by law enforcement officers from the police, the prosecutor's office to the court, the second stage is often called the judicial stage. c) the execution stage is the stage of enforcement of criminal law in a concrete way by the authorities of criminal enforcement, this phase is often called executive or administrative policy stage.
I. PENDAHULUAN
Hukum sebagai konfigurasi peradaban manusia yang berjalan seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat sebagai komunitas dimana manusia tumbuh dan berkembang pula. Belakangan ini, sering terjadi berbagai perubahan dalam masyarakat Indonesia yang kemudian dikenal sebagai krisis moral. Salah satu bentuk kejahatan yang masih sangat banyak terjadi di masyarakat yaitu penipuan, dan penggelapan. Bagi para oknum, tindak pidana tersebut tidaklah begitu sulit untuk dilakukan. Penipuan dapat terlaksana cukup dengan bermodalkan kemampuan berkomunikasi yang baik sehingga seseorang dapat meyakinkan orang lain.
Penipuan adalah suatu bentuk obral janji. Sifat umum dari obral janji itu adalah bahwa orang dibuat keliru, dan oleh karena itu ia rela menyerahkan barang atau uangnya. Kejahatan penipuan itu termasuk “materieel delict” artinya untuk kesempurnaannya harus terjadi akibat. 1 Sebagaimana diatur dalam Buku Kedua Bab XXV Pasal 378 KUHP, yaitu:
"Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan
rangkaian kebohongan
menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda
1
Tri Andrisman . Delik Tertentu dalam KUHP .
Bandar Lampung :Unila 2011.hlm. 176
kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun.
Kejahatan berupa penipuan dan penggelapan diancam dengan sanksi pidana, dalam penegakannya masih kurang memiliki efek jera terhadap pelanggarannya, karena dalam penegakan hukum pidana tidak hanya cukup dengan diaturnya suatu perbuatan yang diatur dalam undang-undang, namun dibutuhkan juga aparat hukum sebagai pelaksana atas ketentuan undang-undang serta lembaga yang berwenang untuk menangani suatu kejahatan seperti kepolisian, kejaksaan dan pengadilan
2
Kerangka teori yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah teori-teori yang berkaitan dengan penegakan hukum dalam perkara tindak pidana penipuan calon jemaah umroh di Bandar Lampung (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung) dengan berdasarka hukum yang berlaku di Indonesia.
Dalam arti luas, proses penegakan hukum itu melibatkan semua subjek hukum dalam setiap hubungan hokum. Dalam arti sempit, dari segi subjeknya, penegakan hukum hanya diartikan sebagai upaya aparatur penegakan hukum tertentu untuk menjamin dan memastikan bahwa suatu aturan hukum berjalan sebagaimana seharusnya. Dalam memastikan tegaknya hukum,
2
Soerjono Soekanto .Pengantar Penelitian Hukum
adiperlukan aparatur penegak hukum
yang diperkenankan untuk
menggunakan daya paksa. Ditinjau dari sudut objeknya, mencakup makna yang luas dan sempit. Dalam arti luas, penegakan hukum mencakup nilai-nilai keadilan yang terkandung di dalamnya bunyi aturan formal maupun nilai-nilai keadilan yang hidup dalam masyarakat. Dalam arti sempit, penegakan hukum hanya menyangkut penegakan peraturan yang formal dan tertulis. 3
Teori faktor-faktor yang
mempengaruhi penegakan hukum menurut soerjono soekanto:
a. Faktor hukum
Praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan, hal ini disebab kan oleh konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang bersifat abstrak, sedangkan kepastian hukum merupakan suatu prosedur yang telah ditentukan secara normative.
b. Faktor penegak hukum
Fungsi hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas petugas kurang baik, ada masalah. Oleh karena itu salah satu kunci keberhasilan dalam penegakan
3
Dikutip dari
www.jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan
_Hukum.pdf.diakses pada 12 mei 2015, 21:58
hukum adalah mentalitas atau kepribadian penegak hukum. c. Faktor sarana atau fasilitas
pendukung
Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat lunak dan perangkat keras, salah satu contoh perangkat lunak adalah pendidikan, pendidikan yang diterima oleh polisi dewasa ini cenderung pada hal-hal yang praktis konfensional, sehingga dalam banyak hal polisi mengalami hambatan di dalam tujuannya, diantaranya tentang kejahatan computer, dalam tindak pidana kusus yang selama ini masih diberikan wewenang kepada jaksa, hal tersebut karena secara teknis yuridis polisi dianggap belum mampu dan belum siap.
d. Faktor masyarakat
Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat. Setiap warga masyarakat atau kelompok sedikit banyaknya mempunyai kesadaran hukum, persoalan yang timbul adalah tarap kepatutan hukum, yaitu kepatuhan hukum yang tinggi, sedang atau kurang
e. Faktor kebudayaan
Berdasarkan konsep kebudayaan sehari-hari, orang begitu sering
membicarakan tentang
kebudayaan. Kebudayaan
manusia dapat mengeti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan
sikapnya kalau mereka
berhubungan dengan orang lain. Dengan demikian kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang perikelakuan yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang.
Adapun Istilah yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah : a. Penegakan hukum adalah proses
dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau
hubungan-hubungan hukum dalam
kehidupan bermasyarakat dan bernegara.4
b. Pelaku adalah Pelaku adalah mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang
turut serta melakukan
perbuatan.5
c. Tindak pidana adalah suatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum yang disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. 6
d. Penipuan adalah Barang siapa
dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau
4
Dikutip dari
www.jimly.com/makalah/namafile/56/Penegakan _Hukum.pdf. diakses pada 12 mei 2015, 21:58
5
Pasal 55 ayat (1) KUHP
6
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana. (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm. 54
orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang.7
e. Umrah adalah salah satu ibadah dalam agama islam, yang dilaksanakan dengan cara melakukan beberapa ritual umraah di kota Mekkah.8
f. Calon jama'ah adalah wadah bagi ummat islam dalam menjalankan ibadah. Didalam jamaah, terdapat imam atau amir atau sultan, dan ada rukyah atau
1. Pengertian Penegakan Hukum
Menurut Satjipto Rahardjo, menjelaskan bahwa hakekat daripenegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan atau ide-ide hukum menjadi kenyataan. Keinginan hukum adalah pikiran badan pembentuk Undang-undang. yang berupa ide atau konsep-konsep tentang keadilan, kepastian hukm
7
Pasal 378 KUHP
8
dankemanfaatan sosial yang dirumuskan dalam peraturan hukum. 9
Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah, keserasian hubungan antara nilai-nilai yang dijelaskan dalam kaidah-kaidah yang pasti dan berwujud dengan perilaku sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk
meciptakan, memelihara dan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Lebih lanjut dikatakan bahwa penegakan hukum bukanlah semata-mata berarti pelaksanaan perundang-undangan walaupun kenyataan di indonesia kecendrungannya adalah demikian. 10
2. Pengertian Tindak Pidana
Menurut Moeljatno tindak pidana merupakansuatu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum yang disertai ancamanatau sanksi yang berupa pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangantersebut. 11 Secara yuridis tindak pidana diartikan sebagai suatu perbuatan yang melanggarhukum atau dilanggar oleh undang-undang dari beberapa definisi tindak pidanadiketahui pada dasarnya adalah suatu bentuk perbuatan dan tingkah laku yang melanggar hukum dan perundang-undangan lain serta melanggar norma sosial hingga masyarakat menentangnya. 12 Menurut
9
Satjipto Rahardjo, Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, (Sinar Baru, Bandung 2001), hlm. 15
10
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, (Rajawali, Jakarta, 1986) hlm.3
11
Moeljatno, Perbuatan Pidana dan
Pertanggungjawaban pidana. (Jogjakarta, 1978), hlm. 54
12
Hari Saherodji, Pokok-Pokok Kriminologi, (Bandung: Aksara Baru, Bandung, 1980), hlm. 12
Wirjono Prodjodikoro mengatakan bahwa tindak pidana adalah suatuperbuatan yang pelakunya dapat dikenakan hukum
pidana.13 Menurut Simons
mendefinisikan tindak pidana adalah kelakuan/handeling yang diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum, yang berhubungan dengan kesalahan dan yang dilakukan oleh orang yang mampu bertanggung jawab.14
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan yang akan dibahas oleh penulis dalam penulisan skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.Bagaimanakah penegakan hukum terhadap pelaku tindak idana penipuan calon jemaah umroh pada tahap penyidikan (studi kasus di polresta bandar lampung)?
2. Apa saja faktor penghambat kepolisian dalam penyidikan tindak pidana penipuan calon jemaah umroh pada tahap penyidikan (studi kasus di polresta bandar lampung) ?
Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini guna membahas permasalahan yang penulisan ajukan dalam penelitian ini yaitu pendekatan yuridis normatif dan dilengkapi dengan pendekatan yuridis empiris sebagai data lengkap guna memperoleh suatu hasil penelitian yang bener dan objektif. Adapun jenis dan sumber data primer dan sekunder. Metode pengumpulan data
13
Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. (Bandung: Eresco, 1986), hlm.55
14
Moeljatno, Perbuatan Pidana dan
yang digunakaan dalam penelitian yaitu studi kepustakaan dan studi lapangan.
II. PEMBAHASAN
A. Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penipuan Jemaah Umroh Pada Tahap Penyidikan (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung)
Ada 3 (tiga) tahap penegakan hukum dalam kepolisian yaitu:
a. Tahap formulasi adalah tahap penegakan hukum pidana in abstracto oleh badan pembentuk undang-undang. Dalam tahap ini pembentukan undang-undang melakukan kegiatan memilih nilai-nilai yang sesuai dengan dan situasi masa kini dan masa yang akan datang, kemudian merumuskannya dalam bentuk peraturan perundang- undangan pidana untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang paling baik, dalam arti
memenuhi syarat keadilan dan daya guna. Tahap ini dapat juga disebut dengan tahap kebijakan legislatif. b. Tahap aplikasi adalah tahap
penegakan hukum pidana (tahap penerapan hukum pidana) oleh aparat-aparat penegakan hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan hingga pengadilan.
c. Tahap eksekusi adalah tahap penegakan (pelaksana) hukum pidana secara konkret oleh aparat pelaksana pidana. Dalam tahap ini aparat pelaksana pidana bertugas menegakkan peraturan pidana yang telah dibuat oleh pembentukan undang-undang melaui penerapan pidana yang telah ditetapkan oleh pengadilan. Aparat pelaksana dalam
menjalankan tugasnya harus berpedoman kepada peraturan perundang-undangan pidana yang telah dibuat oleh pembentukan undang-undang dan nilai-nilai keadilan serta daya guna. Tahap ini sering juga disebut tahap eksekutif atau administratif.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak akademisi hukum Universitas Lampung Prof. Dr. Sanusi Husin, dalam proses penyidikan kasus tidak pidana penipuan calon jemaah umroh di Kota Bandar Lampung terdapat 3 tahapan pemeriksaan, peninjauan tempat kejadian perkara, dan penyidikan. 15
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan merupakan dasar penting dalam menyelesaikan suatu tindak pidana. Pemeriksaan dilakukan kepada calon tersangka dan saksi-saksi yang menguatkan suatu laporan dalam suatu tindak pidana. Berdasarkan hasil penelitian, pihak kepolisian telah melakukan pemeriksaan terhadap Mila Yuliana dan Hendri Dunan Pakpahan atas kasus penipuan para calon jemaah umroh terkait laporan korban dan saksi-saksi. Pada kasus ini tidak dilakukan pemanggilan terlebih dahulu oleh pihak kepolisian terhadap para saksi-saksi karena saksi datang bersama korban yang selanjutnya dibuatkan berita acara pemeriksaan selaku saksi.
15
Wawancara Sanusi Husin, (Bandar Lampung,26
2. Peninjauan Tempat Kejadian Perkara
Peninjauan tempat kejadiaan perkara dilakukan setelah adanya keterangan kuat dari saksi-saksi dan pengakuan dari tersangka. Peninjauan tempat kejadian perkara ini terkait dengan lokasi dimana tersangka melakukan tindak pidana penipuan kepada para calon jemaah umroh yang dilakukan oleh tersangka.
3. Penyidikan
Menurut hasil wawancara dengan 16Ismail Haryanto selaku penyidik di Poltabes Kota Bandar Lampung, pengungkapan pelaku tindak pidana penipuan calon jemaah umroh di Kota Bandar Lampung dapat ditempuh polisi dengan cara:
a. laporan informasi tindak pidana penipuan dari masyarakat;
b. penunjukan kewenangan
penyelidikan kasus dan
penangkapan kepada anggota kepolisian yang memiliki kompetensi pada bidangnya; c. penyelidikan oleh anggota
kepolisian untuk mengungkap dentitas pelaku dan melakukan pemeriksaan kebenaran laporan penipuan calon jemaah umroh melalui identifikasi kebenaran; d. kerjasama aparat kepolisian
dengan dinas terkait seperti kantor imigrasi untuk mengetahui informasi paspor dan keabsahan biro perjalanan para calon jemaah umroh serta pihak kelurahan domisili tersangka.
16
wawancara dengan Ismail Haryanto selaku penyidik di Poltabes kota Bandar Lampung, Tanggal 14 September 2016.
B. Faktor-Faktor Penghambat Kepolisian Dalam Penegakan Hukum Tindak Pidana Penipuan Calon Jemaah Umroh Pada Tahap Penyudukan (Studi Kasus di Polresta Bandar Lampung).
1. Faktor Aparat Penegak Hukum
. Menurut Brigpol Irhamsyah Abror17, kurangnya koordinasi antar pihak kepolisian membuat informasi yang didapatkan aparat kepolisian saling tumpang tindih. Padahal informasi dari para korban dan saksi memiliki andil yang sangat besar pada tahap penyidikan. Atas dasar hal tersebut pula kepercayaan masyarakat Kota Bandar Lampung terhadap para penegak hukum juga semakin rendah. Namun pada tindak pidana penipuan calon jemaah haji di Kota Bandar Lampung pada tahap penyidikan, faktor penghambat lebih cenderung karena kurangnya koordinasi antar aparat penegak hukum.
2. Faktor Keabsahan Biro Perjalanan Biro jasa yang melayani penyelenggaraan perjalanan haji atau umroh juga harus selalu diawasi secara ketat oleh Pemerintah melalui kementerian terkait. Pada saat ini semakin banyak biro jasa
yang menawarkan
kemudahan-kemudahan dalam penyelenggaraan haji dan umroh yang tidak memiliki legalitas yang jelas dan terdaftar secara resmi. Hal ini menjadi celah bagi para pelaku tindak kriminal penyelenggaraan haji dan umroh
17
Wawancara dengan Irhamsyah Abror selaku
penyidik Poltabes Bandar Lampung 14 September
di Kota Bandar Lampung. Pendataan secara terperinci dan koordinasi antara Dinas terkait dengan pihak kepolisian dapat menjadi solusi yang cukup baik untuk meminimalisir tindak pidana penipuan kepada para calon jemaah umroh di Kota Bandar Lampung.
3. Keserasian Lembaga atau Kantor Terkait
Menurut Aiptu Ismail Haryanto, koordinasi antara aparat kepolisian dengan pihak kantor imigrasi masih kurang terjalin dengan baik. Hal ini membuat penerbitan paspor dan segala bentuk perizinan para calon jemaah haji/ umroh sering disalahgunakan oleh para pelaku tindak pidana penipuan calon jemaah umroh khususnya di Kota Bandar Lampung.
Menurut Prof. Dr.Sanusi Husin. faktor yang menghambat tahapan penyidikan pada tindak pidana sebagai berikut: 1. Faktor kebudayaan
Faktor kebudayaan yang sebenarnya bersatu padu dengan factor masyarakat, karena didalamnya diketengahkan masalah system nilai-nilai yang menjadi inti dari kebudayaan spiritual atau non materiel. Menurut Prof. Dr. Sanusi Husin, masyarakat Indonesia khususnya Kota Bandar Lampung memiliki budaya yang sebenarnya kurang baik untuk dilakukan yaitu selalu mengikuti kegiatan/tindakan dan informasi yang diikuti oleh kerabat atau orang yang dikenalnya tanpa mengetahui secara rinci apa yang dilakukan oleh orang sebelumnya.
2. Faktor sarana atau fasilitas.
Dengan dukungan sarana dan fasilitas yang memadai penegakan hukum akan dapat terlaksana dengan baik. Sarana dan fasilitas yang dimaksud, antara lain, sumber daya manusia, organisasi yang
baik, peralatan yang mumpuni, dan sumber dana yang memadai. Bila sarana dan fasilitas tersebutdapat dipenuhi maka penegakan hukum akan berjalan maksimal.
III. PENUTUP A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan dalam penelitian ini adalah:
1) Penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana penipuan calon jemaah umroh di Kota Bandar Lampung pada tahap penyidikan dilakukan melalui 3 tahapan yaitu pemeriksaan, peninjauan tempat kejadian perkara, dan penyidikan. Pemeriksaan dilakukan kepada calon tersangka dan saksi-saksi yang menguatkan suatu laporan dalam suatu tindak pidana. Peninjauan tempat kejadiaan perkara dilakukan setelah adanya keterangan kuat dari saksi-saksi dan pengakuan dari tersangka. Penyidikan dilakukan setelah barang-barang bukti ditemukan oleh aparat kepolisian. Setelah barang bukti baik berupa uang maupun kwitansi ditemukan maka dilakukan introgasi kepada saksi-saksi terkait laporan tindak pidana.
Penegakan hukum tindak
tahap kebijakan legislatif. b) tahap aplikasi adalah tahap penegakan hukum pidana( tahap penerapan hukum pidana) oleh aparat-aparat penegakan hukum mulai dari kepolisian, kejaksaan hingga pengadilan, tahap ini sering disebut juga tahap kebijakan yudikatif. c) tahap eksekusi adalah tahap penegakan (pelaksanaan) hukum pidana secara konkret oleh aparat pelaksana pidana, tahap ini sering disebut juga tahap kebijakan eksekutif atau administratif.
2) Proses penegakan hukum sebagai upaya penanggulangan terhadap tindak pidana tidak terlepas dari faktor penghambat dalam upaya penegakan hukum pidana terutama terhadap calon jemaah umroh. Faktor tersebut ialah sebagai berikut.
a. Koordinasi aparat penegak hukum itu sendiri
penegak hukum mempunyai peran yang penting dalam penegakan hukum itu sendiri, prilaku dan tingkahlaku aparat pun seharusnya mencerminkan suatu kepribadian yang dapat menjadi teladan bagi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Aparat penegak hukum yang profesional adalah mereka yang dapat berdedikasi tinggi pada profesi sebagai aparat hukum, dengan demikian seorang aparat penegak hukum akan dapat melaksanakan tugas dan kewenangannya sebagai seorang penegak hukum dengan baik.
b. Keabsahan biro perjalanan umroh Keabsahan berlakunya hukum dari segi peraturannya barulah merupakan satu segi, bukan merupakan satu-satunya penilaian.
c. Keserasian antara aparat hukum dan pihak imigrasi
Keserasian antara aparat hukum dan pihak imigrasi sangatlah dibutuhkan, untuk mencegah terjadinya penipuan. Sehingga perluu ditingkatkan keserasian antara aparat hukum dengan pihak migrasi.
d. Faktor kebudayaan
Berdasarkan konsep kebudayaan sehari-hari, orang begitu sering membicarakan tentang kebudayaan. Dengan demikian kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang perikelakuan yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang dilarang.
e. Faktor sarana dan fasilitas
Dengan dukungan sarana dan fasilits yang memadai penegakan hukum akan dapat terlaksana dengan baik.
B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan maka yang menjadi saran penulis adalah:
a. Masyarakat harus meneliti informasi seputar penyelenggaraan ibadah umroh yang diketahui terlebih dahulu baik dari orang maupun perusahan b. Ada beberapa hal yang harus
dilakukan oleh pemerintah, khususnya Poltabes Bandar Lampung dan pihak Kementerian Agama cabang Provinsi
Lampung yaitu melakukan
koordinasi, legalisasi dan pendataan Yayasan Penyalur Ibadah Haji dan Umroh untuk meminimalisir tindak pidana penipuan calon jemaah umroh di Kota Bandar Lampung
kasus yang sedang dalam tahap penyidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Andrisman,Tri. 2011. Delik Tertentu
dalam KUHP . Bandar
Lampung:Universitas Lampung
Moeljatno, 1978. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban pidana. Jogjakarta: Bina Aksara.
Prodjodikoro, Wirjono. 1986. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Bandung: Eresco.
Raharjo, Satjipto Rahardjo. 2001.
Masalah Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Bandung: Sinar Baru.
Soehandi. 2006. Pokok-pokok
Kriminologi. Bandung:
Aksara Baru.
Soekanto, Soerjono 1986. Pengantar Penelitian Hukum . Jakarta: UI Press.
Saherodji, Hari. 1980. Pokok-Pokok Kriminologi, Bandung: Aksara Baru.
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Undang-Undang RI Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP)
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji
www.jimly.com/makalah/namafile/56/Pe negakan_Hukum.pdf.
wikipedia, pengertian umraah
Wawancara Sanusi Husin, (Bandar Lampung,26 september 2016. Pukul 10.15 WIB)
Wawancara dengan Ismail Haryanto selaku penyidik di Poltabes kota Bandar Lampung, Tanggal 14 September 2016.
Wawancara dengan Irhamsyah Abror selaku penyidik Poltabes