• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kencana Anggar Kusuma 15010110120019.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kencana Anggar Kusuma 15010110120019.pdf"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TERAPI PERILAKU

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas uts mata kuliah Psikoterapi

Disusun Oleh :

Kencana Anggar Kusuma 15010110120019

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS DIPONEGORO

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

Suatu terapi yang berfokus untuk memodifikasi atau mengubah perilaku. Seperangkat

perilakuatau respon yang dilakukan dalam suatu lingkungan dan menghasilkan

konsekuensi-konsekuensitertentu. Terapi perilaku berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus

secepat-cepatnyadengan mengawasi perilaku belajar si pasien. Operan conditioning adalah

modifikasi perilaku yangdipertajam atau ditingkatkan frekuensi terjadinya melalui pemberian

reinforcement. Lingkungansosial digunakan untuk membantu seseorang dalam meningkatkan

kontrol terhadap perilaku ygberlebihan atau berkurang (Murray & Wilson).

sejarah perkembangan terapi perilaku

Watson dkk selama 1920 melakukan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan

kondisi (deconditioning) pada rasa takut, merupakan cikal bakal terapi perilaku formal. Pada

tahun 1927, Ivan Pavlov terkenal dengan percobaannya pada anjing dengan memakai suara

bell untuk mengkondisikan anjing bahwa bell = makanan, yang kemudian dikenal juga

sebagai Stimulus dan Respon.

Terapi perilaku pertama kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh

BF Skinner, Ogden Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu termasuk juga Wolpe Yusuf

dan Hans Eysenck.

Secara umum, terapi perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan (Wolpe),

Amerika Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-masing

memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck memandang masalah

perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian, lingkungan, dan perilaku.

Skinner dkk. di Amerika Serikat menekankan pada operant conditioning yang menciptakan

sebuah pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan

kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.

Ogden Lindsley merumuskan precision teaching, yang mengembangkan program grafik

(bagan celeration) standar untuk memantau kemajuan klien. Skinner secara pribadi lebih

(3)

tanpa cacat dan bekerja dengan Fred S. Keller untuk mengembangkan programmed

instruction.

Program ini dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia dan berhasil. Gerald Patterson

menggunakan program yang sama untuk mengembangkan teks untuk mengasuh anak-anak

dengan masalah perilaku.

Tujuan:

Tujuan umum terapi tingkah laku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi

proses belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned),

termasuk tingkah laku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik learned, maka ia bisa

unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang lebih efektif bisa diperoleh. Terapi

tingkah laku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif

dan pemberian pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons

yang layak, namun belum dipelajari;

a) Meningkatkan perilaku, atau

b) Menurunkan perilaku

c) Meningkatkan perilaku:

d) Reinforcement positif: memberi penghargaan thd perilaku

e) Reinforcement negatif: mengurangi stimulus aversi

f) Mengurangi perilaku:

g) Punishment: memberi stimulus aversi

h) Respons cost: menghilangkan atau menarik reinforcer

(4)

BAB II

TEORI

Teori dasar Metode Terapi Perilaku

a) Perilaku maladaptif dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau

dipelajari (learned)

b) Terapi untuk perilaku maladaptif adalah dg penghilangan kebiasaan (deconditioning)

atau ditinggalkan (unlearning)

c) Untuk menguatkan perilaku adalah dg pembiasaan perilaku (operant and clasical

conditioning)

Fungsi dan Peran Terapis

Terapis tingkah laku harus memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian

treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan

masalah-masalah manusia, para kliennya. Terapi tingkah laku secara khas berfungsi sebagai guru,

pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan

prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah pada tingkahlaku yang baru dan

adjustive.

Hubungan antara Terapis dan Klien

Pembentukan hubungan pribadi yang baik adalah salah satu aspek yang esensial

dalam proses terapeutik, peran terapis yang esensial adalah peran sebagai agen pemberi

perkuatan. Para terapis tingkah laku menghindari bermain peran yang dingin dan impersonal

sehingga hubungan terapeutik lebih terbangun daripada hanya memaksakan teknik-teknik

(5)

BAB III

PEMBAHASAN

Bentuk bentuk terapi Perilaku

1. Sistematis Desensitisasi, adalah jenis terapi perilaku yang digunakan dalam bidang psikologi untuk membantu secara efektif mengatasi fobia dan gangguan kecemasan lainnya.

Lebih khusus lagi, adalah jenis terapi Pavlov/terapi operant conditioning therapy yang

dikembangkan oleh psikiater Afrika Selatan, Joseph Wolpe.

Dalam metode ini, pertama-tama klien diajarkan keterampilan relaksasi untuk mengontrol

rasa takut dan kecemasan untuk fobia spesifik. Klien dianjurkan menggunakannya untuk

bereaksi terhadap situasi dan kondisi sedang ketakutan. Tujuan dari proses ini adalah bahwa

seorang individu akan belajar untuk menghadapi dan mengatasi phobianya, yang kemudian

mampu mengatasi rasa takut dalam phobianya.

Fobia spesifik merupakan salah satu gangguan mental yang menggunakan proses

desensitisasi sistematis. Ketika individu memiliki ketakutan irasional dari sebuah objek,

seperti ketinggian, anjing, ular, mereka cenderung untuk menghindarinya.

Tujuan dari desensitisasi sistematis untuk mengatasi ini adalah pola memaparkan pasien

bertahap ke objek fobia sampai dapat ditolerir.

2. Exposure and Response Prevention (ERP), untuk berbagai gangguan kecemasan, terutama gangguan Obsessive Compulsive. Metode ini berhasil bila efek terapeutik yang

dicapai ketika subjek menghadapi respons dan menghentikan pelarian.

Metodenya dengan memaparkan pasien pada situasi dengan harapan muncul kemampuan

menghadapi respon (coping) yang akan mengurangi mengurangi tingkat kecemasannya.

Sehingga pasien bisa belajar dengan menciptakan coping strategy terhadap keadaan yang bisa

menyebabkan kecemasan perasaan dan pikiran. Coping strategy ini dipakai untuk

(6)

3. Modifikasi perilaku, menggunakan teknik perubahan perilaku yang empiris untuk memperbaiki perilaku, seperti mengubah perilaku individu dan reaksi terhadap rangsangan

melalui penguatan positif dan negatif.

Penggunaan pertama istilah modifikasi perilaku nampaknya oleh Edward Thorndike pada

tahun 1911. Penelitian awal tahun 1940-an dan 1950-an istilah ini digunakan oleh kelompok

penelitian Joseph Wolpe, teknik ini digunakan untuk meningkatkan perilaku adaptif melalui

reinforcement dan menurunkan perilaku maladaptive melalui hukuman (dengan penekanan

pada sebab).

Salah satu cara untuk memberikan dukungan positif dalam modifikasi perilaku dalam

memberikan pujian, persetujuan, dorongan, dan penegasan; rasio lima pujian untuk setiap

satu keluhan yang umumnya dipandang sebagai efektif dalam mengubah perilaku dalam cara

yang dikehendaki dan bahkan menghasilkan kombinasi stabil.

4. Flooding, adalah teknik psikoterapi yang digunakan untuk mengobati fobia. Ini bekerja dengan mengekspos pasien pada keadaan yang menakutkan mereka. Misalnya ketakutan

pada laba laba (arachnophobia ), pasien kemudian dikurung bersama sejumlah laba laba

sampai akhirnya sadar bahwa tidak ada yang terjadi.

Banjir ini diciptakan oleh psikolog Thomas Stampfl pada tahun 1967. Flooding adalah bentuk

pengobatan yang efektif untuk fobia antara lain psychopathologies. Bekerja pada

prinsip-prinsip pengkondisian klasik-bentuk pengkondisian Pavlov klasik-di mana pasien mengubah

perilaku mereka untuk menghindari rangsangan negatif.

Tehnik Terapi:

1. Mencari stimulus yang memicu gejala gejala

2. Menaksir/analisa kaitan kaitan bagaimana gejala gejala menyebabkan perubahan

tingkah laku klien dari keadaan normal sebelumnya.

3. Meminta klien membayangkan sejelas jelasnya dan menjabarkannya tanpa disertai

celaan atau judgement oleh terapis.

4. Bergerak mendekati pada ketakutakan yang paling ditakuti yang dialami klien dan

meminta kepadanya untuk membayangkan apa yang paling ingin dihindarinya, dan

(7)

5. Latihan relaksasi

Relaksasi menghasilkan efek fisiologis yang berlawanan dengan kecemasan yaitu

kecepatan denyut jantung yang lambat, peningkatan aliran darah perifer, dan stabilitas

neuromuscular. Berbagai metode relaksasi telah dikembangkan, walaupun beberapa

diantaranya, seperti yoga dan zen, telah dikenal selama berabad-abad.

Sebagian besar metode untuk mencapai relaksasi didasarkan pada metode yang

dinamakan relaksasi progresif. Pasien merelaksasikan kelompok otot-otot besarnya dalam

urutan yang tertentu, dimulai dengan kelompok otot kecil di kaki dan menuju ke atas atau

sebaliknya. Beberapa klinisi menggunakan hypnosis untuk mempermudah relaksasi atau

menggunakan tape recorder untuk memungkinkan pasien mempraktekkan relaksasi sendiri.

Khayalan mental atau mental imagery adalah metode relaksasi dimana pasien

diinstruksikan untuk mengkhayalkan diri sendiri di dalam tempat yang berhubungan dengan

rasa relaksasi yang menyenangkan. Khayalan tersebut memungkinkan pasien memasuki

keadaan atau pengalaman relaksasi seperti yang dinamakan oleh Benson, respon relaksasi.

6. Observational learning, Juga dikenal sebagai: monkey see monkey do. Ada 4 proses utama observasi pembelajaran.

a) Attention to the model.

b) Retention of details (observer harus mampu mengingat kebiasaan model)

c) Motor reproduction (observer mampu menirukan aksi)

d) Motivation and opportunity (observer harus termotivasi melakukan apa yang telah

diobservasi dan diingat dan harus berkesempatan melakukannya).

e) reinforcement. Punishment may discourage repetition of the behaviour

7.Latihan Asertif

Tehnik latihan asertif membantu klien yang:

1. Tidak mampu mengungkapkan ‘’emosi’’ baik berupa mengungkapkan rasa marah atau

perasaan tersinggung.

2. Menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk

mendahuluinya,

3. Klien yang sulit menyatakan penolakan, mengucapkan kata “Tidak”.

4. Merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan-perasaan dan pikiran-pikiran

(8)

Prosedur:

Latihan asertif menggunakan prosedur-prosedur permainan peran.

Misalnya, klien mengeluh bahwa dia acap kali merasa ditekan oleh atasannya untuk melakukan hal-hal yang rnenurut penilaiannya buruk dan merugikan serta mengalami hambatan untuk bersikap tegas di hadapan atasannya itu.

Cara Terapinya:

Pertama-tama klien memainkan peran sebagai atasan, memberi contoh bagi terapis, sementara terapis mencontoh cara berpikir dan cara klien menghadapi atasan. Kemudian, mereka saling menukar peran sambil klien mencoba tingkah laku baru dan terapis memainkan peran sebagai atasan. Klien boleh memberikan pengarahan kepada terapis tentang bagaimana memainkan peran sebagai atasannya secara realistis, sebaliknya terapis melatih klien bagaimana bersikap tegas terhadap atasan.

8.Terapi Aversi

Teknik-teknik pengondisian aversi, yang telah digunakan secara luas untuk

meredakan gangguan-gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian tingkah

laku simtomatik dengan suatu stimulus yang menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak

diinginkan terhambat/hilang.

Terapi ini mencakup gangguan, kecanduan Alkohol, Napza, Kompulsif, Fetihisme,

Homoseksual, Pedhophilia, Judi, Penyimpangan seksual lainnya.

Teknik-teknik aversi adalah metode-metode yang paling kontroversi, misalnya memberikan

kejutan listrik pada anak anak autis bila muncul tingkah laku yang tidak diinginkan.

Efek-efek samping:

a) Emosional tambahan seperti tingkah laku yang tidak diinginkan yang dihukum boleh

jadi akan ditekan hanya apabila penghukum hadir.

b) Jika tidak ada tingkah laku yang menjadi alternatif bagi tingkah laku yang dihukum,

maka individu ada kemungkinan menarik diri secara berlebihan,

c) Pengaruh hukuman boleh jadi digeneralisasikan kepada tingkah laku lain yang

berkaitan dengan tingkah laku yang dihukum, Mis; Seorang anak yang dihukum

karena kegagalannya di sekolah boleh jadi akan membenci semua pelajaran, sekolah,

(9)

9.Pengondisian operan

Tingkah laku operan adalah tingkah laku yang memancar yang menjadi ciri organisme

aktif. Ia adalah tingkah laku beroperasi di lingkungan untuk menghasilkan akibat-akibat.

Tingkah laku operan merupakan tingkah laku paling berarti dalam kehidupan sehari-hari,

yang mencakup membaca, berbicara, berpakaian, makan dengan alat-alat makan, bermain,

dsb.

Menurut Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka probabilitas

kemunculan kembali tingkah laku tersebut di masa mendatang akan tinggi. Prinsip penguatan

yang menerangkan pembentukan, memelihara, atau penghapusan pola-pola tingkah laku,

merupakan inti dari pengondisian operan. Berikut ini uraian ringkas dari metode-metode

pengondisian operan yang mencakup: perkuatan positif, pembentukan respons, perkuatan

intermiten, penghapusan, pencontohan, dan token economy.

a) Perkuatan positif, adalah pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul. Cara ini ampuh

untuk mengubah tingkah laku. Pemerkuat-pemerkuat, baik primer maupun sekunder,

diberikan untuk rentang tingkah laku yang luas. Pemerkuat-pemerkuat primer memuaskan

kebutuhan-kebutuhan fisiologis. Contoh pemerkuat primer adalah makanan dan tidur atau

istirahat. Pemerkuat-pemerkuat sekunder, yang memuaskan kebutuhan kebutuhan psikologis

dan sosial, memiliki nilai karena berasosiasi dengan pernerkuat-pemerkuat primer.

b) Pembentukan Respon, adalah tingkah laku yang sekarang secara bertahap diubah dengan memperkuat unsur-unsur kecil dari tingkah laku baru yang diinginkan secara

berturut-turut sampai mendekati tingkah laku akhir. Pembentukan respons berwujud pengembangan

suatu respons yang pada mulanya tidak terdapat dalam perbendaharaan tingkah laku individu.

Perkuatan sering digunakan dalam proses pembentukan respons ini. jadi, misalnya, jika

seorang guru ingin membentuk tingkah laku kooperatif sebagai ganti tingkah laku kompetitif,

dia bisa memberikan perhatian dan persetujuan kepada tingkah laku yang diinginkannya itu.

Pada anak autistik yang tingkah laku motorik, verbal, emosional, dan sosialnya kurang

adaptif, terapis bisa membentuk tingkah laku yang lebih adaptif dengan memberikan

pemerkuat-pemerkuat primer maupun sekunder.

c) Perkuatan intermiten, diberikan secara bervariasi kepada tingkah laku yang spesifik. Tingkah laku yang dikondisikan oleh perkuatan intermiten pada umumnya lebih tahan

terhadap penghapusan dibanding dengan tingkah laku yang dikondisikan melalui pemberian

(10)

tingkah laku, pada tahap-tahap permulaan terapis harus mengganjar setiap terjadi munculnya

tingkah laku yang diinginkan, sesegera mungkin saat tingkah laku yang diinginkan muncul.

Dengan cara ini, penerima perkuatan akan belajar, tingkah laku spesifik apa yang diganjar.

Bagaimanapun, setelah tingkah laku yang diinginkan itu meningkat frekuensi

kemunculannya, frekuensi pemberian perkuatan bisa dikurangi.

d) Penghapusan, adalah dengan landadsan bahwa apabila suatu respons terus-menerus dibuat tanpa perkuatan, maka respons tersebut cenderung menghilang. Dengan demikian,

karena pola-pola tingkah laku yang dipelajari cenderung melemah dan terhapus setelah suatu

periode, cara untuk menghapus tingkah laku yang maladaptif adalah menarik perkuatan dari

tingkah laku yang maladaptif itu. Penghapusan dalam kasus semacam ini boleh jadi

berlangsung lambat karena tingkah laku yang akan dihapus telah dipelihara oleh perkuatan

intermiten dalam jangka waktu lama. Wolpe (1969) menekankan bahwa penghentian

pemberian perkuatan harus serentak dan penuh. Misalnya, jika seorang anak menunjukkan

kebandelan di rumah dan di sekolah, orang tua dan guru si anak bisa menghindari pemberian

perhatian sebagai cara untuk menghapus kebandelan anak tersebut. Pada saat yang sama

perkuatan positif bisa diberikan kepada si anak agar belaj.u tingkah laku yang diinginkan.

e) Modeling, metodenya dengan mengamati seorang kemudian mencontohkan tingkah laku sang model. Bandura(1969), menyatakan bahwa belajar yang bisa diperoleh melalui

pengalaman langsung, bisa juga diperoleh secara tidak langsung dengan mengamati tingkah

laku orang lain berikut konsekuensi-konsekuensinya. Jadi, kecakapan-kecakapan sosial

tertentu bisa diperoleh dengan mengamati dan mencontoh tingkah laku model-model yang

ada. Juga reaksi-reaksi emosional yang terganggu yang dimiliki seseorang bisa dihapus

dengan cara orang itu mengamati orang lain yang mendekati objek-objek atau situasi-situasi

yang ditakuti tanpa mengalami akibat-akibat yang menakutkan dengan tindakan yang

dilakukannya. Pengendalian diri pun bisa dipelajari melalui pengamatan atas model yang

dikenai hukuman. Status dan kehormatan model amat berarti dan orang-orang pada umumnya

dipengaruhi oleh tingkah laku model-model yang menempati status yang tinggi dan terhormat

(11)

Token Ekonomi, metode token economy dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku apabila persetujuan dan pemerkuat-pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya tidak

memberikan pengaruh. Dalam token economy, tingkah laku yang layak bisa diperkuat

dengan perkuatan-perkuatan yang bisa diraba (tanda-tanda seperti kepingan logam) yang

nantinya bisa ditukar dengan objek-objek atau hak istimewa yang diingini. Metode taken

economy sangat mirip dengan yang dijumpai dalam kehidupan nyata, misalnya, para pekerja

(12)

BAB IV

KESIMPULAN

Terapi perilaku telah berhasil dalam berbagai gangguan dan mudah diajarkan. Cara ini

memakan waktu yang lebih sedikit dibandingkan terapi lain dan lebih murah digunakan.

Keterbatasan metode adalah bahwa cara ini berguna untuk gejala perilaku yang terbatas,

bukannya disfungsi global (sebagai contohnya, konflik neurotic, gangguan kepribadian). Ahli

teori yang berorientasi analitik telah mengkritik terapi perilaku dengan mengatakan bahwa

menghilangkan gejala sederhana dapat menyebabkan gejala pengganti. Dengan kata lain, jika

gejala tidak dipandang sebagai akibat dari konflik dalam diri ( inner conflict ) dan jika

penyebb inti dari gejala tidak di jawab atau di ubah, hasilnya adalah timbulnya gejala baru.

Satu interpretasi terapi perilaku dicontohkan oleh pernyataan controversial dari Eysenck: “

teori belajar tentang gejala neurotic adalah semata – mata kebiasaan yang dipelajari; tidak

terdapat neurosis yang mendasari gejala, tetapi semata- mata gejala itu sendiri. Sembuhkan

gejalanya dan anda telah menghilangkan neurosis.” Beberapa ahli terapi percaya bahwa terapi

perilaku adalah pendekatan yang terlalu disederhanakan kepada psikopatologi dan interaksi

kompleks antara ahli terapi dan pasien. Substitusi gejala mungkin tidak dapat dihindari, tetapi

kemungkinannya adalah suatu pertimbangan penting dalam menilai kemanjuran terapi

perilaku. Seperti pada bentuk terapi lainnya, suatu pemeriksaan masalah, motivasi dan

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Gerald Corey, Konseling dan Psikoterapi, Refika Aditama, 2009, Bandung

Michel Hersen, Encyclopedia of Psychotherapy, Pacific University, Forest Grove,

Oregon. AP.

Windy Dryden, Developments in Psychotherapy, SAGE Publications Ltd, 2006,

London.

John and Rita Sommers, Counseling and Psychotherapy theories in context and

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil perhitungan dan olah data penelitian, menunjukkan bahwa pemahaman informasi KB memiliki pengaruh langsung yang signifikan terhadap pemilihan

Bahwa Pimpinan STIESIA dalam Rapat Pleno tanggal 14 September 2012 telah menerima konsep Rencana Strategis (Renstra) Prodi S3 Ilmu Manajemen Tahun 2012-2016, dan sesuai

Data bulan Oktober 2012 dilakukan pengolahan menggunakan software Res2Dinv maka diperoleh gambar 4.2 yang menunjukkan lintasan I dinding Embung sisi selatan

Berdasarkan.hasil uji hipotesis ke 3 didapatkan r hitung 0,542 > dari r tabel 0,244 dengan demikian hipotesis ke 3 yang diajukan dalam penelitian ini diterima yaitu

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: 1) Bagaimana pengaruh self-efficacy terhadap kepuasan kerja karyawan perbankan di Kota Padang; dan 2) Bagaimana pengaruh

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1) pelaksanaan fungsi produksi telah sesuai dengan standar fungsi produksi yang telah ditetapkan pada perusahaan PT. Jaya

penelitian dan pengembangan produk yang dikembangkan oleh peneliti yaitu: (1) dari sekian banyak materi geometri yang ada, materi yang dikembangkan dalam media

Tujuan Pengembangan Sumber Daya Aparatur Pengembangan sumber daya manusia di Sekretariat Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan upaya yang harus dilakukan