EMBRIOGENESIS DAN DAYA TETAS TELUR IKAN NILA(Oreochromis niloticus) PADA SALINITAS BERBEDA
I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapatdirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Bagaimana gambaran embriogenesis ikan nila apabila ditetaskan padasalinitas berbeda? b. Apakah terdapat pengaruh salinitas terhadap daya tetas telur ikan nila?
c. Berapakah salinitas terbaik untuk menghasilkan daya tetas telur ikan nilatertinggi?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
a. Mengetahui gambaran embriogenesis ikan nila apabila ditetaskan padasalinitas berbeda. b. Mengetahui pengaruh salinitas terhadap daya tetas telur ikan nila.
c. Mengetahui salinitas terbaik untuk menghasilkan daya tetas telur ikan nilatertinggi. 1.4 Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepadamasyarakat perikanan tentang gambaran embriogenesis ikan nila apabila telur ikan nila ditetaskan pada salinitas berbeda, pengaruh salinitas terhadap daya tetastelur ikan nila, serta salinitas terbaik untuk menghasilkan daya tetas telur ikan nilatertinggi. Pada akhirnya, dapat diaplikasikan para masyarakat perikanan sebagai pengembangan pembenihan ikan nila di air payau.
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 1-31 Juli 2010 di Laboratorium UPTPengembangan Budidaya Air Tawar Umbulan, Desa Sidepan, KecamatanWinongan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur.
4.2 Materi Penelitian 4.2.1 Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi : alat untuk pemijahan buatan, antara lain : bak penampung induk ikan nila, timbangan digital,mangkok, petri disc, spuit, bulu ayam, stopwatch, saringan dan sendok, alat untuk penetasan, antara lain : akuarium, rak penetasan, gelas penetasan, kran aerasi, pipa paralon, sedotan, pompa air, selang pompa, selang aerasi, aerator, bak penampungan stok air salinitas 5, 10, 15 dan 20 ppt, kran infus, selang inlet dan selang outlet, dan alat untuk pengamatan, antara lain : pipet, object glass, mikroskop, penggaris, DO meter, thermometer, hydrometer dan pH paper.
4.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan, antara lain : satu ekor induk jantan dan tiga ekor induk betina ikan nila yang telah matang gonad, sperma dan telur induk ikan nilayang telah matang gonad, NaCl fisiologis, air tawar dan air laut.
4.3 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Padametode penelitian ini, percobaan ditujukan untuk pengamatan kemungkinan
kondisi perlakuan (Suryabrata, 1998). Teknik pengambilandata dilakukan dengan cara observasi langsung, yaitu dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan di dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatanyang khusus diadakan.
4.3.1 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalahRancangan Acak Lengkap (RAL), terdiri dari lima perlakuan salinitas inkubasitelur, yaitu 0 (kontrol), 5, 10, 15 dan 20 ppt. Penentuan salinitas berdasarkan pernyataan Suyanto (1994) yang menunjukkan bahwa ikan nila mampu hidup pada air tawar, payau dan laut. Masing-masing perlakuan terdiri dari empatulangan dengan waktu pengamatan setiap jam ke-3, ke-21, ke-25, ke-29, ke-45,ke-75 dan ke-99 setelah fertilisasi. Penentuan waktu pengamatan tersebutdilakukan berdasarkan periode perkembangan telur yang disusun oleh Morrison
et al.
(2001). Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah fase-fase perkembangan telur (embriogenesis) dan daya tetas telur.
4.3.2 Prosedur Penelitian
A. Persiapan Penelitiana. Tempat Penetasan Telur Penetasan telur ikan nila dilakukan secara intensif, yaitu denganmenggunakan corong atau gelas tetas, yang merupakan modifikasi penetasan telur
secara alami. Air yang dialirkan ke dalam gelas penetasan dimaksudkan selainagar telur-telur tetap bergerak juga untuk mempertahankan kualitas air tetapterjaga. Gelas yang berukuran tinggi 10 cm, diameter atas 7 cm, diameter bawah2,5 cm dapat menampung telur sebanyak 200-250 butir telur per gelas untuk penetasan. Selama kegiatan penetasan telur, air terus-menerus dialirkan ke corong penetasan menggunakan sistem resirkulasi. b. Perhitungan Salinitas Air yang DibutuhkanPenelitian menggunakan salinitas air 0, 5, 10, 15 dan 20 ppt. Contoh pembuatan air bersalinitas disajikan pada Lampiran 1 dan rumus yang digunakanuntuk menghitung salinitas air tersebut menurut Mahasri dkk. (2009) adalah :V 1
= salinitas air laut N 2
= salinitas yang diperlukan 3. Pembuatan Selang Inlet
dan Selang Outlet
Penetasan telur ikan nila pada salinitas berbeda dilakukan secara bertahapdengan mengaliri akuarium penetasan dengan air bersalinitas 5, 10, 15 dan 20 pptselama 48 jam sampai salinitas air pada akuarium penetasan mencapai 5, 10, 15dan 20 ppt. Perubahan salinitas air secara bertahap ini dilakukan dengan caramenggunakan peralatan seperti selang
inlet , selang outlet
dan kran infus. Selang inlet
dihubungkan dari bak penampungan stok air yang bersalinitas 5, 10, 15 dan20 ppt ke masing-masing akuarium penetasan, sedangkan selang
outlet
dihubungkan dari masing-masing akuarium penetasan ke tempat pembuangan air.Masing-masing selang diberi kran infus yang gunanya untuk mengatur pemasukandan pengeluaran air. Skema alat penetasan dapat dilihat pada Gambar 4.23 45 6 78911312 11 10Gambar 3. Skema alat penetasan telur ikan nila pada salinitas berbeda
Keterangan :1.
Akuarium stock air bersalinitas 5, 10, 15 atau 20 ppt2. Selang inlet3.
Kran infus4. Kran aerasi5. Pipa6.
Sedotan7.
Gelas penetasan8. Selang outlet9. Kran infus10.
Pompa air 13.
Selang pompa
B. Pelaksanaan Penelitiana. Pemijahan Buatan dan Stripping
Induk Ikan NilaPemijahan ikan dilakukan dengan cara memasangkan induk ikan nila jantan dan betina di dalam kolam pemijahan ikan dengan perbandingan jantan dan betina 1:3. Selanjutnya induk ikan nila akan melakukan perkawinan secara alamidan biasanya berlangsung pada siang hari dengan selang waktu 3-7 hari setelahdipasangkan (Sucipto, 2002).Setelah nampak tanda-tanda ikan mulai memijah, induk betina dan jantanikan nila ditangkap dan dilakukan pengurutan (
stripping
) untuk mendapatkan telur dan sperma ikan nila. Telur-telur yang diperoleh ditampung dalam mangkok dansperma ditampung dalam
petri disc
yang berisi larutan NaCl fisiologis dengan pengenceran sepuluh kali. Setelah itu sperma dan telur dicampur, ditambah air dan diaduk perlahan dengan menggunakan bulu ayam selama lebih kurang limamenit (Mubarak, 2007). b. Penempatan Telur pada Salinitas BerbedaTelur ikan nila yang telah terbuahi ditempatkan pada gelas atau corong penetasan pada masing-masing perlakuan sebanyak 240 butir telur tiap ulangan,namun air yang digunakan pada akuarium penetasan belum bersalinitas 5, 10, 15dan 20 ppt. Semua telur pada tiap perlakuan awalnya bersalinitas 0 ppt.Selanjutnya, empat dari lima perlakuan tersebut masing-masing dialiri air bersalinitas 5, 10, 15 dan 20 ppt selama 48 jam sampai salinitas air pada akuarium penetasan bersalinitas masing-masing 5, 10, 15 dan 20 ppt, sedangkan yang satu perlakuan, air untuk penetasan telur tetap bersalinitas 0 ppt dan digunakan sebagaikontrol. Sutisna dan Sutarmanto (1999) menyatakan bahwa penetasan telur
dengan menggunakan corong tetas berguna untuk meningkatkan daya tetas telur.Selain karena corong tetas merupakan modifikasi penetasan telur secara alami juga karena pada tahap awal perkembangan telur, telur sangat rentan terhadapgangguan, khususnya gangguan secara mekanik.c. Pengamatan EmbriogenesisPengamatan embriogenesis dilakukan pada jam ke-3, ke-21, ke-25, ke-29,ke-45, ke-75 dan ke-99 setelah fertilisasi. Perkembangan embrio yang diamati,antara lain : morula, blastula, gastrula, epiboli, mata, jantung, otak, faring,melanofor, ekor, pembuluh darah dan kantung kuning telur. Waktu pengamatanini dilakukan berdasarkan periode-periode perkembangan embrio yang disusunoleh Morrison et al.
(2001), ditampilkan pada Lampiran 2.d. Perhitungan Daya Tetas Telur Setyono (2009) menyebutkan, daya tetas telur dapat dihitung denganmenggunakan rumus sebagai berikut :Daya tetas = ___a + b___ x 100%a + b + c
Keterangan :a = jumlah telur yang menetas normal b = jumlah telur yang menetas cacat (abnormal)c = jumlah telur yang tidak menetas (mati)
4.3.3 Parameter Pengamatan
ke-45, ke-75 dan ke-99 setelah fertilisasi Penghitungan telur yang menetasdilakukan 24 jam setelah telur menetas dengan cara mengambil larva sedikit demisedikit pada wadah yang lebih kecil sampai larva dalam gelas penetasan habis,kemudian dihitung daya tetasnya dengan menggunakan rumus. Parameter utamadigunakan untuk mengetahui salinitas optimum untuk embriogenesis dan dayatetas telur ikan nila.B. Parameter PendukungParameter pendukung dalam penelitian adalah kualitas air antara lain : suhu, pH dan oksigen terlarut. Pengukuran terhadap suhu, pH dan oksigen terlarutdilakukan setiap hari dengan menggunakan alat pengukur. Parameter pendukungdigunakan untuk melengkapi data guna pembahasan parameter utama.
4.3.4 Analisis Data
Data hasil penelitian yang diperoleh dianalisa secara deskriptif untuk embriogenesis, sedangkan untuk daya tetas telur dianalisis secara statistik denganmenggunakan ANAVA ( Analysis of Variance
). Apabila terdapat perbedaan yangnyata, maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda Duncan untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan satu dengan perlakuan yang lainnya. Taraf kesalahanyang digunakan, yaitu 5% (Kusriningrum, 2008).
VI SIMPULAN DAN SARAN6.1 Simpulan
1. Pada empat jam setelah fertilisasi perlakuan B, C, D dan E memperlihatkan perkembangan embrio pada awal periode blastula, kecuali perlakuan A yangmemperlihatkan embrio berada pada akhir periode pembelahan. Pada 45 jamsetelah fertilisasi perlakuan A, D dan E memperlihatkan pada bagian anterior terdapat bentuk kepala yang masih samar dan terdapat bercak melanofor pada permukaan telur, sedangkan perlakuan B dan C memperlihatkan mata yangtelah tampak namun belum berpigmen dan terdapat bercak melanofor pada permukaan telur. Pada 76 jam setelah fertilisasi embrio pada perlakuan B, Cdan D terdapat pigmentasi di mata, pembesaran otak, jantung berdenyut, ekor terlihat memanjang, sedangkan pada perlakuan A telah ada telur yang menetasdan perlakuan E memperlihatkan embrio ikan nila yang tidak mengalami perkembangan. Pada 85 jam setelah fertilisasi perlakuan B telah ada telur yangmenetas, perlakuan C dan D memperlihatkan terbentuknya faring, sedangkan perlakuan E memperlihatkan telur yang lapisan pelindungnya rusak sehinggacairan dalam telur tertarik keluar dan akhirnya mati. Pada seratus jam setelahfertilisasi perlakuan C dan D memperlihatkan telur yang baru menetas,sedangkan perlakuan E memperlihatkan embrio yang rusak dan mati.2. Perlakuan salinitas berbeda pada penetasan telur ikan nila memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap daya tetas telur ikan nila.3. Perlakuan dengan salinitas 10 ppt merupakan salinitas terbaik untuk menghasilkan daya tetas telur ikan nila tertinggi.
6.2 Saran