• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Pengembangan pdf"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PLTN DAN PLTS SEBAGAI ALTERNATIF SUPLAI ENERGI

DI INDONESIA

Sahala M. Lumbanraja, Yohanes Dwi Anggoro, Rr. Arum Puni Rijanti Pusat Pengembangan Energi Nuklir – BATAN

Email: sahalal@batan.go.id

ABSTRAK

PLTN DAN PLTS SEBAGAI ALTERNATIF SUPLAI ENERGI DI INDONESIA. Kehidupan modern tidak terlepas dari kebutuhan energi yang akan menggerakkan seluruh sektor aktivitasnya. Untuk mendukung sebagian dari kebutuhan ini, pemerintah telah merencanakan pemanfaatan energi baru dan terbarukan sebesar 5 % pada tahun 2025 yang tertuang Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. PLTN dan PLTS merupakan salah satu solusi alternatif untuk memenuhi kebutuhan ini. Paska kecelakaan PLTN Fukushima Dai-ichi, masyarakat anti nuklir semakin gencar mengkampanyekan penghentiaan PLTN sebagai sumber energi masa depan dan mendorong penggunaan PLTS sebagai salah satu penggantinya. Mayoritas negara industri memanfaatkan PLTN untuk memenuhi kebutuhan energinya, sementara pemanfaatan PLTS masih sangat terbatas karena operasinya sangat tergantung pada kondisi cuaca. Studi ini bertujuan untuk membandingkan prospek PLTN dan PLTS di Indonesia sebagai solusi alternatif pasokan energi dari segi aspek daya pembangkitan, lingkungan dan kebutuhun lahan. Kajian dilakukan dengan studi pustaka.Keandalan PLTS masih sulit diharapkan menjadi suplai utama energi suatu negara karena sangat tergantung pada kondisi cuaca, sebaliknya dengan PLTN.

Kata kunci: PLTN, PLTS, Fukushima Dai-ichi, solusi alternatif

ABSTRACT

NPP AND SOLAR CELL AS ALTERNATIVE ENERGY SUPPLY IN INDONESIA. Modern life is inseparable from the energy needs that will drive all sectors of activity. To support some of these needs, the government has planned utilization of new and renewable energy by 5% by 2025 as stipulated Presidential Regulation Number 5, 2006 on National Energy Policy. NPP and Solar cell is one alternative solution to meet these needs. NPP post-accident Fukushima Dai-ichi, anti-nuclear people more incentive to campaign for nuclear power as a cessation of future energy sources and encourage the use of Solar cell as a replacement. The majority of industrialized countries use nuclear power to meet its energy needs, while the use of Solar cell is still very limited because its operation is highly dependent on weather conditions. This paper aims to compare the prospects of nuclear power plants in Indonesia and Solar cell as an alternative solution in terms of energy supply aspects of power generation, environmental and land requirements. The study was conducted to study literature. Reliability Solar cell is still difficult to expect a major supply of energy for a country heavily dependent on weather conditions, in contrast with nuclear power plants.

Keywords: NPP, Solar Cell, Fukushima Dai-ichi, alternative solution

1.

PENDAHULUAN

(2)

ekonomi suatu negara selalu diikuti oleh pertumbuhan kebutuhan energi listrik. Pemerintah Indonesia dalam RUKN 2011-2040 (Rencana Umum Kebijakan Nasional) menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata selama 20 tahun kira-kira sebesar 6,9% per tahun, dan pertumbuhan energi listrik sebesar 7,8% per tahun[1].

Kapasitas terpasang energi listrik di Indonesia masih didominasi oleh pembangkit berbahan bakar batubara dan gas. Pembangkit ini merupakan penghasil gas rumah kaca yang dapat menyebabkan hujan asam dan pemanasan global. Indonesia telah merencanakan untuk mengurangi emisi rumah kaca sebesar 26% pada tahun 2026. Untuk mendukung rencana ini, kontribusi PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) dan PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) perlu dikaji secara mendalam karena kedua pembangkit ini merupakan sumber energi yang ramah lingkungan. Sumber daya dari tenaga surya di Indonesia rata-rata hanya sebesar 4,8 kW/m2/hari, dan tidak dapat diandalkan sebagai

baseload karena sangat dipengaruhi kondisi cuaca dan hanya efektif pada siang hari[1]. Pembangkit ini juga membutuhkan panel yang sangat luas (20.000 m2) untuk membangkitkan listrik sebesar 1 MWe. PLTN merupakan pembangkit EBT yang sesuai untuk baseload. Dari hasil studi PT. PLN, opsi PLTN akan dimulai pada tahun 2022. Pada 2010, PLTN yang beroperasi di dunia sebanyak 439 unit dengan total kapasitas terpasang sebesar 374.285 MWe, dan 62 unit sedang dalam tahap konstruksi[2].

Kajian ini dimaksudkan agar masyarakat mengetahui kelebihan dan kekurangan dari PLTN dan PLTS, sehingga masyarakat dapat menerima pembangkit mana yang akan dibangun untuk memasok energi listrik yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi mereka.

2.

KEBUTUHAN PASOKAN ENERGI

Energi merupakan kebutuhan esensial untuk menggerakkan seluruh sendi kehidupan sebuah negara. Oleh sebab itu, sebuah negara harus mempunyai kebijakan dan politik energi yang teguh agar mampu mengamankan kebutuhan pasokan energi masyarakatnya secara berkelanjutan.

2.1 Kebijakan Energi Nasional

Untuk mewujudkan ketahanan energi, pemerintah Indonesia membentuk Dewan Energi Nasional (DEN) yang salah satu tugasnya adalah merancang dan merumuskan kebijakan energi nasional sehingga pembangunan berkelanjutan dapat bergerak sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. Pada sidang paripurna tanggal 7 Maret 2012, DEN telah menyepakati Rancangan Kebijakan Energi Nasional, yaitu perubahan paradigma pengelolan energi nasional yang menempatkan sumber daya energi sebagai modal pembangunan nasional, bukan hanya sebagai komoditas ekspor[3]. Kebijakan energi nasional meliputi, antara lain[4]:

• Ketersediaan energi untuk kebutuhan nasional • Prioritas pengembangan energi

• Pemanfaatan sumber daya energi nasional dan • Cadangan penyangga energi nasional

(3)

Gambar 1. Komposisi Bauran Energi Indonesia Tahun 2010-2050[5]

2.2. Keandalan Pasokan 2.2.1 Keandalan Pasokan PLTS

Tenaga surya tersedia cukup melimpah tetapi untuk memanfaatkannya sangat tergantung pada kondisi cuaca dan teknologi. Tenaga surya yang tersedia setiap hari yang dapat dimanfaatkan maksimal hanya 8 jam jika cuaca sangat cerah, dan diagram proses pemanfaatan surya menjadi tenaga listrik ditunjukkan pada Gambar 2. Secara umum, efisiensi teknologi sel surya saat ini sebesar 10%[6]. PLTS tidak diperhitungkan sebagai

baseload karena bersifat fluktuatif dan berskala kecil. Sumber daya dari tenaga surya di Indonesia rata-rata hanya sebesar 4,8 kW/m2/hari. Dari hasil penelitian di Oregon Timur Amerika Serikat diperoleh 1 m2 sel surya dapat menghasilkan daya 600 watt pada musim panas. Jika diandaikan surya bersinar selama 8 jam per hari dengan efisiensi panel sel surya sebesar 10 %, maka untuk mendapatkan 1 MWe, dibutuhkan kira-kira 20.000 m2 panel sel surya[7].

Sel surya merupakan perangkat semikonduktor yang mengkonversi sinar matahari menjadi arus listrik searah (direct current, DC) secara langsung atau dapat juga dikonversi menjadi arus bolak-balik (alternating current, AC) yang dihasilkan dari sistem pembangkitan photovoltaic dan solar thermal. Menurut International Energi Agency (IEA) pasokan listrik dari PLTS di seluruh dunia kira-kira sebesar 20.997 GWh (solar PV sebesar 20.155 GWh dan solar termal sebesar 842 GWh) pada tahun 2009. Keandalan pasokan listrik sangat tergantung pada efisiensi, luas permukan yang langsung mengenai solar sel, dan kondisi cuaca.

Sel surya mempunyai beberapa model kolektor yang digunakan untuk menangkap energi matahari yaitu parabolic trough, central receiver, dan parabolic dish, dan jenis bahan sel surya, terdiri dari[5]:

- crystalline silicon

- Amorphous silicon (ASi)

- Copper Indium Diselenide (CIS)

- Cadmium Telluride (CdTe)

- Gallium Arsenide (GaAs)

(4)

Gambar 2. Diagram sel surya[6]

2.2.2 Keandalan Pasokan PLTN

Status perkembangan PLTN di dunia hingga 2010, PLTN yang sedang beroperasi sebanyak 439 dengan total kapasitas terpasang sebesar 374.285 MWe, dan 62 PLTN sedang dalam tahap konstruksi[2]. Beberapa jenis PLTN yang beroperasi saat ini adalah PWR (268 unit), BWR (84 unit), PHWR (48 unit), dan sisanya adalah GCR, dan FBR. Amerika Serikat merupakan negara yang paling banyak memanfaatkan PLTN yaitu 104 unit dan berkontribusi memasok listrik sebesar 19,59% dari total listrik yang dibangkitkan di negara tersebut, sedangkan Perancis mempunyai 58 PLTN dan berkontribusi memasok listrik sebesar 74,32 % dari total listrik yang dibangkitkan Negara tersebut. Saat ini negara yang paling banyak sedang membangun PLTN baru di dunia adalah Cina, yaitu sebanyak 27 unit, diikuti Rusia (11 unit), India (6 unit) dan Korea Selatan (5 unit). Menurut International Energi Agency (IEA) pasokan listrik dari PLTN mencapai 2.696.765 GWh pada tahun 2009 atau 13,4% dari total listrik yang dibangkitkan dari semua jenis bahan bakar yang digunakan di dunia[9}. Secara umum, efisiensi PLTN adalah 33%.

PLTN yang beroperasi saat ini menggunakan bahan bakar uranium-235 (235). U-235 merupakan bahan bakar yang bersifat fisil. Satu kilogram (kg) U-U-235 dapat menghasilkan energi kira-kira sebesar 8 x 1013 joule, sedangkan 1 kg batubara hanya menghasilkan energi kira-kira 3 x 107 joule. Dengan demikian energi yang dihasilkan oleh uranium 235 sebesar kira-kira 3 juta kali dari energi yang dihasilkan oleh batubara[10].

Beberapa alasan mengapa PLTN menjadi pilihan untuk memasok energi listrik bagi beberapa negara, yaitu[11]:

- Mempunyai unjuk kerja yang sangat baik, yaitu sebesar 12.700 reaktor-tahun. - Mampu menjaga keamanan pasokan energi untuk jangka panjang

- Mempunyai faktor kapasitas yang tinggi

- Mampu mengurangi hujan asam dan efek rumah kaca

2.3. Risiko Pembangkit Listrik

(5)

lebih kecil dibandingkan dengan PLTN, karena persepsi masyarakat tertentu terhadap PLTN sangat negatif.

Pasca kecelakaan PLTN Fukushima Dai-ihi, beberapa negara nuklir (Jepang, Jerman, dan Swiss) akan mengurangi/menutup PLTN yang mereka miliki dan menggantikannya dengan jenis pembangkit lain, seperti PLTS. Tetapi sebagian besar Negara yang telah mengoperasikan PLTN masih tetap memanfaatnya sebagai sumber energi listrik utama mereka.

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampai saat ini, kontribusi energi surya sebagai pemasok listrik di dunia masih sangat sedikit sekali. Kontribusinya dapat dilihat dari komposisi listrik berdasarkan jenis pembangkit pada tahun 1973 dan 2009 pada Gambar 3. Berdasarkan data statistik PLN 2010, kapasitas daya terpasang energi surya di Indonesia hanya sebesar 0,19 MW dari total 26.894,98 MW[1]. Pada tahun 2009 pasokan listrik dari PLTS kira-kira sebesar 20.997 GWh di seluruh dunia menurut International Energi Agency (IEA)[9].

Gambar 3. Komposisi listrik berdasarkan jenis pembangkit di dunia pada tahun 1973 dan 2009[6]

Berdasarkan RUKN dengan asumsi (rata-rata selama 20 tahun) ditetapkan pertumbuhan ekonomi 6,9% per tahun, pertumbuhan penduduk 1,2% per tahun dan reserve margin 30%. Dari asumsi ini, diproyeksikan pertumbuhan energi listrik sebesar 7,8% per tahun sehingga kebutuhan tambahan daya sebesar 4.138 MW per tahun. Dari hasil simulasi yang dilakukan oleh PT. PLN, PLTS telah berkontribusi tahun 2011, sedangkan PLTN akan berkontribusi pada tahun 2022, ditunjukkan pada Gambar 4.

Pasca kecelakan PLTN Fukushima Dai-ichii 1-4, masyarakat anti nuklir semakin mendapat dukungan dari masyarakat yang sangat kuatir terhadap dampak pencemaran radioaktif dari kecelakaan tersebut. Kecelakaan Fukushima mencapai level 7 skala INES yang merupakan level tertinggi dari level kecelakaan nuklir[12]. Beberapa pemilik PLTN, seperti Jepang, Jerman dan Swiss telah merencakan penghentian PLTN dan menggantikannya dengan energi baru terbarukan lainnya seperti PLTS, tetapi sebagian besar negara lainnya masih tetap mempertahankannya.

(6)

Gambar 4. Konfigurasi Kapasitas Pembangkit Berdasarkan Jenis Bahan Bakar di Indonesia[1]

PLTS dan PLTN mempunyai kelebihan dan kelemahan[13]. Kedua pembangkit ini dikembangkan untuk saling melengkapi satu sama lain.

Keuntungan PLTN:

 dapat dioperasikan secara kontinue  digunakan sebagai baseload

 transmisi lebih mudah untuk dipusatkan ke sistem jaringan  bahan bakar murah

 energi yang dibangkitkan paling besar per satuan berat  tidak menghasilkan efek rumah kaca dan hujan asam Kelemahan PLTN:

 biaya modal besar.

 limbah berbahaya dan berumur panjang.  proliferasi nuklir potensial.

Keuntungan PLTS:

 merupakan energi terbarukan  bahan bakar gratis

 tidak menghasilkan efek rumah kaca dan hujan asam Kerugian PLTS:

 membututuhkan material khusus untuk cermin/panel yang dapat mempengaruhi lingkungan

 membutuhkan lahan yang sangat luas untuk menghasilkan tenaga listrik pada daya sama dengan PLTN

 sangat tergantung pada cuaca (tenaga yang dihasilkan fluktuatif)  efisiensi masih rendah (sekitar 10%)

(7)

sumber energi yang dapat mengatasi kebutuhan ini. PLTN merupakan salah satu solusi untuk daerah yang membutuhkan energi yang sangat besar dan berkelanjutan, seperti daerah industri, sedangkan PLTS lebih cocok untuk daerah yang kebutuhan tidak terlalu besar dan kurang cocok untuk mensuplai enerrgi untuk kawasan industry yang membutuhkan energi listrik berkelanjutan.

4.

KESIMPULAN

PLTN dan PLTS merupakan pembangkit listrik yang ramah lingkungan karena dapat berkontribusi untuk mengurangi hujan asam dan pemanasan global. PLTN dioperasikan sebagai pemasok energi listrik pada baseload, sedangkan PLTS umumnya dioperasikan untuk memasok beban menengah dan beban puncak. PLTN telah terbukti menjadi pemasok energi utama di beberapa negara, misalnya di Perancis sebesar 74,32%, sedangkan di seluruh dunia sebesar 13,4% (2.696.765 GWh) dari total energi listrik yang dihasilkan pada tahun 2009. Keandalan PLTS masih sulit diharapkan menjadi salah satu pemasok energi utama di suatu negara karena sangat tergantung pada keadaan cuaca. Total energi listrik yang dibangkitkan dari PLTS hanya sekitar 20.997 GWh pada tahun 2009.

DAFTAR PUSTAKA

[1]. NASRI SEBAYANG, Outlook Pengembangan Kelistrikan Nasional 2011-2040, Seminar Nasional, 21 Oktober 2011

[2]. ANONIM, Statistik Energi Nuklir 2011, PPEN-BATAN 2011 [3]. ANONIM, Pertegas Politik Energi, Kompas 27 Maret 2012

[4]. AGUSMAN EFFENDI, Undang-Undang No. 30 Tahun 2007 Tentang Energi, Seminar Nasional Skenario Kebijakan Energi Indonesia Menuju Tahun 2050, Yogyakarta, 21 Oktober 2011

[5]. TUMIRAN, Skenario Kebijakan Energi Nasional Menuju Tahun 2050, Seminar Nasional Skenario Kebijakan Energi Indonesia Menuju Tahun 2050, Yogyakarta, 21 Oktober 2011

[6]. DAN HALACY, Solar Cell, Energy Technology and the Enviroment Vol 4, Wiley Encyclopedia Series in Environmental Science, John Wiley & Sons, Inc 1995

[7]. ANONIM, Own Your Power! A Consumer Guide to Solar Electricity for the Home, Energy Eficiency & Renewable Energi, US Departement Energy, 43844.pdf. diunduh 10 Maret 2012 [8]. SARA MANSUR AND DEVON SWEZEY

,

D oing the Math: Comparing Germany's

Solar Industry to Japan's Fukushima Reactors, theenergicollective, doing-math-comparing-germanys-solar-industry-japans-fukushima-reactors.htm, diunduh 17 April 2012

[9]. IEA, IEA Energy Statistics - Electricity for World,

iea.org/stats/electricitydata.asp?COUNTRY_CODE=29, diunduh 17 April 2012 [10]. ADIWARDOJO, Pengenalan Teknoogi Energi Nuklir, Direktorat Jenderal Listrik dan

Pemanfaatan Energi Departemen ESDM dan BATAN [11]. ALAN MCDONALD, Nuclear Power Global Status,

http://www.iaea.org/Publications/Magazines/Bulletin/Bull492/49204734548.html, diunduh 8 Mei 2011

[12]. NISA, INES Rating on the Events in Fukushima Dai-ichi Nuclear Power Station,

www.nisa.meti.go.jp/english/file/en20110412-4.pdf

,

diunduh 8 Mei 2011

Gambar

Gambar 1. Komposisi Bauran Energi Indonesia Tahun 2010-2050[5]
Gambar 2. Diagram sel surya[6]
Gambar 3. Komposisi listrik berdasarkan jenis pembangkit di dunia pada tahun 1973 dan                         2009[6]
Gambar 4. Konfigurasi Kapasitas Pembangkit Berdasarkan Jenis Bahan Bakar di                      Indonesia[1]

Referensi

Dokumen terkait

Untuk membangun suatu PLTN, lokasi yang akan digunakan mempunyai beberapa batasan seperti batuan dasar yang kuat. Di antara ketentuan-ketentuan yang sudah baku seperti

PLTN berperasi dengan prinsip yang sama seperti PLK, hanya panas yang digunakan untuk menghasilkan uap tidak dihasilkan dari pembakaran bahan fosil, tetapi dihasilkan dari reaksi

Kapasitas Pelayanan Jaringan Listrik Semua Kecamatan BUMN dan APBN Perusahaan Listrik Negara Pengadaan Pembangkit Listrik.. Tenaga Surya (PLTS) dan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro

Dalam mitologi yang berkembang pada masyarakat Batak Toba penguasa tertinggi adalah Ompu Mulajadi Nabolon.. Hal ini diyakini bahwa manusia dan segala isinya diciptakan oleh

Inilah salah satu kebiasaan Bapak, dengan melalui rute jalan pulang pergi berbeda- beda ketika ke masjid, kata Beliau laporan pencatatan amal kebaikan datang dari 2 malaikat

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Saluran pemasaran tahu bulat pada Perusahaan Kamasesa di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis, (2) Besarnya biaya,

Algoritma yang digunakan dalam perancangan program aplikasi ini menggunakan Algoritma Sandi Caesar yang akan menghasilkan pesan acak sesuai dengan function yang