• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEMISKINAN and MASALAH TENAGA KERJA WANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEMISKINAN and MASALAH TENAGA KERJA WANI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

KEMISKINAN & MASALAH TENAGA KERJA

WANITA INDONESIA DI LUAR NEGERI : KAJIAN DI

PROVINSI NTB

Rina Yusnitasari (

rinayusnitasari@yahoo.com

)

Program Studi S1 Sosiologi

FISIP – Universitas Terbuka

Abstrak

Tenaga Kerja Wanita Indonesia adalah sebutan bagi warga Negara perempuan I nd o n esia yang bekerja di luar negeri (seperti Singapura, Korea, Jepang, M alays i a, Tim u r Te n ga h , Tai w a n , u s trA al i a d an Am

e ri k a Seri k a t ) dalam hubungan kerja untuk jangka waktu tertentu dengan menerima u p a h . TKW maupun TKI sering disebut sebagai pahlawan devisa karena dalam setahun bisa menghasilkan devisa sampai dengan puluhan trilyun. Berdasarkan data Pusat Penelitian dan Informasi (Puslitfo) Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), pemasukan devisa dari TKI sepanjang tahun 2010 telah mencapai 8,24 milyar dolar AS (Rp. 80,24 triliyun). Jumlah ini merupakan kenaikan sampai 37,3% (dari Rp. 60 triliyun) dari tahun 2011, dan bila di bandingkan dengan tahun 2010 terdapat kenaikan 48,26% (dari Rp. 50,56 triliyun).

Tulisan ini akan melihat lebih jauh tentang masalah-masalah kemiskinan, identifikasi masalah, dan kebijakan apa saja yang telah diambil oleh pemerintah dalam mengatasi ketidakadilan yang dialami perempuan yang menjadi TKW di Luar Negeri dengan mengambil beberapa contoh kasus TKW yang berasal dari Provinsi NTB.

Dari data sekunder dapat disimpulkan bahwa Persoalan Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan potret kemiskinan di Indonesia pada umumnya dan di Provinsi NTB khususnya. Kebijakan pemerintah tentang penghentian pengiriman TKW bukan solusi terbaik, malah sebaliknya akan memberikan dampak buruk yang lebih besar bagi Indonesia, karena angka pengangguran pasti akan semakin bertambah.

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah kemiskinan telah memunculkan serangkaian masalah-masalah sosial. perampokan, perjudian, pemerkosaan, premanisme, trafficking dan praktek prostitusi, seringkali dilakukan justru oleh masyarakat miskin yang sudah kehabisan akal untuk menolong dirinya sendiri dari keterpurukan. Orang yang mampu secara financial namun bermental miskin pun membuat semakin kompleksnya permasalahan ini. Bagi perempuan, persoalan kemiskinan menjadi lebih rumit. Karena kemiskinan seringkali membuat mereka kehilangan integritas atas diri dan tubuhnya sendiri. Sebagian perempuan rela menjual dirinya sendiri, menjadi istri simpanan dan seterusnya atas dasar persoalan ekonomi. Sebagian yang lain terjebak dalam dunia perbudakan, termasuk perbudakan seksual bentuk baru. Menjadi korban trafficking dan pada akhirnya juga masuk ke dalam jerat dunia prostitusi.

Persoalan Tenaga Kerja Wanita (TKW) atau Perempuan Pekerja Migran merupakan proyeksi tentang kemiskinan kaum perempuan. Kompleksitas persoalan ini melibatkan berbagai pihak dan menjadi persoalan sistem dan struktural dengan faktor penyebab dan kendala yang tidak tunggal. Oleh keluarganya TKW djadikan obyek/komoditas untuk melepaskan diri dari lingkaran kemiskinan. Tergiur oleh janji-janji pekerjaan yang baik di kota, mereka terpaksa menjadi buruh yang diupah teramat rendah dengan beban kerja berlebihan dan hampir tanpa jaminan keamanan. Pembantu rumah tangga dengan jam kerja yang tidak jelas dan rentan menjadi korban kekerasan domestik. Menjadi TKW yang minim perlindungan dan seringkali menjadi korban kekerasan serta pemerasan baik di negeri sendiri maupun di negeri orang lain. Terkadang, anak perempuan menjadi pihak yang dikorbankan oleh orang tuanya sendiri sebagai alat pembayar hutang melalui kawin paksa.

(3)

lain dengan uang hasil keringatnya. Kita juga sering mendapatkan jawaban klise dari pekerja seks yang terjebak di dunia prostitusi, bahwa mereka melakukan hal ini karena terhimpit masalah ekonomi. Pada umumya mereka kawin di usia yang teramat muda ataupun pernah menjadi korban kekerasan seksual sebelumnya, mengalami perceraian, dan terpaksa menjadi orang tua tunggal.

Kasus Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia yang bekerja di luar negeri adalah masalah yang tak akan pernah berhenti dibahas. Sepanjang tahun pemerintah Indonesia selalu dipusingkan dengan permasalahan TKW. Sepanjang tahun pula, pemerintah harus cek-cok dengan Negara pengimpor TKW karena kasus-kasus kekerasan dan pedeportasian para tenaga kerja kita. Dan sepanjang tahun pula, tak ada solusi dan kebijakan yang tepat sasaran dan mampu mengatasi permasalahan TKW dan TKI ini. Setiap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah menuai protes dari banyak kalangan akademisi, aktivis perempuan dan pemerhati TKW. Seolah-olah kebijakan yang sudah ada mengambang begitu saja tanpa tindak lanjut, sementara nasib para TKW semakin meprihatinkan.

.

B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka untuk membatasi masalah tersebut kita dapat mengidentifikasikan beberapa masalah yaitu :

1. Masalah apa saja yang dihadapi oleh Tenaga Kerja Wanita (TKW) Indonesia pada umumnya ?

2. Bagaimana kebijakan pemerintah dan regulasi atau Undang-Undang mengenai TKW di Indonesia?

(4)

BAB II PEMBAHASAN

1.1 Permasalahan TKW di Luar Negeri

Adapun permasalahan-permasalahan yang seringkali dihadapi oleh wanita buruh migran (TKW) diantaranya :

a. Gaji Tidak Dibayarkan

Seringkali TKW yang sudah bekerja di luar negeri tidak di gaji oleh majikannya. Bahkan sebaliknya mendapatkan penyiksaan, pemerkosaan dan berbagai penyiksaan-penyiksaan lainnya. Sudah banyak kasus yang terjadi akibat penempatan TKW yang tidak tepat sasaran. TKW ini karena miskin pengetahuan, sehingga mudah tertipu oleh majikannya kalau uang gajinya disimpan untuk dibayarkan nantinya. Contoh kasus Juminten, TKW asal Banyuwangi, Jawa Timur selama 5 tahun bekerja tidak pernah menerima gaji dari majikannya di Kuala Lumpur.

b. Penahanan Dokumen

Sebenarnya para TKW yang tidak berdokumen adalah korban akibat penahanan dokumen mereka. Akhirnya ketika dokumen mereka ditahan dan mengalami penyiksaan, mereka tidak akan dipedulikan walaupun mereka melapor ke KBRI. Bahkan saat harus dideportasi karena tuduhan TKI illegal, merekapun tak bisa berbuat apa-apa. Ini merupakan tindakan yang diskriminatif sekali dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Seharusnya, berdokumen ataupun tidak, para TKI ini tetap harus dilindungi. KBRI seharusnya paham dan menyadari bahwa permasalahan TKW ini begitu kompleks.

c. Penganiayaan

(5)

d. Meninggal Dunia

Menurut data Depnakertrans, sepanjang Tahun 2006 kumulatif kasus TKI-TKW mencapai 1.091 kasus dimana kasus meninggal dunia akibat kecelakaan kerja sebanyak 29 kasus. Kita tidak tau apakah mereka benar-benar meninggal karena kecelakaan ataukah ada penyebab lain. Yang jelas, ketika terjadi kecelakaan kerja, yang perlu dipertanyakan adalah bagaimana jaminan keselamatan bagi bagi para TKW? dan mengapa mereka nekat melakukan bunuh diri apabila mereka dinyatakan meninggal dunia akibat bunuh diri ?

Ratih Purwatih Binti Muhamad Saleh, TKW asal RT 1 RW 7 Desa Montong Kecamatan Utan, Sumbawa-NTB yang meninggal 25 Mei 2012 lalu dengan alasan meninggal karena sakit dan jenazahnya saat itu ditahan di Rumah Sakit King Pahat Jeddah, Arab Saudi karena pihak keluarga tidak punya biaya untuk menebus dan memulangkannya. Tidak dapat diketahui dengan pasti penyebab kematiannya apakah benar-benar karena sakit atau karena penganiayaan oleh majikannya.

e. Perkosaan/Pelecehan

Perkosaan ini banyak menimpa TKW. Baik itu oleh majikan, petugas di tempat penampungan, atau orang lain yang terkait dengannya selama ia menjadi TKW di luar negeri.

Andi Dewi Mayangsari (21), Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Desa Gelora, Kecamatan Sikur Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB) diduga menjadi korban pelecehan oleh majikannya di Bahrain. (http://buruhmigran.or.id/tag/kekerasan-tki/)

f. Jeratan Hukum

Kasus hukuman mati yang menimpa buruh migran Indonesia masih sangat tinggi. Terdata ada sekitar 321 buruh migran Indonesia yang rencananya akan mendapatkan hukuman mati (2012). Menurut pantauan Migrant Care, total hukuman mati yang diterima buruh migran Indonesia sebanyak 420 orang. Rinciannya, 351 buruh migran terancam hukuman mati di Malaysia, 22 TKI di China, seorang TKI di Singapura, seorang TKI di Manila, dan 45 TKI di Arab Saudi.“Dari angka tersebut, 99 orang di antaranya telah divonis hukuman mati," ujar Anis di Kantor International Labour Organization, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, pada Desember 2012 lalu.

(6)

Bekerja di Arab Saudi sebagai pembantu sejak Januari 2008, ia dituduh membunuh anak majikannya yang berumur tiga bulan. Sumartini Binti Manaugi (33), asal Desa Kukin Moyo Utara Kabupaten Sumbawa, bekerja di Arab Saudi dengan tuduhan menggunakan ilmu sihir. Ia dituduh melenyapkan anak majikannya bernama Tisam (17). Alya Andreani (29), bekerja di Makao sebagai pengasuh bayi, asal Gubuk Lantan, Desa Pelambek Kabupaten Lombok Tengah. Sumartini ditangkap Juli 2011 lalu di Bea Cukai Shekou Kota Shenzen, Cina. Ia ditutuh menyelundupkan narkoba jenis heroin seberat 795 Kg yang disembunyikan dalam kompor. Kemudian Fitra Yanti (25), asal Kelurahan Brang Bara Kabupaten Sumbawa , dituduh menenggelamkan anak majikannya bernama Yasir (4).

g. Pendeportasian

Kasus seperti ini disebabkan karena TKW banyak yang tidak memiliki dokumen resmi. Padahal, banyak juga TKW yang dokumennya ditahan sehingga tidak bisa melakukan apa-apa ketika harus dideportasi.

1.2. Minimnya Perhatian Pemerintah akan Kebijakan-Kebijakan Mengenai TKW

Regulasi atau peraturan yang kurang berpihak pada TKI/ TKW Luar negeri, khususnya sektor pembantu rumah tangga. Dalam Pasal 4 Undang-undang No 39 Tahun 2004 menegaskan bahwa perseorangan dilarang menempatkan warga negara Indonesia untuk bekerja diluar negeri.

Dalam undang-undang Nomor 39 Tahun 2004 dinyatakan tentang tujuan penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia diluar negeri. Pekerjaan mempunyai makna yang sangat penting dalam kehidupan manusia sehingga setiap orang membutuhkan pekerjaannya yang dapat dimaknai sebagai sumber penghasilan seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidup bagi dirinya sendiri dan keluarganya, oleh karena itu hak atas pekerjaan merupakan hak asasi yang melekat pada diri seseorang yang wajib di junjung tinggi dan dihormati.

(7)

mencari pekerjaan keluar negeri dimana dari tahun ke tahun jumlah yang bekerja diluar negeri semakin meningkat. Besarnya animo tenaga kerja yang akan bekerja diluar negeri disatu sisi mempunyai nilai positif, yaitu mengatasi sebagian permasalahan pengangguran di dalam negeri namun mempunyai pula sisi negatif berupa resiko kemungkinan terjadi perlakuan yang tidak manusiawi terhadap TKI. Resiko tersebut dapat di alami oleh TKI baik selama proses keberangkatan, selama bekerja diluar negeri, maupun setelah pulang ke tanah air.

Antara bulan Januari – Juni 2007, berdasarkan data BNP2TKI (Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI), total buruh migran Indonesia yang bekerja di luar negeri adalah 354.548 dan jumlah buruh migran perempuan adalah 280.1831 (hampir 80%dari total). Keterbatasan akses ekonomi bagi warga miskin Indonesia menjadi faktor utama yang mendorong mereka mengadu nasib di negara lain. BPS (Badan Pusat Statistik) memperkirakan pada tahun 2006, 17,75% dari 222.192.000 penduduk Indonesia merupakan penduduk miskin. Pada tahun itu, jumlah pengangguran terbuka hingga Februari 2006 mencapai 11.104.693 orang (10.45%), dimana 5.296.462 orang adalah perempuan. Ketika pemerintah tidak lagi mampu menyediakan lapangan pekerjaan baru yang layak bagi warga negaranya, maka mencari kerja di luar negeri menjadi pilihan yang terbaik. Peluang mendapatkan upah yang relatif tinggi dengan bekerja di luar negeri dan desakan keluarga untuk memperbaiki kualitas hidup semakin mendorong perempuan meninggalkan keluarganya guna bekerja sebagai buruh migran. Kesuksesan dan kemewahan yang terlihat dari buruh migran yang berhasil menjadi sumber dorongan yang sangat kuat, sekalipun penuh dengan resiko kegagalan dan penderitaan. Kerentanan yang membayangi kemungkinan kesuksesan itu sendiri tidak menyurutkan niat perempuan Indonesia bekerja di luar negeri.Padahal, untuk dapat pergi bekerja di luar negeri, calon buruh migran perempuan membutuhkan modal yang tidak sedikit, yang tak jarang akhirnya menjerat ia dankeluarganya dalam utang.Secara spesifik, feminisasi kemiskinan, yang terlihat dalam feminisasi migrasi, juga memperdalam pembagian kerja secara seksual.

(8)

memperoleh lapangan pekerjaan yang menjanjikan. Sementara para suami dan ayah mereka dinilai gagal dalam tanggung jawabnya sebagai kepala rumah tangga yang berkewajiban membiayai semua kebutuhan hidup anggota keluarganya. Ketika mereka masih bisa mencari pekerjaan dan penghasilan , maka para wanita tidak perlu keluar untuk mencari penghasilan tambahan lain, apalagi berkerja selama bertahun-tahun di luar negeri sebagai pembantu rumah tangga.

Jika ditelaah melalui data Komnas Perempuan Sejak lima tahun terakhir, data tentang KDRT, khususnya kekerasan terhadap istri (KTI) menjadi mayoritas kasus yang ditangani lembaga layanan. Sepanjang tahun 2012, tercatat 8.315 kasus KTI atau 66% dari kasus yang ditangani. Hampir setengah (46%) dari kasus tersebut adalah kekerasan psikis, 28% kekerasan fisik, 17% kekerasan seksual, dan 8% kekerasan ekonomi. Bentuk KDRT lain yang tengah marak dilaporkan dilakukan oleh pejabat publik adalah berupa kejahatan perkawinan. Selama lima tahun terakhir tersebut, kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) merupakan bentuk kekerasan yang terbanyak dialami perempuan dari tahun ke tahun, dan bentuk yang paling sering ditangani oleh Pengadilan Agama adalah penelantaran ekonomi (61%). Penelantaran ekonomi dirasakan oleh perempuan secara langsung karena, 60% pengelola struktur pengeluaran rumah tangga adalah perempuan, maka dampak pemangkasan kebutuhan ekonomis langsung bersinggungan pada mereka. Kelompok perempuan sebagai pengelola Rumah Tangga, menerapkan ragam strategi untuk mengatasi keterbatasan ekonomi. Hingga akhirnya mendesak kaum perempuan untuk mencari kerja di luar negeri. Hal ini dipengaruhi oleh iming-iming peluang mendapatkan upah yang relatif tinggi serta desakan keluarga untuk memperbaiki kualitas hidup, yang kemudian semakin mendorong perempuan, dalam hal ini istri ataupun anak perempuan, untuk meninggalkan keluarganya guna bekerja sebagai buruh migran.

(9)

Di tengah terobosan-terobosan kebijakan di bidang pemberian layanan bagi perempuan korban kekerasan di Indonesia (12 produk kebijakan di tingkat lokal hingga nasional), ternyata buruh migran perempuan sama sekali luput dari penyikapan yang serius dan sistematik dari pemerintah. Selama tahun 2006, kasus-kasus buruh migran masih didominasi oleh persoalan konflik perburuhan lainnya, yang meliputi gaji tidak dibayar, gaji dibawah standar upah, serta kerja melebihi jam kerja. Meskipun telah lahir sebuah Memorandum of Understanding (MoU) antara pemerintah Indonesia dan Malaysia tentang pekerja Rumah Tangga Indonesia, namun pemerintah tetap tidak dapat memenuhi standar perlindungan yang cukup bagi buruh migran, khususnya buruh migran perempuan.

Kebijakan menghentikan pengiriman TKW menjadi tidak bijaksana ketika kita mencoba menelaah kembali akar permasalahan dan faktor pendorong banyaknya perempuan Indonesia yang ingin bekerja ke luar negeri. Selama pemerintah masih belum bisa mengatasi kemiskinan, dan mensejahterakan warganya, maka jangan harap kebijakan penghentian TKW akan mampu meredam masalah. Ini justru akan menimbulkan dampak lebih besar di Indonesia, karena penganggguran jelas akan semakin bertambah.

Maka daripada itu, berdasarkan identifikasi masalah yang ada di dalam negeri, maka langkah-langkah kebijakan yang bisa dilakukan pemerintah sebagai berikut :

1. Mengubah image negative TKW dan TKI, bahwa TKW dan TKI yang bekerja sebagai

pembantu rumah tangga adalah posisinya rendah di masyarakat. Pemerintah bisa mengeluarkan statement atau bahkan di bisa dimasukkan ke dalam Undang-Undang mengenai definisi tenaga kerja Indonesia. Bahwa, TKI adalah pekerjaan yang sangat membantu Negara dalam memperbesar cadangan devisa. Hal ini penting agar masyarakat tidak menganggap remeh posisi pembantu rumah tangga. Bukan hanya masyarakat Indonesia, tetapi juga yang lebih penting adalah masyarakat di Negara penerima TKW. Supaya tindakan pelecehan tidak terulang lagi.

2. Memperkuat hubungan bilateral antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah negera

(10)

1

3. Menyusun Undang-Undang yang khusus mengatur masalah TKW. Karena selama ini

masalah TKI ada di bawah UU Tenaga Kerja yang disitu belum ada aturan yang jelas tentang TKW, batas jam kerja TKI, maupun jenis-jenis perlindungan terhadap TKI.

4. Memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia dengan merealisasikan anggaran pendidikan

sebesar 20%. Hal ini baru terasa sekali ketika ternyata banyak sekali para TKW yang minim pengetahuan sehingga mudah dibodohi para calo, dan majikan mereka. Sehingga akhirnya mereka menjadi korban pelanggaran HAM di tempat mereka bekerja.

5. Menetapkan kebijakan pengiriman TKW yang mempunyai skill. TKI atau TKW yang

mempunyai skill tidak akan mudah mendapatkan pelanggaran HAM di negeri penerima. 6. Penetapan dan sosialisasi mengenai prosedur resmi pemberangkatan tenaga kerja Indonesia

dan penempatannya. Agar tidak ada lagi calon TKW atau TKI yang tertipu oleh para calo atau di tempatkan di tempat kerja yang salah. Sosialisasi ini harus menjangjau sampai ke calon TKW, jika tidak, maka kejadian penipuan dan pelanggaran HAM akan terus berlanjut sampai kapanpun.

7. Untuk menghindari adanya lembaga penyalur TKW yang tidak resmi, maka pemerintah

perlu menetapkan standarisasi dan akreditasi terhadap Penyalur Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI) yang ada atau yang akan didirikan. Dan yang memenuhi akreditasilah yang berhak menjadi lembaga penyalur tenaga kerja nantinya. Lembaga-lembaga penyalur ini perlu juga di sosialisasikan kepada masyarakat dan calon TKW agar masyarakat yang ingin menjadi TKW/TKI mendaftar di PJTKI yang sudah diresmikan oleh Negara.

8. Pengaturan mekanisme yang jelas tentang perlindungan TKW di luar negeri dan hal ini

perlu di sosialisasikan kepada para TKW sebelum di berangkatkan mengenai hak-hak mereka dan bagaimana prosedur yang harus dilakukan untuk mendapatklan perlindungan hokum ketika terjadi pelanggaran HAM pada mereka.

9. Dengan diberlakukan otonomi daerah di Indonesia, pemerintah bisa mengarahkan

(11)

1

10. Pemerintah melakukan pengawasan yang ketat terhadap PJTKI, terutama pada waktu

memberikan penyuluhan dan pelatihan bagi para calon TKW. Agar sosialisasi dan pelatihan benar-benar tepat sasaran dan tersampaikan secara benar kepada para calon TKW.

11. Membangun jaringan kerjasama dengan NGO / LSM, dan PJTKI resmi dalam pengelolaan

TKW. NGO berperan dalam proses monitoring, riset data, dan pembelaanhukum dan pendampingan terhadap TKW. Sementara itu, PJTKI berperan penuh dalam memberikan pemahaman mengenai skill dan peraturan-peraturan lain kepada TKW.

Dalam hal ini Komnas Perempuan juga menyatakan beberapa rekomendasi dalam merespon hal tersebut:

1. Pemerintah Indonesia perlu mengeluarkan kebijakan untuk memberlakukan perlindungan bagi perempuan, dalam kaitannya terhadap isu KDRT juga Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia sebagai Buruh Migran.

2. Pemerintah tidak lagi menyelesaikan kasus Buruh Migran secara kasus per kasus, namun lebih komprehensif hingga dapat melindungi keberlanjutan hak buruh migran ke depan.

3. Dalam penanganan Kasus KDRT, Pemerintah perlu upaya sistematis untuk memberi rehabilitas ekonomi bagi perempuan pengelola rumah tangga.

1.3. Kemiskinan yang Dialami oleh Para TKW Indonesia

Fenomena banyaknya para Tenaga Kerja Wanita (TKW) menunjukkan bahwa permasalahan kemiskinan ini demikian kronisnya. Terbatasnya lahan pekerjaan bagi perempuan di Indonesia menjadikan mereka lebih memilih untuk bekerja di luar negeri dengan asumsi mereka hanya ingin mendapatkan pekerjaan dan penghasilan lebih daripada yang mereka terima di negeri sendiri. Dan setelah mereka bekerja di luar negeri yang mereka temui justru kekerasan, penyiksaan, pelecehan, pendeportasian dan diskriminasi yang tiada henti. Jika kita ingin mencari siapa pihak yang paling bersalah dalam hal ini, maka saya akan menjawab pemerintah dan para kepala keluarga di rumah tangganya masing-masing.

(12)

1

tidak sanggup berbuat apa-apa. Padahal, secara tidak langsung, para TKW ini telah menyumbangkan banyak sekali devisa bagi Negara. Penerimaan devisa negera tahun 2004 dari TKI bisa dilihat dari table dibawah ini:

Penerimaan Devisa dari TKI menurut Kawasan tahun 2004

No Kawasan Kawasan TKI (orang) Devisa (US $)

1 Asia Pasifik 25.811 165.219,108

2 Amerika 5 259.231,971

3 Eropa 0 364,642

4 Timteng & Afrika 54.970 392,623

Jumlah 80.786 425,208,154

Sumber : Depnakertrans, Ditjen PPTKLN, Data Januari-Maret 2004

Kenapa masalah TKW selalu menjadi aktual? Diantaranya adalah karena topik ini selalu hangat dibicarakan oleh banyak kalangan dan menjadi sorotan media . Setiap kali pengiriman TKW dilakukan, maka pada tiap kejadian selalu saja memakan “korban”. Dan berbagai kebijakan pemerintah yang diambil belum bisa melindungi TKW kita di luar negeri.

Dalam sistem yang terkait dengan profesi Pekerja Migran atau TKW, profesi ini diwacanakan dan dimaknai sebagai “mbabu”, kelas sosial "bawah”, dan sekaligus menjadi “katup pengaman” dan “jalan” memperbaiki ekonomi. Proses marginalisasi nampak dalam: 1) Penyingkiran Perempuan dalam rantai perekonomian dalam masyarakat dan sekaligus

memasukkan mereka dalam belenggu siklus per’TKW-an” yang tidak mereka ketahui secara utuh, menggunakan kapasitas diri seadanya (pendidikan rendah), dan mempertaruhkan diri akan potensi kekerasan yang ada di dalamnya;

2) Pengucilan perempuan dalam rantai ekonomi pedesaan di mana perempuan hanya

memperoleh sedikit sekali peluang ekonomi di desa yang memang semakin hari semakin sedikit;

3) Feminisasi Pasar Pekerja Migran. Perempuan mengalami obyektifikasi keperempuanan

mereka dalam siklus pekerjaan yang identik dengan Buruh dan PRT;

4) Pemiskinan TKW atau dirinya adalah wujud akhir dari semua yang dilakukan yang

(13)

1

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Persoalan Perempuan Pekerja Migran (TKW) merupakan gambaran konkrit kemiskinan perempuan. Selama pemerintah masih belum bisa mengatasi kemiskinan, dan mensejahterakan warganya, maka jangan harap kebijakan penghentian TKW akan mampu meredam masalah. Ini justru akan menimbulkan dampak lebih besar di Indonesia, karena pengangguran jelas akan semakin bertambah. Perempuan dalam hal ini seakan tidak mempunyai pilihan untuk memilih pekerjaan yang layak bagi dirinya. Sehingga ketika dihadapkan pada masalah ekonomi dalam keluarga atau suami yang terkena masalah dengan pekerjaan seperti pemutusan hubungan kerja (PHK) dan lain sebagainya perempuanlah yang bangkit terlebih dahulu untuk membantu menopang kehidupan keluarga.

B. Saran

(14)

1 Jumat, 04 Oktober 2013 | 10:37

Linda Gumelar Desak RUU Perlindungan TKI Segera

Disahkan

Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, Linda Gumilar (sumber: ANTARA FOTO)

Jakarta - Untuk kesekian kalinya, Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Indonesia masuk dalam daftar ancaman hukuman mati di negeri orang.

Kini, giliran Wilfrida Soik, TKW asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terancam hukuman mati lantaran dituduh membunuh majikannya oleh peradilan Malaysia.

Untuk kesekian kalinya pula Pemerintah Indonesia harus membela TKI maupun TKW yang terancam hukuman mati dengan pembelaan hukum dan diplomasi. Berdasarkan data

Kedutaan Besar RI di Malaysia yang

dilansir beberapa media nasional, sampai saat ini Pemerintah Indonesia telah

menyelamatkan 193 WNI/TKI dari ancaman hukuman mati, dan 189 lain masih dalam proses.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan, lemahnya penegakan hukum dan aturan terkait penempatan TKI mendorong banyak kasus kekerasan yang dialami para TKI,

khususnya TKW, di tempat mereka bekerja. Selain memberikan pembelaan kepada Wilfrida dan TKW lain yang bermasalah di luar negeri, sanksi keras terhadap pelaku perdagangan orang juga harus ditegakan.

Oleh karena itu, Linda mendesak agar Rancangan Undang-Undang (RUU) Perlindungan TKI harus segera disahkan .

RUU inisiatif DPR yang merupakan revisi dari UU 39/2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI itu masih dalam pembahasan alot antara DPR dan pemerintah. Kementerian PP-PA sebagai tim dari pemerintah

(15)

1

Sebelumnya, UU Penempatan dan Perlindungan TKI lebih banyak bicara soal penempatan, sedangkan mengenai perlindungan hanya ada 9 pasal. Demikian pula soal perempuan hanya bicara tentang perempuan hamil

tidak boleh bekerja.

"Kami mendorong segera disahkan, agar tidak ada lagi Wilfrida-Wilfrida yang lain akibat dari kurang kuatnya UU perlindungan TKI," kata Linda kepada SP, di Jakarta, Kamis (3/10). Menurut Linda, draft RUU ini betul-betul mengatur perlindungan terhadap TKI di luar negeri, di mana peran pemerintah daerah juga dilibatkan. UU lama tidak diatur, sehingga ketika terjadi kasus pemda tidak dilibatkan sejak awal. Terhadap perusahaaan jasa TKI juga diatur lebih ketat di dalam draft revisi UU ini, mulai dari perekrutan,

pelatihan hingga penempatan TKI di luar negeri.

Sebelumnya, diberitakan Wilfrida dituduh membunuh majikannya Yeap Sook Pen (60) dengan kondisi lumpuh dan mengalami 43 tusukan. Tepat pada 7 Desember 2010, Wilfrida merasa tidak tahan seringkali dimarahi dan dipukuli oleh majikannya, lalu dia pun melawan dan menyerang dengan menggunakan pisau.

Atas tindakannya itu, Wilfrida pun ditahan di penjara Pangkalan Chepa, Kota Bharu, Kelantan. Ia dituntut melakukan pembunuhan berdasarkan Pasal 302 Kanun Keseksaan (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) dengan

ancaman hukuman mati.

Kedutaan Besar RI di Kuala Lumpur telah menunjuk pengacara Ratfizi dan Rao selaku pembela untuk mendampingi Wilfrida dalam persidangan. Vonis hukuman mati Wilfrida pada persidangan Senin (30/9) ditunda karena

harus menunggu pemeriksaan umurnya pada saat kejadian berlangsung.

Liputan6.com, Jakarta: Peristiwa diperkosanya seorang TKW oleh tiga polisi Diraja Malaysia di Penang, Malaysia, menunjukkan lemahnya perlindungan negara terhadap TKI. Migrant Care meminta pemerintah bersikap tegas terhadap Malaysia.

Lagi-lagi TKW menjadi korban. Wajah korban, kemarin terpampang di koran Malaysia, Sinar Harapan. Malang nian nasib TKW ini. Maksud hati mengais rezeki di Negeri Jiran, apadaya ia justru diperkosa tiga polisi Diraja Malaysia, di Penang, Malaysia. Ironisnya, korban justru diperkosa di Kantor Polisi Bukit Mertajam, Malaysia.

Kejadian bermula ketika korban tengah dalam perjalanan dengan taksi usai mengantar putri temannya. Sebuah mobil patroli polisi tiba-tiba menyetop taksi yang dinaikinya dan

meminta surat-surat. Korban lalu dibawa ke kantor polisi dan diperkosa.

Saat ini korban sudah berada dalam perlindungan KNRI di Malaysia dan ketiga polisi itu sudah diskors dan diselidiki kasusnya. Meski pemerintah berjanji akan memberikan bantuan hukum agar pelaku dihukum maksimal, namun Migrant Care tetap mempertanyakan

(16)

1

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengukuran gas metan tersisa yang dilakukan dengan kromatografi gas, formulasi 1 pada perlakuan lumpur steril dan formulasi 2 pada perlakuan lumpur

lahan bermanfaat bagi penggunaan lahan tertentu serta memprediksi konsekuensi-konsekuensi dari perubahan penggunaan lahan yang akan dilakukan, karena perubahan

Maksum S.Pd.I yang merupakan wakil ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) kota Subulussalam, beliau juga mengatakan bahwa pelaksanaan salat jum’at yang kurang

Gambar 3- Kromatogram Gas Eugenol pada Sampel Minyak Atsiri Bunga Cengkeh dari Daerah di Maluku. Gambar 4-Kromatogram Gas Eugenol pada Sampel Minyak Atsiri Bunga

Hasil pengamatan aktivitas enzim esterase pada populasi nyamuk dari ketiga desa menunjukkan bahwa persentase nyamuk yang mengalami peningkatan aktivitas enzim esterase yang

Latar Belakang: KEP dan defisiensi vitamin A memiliki hubungan yang erat. Pemberian Makanan Tambahan tinggi protein dan vitamin A perlu diberikan pada balita untuk

Adapun gambaran hasil dari pengelompokan data T4 untuk metode ACO dengan Kernel dapat dilihat pada gambar 4.10. Gambar tersebut menampilkan 5 warna berbeda untuk membedakan

Hasil uji menggunakan spearman rho, diperoleh koefisien korelasi = 0,282 dan p value = 0,124 p value > 0,05 yang berarti hubungan tingkat kepatuhan minum obat dengan interval