• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pokok pokok ajaran agama Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pokok pokok ajaran agama Islam"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan judul “ POKOK – POKOK AJARAN ISLAM”. Penyusunan makalah guna memenuhi persyaratan tugas matakuliah pendidikan agama islam .

Denagn waktu yang terbatas dan pengalam dangkal yang penulis miliki , penulis berusaha untuk menyusun makalah dengan sebaik-baiknya, yang mana dalam peenyusunan ini tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan . penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun.

Didalam penyusunan makalah penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak , baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ,media massa yang telah memberikan informasi, dan rekan-rekan serta semua pihak baik secara langsung maupun tidak langsung telah membantu penulis selama penyususnan makalah .

Dengan penuh kesadaran makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka dengan segala kerendahan hati, penulis selalu mengharapkan saran dan kritiik yang bersifat membangun demi kesempurnaan .

Akhir kata , penulis selalu berharap semoga apa yang penulis sajikan ini, hendaknya dapat bbermanfaat bagi penulis khususnya dari semua pembaca umumnya, Amin.

Makassar, 14 Oktober 2016

(2)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1

DAFTAR ISI 2

BAB I PENDAHULUAN 3

A. Latar Belakang 3

B. Rumusan Masalah 3

C. Tujuan Penulisan 4

BAB II PEMBAHASAN 5

A. Pengertian aqidah 5

B. Berpegang teguh pada aqidah 6

C. Sumber Aqidah Islam 6-7 D. Pengertian Syariah 7-8 E. Pengertian Akhlak 9 -10 F. Keutamaan Akhlak 10-11 G. Kedudukan Akhlak dalam Islam 12

H. Ciri – ciri Akhlak Islam 12-13 I. Metode Pembinaan Akhlak Islam 13-15 BAB III PENUTUP 16

A. Kesimpulan 16

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam agama Islam terdapat tiga ajaran yang sangat ditekankan oleh Allah dan Rasul-Nya, yang harus diamalkan dan dibenarkan dalam hati.Yaitu iman (akidah), Islam (syariat), dan ihsan (akhlak).Tetapi sekarang-sekarang ini ada yang mengabaikan salah satu dari tiga hal ini.Sehingga kehidupannya menjadi jauh dari agama.

Dasar ajaran Islam yang terdiri dari aqidah, syariah, dan akhlak sering sekali dilupakan keterkaitannya. Contohnya: seseorang melaksanakan shalat, berarti dia melakukan syariah. Tetapi shalat itu dilakukannya untuk membuat kagum orang-orang di sekitarnya, berarti dia tidak melaksanakan aqidah. Karena shalat itu dilakukannya bukan karena Allah SWT, maka shalat itu tidak bermanfaat bagi dirinya sendiri ataupun orang lain. Alhasil, dia tidak mendapatkan manfaat pada akhlaknya.Itulah yang menjadikan suatu perbuatan yang seharusnya mendapat ganjaran pahala, tapi malah menjadi suatu kesia-siaan karena tidak dilakukan semata-mata karena Allah.

Penyusunan makalah ini, penulis berharap dapat menegaskan kembali mengenai kerangka dasar ajaran Islam yang terdiri dari: Aqidah, Syari’ah, dan akhlak yang kian terlupakan. Di sini para penyusun akan menjelaskan tentang hubungan antara ketiganya, sehingga kemantapan seorang mukmin akan terjaga.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian Adiqah ?

2. Bagaimana cara berpegang teguh pada Aqidah yang benar? 3. Bagaimana sumber Aqidah Islam?

4. Apa pengertian Syariah?

5. Bagaiman pembagian Syariah Islam? 6. Apa pengertian Akhlak?

7. Bagaimana keutamaan Akhlak?

8. Bagaimana kedudukan Akhlak dalam Islam ? 9. Bagaimana ciri – ciri Akhlak Islam?

10. Bagaimana metode pembinaan Akhlak dalam perspektif Islam?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui apa pengertian Adiqah ?

(4)

3. Untuk mengetahui bagaimana sumber Aqidah Islam? 4. Untuk mengetahui apa pengertian Syariah?

5. Untuk mengetahui bagaimana pembagian Syariah Islam? 6. Untuk mengetahui apa pengertian Akhlak?

7. Untuk mengetahui bagaimana keutamaan Akhlak?

8. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan Akhlak dalam Islam ? 9. Untuk mengetahui bagaimana ciri – ciri Akhlak Islam?

10. Untuk mengetahui bagaimana metode pembinaan Akhlak dalam perspektif Islam?

BAB II

(5)

Pengertian Adiqah

Pengertian Aqidah Secara Bahasa (Etimologi)

Kata "‘aqidah" diambil dari kata dasar "al-‘aqdu" yaitu ar-rabth(ikatan), al-Ibraam (pengesahan), al-ihkam(penguatan), at-tawatstsuq(menjadi kokoh, kuat), asy-syaddu biquwwah(pengikatan dengan kuat), at-tamaasuk(pengokohan) dan al-itsbaatu(penetapan). Di antaranya juga mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan).

"Al-‘Aqdu" (ikatan) lawan kata dari al-hallu(penguraian, pelepasan). Dan kata tersebut diambil dari kata kerja: " ‘Aqadahu" "Ya'qiduhu" (mengikatnya), " ‘Aqdan" (ikatan sumpah), dan " ‘Uqdatun Nikah" (ikatan menikah). Allah Ta'ala berfirman, "Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja ..." (Al-Maa-idah : 89).

Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan.Sedang pengertian aqidah dalam agama maksudnya adalah berkaitan dengan keyakinan bukan perbuatan.Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada Rasul.Bentuk jamak dari aqidah adalah aqa-id. (Lihat kamus bahasa: Lisaanul ‘Arab, al-Qaamuusul Muhiith dan al-Mu'jamul Wasiith: (bab: ‘Aqada).

Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.

Pengertian Aqidah Secara Istilah (Terminologi)

Yaitu perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan.

Dengan kata lain, keimanan yang pasti tidak terkandung suatu keraguan apapun pada orang yang menyakininya. Dan harus sesuai dengan kenyataannya; yang tidak menerima keraguan atau prasangka.Jika hal tersebut tidak sampai pada singkat keyakinan yang kokoh, maka tidak dinamakan aqidah.Dinamakan aqidah, karena orang itu mengikat hatinya diatas hal tersebut.1

(6)

Berpegang teguh pada Aqidah yang benar merupakan kewajiban manusia seumur hidup

Allah berfirman yang artinya:

”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan Tuhan kami ialah Allah kemudian mereka beristiqomah (teguh dalam pendirian mereka) maka para malaikat akan turun kepada mereka (seraya berkata) : “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang dijanjikan Allah kepadamu.”(QS. Fushilat: 30)

Dan Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:

”Katakanlah: Aku beriman kepada Allah kemudian beristiqomah-lah (berlaku lurus-lah) kamu.” (HR. Muslim dan lainnya)

Aqidah merupakan akhir kewajiban seseorang sebelum meninggalkan dunia yang fana ini.

Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:

“Barangsiapa yang akhir ucapannya “Tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah niscaya dia akan masuk surga”.(HSR. Al-Hakim dan lainnya)

Aqidah yang benar telah mampu menciptakan generasi terbaik dalam sejarah umat manusia, yaitu generasi sahabat dan dua generasi sesusah mereka.

Allah berfirman yang artinya:

”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, kamu menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali-Imran: 110)

Dan Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:

”Sebaik-baiknya manusia adalah generasiku (yaitu para sahabat) kemudian yang berikutnya (yaitu generasi tabi’in) kemudian berikutnya (yaitu generasi tabi’ut-tabi’in).” (HR. Bukhari, Muslim dan lainnya).

Kebutuhan manusia akan aqidah yang benar melebihi segala kebutuhan lainnya karena ia merupakan sumber kehidupan, ketenangan dan kenikmatan hati seseorang. Dan semakin sempurna pengenalan serta pengetahuan seorang hamba terhadap Allah semakin sempurna pula dalam mengagungkan Allah dan mengikuti syari’at-Nya.

Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya:

”Sesungguhnya yang paling takut kepada Allah dan paling mengetahui-Nya diantara kamu sekalian adalah aku.” (HR. Bukhari)

Sumber Aqidah Islam

Aqidah adalah sesuatu yang harus berdasarkan wahyu, oleh sebab itu sumber aqidah Islam adalah Al-Qur’an Al-karim dan sunnah Nabi saw yang shahih sesuai dengan apa yang difahami oleh para sahabat Nabi saw, karena mereka telah diridhai oleh Allah ta’ala.

Allah berfirman yang artinya:

(7)

Dalam menafsirkan ayat tersebut diatas Abdullah bin Abbas ra berkata yang artinya: ”Allah menjamin siapa saja yang membaca Al-Qur’an dan mengamalkan kandungannya bahwa dia tidak akan sesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat kelak” (Dikeluarkan oleh ibnu Abi Syaihah, Al-Hakim dan dishahihkannya)

Allah berfirman tentang ucapan-ucapan Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam yang artinya :

”Dan tidaklah dia (Muhammad) berkata menurut kemauan hawa nafsunya. Perkataannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang diwahyukan kepadanya.” (QS. An-Najm: 3-4)

Allah berfirman yang artinya:

”Dialah yang mengutus kepada kaum yang ummi seorang rasul yang diantara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kita (Al-Qur’an) dan hikmah (As-Sunnah) dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Al-Jumu’ah: 2)

Adapun pengukuhan Allah akan kebenaran para sahabat nabi saw di dalam aqidah, ibadah dan akhlaq/muamalah mereka serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka dalam

banyak ayat-ayat Al-Qur’an, diantaranya artinya:

”Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam diantara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya. Mereke kekal didalamnya selama-lamanya itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)

Dan ketika Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam ditanya tentang kelompok yang selamat beliau menjawab:

”Mereka adalah orang-orang yang berada di atas sesuatu seperti yang aku dan para sahabatku berada di atasnya pada hari ini”. (HR. Ahmad) 2

Pengertian Syariah

Arti Syariah

Syari’at bisa disebut syir’ah.Artinya secara bahasa adalah sumber air mengalir yang didatangi manusia atau binatang untuk minum.Perkataan “syara’a fiil maa’i” artinya datang ke sumber air mengalir atau datang pada syari’ah.

Kemudian kata tersebut digunakan untuk pengertian hukum-hukum Allah yang diturunkan untuk manusia.

Kata “syara’a” berarti memakai syari’at.Juga kata “syara’a” atau “istara’a” berarti membentuk syari’at atau hukum.Dalam hal ini Allah berfirman, “Untuk setiap umat di antara

(8)

kamu (umat Nabi Muhammad dan umat-umat sebelumnya) Kami jadikan peraturan (syari’at) dan jalan yang terang.” [QS. Al-Maidah (5): 48]

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syari’at (peraturan) tentang urusan itu (agama), maka ikutilah syari’at itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang yang tidak mengetahui.” [QS. Al-Maidah (5): 18].

“Allah telah mensyari’atkan (mengatur) bagi kamu tentang agama sebagaimana apa yang telah diwariskan kepada Nuh.” [QS. Asy-Syuuraa (42): 13].

Sedangkan arti syari’at menurut istilah adalah “maa anzalahullahu li ‘ibaadihi minal ahkaami ‘alaa lisaani rusulihil kiraami liyukhrijan naasa min dayaajiirizh zhalaami ilan nuril bi idznihi wa yahdiyahum ilash shiraathil mustaqiimi.”Artinya, hukum-hukum (peraturan) yang diturunkan Allah swt.melalui rasul-rasulNya yang mulia, untuk manusia, agar mereka keluar dari kegelapan ke dalam terang, dan mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus.

Jika ditambah kata “Islam” di belakangnya, sehingga menjadi frase Syari’at Islam (asy-syari’atul islaamiyatu), istilah bentukan ini berarti, ” maa anzalahullahu li ‘ibaadihi minal ahkaami ‘alaa lisaani sayyidinaa muhammadin ‘alaihi afdhalush shalaati was salaami sawaa-un akaana bil qur-ani am bisunnati rasuulillahi min qaulin au fi’lin au taqriirin.” Maksudnya, syari’at Islam adalah hukum-hukum peraturan-peraturan) yang diturunkan Allah swt.untuk umat manusia melalui Nabi Muhammad saw. baik berupa Al-Qur’an maupun Sunnah Nabi yang berwujud perkataan, perbuatan, dan ketetapan, atau pengesahan.

Terkadang syari’ah Islam juga dimaksudkan untuk pengertian Fiqh Islam.Jadi, maknanya umum, tetapi maksudnya untuk suatu pengertian khusus.Ithlaaqul ‘aammi wa yuraadubihil khaashsh (disebut umum padahal dimaksudkan khusus).

Pembagian Syariah Islam

Hukum yang diturunkan melalui Nabi Muhammad saw. untuk segenap manusia dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Ilmu Tauhid, yaitu hukum atau peraturan-peraturan yang berhubungan dengan dasar-dasar keyakinan agama Islam, yang tidak boleh diragukan dan harus benar-benar menjadi keimanan kita. Misalnya, peraturan yang berhubungan dengan Dzat dan Sifat Allah swt.yang harus iman kepada-Nya, iman kepada rasul-rasul-Nya, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan iman kepada hari akhir termasuk di dalamnya kenikmatan dan siksa, serta iman kepada qadar baik dan buruk. Ilmu tauhid ini dinamakan juga Ilmi Aqidah atau Ilmu Kalam.

b. Ilmu Akhlak, yaitu peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pendidikan dan penyempurnaan jiwa. Misalnya, segala peraturan yang mengarah pada perlindungan keutamaan dan mencegah kejelekan-kejelekan, seperti kita harus berbuat benar, harus memenuhi janji, harus amanah, dan dilarang berdusta dan berkhianat.

(9)

manusia dengan Tuhannya. Dan ibadah tidak sah (tidak diterima) kecuali disertai dengan niat.Contoh ibadah misalnya shalat, zakat, puasa, dan haji.Kedua, muamalat, yaitu bagian yang menjelaskan tentang hukum-hukum hubungan antara manusia dengan sesamanya.Ilmu Fiqh dapat juga disebut Qanun (undang-undang).3

Pengertian Akhlak

Kata “akhlak” (Akhlaq) berasal dari bahasa Arab,merupakan bentuk jamak dari ”khuluq” yang menurut bahasa berarti budi pekerti,perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi persesuaian dengan kata”khalq” yang berarti kejadian.Ibnu ‘Athir menjelaskan bahwa khuluq adalah gambaran batin manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-sifat batiniah),sedang khalq merupakan gambaran bentuk jasmaninya (raut muka, warna kulit,tinggi rendah badan, dan lain sebagainya). Kata khuluq sebagai bentuk tunggal dari akhlak, tercantum dalam Al-quran surah Al-Qalam(68):4, yang artinya:”Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung” Kata akhlak juga dapat kita temukan dalam hadis yang sangat populer yang diriwayatkan oleh Imam Malik, yang artinya:”Bahwasanya aku (Muhammad) diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia”;. Secara terminologis, terdapat beberapa definisi akhlak yang dikemukakan oleh para ahli. Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai”kehendak yang dibiasakan”. Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Sedangkan Abdullah Darraz mengemukakan bahwa akhlak adalah “suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap yang membawa kecendrungan kepada pemilihan pada pihak yang benar (akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (akhlak yang buruk)”. Selanjutnya menurut Abdullah Darraz,perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai manifestasi dari akhlaknya, apabila memenuhi dua syarat, yaitu :

1. Perbuatan perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga menjadi suatu kebiasaan bagi pelakunya.

2. Perbuatan-perbuatan itu dilakukan karena dorongan jiwanya, bukan karena adanya tekanan dari luar,seperti adanya paksaan yang menimbulkan ketakutan atau bujukan dengan harapan mendapatkan sesuatu.

Disamping istilah “akhlak”,kita juga mengenal istilah “etika” dan ‘moral”. Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk dari sikap dan perbuatan manusia.Perbedaannya terletak pada standar masing-masing.Akhlak standarnya adalah Al-Qur’an dan

(10)

Sunnah.Sedangkan etika standarnya pertimbangan akal pikiran,dan moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat

1. Etika

Perkataan etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan.Di dalam kamus istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk). Menurut Dr. H. Hamzah ya’qub “ etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran”.( Asmaran, 1992: 7). Etika menurut Ki Hajar Dewantara“ etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya”. (Saputra, 2004: 59).

2. Moral

Perkataan moral berasal dari bahasa Latin mores yaitu jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan perkataan. Moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai atau hukum baik dan buruk.Perbedaan antara moral dan etika yaitu, etika lebih banyak bersifat teoritis sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis.Etika memandang tingkah laku manusia saecara umum, sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran itu.(Asmaran, 1992: 8-9).

3. Kesusilaan

Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Susila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu su dan sila. Su yang berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan hidup atau norma. Didalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan, susila berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik.Orang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berkelakuan buruk.4 Keutamaan Akhlak

"Muslim yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya."(HR Tirmidzi dan Ahmad).Hadis ini mengungkapkan hal yang sangat penting dalam Islam, yaitu akhlak.Selain masalah tauhid dan syariat, akhlak memiliki porsi pembahasan yang sangat luas.

(11)

akhlak adalah sesuatu yang menggambarkan perilaku seseorang yang terdapat dalam jiwa yang baik, yang darinya keluar perbuatan secara mudah dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya.

Jika sumber perilaku itu didasari oleh perbuatan yang baik dan mulia, yang dapat dibenarkan oleh akal dan syariat, maka ia dinamakan akhlak yang mulia. Namun, jika sebaliknya, maka ia dinamakan akhlak yang tercela. Abu Hurairah ra.mengabarkan bahwa suatu saat Rasulullah SAW pernah ditanya tentang kriteria orang yang akan masuk syurga. Beliau menjawab, "Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik" (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Tatkala Rasulullah SAW menasihati sahabatnya, beliau menggandengkan nasihat untuk bertakwa dengan nasihat untuk berakhlak baik pada manusia.Ada sebuah riwayat dari Abi Dzar Al-Ghiffary bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Bertakwalah kepada Allah di manapun engkau berada dan balaslah perbuatan buruk dengan perbuatan baik niscaya kebaikan itu akan menutupi kejelekan dan bergaullah dengan manusia dengan akhlak yang baik" (HR Tirmidzi).

Benar, tauhid adalah inti dan pokok ajaran Islam yang harus selalu diutamakan.Namun, hal ini tidak berarti mengabaikan akhlak sebagai penyempurna.Tauhid dan akhlak sangat berkaitan erat, karena tauhid adalah realisasi akhlak seorang Muslim.

Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Makin sempurna tauhid seseorang, akan semakin baik pula akhlaknya. Sebaliknya, tatkala seorang hamba memiliki akhlak buruk, berarti akan lemah pula tauhidnya. Akhlak adalah tolak ukur kesempurnaan iman seseorang.Rasulullah SAW bersabda, "Orang Mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang terbaik akhlaknya" (HR Tirmidzi dan Ahmad).

Setidaknya ada enam dimensi akhlak dalam Islam, yaitu:

1. Akhlak kepada Allah SWT. Diaplikasikan dengan cara mencintai-Nya, mensyukuri nikmat-Nya, malu berbuat maksiat, selalu bertobat, bertawakkal, dan senantiasa mengharapkan limpahan rahmat-Nya.

2. Akhlak kepada Rasulullah SAW. Diaplikasikan dengan cara mengenalnya lebih jauh, kemudian berusaha mencintai dan mengikuti sunnah-sunnahnya, termasuk pula banyak bershalawat, menerima seluruh ajaran beliau dan menghidupkan kembali sunnah-sunnah yang beliau contohkan.

3. Akhlak terhadap Alquran. Diaplikasikan dengan membacanya penuh perhatian, tartil.Kemudian berusaha untuk memahami, menghapal, dan mengamalkannya.

4. Akhlak kepada orang-orang di sekitar kita, mulai dari cara memperlakukan diri sendiri, kemudian orangtua, kerabat, tetangga, hingga saudara seiman.

(12)

6. Akhlak terhadap lingkungan dan makhluk hidup lain. Caranya dengan berusaha menjaga keseimbangan alam, menyayangi binatang, melestarikan tumbuh-tumbuhan, dan lainnya.5

Kedudukan Akhlak dalam Islam

Akhlak mendapat kedudukan yang tinggi dalam Islam, ini dapat dilihat dari beberapa sebab: a. Islam telah menjadikan akhlak sebagai illat (alasan) kenapa agama Islam diturunkan.

Hal ini jelas dalam sabda Rasulullah: Maksudnya: Aku diutus hanyalah semata-mata untuk menyempurnakan akhlak-akhlak yang mulia.

b. Islam menganggap orang yang paling tinggi darjat keimanan ialah mereka yang paling mulia akhlaknya. Dalam hadis telah dinyatakan: Maksudnya: Telah dikatakan Ya Rasulullah, mukmin yang manakah paling afdhal imannya, Rasulullah s.a.w. bersabda orang yang paling baik akhlaknya antara mereka.

c. Islam telah mentakrifkan “Addin” dengan akhlak yang baik. Dalam hadis telah dinyatakan bahawa telah bertanya kepada Rasulullah s.a.w. Maksudnya: Apakah Addin itu? Sabda Rasulullah, akhlak yang baik Ini bererti bahawa akhlak itu dianggap sebagai rukun Islam.

d. Islam menganggap bahawa akhlak yang baik adalah merupakan amalan yang utama dapat memberatkan neraca amal baik di akhirat kelak. Hal ini telah dinyatakan dengan jelasnya dalam hadis Rasulullah: “Perkara yang lebih berat diletakkan dalam neraca hari akhirat ialah takwa kepada Allah dan akhlak yang baik”.

e. Dalam ajaran Islam dinyatakan bahawa mereka yang berjaya memenangi kasih sayang Rasulullah dan mendapat sesuatu kedudukan yang hampir dengan Rasulullah pada hari akhirat ialah orang yang lebih baik akhlaknya. Dalam hadis Rasulullah s.a.w. telah bersabda: Maksudnya: Yang paling aku kasihi di antara kamu dan yang paling dekat kedudukannya padaku di hari akhirat orang yang paling baik akhlaknya di antara kamu”.

Ciri – ciri Akhlak Islam

a. Islam menyeru agar manusia menghiasi jiwa dengan akhlak yang baik dan menjauhkan diri dari akhlak yang buruk. Yang menjadi ukuran baik dan buruknya adalah syarak, iaitu apa yang diperintahkan oleh syarak, itulah yang baik dan apa yang dilarang oleh syarak itulah yang buruk.

b. Lingkungan skop akhlak Islam adalah luas meliputi segala perbuatan manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan manusia dengan makhluk selain manusia.

c. Islam menghubungkan akhlak dengan keimanan. Orang yang paling sempurna keimanannya ialah orang yang paling baik akhlaknya.

(13)

d. Adanya konsep balasan dan ganjaran pahala atau syurga oleh Allah dan sebaliknya orang yang berakhlak buruk akan mendapat dosa atau disiksa dalam neraka.6

Metode pembinaan Akhlak dalam perspektif Islam

Ada 6 (enam) metode pembinaan akhlak dalam perspektif Islam, metode yang diambil dari al-Qur’an dan Hadis, serta pendapat pakar pendidikan Islam :

Metode Uswah (teladan)

Teladan adalah sesuatu yang pantas untuk diikuti, karena mengandung nilai-nilai kemanusiaan. Manusia teladan yang harus dicontoh dan diteladani adalah Rasulullah SAW, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al-Ahzab ayat 21 :

“Sesungguhnyaterdapat dalam diri Rasulullah itu, teladan yang baik bagimu.”

Jadi, sikap dan perilaku yang harus dicontoh, adalah sikap dan perilaku Rasulullah SAW, karena sudah teruji dan diakui oleh Allah SWT.

Aplikasi metode teladan, diantaranya adalah, tidak menjelek-jelekkan seseorang, menghormati orang lain, membantu orang yang membutuhkan pertolongan, berpakaian yang sopan, tidak berbohong, tidak berjanji mungkir, membersihkan lingkungan, dan lain-lain ; yang paling penting orang yang diteladani, harus berusaha berprestasi dalam bidang tugasnya.

Metode Ta’widiyah (pembiasaan)

Secara etimologi, pembiasaan asal katanya adalah biasa. Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, biasa artinya lazim atau umum ; seperti sedia kala ; sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari.

Muhammad Mursyi dalam bukunya “Seni Mendidik Anak”, menyampaikan nasehat Imam al-Ghazali : “Seorang anak adalah amanah (titipan) bagi orang tuanya, hatinya sangat bersih bagaikan mutiara, jika dibiasakan dan diajarkan sesuatu kebaikan, maka ia akan tumbuh dewasa dengan tetap melakukan kebaikan tersebut, sehingga ia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat”

Dalam ilmu jiwa perkembangan, dikenal teori konvergensi, dimana pribadi dapat dibentuk oleh lingkungannya, dengan mengembangkan potensi dasar yang ada padanya. Salah satu cara yang

6 http://miftahulhasanah13.blogspot.co.id/2013/01/kedudukan-akhlak-dalam-islam-akhlak.html

(14)

dapat dilakukan, untuk mengembangkan potensi dasar tersebut, adalah melalui kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, kebiasaan yang baik dapat menempa pribadi yang berakhlak mulia.

Aplikasi metode pembiasaan tersebut, diantaranya adalah, terbiasa dalam keadaan berwudhu’, terbiasa tidur tidak terlalu malam dan bangun tidak kesiangan, terbiasa membaca al-Qur’ab dan Asma ul-husna shalat berjamaah di masjid/mushalla, terbiasa berpuasa sekali sebulan, terbiasa makan dengan tangan kanan dan lain-lain. Pembiasaan yang baik adalah metode yang ampuh untuk meningkatkan akhlak peserta didik dan anak didik.

Metode Mau’izhah (nasehat)

Kata mau’izhah berasal dari kata wa’zhu, yang berarti nasehat yang terpuji, memotivasi untuk melaksanakannya dengan perkataan yang lembut.

Allah berfirman dalam surah al-Baqarah ayat 232 :…”Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman diantara kalian, yang beriman kepada Allah dan hari kemudian”…

Aplikasi metode nasehat, diantaranya adalah, nasehat dengan argumen logika, nasehat tentang keuniversalan Islam, nasehat yang berwibawa, nasehat dari aspek hukum, nasehat tentang “amar ma’ruf nahi mungkar”, nasehat tentang amal ibadah dan lain-lain. Namun yang paling penting, si pemberi nasehat harus mengamalkan terlebih dahulu apa yang dinasehatkan tersebut, kalau tidak demikian, maka nasehat hanya akan menjadi lips-service.

Metode Qishshah (ceritera)

Qishshah dalam pendidikan mengandung arti, suatu cara dalam menyampaikan materi pelajaran, dengan menuturkan secara kronologis, tentang bagaimana terjadinya sesuatu hal, baik yang sebenarnya terjadi ataupun hanya rekaan saja.

Dalam pendidikan Islam, ceritera yang bersumber dari al-Qur’an dan Hadis merupakan metode pendidikan yang sangat penting, alasannya, ceritera dalam al-Qur’an dan Hadis, selalu memikat, menyentuh perasaan dan mendidik perasaan keimanan, contoh, surah Yusuf, surah Bani Israil dan lain-lain.

Aplikasi metode qishshah ini, diantaranya adalah, memperdengarkan casset, video dan ceritera-ceritera tertulis atau bergambar. Pendidik harus membuka kesempatan bagi anak didik untuk bertanya, setelah itu menjelaskan tentang hikmah qishshah dalam meningkatkan akhlak mulia.

Metode Amtsal (perumpamaan)

(15)

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api”…

Dalam beberapa literatur Islam, ditemukan banyak sekali perumpamaan, seperti mengumpamakan orang yang lemah laksana kupu-kupu, orang yang tinggi seperti jerapah, orang yang berani seperti singa, orang gemuk seperti gajah, orang kurus seperti tongkat, orang ikut-ikutan seperti beo dan lain-lain. Disarankan untuk mencari perumpamaan yang baik, ketika berbicara dengan anak didik, karena perumpamaan itu, akan melekat pada pikirannnya dan sulit untuk dilupakan.

Aplikasi metode perumpamaan, diantaranya adalah, materi yang diajarkan bersifat abstrak, membandingkan dua masalah yang selevel dan guru/orang tua tidak boleh salah dalam membandingkan, karena akan membingungkan anak didik.

Metode perumpamaan ini akan dapat memberi pemahaman yang mendalam, terhadap hal-hal yang sulit dicerna oleh perasaan. Apabila perasaan sudah disentuh, akan terwujudlah peserta didik yang memiliki akhlak mulia dengan penuh kesadaran.

Metode Tsawab (ganjaran)

Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hadiah, diantaranya adalah, memanggil dengan panggilan kesayangan, memberikan pujian, memberikan maaf atas kesalahan mereka, mengeluarkan perkataan yang baik, bermain atau bercanda, menyambutnya dengan ramah, meneleponnya kalau perlu dan lain-lain.

Aplikasi metode ganjaran yang berbentuk hukuman, diantaranya, pandangan yang sinis, memuji orang lain dihadapannya, tidak mempedulikannya, memberikan ancaman yang positif dan menjewernya sebagai alternatif terakhir. Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nawawi dari Abdullah bin Basr al-Mani, ia berkata :

“Aku telah diutus oleh ibuku, dengan membawa beberapa biji anggur untuk disampaikan kepada Rasulullah, kemudian aku memakannya sebelum aku sampaikan kepada beliau, dan ketika aku mendatangi Rasulullah, beliau menjewer telingaku sambil berseru ; wahai penipu”.7

7 http://naturalofreligion.blogspot.co.id/2012/10/metode-pembinaan-akhlak-dalam.html

(16)

BAB III PENUTUP A. KESIMPULAN

Kaitan antara aqidah, syariat dan akhlak ialah bagaikan sebuah pohon, terdapat akar, batang dan daun, yang saling menyatu bila satu hilang atau rusak maka akan terjadi kehancuran untuk pohon tersebut.

Aqidah merupakan pilar utama untuk menumbuhkan syariat dan akhlak. Tanpa aqidah, syariat dan akhlak yang baik akan menjadi percuma, atau pun sebaliknya. Rasulullah pernah menjelaskan tentang pegertian ketiganya ketika Jibril datang kepadanya sebagai seorang manusia.

Rasulullah sangat menekankan hubungan antara ketiganya. Tidak boleh dilepas satu sama lain. Rasulullah menegaskan barang siapa meninggalkan syariat dan akhlak akan kehilangan keimanannya, ataupun sebaliknya. Dan Rasulullah menegaskan untuk memelihara ketiganya dalam tubuh seorang mukmin dan muslim.

B. SARAN

(17)

DAFTAR PUSTAKA

http://almalanji.wordpress.com/2007/03/20/makna-dan-peran-aqidah-dalam-islam/ (diakses tanggal 26 September 2016 jam.10.50)

http://robisevilla.blogspot.co.id/2013/03/aqidah-syariah-dan-akhlak.html (diakses tanggal 26 September 2016. Jam 11,20)

http://www.dakwatuna.com/2008/mengenal-syariat-islam-bagian-1/ (diakses tanggal 30 September. Pukul 20.15)

Nurasmawi. 2011. Buku Ajar Aqidah Akhlak

https://annafimuja.wordpress.com/2015/01/17/makalah-akhlak-pengertian-akhlak-konsep-akhlak-dan-urgensi-akhlak-dalam-kehidupan/

http://www.republika.co.id/berita/25260/Keutamaan_Akhlak

(diakses tanggal 1 Oktober 2016. Pukul 11.00)

http://miftahulhasanah13.blogspot.co.id/2013/01/kedudukan-akhlak-dalam-islam-akhlak.html

(diakses tanggal 1 Oktober 2016. Pukul 11.00)

http://naturalofreligion.blogspot.co.id/2012/10/metode-pembinaan-akhlak-dalam.html

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dikuatkan dengan riwayat yang dikeluarkan Ibn Mardawaih dari Abi Hurairah, ia berkata: “ Rasulullah SAW berkata: “Tidaklah orang Yahudi bertemu dengan

Akhirnya Rasulullah SAW mengajak pengikutnya yaitu Kaum Muhajirin berhijrah ke Yatsrib didasarkan atas perintah Allah SWT melalui Rasulullah SAW dan dengan

Pendidikan Agama Islam diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan

103 Dan tradisi inilah yang selalu dibiasakan oleh Rasulullah Saw pada sahabatnya sebagaimana yang disebutkan oleh Qathadah dari Anas bin Malik (HR.Bukhori). Dan beliau

(Di kemudian hari, setelah hijrah, pernah juga Rasulullah SAW menceritakan kepada sahabat-sahabatnya tentang kisah perjalanan masa kecil beliau ke Yatsrib yang

Paling Banyak Sebabkan Orang ke Surga “Rasulullah saw ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak

Hadits menurut ahli hadits adalah apa yang disandarkan kepada Rasulullah SAW baik berupa ucapan, perbuatan maupun penetapan yang disandarkan kepada Rasulullah SAW setelah

Memotivasi siswa untuk tercapainya kompetensi dan karakter yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila; yaitu 1 beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia, 2