PENDIDIKAN KARAKTER DALAM QS. AL-LUQMAN AYAT 13-15
DALAM MEMBANGUN KARAKTER ANAK
Nama: Marlia
Nim:160301014
Jurusan: Pendidikan Agama Islam
IAIN Ambon
Email:
Marlia311297@Gmail.Com
ABSTRAK
Dalam penulisan karya ilmiah ini saya mengambil judul PENDIDIKAN KARAKTER, tapi
PENDIDIKAN KARAKTER di sini lebih memfokuskan kepada QS. LUQMAN AYAT 13-15,
bagaimana pendidikan karakter dalam ayat ini dapat membangun karakter anak. Metode yang
saya pakai di sini adalah library search di mana mencari buku-buku yang berkaitan dengan
pendidikan karakter.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pendidikan karakter merupakan suatu nilai-nilai yang baik yang terdapat dalam sosok seorang anak
yang di mana akan di terapkan dalam kehidupanya sehari-hari. Pendidikan karakter menjadi perbincangan
di Negara kita Indonesia, yang di mana Indonesia terkenal dengan keunikannya dari keberagaman budaya
dan kekayaan yang berlimpah, Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari konteks social dan budaya
yang terus berkembang dari waktu ke waktu, kekayaan di Indonesia dapat di lihat dari SDM maupun
SDA di sertai juga dengan letak kepulauan yang berada di lintasan khatulistiwa.
Namun dengan keunikannya juga kita dapat lihat, ada, rasakan, dan menjadi ciri khas bangsa ini,
semestinya dengan kekayaan ini kita sebagai bangsa Indonesia hidup menjadi damai dan makmur tapi
kenyataaannya yang di alami Negara ini justru kebalikan, kondisi yang di alami mennunjukan bahwa
kekayaan alam yang terekploitasi, pembangunan yang terus menerus naik turun, pergantian pemerintah
yang terus berlangsung dari waktu ke waktu secara aman, tetapi kebanyakan rakyat Indonesia belum
dapat dan mengalami kehidupan yang makmur dan sejahtera.
Banyak pertanyaan yang muncul dalam benak kita ”apa yang salah dengan Negara ini..?” dalam berbagai perspektif mengatakan kondisi moral dan akhlak generasi muda yang hancur dan rusak,
mengapa demikian ini di tandai dengan maraknya seks bebas di kalangan remaja, maraknya narkoba,
tawuran yang di lakukan pelajar, peredaran foto-foto dan video yang tidak senono dia social media, dan
banyak hal-hal lain juga yang menunjukan kurangnya pendidikan karakter yang dalam Negara ini
Peran pendidikan karakter bukan saja bersifat integratif, dalam arti mengukuhkan moral
intelektual subjek didik, melainkan juga bersifat kuratif, baik secara personal maupun sosial, yakni bisa
menjadi salah satu sarana penyembuh penyakit sosial. Bertitik tolak dari masalah diatas maka peneliti
mengambil satu titik tolak bagaimana cara membangun pendidikan karakter dalam anak yang sesuai
dengan ajaran islam yang terdapat dalam QS al-luqman ayat 13-15.
2. RUMUSAN MASALAH
. maka dari focus penelitian tersebut dapat di ambil permasalahan sebagai berikut;
1. Bagaimana konsep pendidikan karakter dalam QS. Al-luqman ayat 13-15 dalam membangun
karakter anak
3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi yang rinci dan jelas tentang:
1. membangun pendidikan karakter anak sesuai QS. Al-luqman ayat 13-15
BAB 11
PEMBAHASAN
A.
KONSEP DASAR PENDIDIKAN KARAKTER1. Pengertian pendidikan
Istilah pendidikan dari kata”didik” dengan memberikan awalan “pe” dan akhiran “kan” yang mengandung arti “perbuatan” (hal, cara, dan sebagainya). Istilah pendidikan ini semula berasal dari bahsa yunani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.1
pengertian pendidikan yang tertera dalam ketentuan umum pasal 1 ayat 1: “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuasaan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang di perlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara (sisdiknas, tahun 2003).2
2. Pengertian karakter
Menurut bahasa (etimologis) istilah karakter berasal dari bahasa latin “kharakter, kharassaein, dan kharax, dalam bahsaa yunani character, dan kata charassein, yang berarti membuat tajam dan membuat
dalam. Dalam bahasa inggris character dan dalam bahasa Indonesia lazim digunakan dengan istilah
karakter ( majid 2011)3
Pakar psikologi mendefenisikan karakter sebagai sifat, watak atau tabiat seseorang yang telsh
dimiliki sejak lahir dan merupakan sesuatu yang membedakan setiap individu.4
Griek mengemukakan bahwa karakter dapat didefenisikan sebagai panduan daripada segala tabiat
manusia yang bersifat tetap, sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan orang yang satu
dengan yang lain.5
1 Eneng muslihah, “ilmu pendidikan islam”Pt Diadit Media, Jakarta, 2010, hlm.1 2 ibid, hlm.2
3 Heri gunawan, “pendidikan karakter konsep dan implementasi” Pt alfabeta, bandung, 2012, hlm 1
3. Pengertian pendidikan karakter
Jadi dari uraian di atsa bahwa pendidikan karakter adalah gerakan nasional dalam menciptakan
sekolah untuk mengembangkan peserta didik dalam memiliki etika, tanggung jawab, dan kepedulian
dengan menerapkan dan mengajarkan karakter-karakter yang baik melalui penekananpada nilai- nilai
uiniversal. 6
Pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja, proaktif yang dilakukan oleh sekolah dan
pemerintah (daerah dan pusat) untuk menanamkan nilai-nilai inti, etis seperti kepadulian, kejujuran,
keadilan, tanggungjawab, dan penghargaan terhadap diri orang lain.7
4 Tujuan Pendidikan Karakter Dalam Sekolah
❖ Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu
sehingga menjadi kepribadian/kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai
yang dikembangkan
❖ Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan niila-nilai yang
dikembangkan oleh sekolah.
❖ Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan
tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.8
5 prinsip-prinsip pendidikan karakter
Pendidikan karakter di sekolah akan terlaksana dengan lancer, jika guru dalam pelaksanaannya
memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas (2010) memberikan rekomendasi 11
prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut;
1. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basisi karakter.
2. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, da
poerilaku.
3. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter
4. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian
5. Member kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan perilaku yang baik
6. Memilik cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang mengharagai semua
peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses
6 Muhammad yaumi “pendidikan karakter landasan, pilar dan implementasi”, Pt prenamedia group, Jakarta, 2014 cet pertama,
hlm 9
7 Ibid.. hlm 10
8 Dharma kusuma, cepi triatana, dan johar permana, “pendidikan karakter kajian teori dan praktik di sekolah”, Pt remaja
7. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik
8. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk
pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.
9. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif
pendidikan karakter
10. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun
karakter.
11. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi
karakter positif dalam kehidupan peserta didik.9
6 ciri-ciri dasar pendidikan karakter
Forester dalam majid(2010) menyebutkan, paling tidak ada empat ciri dasar pendidikan
karakter, yaitu
1. Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan hirarki niali. Maka nilai
menjadi pedoman yang bersifat normative dalam setiap tindakan.
2. Koherensi yang memberi keberanian membuat seseorang teguh ada prinsip, dan tidak mudah
terombang-ambing pada situasi baru atau tskut resiko.
3. Otonomi. Disana seseorang menginternalisasikan aturan dari luar sampai menjadi nilai-nilai
bagi pribadi. Ini dapat dilihat dari penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh desakan
pihak lain.
4. Keteguhan dan kesetian. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang huna mengiinginkan
apapun yang dipandang baik. Dan kesetian merupakan dasar bagi penghormatan atas
komitmen yang dipilih.10
B.
Mengenal Kitab Tafsir Al-Misbah1. Biografi M. Quraish Shihab
Nama lengkapnya adalah Muhammad Quraish Shihab. Ia lahir di Rappang, Sulawesi Selatan,
pada 16 Februari 1944. Ayahnya adalah Prof. KH. Abdurrahman Shihab keluarga keturunan Arab yang
terpelajar. AbdurrahmanShihab adalah seorang ulama dan guru besar dalam bidang tafsir dan dipandang
sebagai salah seorang tokoh pendidik yang memiliki reputasi baik di kalangan masyarakat Sulawesi
Selatan.Pendidikan formalnya dimulai dari sekolah dasar di Ujungpandang. Kemudian ia melanjutkan
pendidikan menengahnya di Malang, sambil"nyantri" di Pondok Pesantren Dar al-Hadits al-Faqihiyyah.
Pada 1958 setelahselesai menempuh pendidikan menengah, dia berangkat ke Kairo, Mesir, danditerima di
kelas II Tsanawiyyah al-Azhar. Pada 1967, meraih gelar Lc (S-1)pada Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir
dan Hadis Universitas al-Azhar.Selanjutnya dia meneruskan studinya di fakultas yang sama, dan pada
1969 meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang Tafsir al-Quran dengan tesis 1M. Quraish Shihab,
Membumikan al-Quran (Bandung: Mizan, 1998), 6.berjudul al-I 'jaz al-Tashri'iy li al-Quran al-Karim
(kemukjizatan al-Quran al-Karim dari Segi Hukum). Sekembalinya ke Ujung Pandang, Quraish Shihab
dipercaya untuk menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Alauddin, Ujung Pandang. Selain itu, dia juga diserahi jabatan-jabatan lain, baik di dalam
kampus seperti Koordinator Perguruan Tinggi Swasta (Wilayah VII Indonesia Bagian Timur), maupun
diluar kampus seperti Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia Timur dalam bidang pembinaan mental.
Selama di Ujung Pandang ini, dia juga sempat melakukan berbagai penelitian; antara lain, penelitian
dengan tema "Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur" (1975) dan "Masalah Wakaf
Sulawesi Selatan" (1978).3Demi cita-citanya, pada tahun 1980 M. Quraish Shihab menuntut ilmu kembali
ke almamaternya dulu, al-Azhar, dengan spesialisasi studi tafsir al-Quran. Untuk meraih gelar doktor
dalam bidang ini, hanya ditempuh dalamwaktu dua tahun yang berarti selesai pada tahun 1982. Disertasinya yang berjudul “Nazm al-Durar li al-Biqa’i Tahqiq wa Dirasah (Suatu Kajian terhadap Kitab Nazm al-Durar karya al-Biqa’i)” berhasil la pertahankan. (http: digilib.uimsby.ac.id) senin 4 juni 2018 :7;17)11
2. Metode dan Corak Kitab Tafsir Al-Misbah
• Metode Kitab Tafsir Al-Misbah
Dalam tafsirnya M. Quraish Shihab menggunakan metode tahlili, sebuah bentuk karya tafsir yang
berusaha mengungkap suatu kandungan Al-Qur‟an dari berbagai aspeknya. Dari segi teknis kitab tafsir
Al-Misbah disusun berdasarkan urutan ayat-ayat di dalam Al-Qur‟an.Selanjutnya memberikan penjelasan-penjelasan tentang kosa kata makna global ayat dan korelasi Asbab al-nuzul serta hal-hal lain
yang dianggap dapat membantu untuk memahami ayat-ayat Al-Qur‟an.Pemilihan metode tahlili yang digunakan dalam tafsir Al-Misbah didasarkan pada kesadaran M.Quraish Shihab bahwa metode maudhu‟i yang sering digunakan pada karyanya yang berjudul “Membumikan Al-Qur‟an” dan “Wawasan Al -Qur‟an” selain mempunyai keunggulan dalam memperkenalkan konsep Al-Qur‟an tentang tema-tema yang tidak terbatas. Jadi dengan ditetapkan judul pembahsan yang akan dikaji hanya satu sudut dari
permasalahan tersebut. Dengan demikian kendala untuk memahami Al-Qur‟an secara lebih komprehensif
tetap masih ada http://rumahbangsa.net/2015/02/metode-dan-coraktafsir-al-misbah.html.12
• Corak Tafsir Al-Misbah
Tafsir Al-Misbah cenderung bercorak sastra budaya dan kemasyarakatan “adabi al-ijtima‟i”
yaitu corak tafsir Al-Qur‟an yang berusaha memahami nash-nash Al-Qur‟an dengan cara mengemukakan
ungkapan-ungkapan Al-Qur‟an secara teliti. Kemudian menjelaskan makna-makna yang dimaksud Al-Qur‟an tersebut dengan bahasa yang indah dan menarik, dan seorang mufassir berusaha menghubungkan nash-nash Al-Qur‟an yang dikaji dengan kenyataan sosial dengan sistem budaya yang ada.
Corak tafsir penafsiran kitab Al-Misbah ini ditekankan bukan hanya kepada tafsir lughawi, tafsir fiqh, tafsir ilmi dan tafsir isy‟ari. Akan tetapi arah penafsirannya ditekankan pada kebutuhan masyarakat yang kemudian disebut corak tafsir Adabi al-Ijtima‟i. Corak tafsir Al-Misbah merupakan salah satu yang menarik pembaca dan menumbuhkan kecintaan kepada Al-Qur‟an serta memotivasi untuk menggali
makna-makna dan rahasia-rahasia Al-Qur‟an http://rumahbangsa.net/2015/02/metode-dan-coraktafsir-al-misbah.html
• Karakter Kitab Tafsir Al-Misbah
Ada tiga karakter yang harus dimiliki oleh sebuah karya tafsir bercorak sastra budaya dan
kemsyarakatan. Pertama menjelaskan petunjuk ayat Al-Qur‟an yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan menjelaskan bahwa Al-Qur‟an itu kitab suci yang kekal sepanjang zaman. Kedua
penjelasan-penjelasannya lebih tertuju pada penanggulangan penyakit dan masalah-masalah yang sedang
mengemuka dalam masyarakat, dan ketiga disajikan dalam bahasa yang mudah dipahami dan indah
didengar.Tafsir Al-Misbah karya M.Quraish Shihab memenuhi ketiga persyaratan tersebut. Kaitannya
dengan karakter yang pertama, tafsir Al-Misbah selalu menghadirkan penjelasan akan petunjuk dengan
menghubungkan kehidupan masyarakat dan menjelaskan bahwa Al-Qur‟an itu kitab suci yang kekal sepanjang zaman. Kemudian karakter yang kedua, Quraish Shihab selalu mengakomodasi hal-hal yang
dianggap sebagai problem di dalam masyarakat.Kemudian yang ketiga dalam penyajiannya beliau
menggunakan bahasa yang membumi.M.Quraish Shihab lebih mengedepankan kemudahan pembaca yang
tingkat intelektualitasnya relative lebih beragam. Hal ini dapat dilihat pada karya-karyanya yang mudah
dicerna dan dimengerti oleh semua lapisan khususnya di Indonesia, sehingga jika dibandingkan denga
tulisan-tulisan cendikiawan muslim Indonesia lainnya, karya-karya M. Quraish Shihab pada umumnya
dan kitab tafsir Al-Misbah pada khususnya tampil sebagai karya tulis yang khas dan mudah dipahami.
13http://rumahbangsa.net/2015/02/metode-dan-coraktafsir-al-misbah.html
C. KAJIAN TAFSIR
• Ayat 13
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran
kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya mempersekutukan
(Allah) adalah benar-benar kelaliman yang besar"(QS. Luqman [31]:13).
Setelah ayat yang lalu menguraikan hikmah yang di anugrahkan kepada luqman, kini melalui ayat di atas
melukiskan pengamalan hikmah itu oleh luqman serta pelestariannya kepada anaknya.
Kata (هظعي ) ya‟izhuhuu terambil dari kata (ظعو )wa‟zh yaitu nasihat menyangkut berbagai kebajikan dengan cara yang menyentuh hati. Ada juga yang mengartikannya sebagai ucapan yang
mengandung peringatan dan ancaman. Penyebutan kata ini sesudah kata dia berkata untuk memberi
gambaran tentang bagaimana perkataan itu beliau sampaikan, yakni tidak membentak, tetapi penuh kasih
sayang sebagaimana dipahami dari panggilan mesranya kepada anak.
Kata ( ّ ين ) bunayya adalah patron yang menggambarkan kemungilan. Berasal dari kata (ا ين )
ibny, dari kata (ا ن ) ibn yakni anak lelaki. Pemungilan tersebut mengisyaratkan kasih sayang. Dengan
kata lain kata tersebut memberi isyarat bahwa mendidik anak hendaknya didasari oleh rasa kasih sayang
terhadap peserta didik 14(Shihab, 2002: 298).
Jadi dalam ayat 13 menjelaskan tentang larangan mempersekutukan Allah.
• Surat Luqman Ayat 14-15
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya
telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua
tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu”
(QS. Luqman [31]: 14).
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan” (QS. Luqman [31]: 15)
13http://rumahbangsa.net/2015/02/metode-dan-coraktafsir-al-misbah.html
Makna pada ayat 14 disebabkan karena seorang ibu telah mengandungnya dalam keadaan
kelemahan di atas kelemahan, yakni kelemahan berkali-lipat dan dari saat ke saat bertambah-tambah.
Lalu dia melahirkannya antara hidup dan mati, kemudian memelihara dan menyusukannya setiap saat,
bahkan malam di malam hari, ketika saat manusia lain tertidur nyenyak. Demikian hingga tiba masa
penyapiannya di dalam dua tahun terhitung sejak kelahiran sang anak.
Kata (انهو ) wahnan berarti kelemahan atau kerapuhan. Yang dimaksud di sini kurangnya
kemampuan memikul beban kehamilan, penyusuan dan pemeliharaan anak. Patronkata yang digunakan
ayat inilah yang mengisyaratkan betapa lemahnya sang ibu sampai-sampai dilukiskan bagaikan
kelemahan itu sendiri, yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan kelemahan telah menyatu pada dirinya
dan dipikulnya15 (Shihab, 2002: 301).
Pesan pada ayat ke 15 menegaskan tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anak
diisyaratkan dengan kewajiban anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya, sebagai balas jasa atas
jerih payah dalam mendidiknya semenjak dalam kandungan. Maka kini diuraikan kasus yang merupakan
pengecualian menaati perintah kedua orang tua, sekaligus menggaris bawahi wasiatLuqman kepada
anaknya tentang keharusan meninggalkan kemusyrikan dalam bentuk serta kapan dan dimana pun.
Setelah ayat yang lalu menekankan pentingnya berbakti kepada ibu, bapak, kini diuraikan kasus
yang merupakan pengecualian menaati perintah kedua orang tua. Ayat di atas menyatakan: Dan jika
keduanya – apalagi kalau hanya salah satunya, lebih – lebih kalau orang lain – bersungguh – sungguh
memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
apalagi setelah aku dan rasul-rasul menjelaskan kebatilan mempersekutukan Allah, dan setelah engkau
mengetahui bila menggunakan nalarmu, maka janganlah engkau mematuhi keduanya. Namun demikian
jangan memutuskan hubungan denganya atau tidak menghormatinya. Tetapi tetaplah berbakti kepada
keduanya selama tidak bertentangan dengan ajaran agamamu, dan pergaulilah keduanya di dunia yakni
selama mereka hidup dan dalam urusan keduniaan – bukan aqidah – dengan cara pergaulan yang baik, tetapi jangan sampai hal ini mengorbankan prinsip agamamu, karena itu perhatikan tuntunan agama dan
ikutilah jalan orang yang selalu kembali kepada-Ku dalam segala urusanmu, karena semua urusan dunia
kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah juga di akhirat nanti – bukan kepada siapa pun
selain-Ku – kembali kamu semua, maka Ku beritakan kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan dari kebaikan dan keburukan, lalu masing-masing Ku beri balasan dan ganjaran (Shihab, 2002: 303).
Kata (كادهاج ) jaahadaaka terambil dari kata (دهج ) juhd yakni kemampuan. Patron kata yang digunakan ayat ini menggambarkan adanya upaya sungguh-sungguh. Kalau upaya sungguh-sungguh pun
15M. Quraish shihab.” Tafsir Al-Misbah Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an”. Jakarta: 2002 LenteraHati. Hlm
dilarangnya, yang dalam hal ini bisa dalam bentuk ancaman, maka tentu lebih-lebih lagi bila sekedar
himbauanatau peringatan (Shihab, 2002: 303).
Yang dimaksud dengan ( ام سيل كل ه ملع ) maa laisa laka bihi „ilm adalah tidak ada pengetahuan tentang kemungkinan terjadinya. Tiadanya pengetahuan berarti tidak adanya obyek yang diketahui. Ini
berarti tidak wujudnya sesuatu yang dapat dipersekutukan oleh Allah SWT. Di sisi lain, kalau sesuatu
yang tidak diketahui duduk soalnya–bolehatau tidak – telah dilarang, maka tentu lebih terlarang lagi
apabila telah terbukti adanya larangan atasnya. Bukti-bukti tentang ke-Esaan Allah dan tiadanya sekutu
bagi-Nya terlalu banyak, sehingga penggalan ayat ini merupakan penegasan tentang larangan mengikuti
siapa pun–walaukedua orang tua – dan walau dengan memaksa anaknya mempersekutukan Allah 16(Shihab, 2002: 303).
Kata (افورعم ) ma‟rufan mencakup segala hal yang dinilai oleh masyarakat baik, selama tidak bertentangan dengan akidah Islamiah. Dalam konteks ini diriwayatkan bahwa Asma‟ putri Sayyidina Abu Bakar ra pernah didatangi oleh ibunya yang ketika itu masih musyrikah. Asma‟ bertanya kepada Nabi bagaimana seharusnya ia bersikap, maka Rasulullah menjawab untuk tetap menjalin hubungan baik,
menerima dan memberinya hadiah serta tetap mengunjungi dan menyambut kunjungannya. 17(Shihab, 2002: 304).
Jadi, ayat 14 menjelaskan tentang bagaimana kita sebagai anak berbakti dan bersyukur kepada ibu
dan bapak, bagaimana perjuangan ibu ketika mengandung dan memelihara menyusui anak, serta kita
harus bersyukur kepada Allah. dan ayat ke 15 menjelaskan tentang tidak ada yang harus di taati kepada
syirik, perintah untuk mengikuti jalan orang yang rujuk kembali kepada Allah, dan peringatan bahwa
manusia akan kembali kepada Allah.
Menurut ayat tersebut di atas terdapat berbagai bentuk pendidikan yang diterapkan luqmanul
hakim kepada anaknya, antara lain:
• Dalam ayat 13 mengandung konsep pendidikan tauhid al-ubudiyyah
• Dalam ayat 14 mengandung konsep pendidikan ibadah
• Dalam ayat 15 mengandung konsep pendidikan keteladanan18
16M. Quraish shihab.” Tafsir Al-MisbahPesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟an”. Jakarta: 2002 LenteraHati. Hlm 303 17 Ibid..hlm 304
18
BAB 111
PENUTUP
KESIMPULAN
Pendidikan karakter adalah usaha yang disengaja, yang dimana di lakukan dalam suatu lembaga
atau pemerintah (daerah dan pusat) untuk menanamkan nilai-nilai inti, etis seperti kepadulian,
kejujuran, keadilan, tanggungjawab, dan penghargaan terhadap diri orang lain. Jadi banyak pelajaran
yang di ambil dalam surat luqman yang terdapat dalam ayat 13-15 dimana yaitu mengajarkan anak:
❖ Pendidikan Tauhid (Ketuhanan/Larangan Mempersekutukan Allah) ❖ Birrul Walidain (Berbakti Kepada Kedua Orang Tua)
❖ Bersyukur ❖ Pendidikan akhlak
Jadi banyak sekali pelajaran yang dapat di petik dari surah luqman ini untuk bagaimana orang tua
dalam mendidik anak mereka nanti.
Menurut ayat tersebut di atas terdapat berbagai bentuk pendidikan yang diterapkan luqmanul
hakim kepada anaknya, antara lain:
• Dalam ayat 13 mengandung konsep pendidikan tauhid al-ubudiyyah
• Dalam ayat 14 mengandung konsep pendidikan ibadah