| 1 GAMBARAN STATUS ENTOMOLOGI, TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU
MASYARAKAT TERHADAP PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE DI DESA SIDOARUM KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN D.I.Y
Laporan Praktek Belajar Lapangan 1
Disusun oleh :
Safran Rochim (11029017)
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
YOGYAKARTA
| 2
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu indikator kualitas sumberdaya manusia suatu
masyarakat. Melalui Sistem Kesehatan Nasional, Indonesia berusaha meningkatkan
kesehatan masyarakat yang merupakan salah satu indikator Human Development
Index (HDI). (Triatmanto , 2010)
Di Indonesia, kesadaran dan pengetahuan masyarakat mengenai pola hidup
sehat masih terbatas. Hal ini dapat dilihat dari kesakitan dan kematian yang
disebabkan oleh suatu penyakit terutama penyakit-penyakit berbasis lingkungan
masih menjadi penyebab utama. (Rihadi, tanpa tahun). Demam Berdarah Dengue
merupakan penyakit yang ditemukan didaaerah tropis, sering muncul pada peralihan
musim kemarau ke musim hujan dengan kondisi lingkungan yang kurang bersih maka
orang akan lebih rentan terserang penyakit ini. (Tarmizi , 2012)
Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan virus genus
flavivirus famili Flaviviridae dan vektornya adalah nyamuk Aedes aegypti sebagai
vektor primer dan Aedes albopictus sabagai vektor sekunder yang dapat menyebabkan
Demam Dengue (DD), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Syndrome Shock
Dengue (SSD). (Susanna, 2011)
Munculnya DBD ini disebabkan karana keadaan sanitasi yang tidak memadai ,
kepadatan nyamuk yang meningkat juga lemahnya infrastruktur kesehatan masyarakat
(Susanna, 2011). Demam Berdarah Dengue di Indonesia masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat dan merupakan penyakit endemis hampir di seluruh provinsi.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir jumlah kasus dan daerah terjangkit terus
meningkat dan menyebar luas serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa/KLB.
(DEPKES RI , 2008)
Di Indonesia pada tahun 2002 jumlah kasus sebanyak 40.377 ( IR :
19,24/100.000 penduduk dengan 533 kematian (CFR : 1,3 %), tahun 2003 jumlah
kasus sebanyak 52.566 (IR : 24,34/100.000 penduduk) dengan 814 kematian (CFR :
1,5 %), tahun 2004 jumlah kasus sebanyak 79.462 (IR : 37,01/100.000 penduduk)
dengan 957 kematian (IR : 1,20 %), tahun 2005 jumlah kasus sebanyak 95.279 (IR :
43,31/100.000 penduduk) dengan 1.298 kematian (CFR : 1,36 %) tahun 2006 jumlah
| 3 : 1,04 %). Sampai dengan bulan November 2007, kasus telah mencapai 124.811 (IR:
57,52/100.000 penduduk) dengan 1.277 kematian (CFR: 1,02%). (DEPKES RI ,
2008)
Di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta jumlah kasus DBD pada
tahun 2010 belum dapat ditekan sejumlah 603 Kasus dengan kematian 3 orang.
(inscidence Rate/IR 60,3/100.000 penduduk) sedangkan CFR sebesar 0,50%. Jumlah
kasus dibandingkan tahun 2009 naik 52 kasus (9,43%), meskipun ada kenaikan kasus
namun case fatality ratenya turun 0,40%. Adapun 5 (lima) kecamatan yang
mempunyai kasus tertinggi adalah kecamatan Godean, Kalasan, Depok, Gamping,dan
Mlati. (DINKES Kab. Sleman, 2010)
Berdasarkan Penelitian yang dilakukan di kota Mataram, Nusa Tenggara Barat
oleh Rahayu M, Baskoro Tiyasa dan Wahyudi B. Pada tahun 2005 menunjukkan
bahwa keberadaan kontainer sangat berperan dalam kepadatan nyamuk Aedes karena
semakin banyak kontainer akan semakin banyak tempat perkembangbiakan nyamuk
Aedes dan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes. Semakin padat populasi
nyamuk Aedes maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dan akan
menyebabkan penyakit yang cepat yang pada akhirnya akan terjadi kejadian luar
biasa. (Richwanto, 2013)
Tindakan pencegahan meluasnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
dilakukan dengan pengendalian terhadap vektor melalui pemberantasan jentik
nyamuk Aedes aegypti dengan beberapa metode yang tepat yaitu secara fisik, biologis
dan kimiawi. Metode ini apabila dikombinasikan dengan perilaku menguras, menutup
dan mengubur (3M) akan menjadi cara yang efektif dalam mencegah penyakit DBD.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberadaan jentik Aedes aegypti, diantaranya
yaitu perilaku 3M dan abatisasi yang dilaksanakan oleh masyarakat. Dengan demikian
perilaku 3M dan abatisasi jika dilaksanakan oleh masyarakat dapat memutuskan rantai
daur hidup nyamuk Aedes aegypti pada tahap jentik, hal ini dapat mencegah
terjadinya DBD (Respati, 2007). Maka dari latarbelakang yang telah disebutkan diatas
peneliti ingin mengetahui gambaran data tentang Status entomologi, Tingkat
pengetahuan dan perilaku masyarakat Terhada penyakit Demam Berdarah Dengue di
| 4
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut : bagaimana Status Entomologi, Tingkat Pengetahuan dan Perilaku
Masyarakat Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue di Desa Sidoarum
Kecamatan Godean Kabupaten Sleman D.I.Y.
C.Tujuan Peneltian
Tujuan Umum :
Untuk Mengetahui bagaimana Status Entomologi, Tingkat Pengetahuan dan
Perilaku Masyarakat Terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue di Desa Sidoarum
Kecamatan Godean Kabupaten Sleman D.I.Y.
Tujuan Khusus :
1. Mengetahui presentase antara rumah dimana ditemukan jentik nyamuk
terhadap seluruh rumah yang diperiksa (House Index)
2. Mengetahui persentase antara kontainer yang ditemukan jentik dengan seluruh
kontainer yang diperiksa (Container Index)
3. Mengetahui persentase wadah positif larva/pupa dalam seratus rumah (Breteau
Index)
4. Mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat terhadap penyakit DBD
5. Mengetahui perilaku masyarakat yang berhubungan dengan DBD
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Masyarakat Sidoarum
Memberikan gambaran tentang status entomologi, Tingkat Pengetahuan dan
Perilaku Masyarakat terhadap penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di
daerah tempat tinggal mereka
2. Bagi Institusi
Menambah kepustakaan yang dapat dijadikan sumber referensi bagi peneliti
lain sebagai bahan pembanding.
3. Bagi Peneliti
Mengetahui tentang status entomologi penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Desa Sidoarum Kecamatan Godean Kabupaten Sleman DIY.
| 5 Memberikan data yang dapat digunakan sebagai petunjuk awal mengenai
status Entomologi Penyakit Demam Berdarah (DBD) di Desa Sidoarum
| 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) Pengetahuan adalah hasil dari pengindran manusia,
atau hasil tahu seseorany terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (Mata, Hidung,
Telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengidraan sehingga
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan
presepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra
pendengaran (Telinga) dan indra pengelihatan (Mata). Secara garis besar pengetahuan
dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu Tahu (Know), Memahami (Comprehension),
Aplikasi (Aplication), Analisis (Analysis), Sintetis (Syntetis) dan Evaluasi (Evaluation).
B. Perilaku
Perilaku dari aspek biologis adalah suatu kegiatan atau aktifitas mahluk hidup
yang bersangkutan. Manusia sebagai mehluk hidup mempunyai bentang kegiatan yang
sangat luas, sepanjang kegiatan yang dilakukan manusia tersebut antara lain: berjalan,
berbicara, bekerja, menulis, membaca dan lain sebagainya. Secara singkat perilaku
dapat dikelompokkan menjadi dua (Notoatmodjo, 2010) yaitu :
1. Aktifitas yang dapat diamati manusia lain misalnya berjalan, bernyanyi,
tertawa, dan lain sebagainya.
2. Aktifitas yang tidak dapat diamati manusia lain (dari luar) misalnya berfikir,
berfantasi, bersikap dan lainsebagainya.
C. Definisi Demam Berdarah Dengue
Menurut Sari, dkk (2012) Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan dapat mengakibatkan kematian.
Penyakit ini sering menyerang anak-anak, terutama anak sekolah dasar sehingga diduga
| 7 Menurut Susanna, dkk (2011) Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan virus genus Flavivirus famili Flaviviridae dan vektornya adalah
nyamuk aedes dari subgenus Stegomyia spesies Ae. aegypti. Flaviviridae adalah virus
berselubung kecil (40 – 50 nm) dengan untaian tunggal, genom RNA + sense, simetri kapsidnya tidak dapat diidentifikasi. Vektor sekundernya ialah Ae. albopictus, Ae.
polynesiensis, dan Ae. neveus yang dapat menyebabkan Demam Dengue (DD),
Demam Berdarah Dengue (DBD), dan Syndrome Shock Dengue (SSD).
D. Etiologi Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue disebabkan oleh virus dengue yang termasuk
kelompok B Arthropod Borne Virus (Arbovirus) yang sekarang dikenal sebagai genus
flavivirus, familio flavivisidae dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu : DEN – 1 , DEN
– 2 , DEN – 3, DEN – 4 (Sylvana, 2000).
Virus Dengue membentuk suatu kompleks yang nyata dan flavivirus berdasarkan
karakteristik antigenik dan biologik terdapat 4 serotipe yakni DEN – 1 , DEN – 2 , DEN – 3, DEN – 4 dan manusia merupakan urban reservoir utama sedang primata rendah merupakan Host sekunder walaupun ada kemungkinan dapat menjadi Host
Reservoir (Susanna dkk, 2011).
E. Epidemiologi Demam Berdarah Dengue
Demam Berdarah Dengue di Indonesia pertama kali dicurigai terjangkit di
Surabaya pada tahun 1968, tetapi kepastian virologiknya baru diperoleh pada tahun
1970 (Sylvana dkk, 2000).
KLB DBD terbesar terjadi tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per
100.000 penduduk dan Case Fatality Rate (CFR) = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun
tajam sebesar 10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu
15,99 (tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003).
Sejak Januari sampai 5 Maret tahun 2004 total kasus DBD di seluruh propinsi di
Indonesia mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang
(CFR=1,53%), sehingga pada 16 Februari 2004 demam berdarah dinyatakan sebagai
| 8 Menurut Sylvana, dkk ( 2000) Faktor yang mempengaruhi peningkatan dan
penyebaran kasus Demam Berdarah Dengue sangat kompleks, yaitu
1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
2. Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali
3. Tidak ada kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis dan
4. Peningkatan sarana transportasi.
F. Vektor
Aedes. aegypti merupakan vektor utama di Indonesia sedangkan Vektor
sekundernya ialah Ae. albopictus, Ae. polynesiensis, Ae. neveus adalah vektor sekunder
(Susanna dkk, 2011).
1. Morfologi dan Daur Hidup
Menurut Pelawi (2006) Nyamuk Ae. aegypti dewasa berukuran lebih kecil
dibandingkan nyamuk lain. Berwarna hitam dengan bintik putih pada bagian kaki dan
badan. Probosis bersisik hitam, papilanya pendek dengan ujung hitam bersisik perak.
Bentuk morfologi yang khas ditemukan di bambaran lira (lyre form) putih pada
punggungnya.
Tahap perkembangbiakan nyamuk dimulai dari telur , larva (Instar I - IV) , pupa,
dan tahap ini berlangsung akuatik yang mengalami 3x moulting dan kulit yang
ditinggalkan menjadi eksuvial kemudian menjadi nyamuk dewasa (Susanna, 2011).
Nyamuk ini mempunyai kebiasaan menggigit berulang yaitu menggigit orang
secara bergantian dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena nyamuk Ae. aegypti
betina sangat sensitif terhadap rangsangan gerakan. Nyamuk dewasa betina mulai
menghisap darah manusia setelah berumur tiga hari dan sanggup bertelur hingga 100
telur. Dua puluh empat jam kemudian nyamuk ini menghisap darah lagi dan selanjutnya
bertelur kembali (Pelawi, 2006).
2. Sifat – sifat Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk betina Ae. Aegypti lebih menyukai darah manusia dari pada binatang
| 9 siang hari dan menggigit di dalam dan diluar rumah . mempunyai dua puncak aktifitas
dalam mencari mangsa yaitu mulai pagi hari dan petang hari yaitu anatra 09.00 – 10.00 WIB dan 16.00-17.00 WIB (Pelawi, 2006).
Nyamuk beristirahat selama menunggu bertelur pada tempat gelap, lembab, dan
sedikit angin dan biasanya tidak jauh dari tempat menggigit dan bersarang seperti
pakaian, kelambu, dan tumbuhan disekitar rumah. Tempat perindukan nyamuk ini
adalah pada tempat tempat penampungan air di dalam dan di sekitar rumah (Pelawi,
2006).
3. Pengamatan Vektor
Menurut Susanna (2011) Pengamatan vektor senantiasa ditunjukan terhadap
nyamuk Ae. aegypti terutama penyebaran, kepadatan, habitat, dugaan terjadinya
resikoo penularan, tingkat kepekaan terhadap insektisida serta memprioritaskan lokasi
waktu pelaksanaan pemberantasan . dalam kegiatan tersebut mencangkup survei jentik ,
nyamuk dewasa, Landing Biting collections, resting collections, oviposting traps, dan
larvitrap. Dalam kegiatan tersebut dapat diketahui nilai tingkat keberadaaan Ae.
aegypti yang kita kenal dengan menggunakan rumus :
= �ℎ �ℎ �ℎ � �ℎ � � �
� = �ℎ �ℎ � � �
� = �ℎ � � � �
Suatu daerah dinyatakan mempunyai risiko penularan DBD yang tinggi jika
container index > 5%, house index > 10%, dan breteau index > 50. BI merupakan
| 10
G. Kerangka Pemikiran 1. Kerangka Berfikir Konseptual
2. Kerangka Berfikir Oprasional
IDENTIFIKASI MASALAH
PRIORITAS MASALAH
PENGUMPULAN DATA
PENGOLAHAN DATA
PENYUSUNAN DATA
| 11 VIRUS DBD
NYAMUK AE. AEGYPTI DAYA TAHAN TUBUH
DEMAM BERDARAH DENGUE
KUISIONER
MENYUSUN SIMPUL NEGATIF MENJADI SARAN MENYUSUN SIMPUL POSITIF MENJADI
| 12
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yaitu hanya menggambarkan Status
Entomologi Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penyakit Demam
Berdarah Dengue di Desa Sidoarum Kecamatan Godean Kabupaten Sleman D.I.Y.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di wilayah Desa Sidoarum Kecamatan Godean Kabupaten
Sleman D.I.Y.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei hingga Juni 2013
C. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) di wilayah Desa
Sidoarum Kecamatan Godean Kabupaten Sleman D.I.Y yaitu sebesar 1.164
Berdasarkan rumus besar sampel penelitian yaitu :
= N
N · d²+
Keterangan :
n : besar sampel
N : besar populasi
d : nilai kritis yang diingiinkan dengan presentasi kelonggaran
ketidaktelitian karena kesalahan penarikan sampel sebesar 10 %
| 13 Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah berjumlah 100 orang.
D. Instrumen Penelitian
1. Quisioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan Perilaku masyarakat
terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue. Sebanyak 38 pertanyaan untuk
mengukur tingkat pengetahuan, dan 10 pertanyaan untuk mengukur perilaku
Masyarakat
2. Check list untuk mencatat dari hasil pengamatan langsung keadaan lingkungan
sekitar rumah warga tentang Status Entomologi penyakit Demam Berdarah
Dengue.
3. Wawancara untuk mengetahui karakteristik dan perilaku Responden
E. Variabel Penelitian
variabel penelitian ini adalah House Index (HI) , Container Index (CI) , Breteau
Index (BI), Tingkat Pengetahuan dan Perilaku Masyarakat
F. Definisi Operasional
1. House Index (HI) adalah persentase anatara rumah dimana ditemukan jentik
nyamuk terhadap seluruh rumah yang diperiksa.
Cara Pemeriksaan : Secara Visual dengan melihat langsung terhadap keberadaan
Larva Ae. Aegypti
Skala Data : Numerik (Rasio)
2. Container Index (CI) adalah persentase antara kontainer yang ditemukan jentik
terhadap seluruh kontainer yang diperiksa.
Cara Pemeriksaan : Secara Visual dengan melihat langsung terhadap keberadaan
Larva Ae. Aegypti
| 14
3. Breteau Index (BI) adalah jumlah kontainer yang positif jentik per 100 rumah
yang diperiksa.
Cara Pemeriksaan : Secara Visual dengan melihat langsung terhadap keberadaan
Larva Ae. Aegypti
Skala Data : Numerik (Rasio)
4. Tingkat Pengetahuan adalah sebuah pemahaman masyarakat terhadap penyakit
DBD dan cara penularannya yang diukur dengan Kuesioner
Penilaian Tingkat Pengetahuan :
Baik : ≥ 70% jawaban benar Buruk : < 70% jawaban benar
5. Perilaku Masyarakat adalah suatu kegiatan atau aktivitas yang dilakukan
Masyarakat terkait Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang diukur dengan
Checklist
Penilaian Tingkat Perilaku :
Baik : ≥ 60% jawaban benar Buruk : < 60% jawaban benar
G. Jalannya Penelitian
1. Tahap Pra Penelitian
Tahap ini meliputi observasi ke tempat penelitian dan pengurusan surat izin
untuk melaksanakan penelitian.
2. Tahap Persiapan Penelitian
Tahap persiapan penelitian mencakup kegiatan perumusan masalah,
penyusunan instrument penelitian, dan uji validitas.
3. Tahap pelaksanaan
Pelaksanaan penelitian dimulai dengan melakukan kunjungan ke rumah
| 15 kuisioner dan pemeriksaan jentik untuk mengisi checklist pada masyarakat yang
tersebar di wilayah Desa Sidoarum Kecamatan Godean Kabupaten Sleman D.I.Y.
4. Tahap penyelesaian
Data yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan bantuan program
computer, penyusan laporan dan dilanjutkan dengan presentasi hasil penelitian.
H. Teknik Pengumpulan Data
1. Quisioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan Perilaku masyarakat
terhadap Penyakit Demam Berdarah Dengue.
2. Chek list dilakukan untuk memperoleh data berupa pengamatan langsung kondisi
di sekitar rumah warga.
3. Wawancara dilakukan untuk memperoleh data langsung berupa karakteristik dan
perilaku responden di wilayah Kecamatan Godean Kabupaten Sleman DIY.
I. Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data dianalisis secara deskriptif untuk mendapatkan gambaran responden,
Tingkat Penegatahuan dan perilakunya serta untuk mendeskripsikan
masing-masing variabel penelitian (HI , CI, BI ).
2. Penyajian Data
Setelah data dianalisis maka tahap terakhir yaitu penyajian melalui tabel,
| 16
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Sidoarum adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Godean, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Sidoarum merupakan kawasan
penyanggga Kota Yogyakarta, sehingga tumbuh sebagai kawasan hunian dan
Perumahan yang mengalami perkembangan pesat secara ekonomi.
Secara geografis, Desa Sidoarum terletak antara koordinat geografis adalah
5º46'18" LS - 5º49'16" LS dan 110º17'24" BT – 110º19'35" BT. Koordinat UTM adalah 423076 mT – 425820 mT dan 9138318 mU - 9142432 mU. Secara administratif, Desa Sidoarum termasuk dalam wilayah Kecamatan Godean Kabupaten
Sleman. Desa ini terletak di sebelah barat Kabupaten Sleman yang jaraknya kurang
lebih 7 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Sleman dan 8 km dari Kota
Yogyakarta. Termasuk Daerah Aliran Sungai Kontheng dan Sungai Bedog. Kedua
sungai ini berasal dari lereng Gunung Merapi, mengalir dari utara ke arah selatan dan
bermuara di Sungai Progo.
Desa Sidoarum Terdiri dari 8 Padukuhan yaitu :
1. Cokrokonteng (Cokrokonteng, Pengkol, Gesikan, Pesona Munggur, Griya
Palem Hijau, Perum Munggur I,VI,VII & VIII, Griya Pratama I, Perum Sari
Arum)
2. Bantulan (Bantulan, Candran, Jomboran, Perum Bantulan Blok I & II,
Perum Permata Godean II)
3. Beji (Beji, Tinom, Betokan, Perum Arum Permai, Perum Gumuk Indah,
Kurahan)
4. Cokrobedog (Cokrobedog, Nglarang Lor, Nglarang Kidul, Perum Sidoarum
Blok I & IV)
5. Kramat (Kramat, Krapyak, Tegal, Ngentak, Perum Sidoarum Blok II, III, &
| 17 6. Potrowangsan (Potrowangsan, Jengkelingan)
7. Tangkilan (Tangkilan, Karang Tangkilan, Dukuh, Graha Indah Sejahtera,
Griya Pesona Sidoarum)
8. Sebaran (Tangkilan, Karang Tangkilan, Dukuh, Graha Indah Sejahtera,
Griya Pesona Sidoarum)
Dalam penelitian deskriptif ini diambil sebanyak empat dusun untuk
dijadikan tempat sampling karena dianggap sudah dapat mewakili dari kedelapan
padukuhan yang ada. Padukuhan itu ialah Cokrokonteng, Kramat, Potrowangsan dan
Tangkilan.
B. Karakteristik responden
C. Hasil Penelitian
D. Pembahasan
Gambar 1. Peta Administrasi Kecamatan Godean
| 18 Batas-batas wilayah Desa Sidoarum meliputi:
Sebelah Utara : Desa Sidomulyo
Sebelah Selatan : Kecamatan Gamping
Sebelah Timur : Kota Yogyakarta
Sebelah Barat : Desa Sidokarto
B. Karakteristik Responden
Dari hasil yang diperoleh dari Quisioner, sebagian besar responden di desa
Sidoarum berprofesi sebagai Wiraswasta / Jasa. Yang lainnya berprofesi sebagai
Mahasiswa / pelajar, Ibu rumah tangga, Buruh, PNS / TNI / Polri, Petani, dan
Karyawan.
Grafik 1. Data Pekerjaan Responden
Responden yang diteliti di Desa Sidoarum berjumlah 100 orang dengan
Profesi sebagai Wiraswasta / jasa sebanyak 29 orang (29 %), Ibu Rumah Tangga 24
| 19 Kemudian sebagian besar responden di desa sidoarum berpendidikan SLTA
kemudian sisanya SD, SLTP, Perguruan Tinggi, dan Tidak Bersekolah.
Grafik 2. Data Pendidikan Responden
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa presponden dengan pendidikan
terahir SLTA sebesar 38 orang (38 %), SD 23 orang (23 %), SLTP 19 orang (19 %),
Perguruan Tinggi 11 orang (11 %) dan responden yang tidak sekolah sebanyak 9
orang (9 %).
38%
23% 19%
11%
9%
Pendidikan Responden
SLTA
SD
SLTP
Perguruan Tinggi
| 20
C. Hasil Penelitian
Grafik 3.1. Tingkat Pengetahuan Responden tentang DBD di desa Sidoarum
Secara umum tingkat pengetahuan Responden di desa Sidoarum dapat dilihat
pada grafik 3.1 yaitu dengan 81 % (81 orang) berpengetahuan baik dan sisanya sekitar
19 % (19 orang) berpengetahuan buruk terhadap Demam Berdarah Dengue.
Grafik 3.2. Tingkat Pengetahuan Responden tentang DBD di desa Sidoarum (per-Dusun) 81%
19%
Tingkat Pengetahuan Responden tentang
DBD di desa Sidoarum
Baik
Buruk
16
27
18
20
5 7
2
5
Cokrokonteng Tangkilan Kramat Potrowangsan
Tingkat Pengetahuan Responden tentang
DBD di desa Sidoarum (per-Dusun)
| 21 Sementara dapat dilihat secara jelas pada grafik 3.2 bahwa responden dengan
Pengetahuan baik terdapat 16 orang di dusun Cokrokonteng, 27 orang di dusun
Tangkilan, 18 orang di dusun Kramat, dan 20 orang di dusun Potrowangsan.
Sementara responden dengan pengetahuan buruk terdapat sebanyak 5 orang di dusun
Cokrokonteng, 7 orang di dusun Tangkilan, 2 orang di dusun Kramat, dan 5 orang di
dusun Potrowangsan.
Grafik 4.1. Perilaku PSN Responden di Desa Sidoarum
Kemudian secara umum perilaku Responden yang berkaitan dengan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di desa Sidoarum dapat dilihat pada grafik 4.1
yaitu dengan 64 % (64 orang) berprilaku baik dan sisanya sekitar 36 % (36 orang)
berprilaku buruk.
64% 36%
Perilaku PSN Responden di Desa Sidoarum
Baik
| 22 Grafik 4.2. Perilaku PSN Responden di Desa Sidoarum (Per-Dusun)
Sementara dapat dilihat secara jelas pada grafik 4.2 bahwa responden dengan
perilaku baik terdapat 14 orang di dusun Cokrokonteng, 20 orang di dusun Tangkilan,
13 orang di dusun Kramat, dan 17 orang di dusun Potrowangsan. Sementara
responden dengan perilaku buruk terdapat sebanyak 7 orang di dusun Cokrokonteng,
14 orang di dusun Tangkilan, 7 orang di dusun Kramat, dan 8 orang di dusun
Potrowangsan. 14
20
13
17
7
14
7 8
Cokrokonteng Tangkilan Kramat Potrowangsan
Perilaku PSN Responden di Desa Sidoarum
(Per-Dusun)
Baik Buruk
74% 26%
Rumah Responden
Negatif Jentik
| 23 Grafik 5.1. Rumah Responden
Dari grafik 5.1 dapat diketahui bahwa di desa Sidoarum terdapat 74 % (74
Rumah) yang tidak ditemukan jentik nyamuk, sementara sisanya 26 % (21 Rumah)
ditemukan jentik nyamuk.
Grafik 5.2. Rumah Responden (Per-Dusun)
Kemudian persebaran rumah responden yang tidak ditemukan jentik dapat
dilihat pada grafik 5.2 yaitu terdapat 13 Rumah di dusun Cokrokenteng, 27 Rumah di
dusun Tangkilan, 18 Rumah di dusun Kramat, dan 16 Rumah di dusun Potrowangsan.
Sementara untuk Rumah dengan positif jentik terdapat di dusun Cokrokenteng
sebanyak 8 Rumah, di dusun Tangkilan 7 Rumah, di dusun Kramat sebanyak 2
Rumah , dan terahir di dusun Potrowangsan sebanyak 9 Rumah. 13
27
18
16
8
7
2
9
Cokrokonteng Tangkilan Kramat Potrowangsan
Rumah Responden (Per-Dusun)
| 24 Grafik 6.1. Kontainer
Dari grafik 6.1 dapat diketahui bahwa di desa Sidoarum terdapat 95 % (653
Kontainer) yang tidak ditemukan jentik nyamuk, sementara sisanya 5 % (33
Kontainer) ditemukan jentik nyamuk.
Grafik 6.2. Kontainer (Per-Dusun) 95%
5%
Kontainer
Kontainer Negatif
Positif jentik
189 195
156
146
13 8
2 10
Cokrokonteng Tangkilan Kramat Potrowangsan
Kontainer (Per-Dusun)
| 25 Kontainer yang tidak ditemukan jentik dapat dilihat pada grafik 6.2 yaitu
terdapat 189 Kontainer di dusun Cokrokenteng, 195 Kontainer di dusun Tangkilan,
156 Kontainer di dusun Kramat, dan 146 Kontainer di dusun Potrowangsan.
Sementara untuk Kontainer dengan positif jentik terdapat di dusun Cokrokenteng
sebanyak 13 Kontainer, di dusun Tangkilan 8 Kontainer, di dusun Kramat sebanyak 2
Kontainer, dan terahir di dusun Potrowangsan sebanyak 10 Kontainer.
Grafik 6.3. Jenis Kontainer
Buah), dan Mangkok bekas 2,91 % (20 Buah).
| 26 Grafik 6.4. Jenis Kontainer Positif Jentik
Dari berbagai jenis kontainer seperti yang tertera pada grafik 6.4 terdapat
beberapa jenis Kontainer yang ternyata positif Jentik Nyamuk (Larva) hal ini dapat
dilihat pada grafik 12 yaitu sebagian besar terdapat pada Bak Mandi 63 % (20 Buah
), Tempayan 34 % (11 Buah ), dan Ember Bekas 3 % (1 Buah).
Grafik 7.1. Status Entomologi Desa Sidoarum 34%
63%
3%
Jenis Kontainer Positif Jentik
Tempayan
Bakmandi
Ember Bekas
4,81
26
33
Desa Sidoarum
Status Entomologi Desa Sidoarum
| 27 Secara umum dari grafik 7.1 dapat diketahui tentang status entomologi desa
Sidoarum bahwa Nilai Countainer Index (CI) sebesar 4,81 % , House Index (HI)
sebesar 26 % , dan Breteau Index (BI) sebesar 33 %.
Grafik 7.2. Status Entomologi Desa Sidoarum (Per-Dusun)
Dari grafik 7.2 dapat diketahui Nilai Countainer Index (CI), House Index
(HI) dan Breteau Index (BI) per dusun di desa Sidoarum.
Di dusun Cokrokonteng Nilai Countainer Index (CI) sebesar 6,9 % lebih
besar dibanding Countainer Index (CI) desa Sidoarum secara umum , House Index
(HI) sebesar 38,1 % lebih besar dibanding House Index (HI) desa Sidoarum secara
umumdan Breteau Index (BI) sebesar 13 %, lebih kecil dibanding Breteau Index (BI)
desa Sidoarum secara umum.
Di dusun Tangkilan Nilai Countainer Index (CI) sebesar 4,1 % , lebih kecil
dibanding Countainer Index (CI) desa Sidoarum secara umum. House Index (HI)
sebesar 20,6 % , lebih kecil dibanding House Index (HI) desa Sidoarum secara umum.
Breteau Index (BI) sebesar 8 %, lebih kecil dibanding Breteau Index (BI) desa
| 28 Di dusun Kramat Nilai Countainer Index (CI) sebesar 1,3 % , lebih kecil
dibanding Countainer Index (CI) desa Sidoarum secara umum. House Index (HI)
sebesar 10 % , lebih kecil dibanding House Index (HI) desa Sidoarum secara umum.
Breteau Index (BI) sebesar 2 %, lebih kecil dibanding Breteau Index (BI) desa
1. Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Mayoritas responden berpendidikan SLTA, dengan tingginya pendidikan
masyarakat Desa Sidoarum diharapkan pengetahuannya tinggi. Walaupun demikian,
pengetahuan yang baik belum tentu mempengaruhi keberadaan larva Ae. aegypti di
kontainer – kontainer dan rumah masyarakat . Secara umum pengetahuan responden
di desa sidoarum sudah baik hal ini dapat terlihat pada grafik 3.1 yaitu sebesar 81 %
masyarakat sudah memiliki pengetahuan yang baik terkait penyakit DBD dan sisanya
19 % memiliki tingkat pengetahuan dibawah pengetahuan rata rata responden lainnya.
Jika dilihat dari tingkat pendidikan pada grafik 2 , terdapat sekitar 91 %
responden telah menempuh pendidikan formal dan sisanya 9% tidak menempuh
pendidikan formal. Maka jika melihat jumlah tingkat pendidikan responden dan
jumlah responden dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang penyakit DBD maka
jumlah Responden dengan Pengetahuan baik mengenai DBD hampir mendekati
jumlah Responden yang telah mnempuh pendidikan formal.
Berdasarkan dari grafik 3.2, rata-rata tingkat pengetahuan warga Desa
Sidoarum Godean tentang DBD (Demam Berdarah Dengue) bahwa tingkat
pengetahuan responden yang paling baik terdapat pada dusun Tangkilan dengan
prosentase sebesar 27% karena pada dusun tersebut sudah pernah diadakanya
penyuluhan yang diberikan oleh KKN maupun petugas puskesmas. Selain itu di dusun
| 29 memiliki tugas untuk pemeriksaan jentik nyamuk di setiap rumah warga di RT
masing-masing pada setiap satu bulan sekali. Bahkan sudah memilik POSKESDUS
(Pos Kesehatan Dusun) yang mempunyai fasilitas balai pertemuan misalnya seperti
tempat untuk rapat, posyandu, siskamling beserta dan di sekitar Poskesdus tersebut
memiliki berbagai tanaman obat. Sebagian besar responden di dusun ini sudah
mengetahui tentang penyakit DBD, termasuk siapa yang dapat terserang penyakit ini
dan bagaimana resiko serta cara transmisi penyaki ini.
Untuk tingkat pengetahuan DBD yang paling buruk terdapat di Dusun
Cokrokenteng karena kebanyakan responden tidak mengetahui tempat perindukan
telur nyamuk DBD pada saat pengisian kuisioner yang telah diberikan, kurang taunya
bahaya penyakit DBD, tim kader kesehatan pada dusun tersebut kurang aktif untuk
pemeriksaan jentik nyamuk di setiap rumah warga, kurang taunya warga tentang
bentuk dan manfaat dari pemberian bubuk abate di tempat penampungan air.
2. Perilaku Masyarakat
Dari data pada grafik 4.1 dapat dilihat secara umum pada Desa Sidoarum
Perilaku warga tentang DBD dengan PSN ( Pemberantasan Sarang Nyamuk ) yaitu 64
% ( 64 orang ) berperilaku baik dan sisanya 36 % ( 36 orang ) berperilaku buruk. Rata
– rata tingkat pendidikan warga pada Desa Sidoarum sebagian besar adalah SLTA dan sudah mengetahui bagaimana mencegah DBD dan penularannya secara umum,
misalnya seperti fogging, 3M. Karena itu sikap positif warga tentang pemberantasann
Sarang Nyamuk ( PSN ) sudah berjalan dengan baik. Dilihat dari segi profesi,
sebagian besar warga di Desa Sidoarum adalah Ibu Rumah Tangga, sehingga waktu
mereka berada di rumah dan memerhatikan lingkungan sekitar lebih banyak.
Dari grafik 4.2 dapat dilihat perilaku PSN responden pada setiap Dusun
menunjukkan bahwa tingkat perilaku yang paling baik terdapat di Dusun Tangkilan
dengan prosentase 20 % dimana setiap kader kesehatan aktif dalam memelihara
kesehatan lingkungan dengan membagikan bubuk abate pada setiap RT. Diadakannya
bang sampah atau pengumpulan sampah setiap sebulan sekali juga aktif dilaksanakan
sehingga mengurangi tempat perindukan telur nyamuk di setiap rumah warga,
| 30 Perilaku PSN terburuk terdapat di Dusun Kramat dengan prosentase 13 %
dimana kader kesehatan pada Dusun Kramat kurang aktif dalam memberikan arahan
tentang kesehatan dan kurang membagikan bubuk abate sehingga warga tidak dapat
mengaplikasikannya dengan menaburkannya pada tempat penampungan air.
3. Status Entomologi
Menurut Ramadhani (2013) Penyebaran jentik nyamuk Aedes sp.
dipengaruhi oleh kepadatan penduduk . Desa sidoarum merupakan kelurahan padat
penduduk dengan jarak antar rumah yang berdekatan . Nyamuk akan dengan mudah
berpindah kerumah lainnya untuk meletakkan telurnya ataupun menghisap darah yang
akan meningkatkan resiko penularan penyakit DBD.
Berdasarkan Penelitian Yulian Taviv dkk (2010), nilai Countainer Index
(CI), House Index (HI), dan Breteau Index (BI) akan sangat berpengaruh terhadap
resiko penularan penyakit DBD. hal ini sesuai dengan hasil penelitiannya yang
membandingkan dua daerah di palembang yaitu desa Kebun bunga dan desa
Sukarami. Berdasarkan nilai Countainer Index (CI), House Index (HI), dan Breteau
Index (BI) didapati hasil yaitu nilai ketiga variabel tersebut berbanding lurus dengan
resiko penularan penyakit DBD, maksudnya semakin besar nilai ketiga Variabel
tersebut maka semakin besar pula resiko penularannya.
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2000 dalam jurnal yang ditulis
Zulkarnaini dkk (2009), angka House Index (HI) yang dianggap aman untuk
penularan penyakit DBD adalah <5%, dengan demikian Desa Sidoarum termasuk
daerah yang rawan terhadap KLB DBD karena angka House Index (HI) mencapai 26
%. Pada penelitian ini ditemukan bahwa keberadaan nyamuk penular penyakit DBD
di rumah-rumah penduduk menunjukkan tinggi. Keadaan demikian mungkin bisa
terjadi mengingat daerah Sidoarum merupakan daerah padat perumahan. Menurut
WHO tahun 2001 dalam jurnal yang ditulis Zulkarnaini (2009) juga menyatakan
bahwa kepadatan urbanisasi cenderung menambah jumlah habitat yang sesuai untuk
Aedes aegypti.
Menurut Kantachuvessiri tahun 2002 dalam jurnal yang ditulis Zulkarnaini
dkk (2009) angka CI di atas 10% sangat potensial bagi penyebaran penyakit DBD.
| 31 sebesar 4,81 %, dengan demikian tingkat penyebaran vektor DBD di Desa Sidoarum
belum terlalu mengkhawatirkan. Sementara keadaan kontainer di desa Sidoarum yaitu
terdapat 686 kontainer dengan 32 kontainer yang positif, dan secara proporsi
keberadaan jentik nyamuk Ae. Aegypi tersebut lebih banyak pada Bak Mandi 63 %
(20 Buah ), Tempayan 34 % (11 Buah ), dan Ember Bekas 3 % (1 Buah). Container
positif larva Ae.aegypti terbanyak berada di Bak mandi karena di desa sidoarum
menggunakan ukuran Bak Mandi yang besar sehingga air tidak langsung habis saat
dipakai ataupun karena ukurannya yang besar membuat pemilik kesulitan untuk
membersihkanya secara rutin sehingga peluang kontainer tersebut dijadikan tempat
bertelur nyamuk Ae.aegypti lebih besar.
Angka Bruteau Index (BI) yang didapat pada penelitian ini sebesar 33 % ,
Menurut Kantachuvessiri tahun 2002 dalam jurnal yang ditulis Zulkarnaini dkk
(2009) angka Bruteau Index (BI) di atas 50 % sangat potensial bagi penyebaran
penyakit DBD. Maka melihat hasil Index (BI) di desa Sidoarum ini distribusi menurut
jenis kontainer per 100 rumah menunjukkan hasil yang belum melebihi standar yang
ditetapkan.
Ditinjau dari kepadatan per-dusun (Grafik 7.2) Countainer Index (CI)
tertinggi berada di dusun Cokrokonteng yaitu 6,9% namun masih berada pada
kondisi yang belum menghawatirkan, House Index (HI) tertinggi berada di dusun
Cokrokonteng dengan 38,1 % namun di ketiga dusun lainnya yaitu Potrowangsan
Tangkilan,dan Kramat juga memiliki nilai House Index (HI) yang melebihi 5 %
masing masing secara berurutan nilainya adalah36, %, 20, 6 %, dan 10 %. Breteau
Index (BI) sebesar terbesar berada di dusun Cokrokonteng yaitu 13 %. Maka dapat
diketahui bahwa semua dusun tersebut beresiko terjadinya kejadian luar biasa (KLB)
| 32 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
1. KESIMPULAN
DBD masih merupakan ancaman di Desa Sidoarum karena memiliki nilai
House Index (HI) yang melebihi 5% yang artinya berpotensi terjadinya Kejadian Luar
Biasa (KLB) penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
Tingkat pengetahuan terhadap penyakit DBD di desa Sidoarum dapat
disimpulkan baik karena sekitar 81 % telah memiliki pengetahuan yang cukup
sementara itu untuk tingkat perilaku PSN walaupun masih tergolong baik yaitu 64 %
namun dapat disimpulkan bawa tidak semua masyarakat yang berpengetahuan baik
memiliki perilaku PSN yang baik.
2. SARAN
a. Bagi Masyarakat Sidoarum
a. Meningkatkan Kesadaran tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
b. Menggiatkan kembali kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
c. Terus menjaga lingkungan di sekitar rumah
b. Bagi Pemerintah
a. Agar diadakan program Monotoring larva Ae. aegypti secara berkala
d. Agar mengadakan penyuluhan tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
c. Bagi Mahasiwa
| 33
Daftar Pustaka
DEPKES RI. 2008 . Modul Pelatihan Bagi Pelatih Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue (PSN-DBD) Dengan Pendekatan Komunikasi Perubahan Perilaku
(COMMUNICATION FOR BEHAVIORAL IMPACT). JAKARTA.
DINKES Kab. Sleman. 2010. Profil Kesehatan Kabupaten Sleman tahun 2010 . Yogyakarta.
Hariyana, Bambang. 2007. Pengembangan Sistem Informasi Surveilans Eoidemiologi
Demam Berdarah Dengue untuk Kewaspadaan Dini dengan Sistem Informasi di
Wilayah Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara (Studi Kasus di Puskesmas MLONGO
I). Tesis . Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro Semarang.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan . Jakarta: Penerbit PT Rineka Cipta.
Pelawi, Hendra Irawan. 2006 . Gambaran Indeks Jentik Nyamuk Ae. Aegypti dan kaitannya
dengan kejadian Demam Berdarah Dengue di kelurahan Gung Negeri Kecamatan
Kabanjahe Kabupaten Karo Tahun 2006. Skripsi. FKM Universitas Sumatra Utara
Medan.
Ramadhani, Mashita Mentari., Dan Astuty, Hendry. 2013.
Kepadatan dan Penyebaran
Aedes aegypti Setelah Penyuluhan DBD di Kelurahan Paseban,
Jakarta Pusat.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta.Respati, Yunita Ken dan Keman S, 2007. Perilaku 3M, Abatisasi dan Keberadaan Jentik
Aedes Hubungannya dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue. Jurnal Kesehatan
Lingkungan, Volume 108 L.3, NO.2, JANUARI 2007 : 107 – 118. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.
Rihadi, Slamet . (tanpa tahun) . Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Berbasis
Lingkungan Melalui JPS-BK . Tempo:
http://www.tempo.co.id/medika/arsip/032001/top-1.htm diakses pada 17 mei 2013 di Yogyakarta.
Richwanto, Fuel., Hestiningsih R. 2013. Hubungan Kejadian Keberadaan Tempat Perindukan
Nyamuk Aedes aegepty Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Tiga
Kelurahan Endemis Kota Palangkaraya Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Masyarakat
2013 Volume 2 Nomor 2 April 2013. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
| 34 Sari, Puspita., Martini., dan Ginanjar ,Praba . 2012 . Hubungan Kepadatan Jentik Aedes sp
dan Praktikan PSN dengan Kejadian DBD di Sekolah Tingkat Dasar di Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat Volume 1 Nomor 2 Tahun 2012 Halaman
413 – 422. FKM Unuversitas Diponegoro Semarang.
Susanna,dewi., dan Sembiring, Terang U.J. 2011 . Entomologi Kesehatan (Arthropoda
pengganggu kesehatan dan parasit yang dikandungnya). Jakarta : UI Press.
Sylvana, Fransisca., Pereira, Gabriela DCM. 2000. Demam Berdarah Dengue (DBD).
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Tarmizi, Tasrief. 2012 . Waspadai penyakit DBD di daerah tropis. Antara News :
http://www.antaranews.com/berita/345886/waspadai-penyakit-dbd-di-daerah-tropis
diakses pada 17 mei 2013 di Yogyakarta.
Taviv , Yulian., Saikhu ,Akhmad., dan Sitorus, Hotnida. 2010. Pengendalian DBD melalui
Pemanfaatan Pemantau Jentik dan Ikan Cupang di Kota Palembang. Jurnal Bulan
Peneliti Kesehatan, Vol. 38 No. 4 tahun 2010 . Loka Litbang P2B2 Baturaja.
Triatmanto. 2010. Pembinaan Pola Hidup Sehat Masyarakat Kecamaatan Semin,
Gunungkidul Yogyakarta. Lembaga Pengembangan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.
Zulkarnaini., Siregar, YI., Dameria., 2009. Hubungan Kondisi Sanitasi Lingkungan Rumah
Tangga Dengan Keberadaan Jentik Vektor Dengue DI Daerah Rawan Demam Berdarah