• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP LARI J

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP LARI J"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP

LARI JARAK PENDEK (SPRINT) 100 METER PADA

SISWA EKSTRAKURIKULER DI SMA NEGERI 1

KECAMATAN KUANTAN MUDIK

KABUPATEN KUANTAN SINGINGI

U NIV ER

S ITA S IS LAM RIA

U

P E K AN B A R U

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Islam Riau

Oleh :

INDRA PEBRIADI

NIM : 066611012

JURUSAN PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang dan Masalah 1.1.1. Latar Belakang

Pendidikan tidak akan sempurna dan lengkap tanpa pendidikan jasmani, karena pendidikan jasmani disamping memiliki pengetahuan dan keterampilan teknis di bidang olahraga siswa juga mempunyai nilai-nilai sosial yang positif serta dapat menanamkan landasan yang kuat untuk membentuk sifat-sifat sportivitas yang tinggi sesuai dengan tujuan pendidikan, sehingga olahraga merupakan salah satu materi dalam kurikulum pada setiap tingkatan.

Dalam Undang-Undang Olahraga No. 3 Tahun 2005 Pasal 1 point 11 berbunyi : “Olahraga pendidikan adalah pendidikan jasmani dan olahraga yang dilaksanakan sebagai bagian proses pendidikan yang teratur dan berkelanjutan untuk memperoleh pengetahuan, kepribadian, keterampilan, kesehatan dan kebugaran jasmani”.

(3)

Berdasarkan uraian di atas, jelas untuk meningkatkan dan pembibitan dilakukan di lembaga pendidikan sekolah serta pada lembaga di luar sekolah, dimana pendidikan jasmani diberikan dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi termasuk dalam pendidikan jasmani.

Atletik merupakan gerak dasar bagi cabang olahraga lain. Hal ini disebabkan nomor yang ada dalam nomor ini sering dilakukan pada cabang-cabang olahraga lainnya seperti gerakan lari, lompat dan lempar yang merupakan gerakan olahraga tertua serta sejak dulu telah termasuk dalam pendidikan, gerakan atletik merupakan sarana dalam meningkatkan kemampuan berprestasi secara umum, olahraga ini tergolong murah dan tidak perlu membutuhkan tempat yang khusus dalam latihan. Dengan demikian idealnya olahraga ini dapat berkembang dengan pesat dalam peningkatan prestasi.

Untuk mendapatkan prestasi yang baik tentunya didukung oleh banyak faktor, baik faktor dari dalam maupun dari luar olahragawan itu sendiri. Faktor tersebut antara lain, kondisi atlit, postur tubuh, teknik atau sikap tubuh dalam berlari dan lain-lain termasuk didalamnya panjang tungkai yang erat kaitannya dengan panjangnya langkah seseorang.

(4)

Bertolak dari uraian di atas, maka proposal penelitian ini cenderung pada ”Hubungan Panjang Tungkai terhadap Lari Jarak Pendek (Sprint) 100 Meter pada Siswa Ekstrakurikuler di SMA Negeri 1 Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi”.

1.1.2. Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah kondisi fisik siswa dapat mempengaruhi lari jarak pendek 100 M (Sprint) di SMAN 1 Kecamatan Kuantan Mudik?

2. Apakah faktor postur tubuh dapat mempengaruhi kecepatan lari jarak pendek 100 M (Sprint) di SMAN 1 Kecamatan Kuantan Mudik?

3. Apakah faktor latihan dapat mempengaruhi kecepatan pelari jarak pendek 100 M (Sprint) di SMAN 1 Kecamatan Kuantan Mudik?

4. Apakah ada hubungan antara panjang tungkai terhadap kecepatan lari jarak pendek 100 M (Sprint) di SMAN 1 Kecamatan Kuantan Mudik?

1.2. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(5)

2. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini, adalah :

a. Sebagai masukan bagi guru atau seorang pelatih untuk masa yang akan datang dalam rangka meningkatkan prestasi lari jarak pendek 100 Meter. b. Sebagai menambah ilmu pengetahuan bagi seorang guru atau pelatih

dalam rangka meningkatkan prestasi belajar di SMA Negeri 1 Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi.

c. Untuk melengkapi syarat-syarat dalam mengikuti ujian sarjana pada jurusan Pendidikan Penjaskesrek FKIP Universitas Islam Riau Pekanbaru.

1.3. Ruang Lingkup Penelitian 1.3.1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan kepada tujuan penelitian yang dikemukakan terdahulu terbatasnya waktu, tenaga, dan dana maka penelitian ini dibatasi pada : Apakah ada hubungan panjang tungkai terhadap lari jarak pendek 100 Meter.

1.3.2. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman tentang judul yang akan diteliti, maka penulis merasa perlu menjelaskan istilah yang berkaitan dengan judul skripsi ini: a. Hubungan adalah kaitan, pertalian, sangkut paut antara panjang tungkai

dengan lari 100 M.

(6)

c. Lari jarak pendek 100 meter adalah salah satu nomor perlombaan atletik yang dilakukan dari garis start hingga ke garis finish dengan kecepatan maksimal.

1.4. Anggapan Dasar, Hipotesis dan Teori 1.4.1. Anggapan Dasar

Bertolak dari batasan penelitian maka dapat dikemukakan anggapan dasar sebagai berikut : Seorang yang memiliki tungkai panjang lebih lebar langkah dan akan lebih cepat lari jarak pendek 100 M (Sprint) dibandingkan seseorang yang memiliki tungkai pendek.

1.4.2. Hipotesis

Berdasarkan anggapan dasar di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah : Terdapat hubungan antara panjang tungkai terhadap kecepatan lari jarak pendek 100 meter di SMA Negeri 1 Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi.

1.4.3. Teori

A. Hakekat Lari Cepat/Sprint 100 Meter

Atletik merupakan olahraga yang sudah dikenal sejak zaman romawi kuno dan yunani kuno, olahraga ini merupakan ibu dari segala cabang olahraga (Mother of Sport) (Husni dkk,1988). Atletik melibatkan seluruh anggota tubuh dan

(7)

Lari adalah melangkah dengan cepat, sampat terdapat gerakan dimana kedua kaki melayang sebentar diudara. (www. answer. yahoo.com). Lari juga merupakan suatu gerakan yang disengaja untuk dilakukan, baik itu untuk perlombaan maupun untuk kebugaran tubuh.

Sedangkan menurut Setiadi (my.opera.com) lari adalah gerakan maju langkah kaki kedepan yang dilakukan sedemikian rupa dimana kedua kaki ada saat melayang keudara. Gerakan lari yang benar dan efektif adalah melibatkan koordinasi gerakan seluruh tubuh, sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.

Lari cepat 100 meter termasuk olahraga aenarobik, dengan ciri-ciri yaitu : dilakukan dengan intensitas tinggi, dalam waktu singkat dan akumulasi asam laktat. Oleh karena itu energi yang dikeluarkan berasal dari glukosa dan glykogen yang tersimpan dalam otot dan hanya membutuhkan sedikit O2, sehinga dalam sisa pembakaran hanya menghasilkan sedikit ATP.

Menurut Jonath (1987 : 58) mengatakan ”stamina anaerob umum atau stamina kecepatan pada lari cepat jarak pendek (sprint), terutama pada meter-meter terakhir, mempunyai pengaruh terhadap prestasi. Hal itu tergantung pada potensi otot untuk mengeluarkan energi tanpa pemasukan oksigen”.

(8)

Sebagaimana yang telah dikemukakan, salah satu anggota tubuh yang paling dominan dalam melakukan olahraga lari (sprint) adalah tungkai (kaki) secara logis, orang yang tungkainya berukuran lebih panjang akan cenderung memiliki kemampuan yang lebih tinggi (lebih cepat) dalam melakukan olahraga lari (sprint) jarak pendek 100 meter.

Disamping bentuk badan yang harus sesuai dengan olahraga lari (sprint), untuk memperoleh prestasi yang maksimal harus didukung kondisi fisik yang prima. Secara teoritis, menurut Pearce (1998 : 28) komponen-komponen dari kondisi fisik itu adalah :

”(1) Daya tahan (Endurence), (2) Tenaga ledak otot (Muscle Explosive Power), (3) Kecepatan (Speed), (4) Kekuatan otot (Muscle Strength), (5) Ketangkasan (Egality), (6) Kelenturan (Flexibility), (7) Keseimbangan (Balance), (8) Kecepatan reaksi (Reaction Time), dan (9) Koordinasi (Coordination)”

Dari pendapat para ahli diatas, maka dapat diuraikan bahwa seorang atlit harus memiliki beberapa faktor di atas dalam menjalani aktivitas olaharaga, sehingga pencapaian prestasi dalam olahraga dapat diwujudkan. Untuk itu, seorang atlit harus berlatih dengan optimal untuk mencapai semua faktor di atas.

Untuk memperoleh kecepatan tinggi harus diingat prinsip-prinsip lari cepat, yaitu :

a. Lari pada ujung kaki

b. Menempuh dengan kuat, agar mendapat dorongan kedepan dengan kuat pula.

c. Badang condong kedepan ± 60 0, sehingga titik berat badan selalu di depan.

(9)

Penentuan pemenang dalam perlombaan lari yaitu berdasarkan catatan waktu yang direkam dengan menggunakan alat, baik yang non-elektronik maupun elektronik. Dalam setiap perlombaan resmi selalu dipergunakan pencatat waktu elektronik yang dihubungkan dengan pistol start.

Pada saat pistol dibunyikan sebagai tanda lari dimulai, maka seluruh pencatat waktu secara bersamaan mulai dihidupkan dan dimatikan oleh petugas saat atlet yang diawasi menyentuh garis finish. Biasanya seorang pelari direkam oleh tiga orang pengambil waktu dan juga dibantu dengan fhoto/kamera finish.

Untuk mendapatkan prestasi yang secepat mungkin dalam lari cepat 100 meter seorang pelari harus mengetahui unsur-unsur atau faktor-faktor yang ikut menentukan kecepatan lari, yaitu : Teknik start, Teknik lari dan Teknik finish. 1. Teknik Start

Teknik start dalam lari cepat 100 meter menurut Soegito, dkk (1991 : 99) adalah start jongkok terdiri dari Aba-aba ”Bersedia”Siap”Ya”.

(10)

a. Bersedia

Sifat-sifat teknis

1. Blok depan adalah 1 – 5 panjang telapak kaki dibelakang garis start

2. Blok belakang dipasang 1 – 5 panjang telapak kaki dibelakang blok depan. 3. Blok depan biasanya dipasang lebih datar.

4. Blok belakang biasanya dipasang lebih curam.

5. Peranan panjang tungkai dan pendek tungkai dalam posisi kaki pada saat start adalah sama dan tidak ada perbedaan.

Gambar 1 Posisi Kaki Saat Start

Aba-aba ”Bersedia”

1. Kedua kaki dalam keadaan menyentuh tanah. 2. Lutut kaki kebelakang terletak di tanah

3. Kedua tangan diletakkan di tanah, terpisah selebar bahu sedikit, jari-jari tangan ditelungkupkan.

(11)

5. Peranan panjang tungkai dan pendek tungkai dalam posisi kaki pada saat start adalah sama dan tidak ada perbedaan.

6. Peranan panjang tungkai dan pendek tungkai dalam posisi start jongkok adalah sama dan tidak ada perbedaan hanya terletak pada orang yang panjang tungkai lengkungan badan agak tinggi dibandingkan dengan orang yang pendek tungkai.

Gambar 2 Posisi Start Jongkok

b. Siap

1. Lutut ditekan kebelakang.

2. Lutut kaki depan ada dalam posisi membentuk sudut siku-siku (900). 3. Lutut kaki belakang membentuk sudut antara 120 – 140 derajat.

4. Pinggang sedikit diangkat dari pada bahu, tubuh sedikit condong kedepan. 5. Bahu sedikit maju kedepan dari kedua tangan.

(12)

Gambar 3 Sikap Aba-aba Siap

c. Gerak Condong

1. Badan diluruskan dan diangkat pada saat kedua kaki menekan keras pada start blok.

2. Kedua tangan diangkat dari tanah bersamaan untuk kemudian diayun bergantian.

3. Kaki belakang mendorong kuat/singkat, dorongan kaki depan sedikit tidak kuat/keras namun lebih lama.

4. Kaki belakang diayun kedepan dengan cepat sedangkan badan condong kedepan.

5. Lutut dan pinggang keduanya diluruskan penuh pada saat akhir dorongan. 6. Peranan panjang tungkai dan pendek tungkai dalam posisi sikap gerak

(13)

Gambar 4

Sikap Gerakan Condong

d. Percepatan

1. Kaki depan ditempatkan dengan telapak kaki untuk membuat langkah pertama.

2. Condong badan kedepan di pertahankan.

3. Tungkai-tungkai bawah dipertahankan selalu paralel dengan tanah saat pemulihan (recovery).

4. Panjang langkah dan frekuensi langkah meningkat dengan setiap langkah. 5. Badan ditegakkan dari sedikit setelah jarak 20 – 30 meter

6. Peranan panjang tungkai dan pendek tungkai dalam posisi percepatan adalah sama dan tidak ada perbedaan hanya terletak orang yang panjang tungkai langkah kakinya agak lebar dibanding dengan langkah kaki orang yang pendek tungkai.

2. Teknik Lari

(14)

Phase Topang

a. Mendarat pada telapak kaki

b. Lutut kaki – topang bengkok harus minimal pada saat amortisasi kaki ayun adalah dipercepat.

c. Pinggang, sendi lutut dan mata kaki dari kaki topang harus diluruskan kuat-kuat saat bertolak.

d. Pada kaki ayun naik dengan cepat dan kepada posisi horizontal.

e. Peranan panjang tungkai dan pendek tungkai dalam pase topang adalah sama dan tidak ada perbedaan hanya terletak orang yang panjang tungkai angkat lututnya ke atas agak tinggi dibandingkan dengan angkat lutut orang yang pendek tungkai.

Phase Layang

a. Lutut kaki ayun bergerak kedepan dan ke atas (untuk meneruskan dan panjang langkah).

b. Lutut kaki topang bengkok dalam phase pemulihan c. Ayunan lengan aktif namun rileks

d. Berikutnya kaki topang bergerak ke belakang (untuk memperkecil gerak menghambat pada saat sentuh tanah).

(15)

Gambar 5 Phase Layang

3. Finish

Faktor terakhir yang ikut menentukan kemenangan seorang pelari dibandingkan dengan yang lain adalah penguasaan keterampilan saat menyentuh garis finish. Dalam perlombaan lari sprin 100 meter banyak pelari yang menggunakan cara menjatuhkan diri untuk finish, yaitu dengan mengulurkan tubuhnya kedepan sesaat sebelum mencapai garis finish. Oleh karena itu gerakan pada waktu finish perlu mendapatkan perhatian secara khusus, yaitu bagian tubuh pelari (dalam urutan kepala, leher, lengan, tungkai dan kaki) menyentuh/mencapai bidang tegak sisi/tepi lebih dekat dari garis finish seperti ditentukan di atas.

Gerry (1991 : 15) tepat sebelum finish, sprinter akan mencondongkan tubuh kedepan dan menggerakkan dada (badan) kepita.

Selanjutnya Soegito, dkk (1991 : 101) mengatakan ada tiga teknis melewati garis finish yaitu :

a. Berlari terus secepat mungkin, kalau mungkin menambah kecepatan seakan garis finish masih 10 meter dibelakang garis finish sesungguhnya. b. Setelah sampai ± 1 meter di depan garis finish merebahkan badan kedepan

(16)

c. Setelah sampai digaris finish memutar bahu kanan atau bahu kiri tanpa mengurangi kecepatan.

Peranan panjang tungkai dan pendek tungkai dalam memasuki garis finish adalah sama dan tidak ada perbedaan hanya terletak orang yang panjang tungkai biasanya condongan badannya agak cepat bagian dadanya kedepan menyentuh pita finish dibandingkan dengan condongan dada orang yang pendek tungkai dalam menyentuh pita finish.

Menurut Adang, dkk (2001 : 215) yang harus diutamakan ketika mencapai finish adalah mencondongkan badan dengan serentak kedepan untuk menghantarkan bagian dada menyentuh pita finish.

Pada nomor lari sprint 100 meter, kekuatan otot tungkai didukung kecepatan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting dan merupakan inti dari kemampuan seorang pelari yang harus dipertahankan sampai garis finish. Dengan demikian faktor kekuatan otot tungkai tidak dapat dipisahkan dalam membahas prestasi lari cepat 100 meter.

(17)

B. Pengertian Panjang Tungkai

Tungkai merupakan salah satu bagian dari struktur tubuh manusia yang terhitung dari alas kaki sampai pada trocenter mayor, yang terletak pada bagian tulang yang terlebar sebelah luar tulang paha.

Menurut Sarwoto (1996 : 111) tungkai adalah struktur tubuh manusia yang terletak diantara alas kaki dan lutut yang berada pada bagian tulang kaki.

Sehingga dapat dikatakan bahwa tungkai yang lebih panjang rata-rata lebih kuat dibandingkan yang pendek. Sekali lagi bahwa faktor pembawaan tidak dapat dirubah melalui latihan.

Untuk mengetahui dengan jelas cara pengukuran panjang tungkai, menurut Sukarna (2000 : 3) adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran dilakukan dengan mempertimbangkan tinggi berdiri dikurangi tinggi duduk.

2. Teknik pengukuran tinggi berdiri tegak lurus dan kedua tumit harus menyentuh tanah atau lantai, kedudukan kepala hendaklah sedemikian rupa sehingga batas bawah dari rongga mata berada dalam garis horizontal.

3. Teknik pengukuran tinggi duduk, seseorang duduk di atas kursi dengan punggung lurus dan kedua tungkai bawah menggantung tanpa menekan pada ujung kursi, sedangkan badan diluruskan. Akan tetapi tidak boleh berkontraksi.

(18)

Gambar 7

Pengukuran Tinggi Berdiri dan Tinggi Duduk

1.5. Penentuan Sumber Data 1.5.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SMA Negeri 1 Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi yang mengikuti ekstrakurikuler sejumlah 17 orang. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel I.1 : Populasi Penelitian Siswa Ekstrakurikuer SMA Negeri 1 Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi

No. Kelas Siswa Putra Jumlah

1. X1 4 4

2. X2 3 3

3. X3 4 4

4. XI IPS 1 2 2

5. XI IPS 2 2 2

6. XI IPS 3 2 2

(19)

1.5.2. Sampel

Melihat data siswa SMA Negeri 1 Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi yang merupakan populasi pada penelitian ini. Maka semua populasi dijadikan sampel, menurut Suharsini (2002 : 112) di dalam penarikan sampel apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya atau sampel penuh. Dimana pada penelitian ini jumlah sampel penuh sejumlah 17 orang, yang mana seluruh sampel ini adalah siswa yang mengikuti ekstrakurikuler.

1.6. Teknik Pengumpulan Data 1.6.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini ada dua variabel yang diteliti, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah panjang tungkai sedangkan variabel terikatnya adalah lari cepat 100 meter.

a. Panjang Tungkai (Variabel Bebas)

Panjang tungkai adalah gambaran panjang tungkai yang dimiliki siswa SMA Negeri 1 Kuantan Mudik Kabupaten Kuantan Singingi, yang diperoleh dari hasil tes pengukuran tinggi berdiri dikurangi tinggi duduk. (Depdiknas, 1999).

b. Lari Cepat (Sprint) 100 Meter (Variabel terikat)

(20)

1.6.2. Instrument Penelitian

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah melalui tes dan pengukuran panjang tungkai siswa dan lari cepat 100 meter.

A. Panjang Tungkai

Untuk mengetahui dengan jelas cara pengukuran panjang tungkai, menurut Sukarna (2000 : 3) sebagai berikut :

1. Pengukuran ini dilakukan dengan mempertimbangkan tinggi berdiri dikurangi tinggi duduk.

2. Teknik pengukuran tinggi berdiri

- Siswa berdiri tegak lurus dan kedua tumit harus menyentuh tanah atau lantai.

- Kedudukan kepala hendaklah sedemikian rupa, sehingga lubang telinga dan batas bawah rongga mata berada dalam garis horizontal.

Gambar 10

(21)

3. Teknik pengukuran tinggi duduk

- Siswa duduk di atas kursi dengan punggung lurus dan kedua tungkai bawah kecil mengantung tanpa menekan pada ujung meja.

- Sedangkan badan diluruskan, akan tetapi tidak boleh berkontraksi. - Kepala mendorong tangkai alat pengukuran ke atas.

Gambar 11

Test Pengukuran Tinggi Duduk

B. Test Lari Cepat 100 Meter

Test kemampuan lari cepat 100 meter menggunakan Standar Prestasi dari Carr (2003 : 37).

1. Pelaksanaan test lari cepat 100 meter

- Sikap permulaan, empat orang peserta berdiri dibelakang garis start.

- Gerakan pada aba-aba ”Bersedia” punggung diangkat sedikit pandangan ke depan dan letak jari kaki pada start blok.

(22)

- Pada aba-aba ”Ya” peserta lari secepat mungkin menuju garis finish, menempuh jarak 100 meter.

- Pengukuran waktu, dilakukan pada saat bendera diangkat sampai pelari melintasi finish.

Gambar 12

Teknik Start dan Memasuki Garis Finish

2. Alat dan Perlengkapan Test - Stopwacht 4 buah

- Bendera start 1 buah

- Lintasan lurus dan rata dengan jarak 100 meter antara garis start dengan garis finish.

- Alat tulis

3. Petugas dalam pelaksanaan pengambilan data - Penulis 1 orang

- Timer 4 orang

(23)

Tabel I.2

Standar Prestasi Untuk Putra

Jarak (M) 80 100 80 100 80 100

Umur Baik Memuaskan Sangat Memuaskan

11 – 12 14,0 16,5 13,0 15,5 12,0 14,5

13 – 14 13,0 15,5 12,0 14,5 11,0 13,5

15 – 16 12,0 14,5 11,0 13,5 10,0 12,5

17 – 19 11,5 14,0 10,0 13,0 9,5 12,0

Carr (2003 : 37)

Untuk menganalisa data tentang hubungan panjang tungkai dengan kecepatan lari cepat jarak 100 meter serta hipotesis dalam pengambilan data yang di dapat dari test yang dilakukan, maka ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Bentuk persamaannya : Y = a + bX

a dan b merupakan konstanta, dimana :

( )

2. Untuk menentukan apakah variabel x dengan variabel y terdapat hubungan yang signifikan, digunakan rumus “r” product moment di bawah ini :

(

) ( )( )

3. Besar hubungan variabel x ditentukan oleh koefisien penentu r2

(24)

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Arikunto Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta. Renika Cipta.

Asmawi. 2005. Atletik dalam Profil Pendidikan Singkat Kepelatihan bagi Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Dasar. Jakarta. FIK-UNJ.

Carr, Garry A. 1991. Atletik untuk Sekolah. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Depdikbud. 1999. Garis-Garis Besar Haluan Negara. Jakarta. Balai Pustaka. Harsuki, 2003. Perkembangan Olahraga Terkini : Kajian Para Pakar. Jakarta.

Rajagrafindo Persada.

Sudjono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Sukarma. 2000. Tes Pengukuran Evaluasi, Bahan Penataran Pelatih Atletik. Pekanbaru.

Suherma, Adang. Dkk. 2001. Pembelajaran Atletik Pendekatan Permainan dan Kompetensi untuk SMA/SMK. Jakarta. Depdiknas.

Sugito, dkk. 1991. Materi Pokok Pendidikan Atletik. Jakarta. Proyek Penataran Guru Penjas SD Setersta D-II.

(25)

Gambar

Gambar 1 Posisi Kaki Saat Start
Gambar 2 Posisi Start Jongkok
Gambar 3 Sikap Aba-aba Siap
Gambar 4 Sikap Gerakan Condong
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa besar hubungan panjang tungkai dan berat badan dengan kecepatan lari sprint (100 meter)

penelitian ini adalah panjang tungkai dan power tungkai, dan variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi lari 100 m.. Setelah data hasil

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru penjaskes khususnya SMAN 1 Teluk Batang Kayong Utara bahwa kemampuan siswa dalam melakukan lari 100 meter

Terdapat hubungan yang berarti antara indeks massa tubuh dan power otot tungkai dengan hasil kecepatan lari jarak pendek 100 meter pada mahasiswi PJKR angkata 2013/2014

power tungkai dan panjang tungkai terhadap kecepatan lari 40 meter siswa kelas VII SMP N 23 Bandar Lampung tahun ajaran 2013, maka metode dalam penelitian

bahwa dari hasil analisis data diperoleh bahwa ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dan daya ledak tungkai dengan kemampuan lari 50 meter murid SD Negeri

Hasil analisis data diperoleh antara lain yaitu, ada korelasi yang signifikan antara power otot tungkai dan panjang tungkai dengan kecepatan lari dalam lari cepat 60 meter pada

2019.. 2019 “Kontribusi Panjang Tungkai, Keseimbangan dan Daya Ledak Tungkai terhadap Kecepatan Lari 50 Meter pada Murid SD Inpres Kassi-Kassi I Makassar”. Skripsi,