• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Budaya Timur Barat dlm cerpen S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gambaran Budaya Timur Barat dlm cerpen S"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN BUDAYA TIMUR-BARAT

DALAM CERPEN SERIBU KUNANG-KUNANG DI

MANHATTAN KARYA UMAR KAYAM:

Tinjauan Sosiologi Sastra

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi sebagian Persyaratan guna Melengkapi Gelar Sarjana Jurusan Sastra Indonesia

Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Disusun oleh

F CHRYSNHA PRADIPHA C0210020

FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Grebstein (dalam Damono, 1979: 4) menyatakan bahwa karya sastra tidak dapat dipahami secara lengkap, apabila dipisahkan dari lingkungan atau kebudayaan atau peradaban yang telah menghasilkannya. Ia harus dipelajari dalam konteks seluas- luasnya dan tidak hanya dirinya sendiri. Setiap karya sastra adalah hasil dari pengaruh timbal-balik yang rumit dari faktor-faktor sosial dan kultural, dan karya sastra itu sendiri merupakan objek kultural yang rumit. Bagaimana pun, karya sastra bukanlah suatu gejala yang tersendiri.

Kebudayaan tidak dapat dipisahkan dengan karya sastra. Kebudayaan menjadi salah satu faktor terciptanya karya sastra selain unsur sosial di dalamnya. Budaya Timur dan Barat adalah dua budaya yang ada di dunia, keberadaannya dalam masyarakat dapat mempengaruhi terciptanya karya sastra.

Timur dan Barat merupakan dua budaya yang sangat berbeda. Timur mengacu pada Asia (timur India), karena terdapat budaya lain seperti Timur Tengah. Barat lebih mengacu kepada negara-negara yang berada di benua Eropa

dan Amerika. Pada umumnya kata ini lebih sering diasosiasikan terhadap negara-negara yang mempunyai mayoritas penduduk berkulit putih (www..wikipedia.org/wiki/Dunia_Barat). Selanjutnya penyebutan budaya Jawa digunakan sebagai wakil dari budaya Timur karena Jawa (Indonesia) bagian dari Asia (Timur). Lalu budaya Amerika digunakan untuk mewakili budaya Barat. Salah satu contoh karya sastra yang kental akan unsur budaya di dalamnya adalah cerpen berjudul Seribu Kunang-kunang di Manhattan (selanjutnya cerpen SKKM).

Cerpen SKKM adalah salah satu dari dua belas cerpen dalam kumpulan cerpen berjudul Sri Sumarah dan cerita pendek lainnya pada tahun 1986 yang diterbitkan oleh penerbit Pustaka Jaya, Jakarta. Diterbitkan pertama kali dalam kumpulan cerpen berjudul Seribu Kunang-kunang di Manhattan pada tahun 1972 oleh penerbit Grafiti. Cerpen SKKM adalah cerpen berbahasa Indonesia yang terdiri dari 14 halaman.

(3)

diwakilkan oleh budaya Amerika dan budaya Jawa di dalamnya. Alasan kedua disebabkan cerpen SKKM menggambarkan proses interaksi sosial budaya Timur dan Barat yang membaur menjadi satu. Alasan ketiga melalui cerpen SKKM peneliti ingin mengungkapkan pandangan Umar Kayam sebagai pengarang cerpen SKKM terhadap budaya Timur dan Barat yang terkandung di dalamnya. Alasan keempat disebabkan cerpen SKKM adalah cerpen karangan Umar Kayam sebagai sastrawan yang sudah tidak asing lagi di dunia sastra Indonesia. Alasan lain dikarenakan cerpen SKKM dengan keberhasilannya melukiskan perasaan manusia yang halus melalui suatu cara bercerita yang langsung menangkap momen kehidupan itu sendiri secara konkrit dalam penceritaannya pernah mendapat penghargaan pada tahun 1966/1967 sebagai cerpen terbaik oleh majalah Horison.

Cerpen SKKM karya Umar Kayam merupakan sebuah karya sastra yang mampu menggambarkan pertemuan dua budaya yang berbeda yaitu budaya Timur (Jawa) dan budaya Barat (Amerika). Kedua budaya yang memiliki ciri khas masing-masing tersebut dipertemukan dalam satu latar waktu, tempat, dan suasana yaitu di Manhatattan Amerika. Kehidupan Manhattan sebagai kota metropolitan yang penuh dengan keramaian berbanding terbalik dengan kehidupan di desa yang damai dan tenang. Umar Kayam (orang Jawa) yang pernah merasakan kehidupan Amerika, memaparkan kedua budaya tersebut melalui tokoh-tokoh dalam cerpen SKKM yaitu Marno dan Jane.

Selain itu, cerpen SKKM mengungkap proses interaksi sosial budaya yang terjadi melalui pertemuan budaya Timur dan Barat. Pertemuan dua budaya yang berbeda tersebut akan menghasilkan kontak sosial dan komunikasi sehingga terjadi suatu interaksi sosial budaya Timur dan Barat. Berdasarkan perbedaan budayanya, Timur dan Barat jelas memiliki ciri khas masing-masing. Timur yang spiritual berbanding terbalik dengan Barat yang rasional.

(4)

Amerika yang membawa ciri khas kehidupan di kota Manhattan. Ketimuran dengan ciri khas kehidupannya berdasarkan atas spiritualitas. Berbeda dengan budaya Barat yang lebih mengutamakan kehidupannya pada rasionalitas Kehidupan spiritual dan kehidupan rasional sangat bertentangan. Namun dewasa ini, pencampuran budaya satu dengan budaya lain banyak ditemui di dunia.

Cerpen SKKM karya Umar Kayam merupakan karya yang kuat akan unsur-unsur budaya di dalamnya. Cerpen SKKM menyampaikan pesan dan amanat yang menjadi persoalan mengenai pencampuran budaya. Mengingatkan kembali bahwa pencampuran budaya tidak serta merta membawa ke dalam pertentangan, melainkan pembauran juga dapat terjadi, seperti halnya diaspora dapat ditemui dalam cerpen SKKM karya Umar Kayam.

Sebagai karya yang berprestasi, penelitian menyangkut cerpen SKKM sebagai objek penelitian juga banyak dilakukan oleh kalangan sastra, antara lain: Jakob Sumardjo (1974), Moh Soeratno, et.al (1980), Korrie Layun Rampan (1982), Swami Anand Haridas (1986), Th. Sri Rahayu Prihatmi (1990),Lukman Hakim (1992), Chattri S Widyastuti (2005), Alitadram (2011), Antono Wiyono (2011), dan Lilah Nur Kholilah (2013)

Salah satu penelitian berobjek cerpen SKKM di atas adalah penelitian Lukman Hakim (1992) yang mengkaji unsur cakapan dalam cerpen SKKM. Lukman Hakim membuat suatu kesimpulan mengenai penelitiannya bahwa percakapan dalam cerpen SKKM, berfungsi sebagai aktualisasi dari pengungkapan tema dan penggambaran tokoh. Unsur cakapan dikaji melalui percakapan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh dalam cerpen, yaitu Marno dan Jane.

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan gambaran budaya

Timur-Barat yang terdapat dalam cerpen SKKM karya Umar Kayam. Tujuan lain untuk

mengetahui pro-kontra interaksi sosial budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM

karya Umar Kayam. Selain itu juga untuk mengetahui pandangan Umar Kayam

(5)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra

karena masalah mengenai interaksi sosial yang tercermin dalam cerpen SKKM

merupakan permasalahan yang terjadi pada masyarakat, yaitu interaksi sosial

budaya yang terjadi dalam masyarakat antar budaya yang berbeda. Dasar filosofis

pendekatan sosiologis adalah adanya hubungan hakiki antara karya sastra dengan

masyarakat. Hubungan yang dimaksudkan disebabkan oleh: a) karya sastra

dihasilkan oleh pengarang, b) pengarang itu sendiri adalah anggota masyarakat,

dan c) pengarang memanfaatkan kekayaan yang ada dalam masyarakat, dan d)

hasil karya sastra itu dimanfaatkan kembali oleh masyarakat (Nyoman Kutha

Ratna, 2004:60). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sosiologi

sastra. Setelah menemukan gambaran budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM,

selanjutnya akan diketahui pro-kontra interaksi sosial budaya Timur-Barat.

Melalui gambaran budaya serta pro-kontra interaksi sosial budaya Timur-Barat,

selanjutnya dapat diketahui pesan dan amanat yang terkandung dalam cerpen

SKKM karya Umar Kayam. Problem-problem yang terjadi dalam suatu

masyarakat tepat dilakukan penelitian dengan menggunakan sebuah pendekatan

sosiologi sastra. Interaksi sosial budaya yang tercermin dalam cerpen SKKM

merupakan permasalahan yang terjadi pada masyarakat, yaitu interaksi dalam

masyarakat yang memiliki budaya yang berbeda.

Penelitian terhadap cerpen SKKM dilakukan dengan menganalisis gambaran budaya Timur-Barat, interaksi sosial budaya Timur-Barat, serta pandangan Umar Kayam terhadap budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM karya Umar Kayam. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian ini diberi judul

(6)

B. Pembatasan Masalah

Dalam sebuah penelitian diperlukan adanya pembatasan masalah. Secara lebih rinci, pembatasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui gambaran budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM karya Umar Kayam

2. Mengetahui pro-kontra interaksi sosial budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM karya Umar Kayam

3. Mengetahui pandangan Umar Kayam terhadap budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM karya Umar Kayam

C. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana gambaran budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM karya Umar Kayam?

2. Bagaimana pro-kontra interaksi sosial budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM karya Umar Kayam?

3. Bagaimana pandangan Umar Kayam terhadap budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKMkarya Umar Kayam?

D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan:

1. Gambaran sosial budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM karya Umar Kayam

2. Pro-kontra interaksi sosial budaya Timur-Barat cerpen SKKM karya Umar Kayam

3. Pandangan Umar Kayam terhadap budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM karya Umar Kayam

E. Manfaat Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian, tentunya memilki beberapa manfaat. Manfaat-manfaat tersebut, antara lain:

1. Manfaat Teoretis

a. Memberi sumbangan yang bermakna bagi perkembangan studi kritik sastra di Indonesia, khususnya program sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Mengisi kekurangan pengkajian terhadap karya sastra di Indonesia. c. Bermanfaat bagi kepustakaan studi sastra, terutama untuk bahan

pendalaman kritik sastra.

(7)

a. Dapat mengungkap makna karya cerpen SKKM karya Umar Kayam. b. Dapat mengungkap gambaran sosial dua budaya yang berbeda dalam

cerpen SKKM karya Umar Kayam.

c. Dapat mengungkap pro-kontra interaksi sosial budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM karya Umar Kayam.

d. Dapat mengungkap pandangan Umar Kayam terhadap budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM karya Umar Kayam.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini dibagi dan dijabarkan dalam

lima bab. Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan berisi uraian mengenai latar belakang

masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan sistematika penulisan. Latar belakang mendeskripsikan berbagai

hal yang menunjukkan pemahaman tentang permasalahan yang akan dikaji dalam

penelitian. Pembatasan masalah menguraikan berbagai hal yang diteliti dengan

dibatasi agar permasalahan tidak melebar. Rumusan masalah berisi pernyataan

yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian. Tujuan penelitian merupakan

pernyataan dari rumusan masalah. Manfaat penelitian menjelaskan manfaat

teoretis dan manfaat praktis dari penelitian.

Bab II Kajian Pustaka dan Kerangka Pikir. Kajian pustaka menampilkan

dasar-dasar teori ilmiah, konsep-konsep, prinsip-prinsip atau temuan terdahulu

yang terdiri dari studi terdahulu, yaitu penelitian-penelitian yang berhubungan

dengan objek kajian cerpen SKKM. Bab ini juga membahas mengenai teori-teori

yang digunakan dalam analisis penelitian, yaitu mengenai sosiologi dalam cerpen

SKKM dengan pendekatan sosiologi sastra. Kerangka pikir merupakan gambaran

secara jelas yang digunakan peneliti untuk mengkaji dan memahami permasalahan

(8)

Bab III Metode Penelitian. Metode Penelitian terdiri dari jenis penelitian,

pendekatan, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data.

Jenis penelitian disesuaikan dengan permasalahan penelitian. Pendekatan berisi

pendekatan penelitian sosiologi sastra yang akan digunakan dalam penelitian.

Data dan sumber data berisi mengenai data yang lengkap, benar, dan sahih yang

digunakan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data berisi mengenai cara yang

digunakan untuk mengumpulkan data. Teknik analisis data berisi teknik analisis

data yang digunakan dan alasan teknik itu dipilih dalam penelitian.

Bab IV berisi analisis data. Analisis data berisi tentang penjabaran

mengenai gambaran budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM, interaksi sosial

budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM, dan pandangan Umar Kayam terhadap

budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM.

Bab V Penutup. Penutup berisi tentang simpulan dan saran dari penelitian.

Simpulan merupakan hasil temuan penelitian dan merupakan jawaban dari

rumusan masalah. Saran berisi tentang pemantapan hasil penelitian yang dicapai

dan pengembangan penelitian lanjut yang ditujukan pada pembuat kebijakan,

pengguna hasil penelitian, dan peneliti lain yang berminat untuk mengembangkan

penelitian yang sejenis.

Penelitian ini dilengkapi referensi berupa buku-buku yang tercantum

dalam daftar pustaka. Penelitian ini juga dilengkapi lampiran yang berupa data

(9)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu

Kajian pustaka dalam penelitan ini dilakukan dengan cara menelusuri penelitian-penelitian terdahulu, khususnya yang berkaitan pengkajian terhadap objek cerpen SKKM karya Umar Kayam yang sementara ini diperoleh melalui kunjungan di universitas di Jawa Tengah, digital library serta buku-buku yang bersangkutan.

1. Penelaahan Jakob Sumardjo pada tahun 1974 terhadap cerpen-cerpen dalam Seribu Kunang-Kunang di Manhattan sebagaimana yang termuat dalam harian Pikiran Rakyat (27 November 1974) yang kemudian dimuatkan di buku, Fiksi Indonesia (1983) dan dimuatkan lagi di dalam buku Pamusuk Erneste, Cerpen Indonesia Mutakhir (1983), agaknya dimaksudkan sebagai komentar atas komentar Arief Budiman terhadap cerpen-cerpen Umar Kayam. Jakob Sumardjo kemudian sampai pada kesimpulan bahwa pada cerpen-cerpen Umar Kayam terkandung berbagai pembaharuan, antara lain cerpen-cerpen Umar Kayam, mencoba mengangkat suasana batin manusia, dan sering disusun dari kejadian yang urut sebagaimana cerpen-cerpen konvensional, salah satunya adalah pada cerpen SKKM.

(10)

selanjutnya akan dibahas lebih dalam mengenai gambaran budaya Timur dan Barat dalam cerpen SKKM, interaksi sosial budaya Timur dan Barat dalam cerpen SKKM, serta pandangan Umar Kayam mengenai budaya Timur dan Barat dalam cerpen SKKM karya Umar Kayam.

3. Korrie Layun Rampan 1982 membagi penelaahan dalam dua bagian. Bagian pertama khusus menelaah cerpen-cerpen yang terkumpul dalam kumpulan Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, sedangkan bagian kedua menelaah cerpen panjang “Musim Gugur Kembali di Connecticut”, dan 2 novelet: Sri Sumarah dan Bawuk. Menurut Korrie hampir semua cerpen yang terkumpul dalam Seribu Kunang-Kunang di Manhattan (salah satunya cerpen SKKM), meskipun dikemas dengan teknik bercerita sederhana, akan tetapi mampu membawakan tema-tema kemanusiaan yang esensial.

4. Swami Anand Haridas 1986 menelaah karya-karya Umar Kayam, khususnya cerpen-cerpen yang terkumpul dalam Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, Sri Sumarah dan Bawuk, “Musim Gugur Kembali di Connecticut”, dan “Kimono Biru Buat Isteri”, dengan mengaitkan dengan pemikiran-pemikiran tertentu tentang kesusasteraan dan masyarakat yang dikembangkan oleh ahli sosiologi-kesusasteraan Prancis Lucien Goldman. Menurut Swami Anand Haridas, Kayam telah bertindak sebagai orang luar yang menulis tentang orang-orang Amerika, tetapi mengemukakan gambaran yang cukup kena tentang suatu bangsa yang ditolaknya baik dari segi ras maupun dari segi susila. Adapun dari aspek struktur, pandangan Kayam juga tertampil dalam empat ceritanya yang lain. Akhirnya Swami Anand Haridas sampai pada kesimpulan bahwa Umar Kayam melalui karya-karya fiksinya (salah satunya cerpen SKKM) telah berhasil mengungkapkan sedikit dari kesadaran suatu kelas dalam masyarakat tentang diri mereka sendiri dalam jangka waktu empat dasa warsa lebih. 5. Th. Sri Rahayu Prihatmi 1990 mencoba membahas Sri Sumarah dan

(11)

Prihatmi sampai pada kesimpulan bahwa pusat pengisahan, pengaluran dan pelataran dalam karya-karya Umar Kayam (salah satunya cerpen SKKM) sangat padu.

6. Lukman Hakim 1992 mengkaji unsur cakapan yang terdapat dalam cerpen SKKM. Menurutnya bentuk keseluruhan cerpen SKKM berupa cakapan antara dua tokoh (Jane dan Marno). Lebih lanjut Lukman Hakim membagi tema percakapan dua tokoh tersebut ke dalam 12 tema percakapan antara lain: tentang bulan, Alaska, boneka Indian, empire State Building, bunyi jengkerik, pesawat jet, laut, Park, kunang-kunang, mainan, piyama, dan tentang pamitan. Tema-tema percakapan tersebut kebanyakan berasal dari dan berhubungan dengan tokoh Jane. Akhirnya Lukman Hakim membuat suatu kesimpulan bahwa percakapan dalam cerpen SKKM berfungsi sebagai aktualisasi dari pengungkapan tema dan penggambaran tokoh. 7. B. Rahmanto juga menulis buku yang berjudul Umar Kayam: Karya dan

Dunianya pada tahun 2004. Buku tersebut membicarakan hampir seluruh cerpen dan novel Umar Kayam: Sri Sumarah dan Bawuk (1975), Seribu Kunang-Kunang di Manhattan (1972), Istriku, Madame Schlitz, dan Sang Raksasa (1967), Sybil (1967), Secangkir Kopi dan Sepotong Donat (1986),

Chief Sitting Bull (1986), There Goes Tatum (1986), Kimono Biru buat Istri

(1986), Para Priyayi (1992), Jalan Menikung (1999), serta kumpulan cerpen Lebaran di Karet, di Karet…(2002).

(12)

halus Kayam tetap menempatkan keselarasan sebagai nilai positif meski dengan latar budaya masyarakat Amerika.

9. Ahmad Nashih Luthfi 2006 dalam “Umar Kayam: Ilmu dan Seni, Sebentuk Eklektisisme” membicarakan 3 (tiga) peranan penting Umar Kayam, yaitu: dalam dunia kesusastraan, kesenian, dan aktifitas keilmuan (kebudayaan) secara umum. Pembahasan dalam dunia sastra salah satunya mengkaji karya fiksi Umar Kayam yaitu cerpen SKKM. Kedua tokoh (marno dan Jane) dalam cerpen SKKM mewakili dua kultur yang berbeda (Jawa dan Amerika). Masing-masing tokoh mencerminkan keterasingan karena perbedaan kultur yang tegas dan perbedaan kepentingan. Jane memikirkan suami dan masa kanak-kanaknya. Sedangkan Marno mengenang dusunnya di Indonesia. Keduanya berpijak pada dunia masing-masing dan berdialog dengan pikiran masing-masing-masing-masing. Umar Kayam mempertemukan keduanya, mendialogkan dalam konteks multikulturalisme.

10. Alitadram 2011 mengkaji cerpen SKKM dengan penelitiannya yang berjudul “Ketenangan di Balik Kegelisahan”. Alitadram sampai pada kesimpulan bahwa cerpen SKKM merupakan cerpen yang enak dibaca dan santai, cerita dan bahasanya juga santai dan tenang sehingga menimbulkan kesan romantis terkadang. Pengambilan judul penelitian dikaitkan dengan jiwa Jane dan Marno sendiri gelisah akan pikiran mereka masing-masing, tetapi kedua tokoh menyikapinya dengan sangat tenang.

(13)

bermacam pendapat tematik yang dihasilkan. Pembaca dituntut menjadi pengarang kedua untuk merumuskan ending dari sebuah cerita. Kayam mengarahkan pembaca menjadi orang pintar dan berfungsi edukatif dalam setiap karyanya. Sungguh merupakan karya filsuf yang luar biasa.

12. Lilah Nur Kholilah 2013 mengkaji penelitian yang dilakukan oleh Korrie Layun Rampan sebelumnya. Penelitian diberi judul “Ketertarikan Korrie terhadap karya Umar Kayam : Seribu Kunang-Kunang di Manhattan”. Kesimpulan dari penelitian Lilah Nur Kholilah adalah Korrie menyukai karya Umar Kayam karena penyajiannya yang menurutnya unik dan jarang ada penulis yang membuat karya dengan penyajian yang berbeda seperti peyajian Umar Kayam. Dalam membuat cerpen, Umar Kayam menerima pengalaman terlebih dahulu. Dan pengalaman itu setelah diberi wawasan dan renungan, kenangan dan harapan, barulah berwujud menjadi sebuah cerpen yang memiliki nilai moral. Melalui cerpen SKKM yang berlatar belakang di Manhattan, New York, Amerika, sedikit banyak memberi informasi kepada pembaca mengenai kehidupan di New York setiap harinya, dan kebiasaannya.

2. Landasan Teori a) Sosiologi Sastra

Sosiologi adalah telaah yang objektif dan ilmiah tentang manusia dalam masyarakat, telaah tentang lembaga dan proses sosial. Pendekatan terhadap sastra yang mempertimbangkan segi-segi kemasyarakat ini oleh beberapa penulis disebut sosiologi sastra (Sapardi Djoko Damono 1979: 6).

(14)

Wellek & Warren (1993:111) mengklasifikasikan pendekatan dalam sosiologi sastra meliputi:

1) Sosiologi sastra yang mempermasalahkan status sosial, ideologi sosial dan lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil karya sastra. 2) Sosiologi karya sastra yang mempermasalahkan karya sastra itu sendiri. 3) Sosiologi pembaca yang berkaitan dengan masalah pembaca dan pengaruh

sosial karya sastra.

Dalam penelitian ini digunakan klasifikasi yang kedua dari Sapardi Djoko Damono yaitu pendekatan yang mengutamakan teks sastra sebagai bahan penelitian dan klasifikasi kedua yang ditawarkan Rene Welek dan Austin Warren yaitu sosiologi karya sastra. Dalam klasifikasi sosiologi karya sastra ini akan dibahas mengenai masalah-masalah sosial dan dalam kaitannya dengan isi karya sastra, tujuan, amanat dan hal-hal lain yang tersirat dalam karya sastra. Jadi, dalam sosiologi karya sastra yang menjadi pokok bahasan adalah karya sastra itu sendiri.

b) Budaya Jawa

Karkono (dalam Imam Sutardjo, 2010:14) berpendapat bahwa kebudayaan Jawa adalah pancaran atau pengejewantahan budi manusia Jawa yang mencakup kemauan, cita-cita, ide maupun semangat dalam mencapai kesejahteraan, keselamatan lahir dan batin.

Dalam perkembangannya, kebudayaan Jawa masih tetap seperti dasar kelahirannya, merupakan kristalisasi pemikiran-pemikiran lama, yaitu:

- Manusia Jawa berkeyakinan kepada Sang Maha Pencipta, penyebab dari segala kehidupan.

(15)

- Manusia Jawa rindu akan kondisi “tata tentrem kerta raharja” yaitu suatu keadaan yang damai, sejahtera, aman, sentosa, berdasar pada

“kautamaning ngaurip (keutamaan hidup), sehingga manusia Jawa berkewajiban untuk memayu hayuning raga, sesama, bangsa dan

bawana”.

Orang Jawa dibedakan menjadi dua kelompok sosial ekonomi, yaitu: - Kaum priyayi, yaitu terdiri priyayi rendah (pegawai rendah dan

intelektual) dan priyayi tinggi/priyagung (pejabat).

- Wong cilik, yaitu para petani di pedesaan dan orang-orang yang berpendapatan rendah di kota-kota.

Struktur sosial orang Jawa terbagi menjadi tiga dimensi sosial, yaitu: mikro (sosial lingkup keluarga), mezo (sosial lingkup sesama/lingkungan), dan makro (sosial kenegaraan). Struktur sosial orang Jawa berdasar prinsip “hormat” yang diaplikasikan menjadi konsep “unggah-ungguh”.

- Manusia Jawa dalam interaksinya dalam satu keluarga (lingkup mikro), setiap orang harus dapat membawa diri dan bersikap sesuai prinsip “kekeluargaan”. Orang Jawa harus hormat pada leluhurnya dengan istilah mendhem jero mikul dhuwur (menjaga kehormatan leluhur) dan sebagainya. Kesemuanya itu demi terciptanya memayu hayuning salira (mempercantik perilaku diri).

- Manusia Jawa dalam interaksinya dengan sesama (lingkup mezo), setiap orang harus dapat hormat/bergaul sesuai prinsip gotong royong

atau kekadangan. Seseorang harus dapat “manjing ajur-ajer” atau

mancala putra mancala putri, artinya dapat membaur, menyesuaikan diri dengan lingkungan, dengan sesamanya, tidak boleh “pilih kasih”. Kesemuanya itu demi terciptanya hamemayu hayuning bebrayan

(mempercantik perilaku dalam pergaulan sesama).

- Manusia Jawa dalam interaksinya dengan lingkungan yang lebih besar/negara atau pemerintahan (lingkup makro), setiap orang harus dapat membawa diri dan bersikap hamemayu hayuning praja/bawana, demi terciptanya ketentraman dan kedamaian bersama.

Perasaan Orang Jawa:

(16)

- Isin = sangat malu : perasaan yang dimiliki seseorang apabila ia merasa dirinya sangat inferior terhadap orang lain (sangat rendah, buruk dan tidak berguna  tidak mau bertemu).

- Lingsem = malu : perasaan dirinya jelek karena salah satu sebab  berusaha menghindar.

- Pekewuh = sungkan : perasaan superioritas kepada orang lain untuk berkomunikasi/berhubungan.

- Ajrih = wedi : keadaan asing, terutama dalam tindakan orang lain yang menyangkut dirinya (ego). Ajrih merupakan titik temu dari semua perasaan individu Jawa dalam interaksi.

- Remen = senang : telah kenal, sederajat, tak akan mungkin. - Tresna = cinta : sangat dekat, menurun.

- Sengit = sangat benci

- Gething = benci : rasa benci kepada seseorang, karena sering merugikan, membuat malu, maksud tidak baik.

Konsep keharmonisan dalam masyarakat Jawa, meliputi empat hal, yaitu: - Manut : menuruti / menyetuju kehendak orang lain

- Rukun : solidaritas kelompok, identitas sosial - Eling lan prihatin

- Eling lan waspada

c) Budaya Amerika

Menurut Luedtke (dalam Luther S. Luedtke, 1994: xiii), kebudayaan Amerika adalah kebudayaan yang muncul dari saling hubungan antara Benua Lama (Eropa) dan Benua Baru (Amerika). Kebudayaan yang mula pertamanya dibawa oleh para kolonis asal Inggris, dan juga kemudian, oleh bangsa-bangsa Eropa Barat dan Utara, yang beragama Protestan dan yang datang ke Amerika untuk dapat hidup lebih baik daripada sebelumnya. Kemenangan kerajaan Inggris atas pengaruh kekuasaan kerajaan-kerajaan Eropa lainnya di Amerika telah memunculkan kebudayaan Amerika yang pada dasarnya adalah kebudayaan Inggris yang teradaptasi dengan lingkungan Amerika, yang kemudian juga tercampur dengan berbagai unsur kebudayaan lainnya yang dibawa oleh para pendatang dari seluruh dunia. Karena itu, corak kebudayaan Amerika yang beraneka ragam juga ditandai oleh coraknya yang penuh dengan paradoks.

(17)

Barat merujuk kepada negara-negara yang berada di benua Eropa dan

Amerika. Dunia Barat dibedakan dari dunia Timur yang digunakan untuk merujuk kepada Asia. Meskipun begitu, pada umumnya kata ini lebih sering diasosiasikan terhadap negara-negara yang mempunyai mayoritas penduduk berkulit putih (www.wikipedia.org/wiki/Dunia_Barat).

Pada dasarnya kebudayaan Amerika yang merupakan kebudayaan Inggris memiliki nilai-nilai tradisionalnya sendiri. Nilai-nilai tradisional tersebut merupakan hal-hal yang sifatnya khas dimiliki oleh Amerika dan berbeda dengan Timur (Asia). Albert dan Williamas (dalam Luther S. Luedtke, 1994:32), mengungkapkan daftar nilai inti tradisional Amerika sebagai berikut ini:

- Mendekati kehidupan secara aktif, berusaha menguasai keadaan dan tidak menerimanya secara pasif saja

- Menekankan pada hasil dan sukses, yang umumnya diukur dengan uang

- Karakter moral yang umumnya dipengaruhi ajaran Puritan seperti tanggungjawab, ketekunan, dan bersungguh-sungguh

- Kepercayaan agama

- Ilmu pengetahuan dan rasionalitas, didorong oleh pandangan bahwa alam semesta itu teratur, dapat dipahami, dan akrab

- Pandangan yang progresif, bukan tradisional atau statik mengenai sejarah, didorong oleh optimisme dan keyakinan pada masa depan, dan keyakinan bahwa kemajuan dapat diperoleh dengan bekerja - Persamaan derajat, hubungan sosial dilihat secara horisontal atau

persamaan, dan bukan secara bertingkat-tingkat

- Penilaian yang tinggi pada kepribadian individu, bukan identitas atau tanggungjawab bersama

- Mandiri - Kemanusiaan

(18)

Dengan melihat inti-inti tradisional Amerika di atas, selanjutnya akan menjadi sarana dalam menganalisis gambaran budaya Amerika dalam cerpen

SKKM karya Umar Kayam, karena dapat diketahui bahwa dalam penceritaan cerpen SKKM dapat dilihat gambaran budaya Barat dari nilai-nilai initi tradisional tersebut melalui tokoh Jane dalam cerpen SKKM.

B. Kerangka Pikir

Deskripsi penelitian ini dapat dituangkan dalam kerangka pikir seperti

berikut ini.

1. Menemukan permasalahan. Permasalahan dalam penelitian ini adalah

mendeskripsikan gambaran budaya Timur-Barat, mendeskripsikan pro-kontra

interaksi sosial budaya Timur-Barat, dan mendeskripsikan pandangan Umar

Kayam terhadap budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM.

2. Cerpen SKKM merupakan cerpen yang kental akan unsur budayanya.

Terdapat dua budaya yang menjadi latar peristiwa dalam cerpen SKKM.

Langkah selanjutnya adalah membaca dan memahami dengan cermat dan teliti

terhadap cerpen SKKM.

3. Menentukan teori yang digunakan untuk menganalisis cerpen SKKM. Teori

yang digunakan dalam penelitian adalah sosiologi sastra.

4. Analisis permasalahan dengan cara memaparkan dan menunjukkan serta

menjelaskan yang disertai dengan kutipan-kutipan pendukung mengenai

gambaran budaya Barat, pro-kontra interaksi sosial budaya

Timur-Barat, dan pandangan Umar Kayam terhadap budaya Timur-Barat dalam

cerpen SKKM yang diketahui dari permasalahan pertama dan kedua.

5. Simpulan disajikan dengan menjawab permasalahan yang ada dalam cerpen

(19)

mengenai gambaran budaya Timur-Barat, pro-kontra interaksi sosial budaya

Timur-Barat, dan pandangan Umar Kayam terhadap budaya Timur-Barat yang

terdapat dalam cerpen tersebut.

Bagan Kerangka Pikir

Keterangan Bagan :

: Hubungan satu arah Gambaran

Budaya Timur-Barat

Pro-Kontra Interaksi Sosial

Budaya Timur-Barat Teori Sosiologi Sastra Permasalahan (gambaran budaya Timur-Barat dan pro-kontra interaksi sosial budaya Timur-Barat dan pandangan

Umar Kayam terhadap budaya Timur Barat

Simpulan

Pandangan Umar Kayam terhadap

Budaya Timur-Barat Cerpen SKKM karya Umar

(20)
(21)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah metode kualitatif. Metode penelitian kualitatif secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikannya dalam bentuk deskripsi, yakni berupa kata-kata tertulis serta perilaku yang bisa diamati (Nyoman Kutha Ratna, 2011:46). Penelitian ini merupakan penelitian karya sastra, sehingga deskripsi berupa kata-kata tertulis. Perilaku yang diamati adalah tokoh-tokoh melalui bangunan cerita.

B. Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian ini dikategorikan dalam dua bagian, yakni objek material dan objek formal.

1. Objek Material

Objek Material dalam penelitian ini adalah cerita pendek Seribu Kunang-kunang di Manhattan karya Umar Kayam.

2. Objek Formal

Objek formal dari penelitian ini berupa permasalahan yang terdapat pada rumusan masalah, yaitu gambaran budaya Timur-Barat, pro-kontra interaksi sosial budaya Timur-Barat, dan pandangan Umar Kayam terhadap budaya Timur-Barat dalam cerpen SKKM

C. Sumber Data dan Data 1. Sumber Data

Sumber data penelitian adalah teks cerpen SKKMkarya Umar Kayam yang diambil dari sebuah buku berjudul Sri Sumarah dan Cerita Pendek Lainnya.

Cerpen SKKM memiliki ketebalan 14 halaman, terbitan Pustaka Jaya, Jakarta, tahun 1986.

2. Data

(22)

Data Display

Simpulan/Verifikasi Reduksi Data

Pengumpulan Data

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik pustaka (studi pustaka), yaitu “Serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah penelitian” (Mestika Zed, 2004:3). Apabila data sudah terkumpul, data-data tersebut diklasifikasikan untuk kepentingan analisis. Dalam penelitian ini, data berupa teks cerpen SKKM.

E. Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan diklasifikasi berdasarkan tipenya dan dianalisis dengan pendekatan deskriptif analitik, yakni mendeskripsikan data yang telah terkumpul kemudian menganalisisnya. Analisis ini dimaksudkan untuk mengungkapkan gambaran budaya Timur-Barat, interaksi sosial antar tokoh dalam cerpen SKKM karya Umar Kayam, serta pesan dan amanat yang terdapat di dalamnya.

Dalam penelitan ini digunakan pula model analisis deskriptif yang mengaitkan tiga komponen, yaitu data display, data reduction, dan conclucion drawing atau varivication yang aktivitasnya berbentuk interaksi proses pengumpulan data sebagai suatu proses siklus. Dengan demikian, penelitian ini tetap bergerak di antara empat komponen. Model analisis penelitian seperti ini disebut analisis interaktif, yaitu proses pengumpulan data berlangsung kemudian bergerak di antara reduksi data, data display, kesimpulan atau verifikasi sesudah pengumpulan data menggunakan waktu selama proses penelitian.

(23)

Menurut Miles dan Huberman, teknik di atas sangat tepat untuk analisis data kualitatif (1992:16-20). Berikut keterangan selengkapnya.

1. Reduksi data

Tahap ini dilakukan dengan memilih, memusatkan perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang ditemukan dari catatan-catatan yang terkumpul. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga didapat simpulan akhir.

2. Penyajian data

Tahap ini dilakukan setelah data terkumpul dan telah dilakukan reduksi data. Penyajian data berfungsi untuk penarikan simpulan dan pengambilan tindakan.

3. Penarikan simpulan atau verifikasi

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Chattri S Widyastuti. 2005. Masalah Keselarasan dan Kebersamaan dalam Cerkan-Cerkan Umar Kayam: Relevansinya dengan Permasalahan Masyarakat Indonesia Masa Kini. Laporan Penelitian. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni9 Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Imam Sutardjo. 2010. Kajian Budaya Jawa. Surakarta: Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

Luedtke, Luther S (ed.). 1994. Mengenal masyarakat dan budaya Amerika Serikat (edisi terjemahan oleh Hermoyo dan Masri Maris). Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Mestika Zed. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Miles, Matthew B.dan A. Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru (edisi terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi). Jakarta: Penerbit UI Press.

Moh Soeratno, et.al. 1980. Memahami Cerpen-Cerpen Umar Kayam. Laporan Penelitian. Yogyakarta: Fakultas Sastra dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Nyoman Kutha Ratna. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sapardi Djoko Damono. 1979. Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Siswantoro. 2010. Metode Penelitian Sastra Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Suwardi Endraswara. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yoyakarta: Pustaka Widyatama.

Umar Kayam. 1986. Sri Sumarah dan cerita pendek lainnya. Jakarta: Pustaka Jaya.

(25)

Sumber dari internet

Ahmad Nashih Luthfi. Umar Kayam; Ilmu dan Seni, Sebentuk Ekleltisisme

<http://anasluthfi.blogspot.com/feeds/11429026886497853>. (diakses pada tanggal 4 Maret 2014 pukul 11.00)

http://adnandoang.blogspot.com/2011/02/prosa-fiksi.html?m1 diakses pada tanggal 4 Maret 2014

Referensi

Dokumen terkait

Minat adalah kesadaran individu terhadap sesuatu hal yang bersangkut paut dengan dorongan sehingga individu memusatkan seluruh perhatiannya terhadap objek tertentu dengan

Aplikasi “Dé Java Toucé”merupakan aplikasi berbasis website yang dibangun untuk solusi dalam media promosi pariwisata di Indonesia dengan beberapa fungsionalitas diantaranya

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat

Pendanaan penyelenggaraan cadangan pangan pemerintah desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 37, dapat bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, Anggaran

SUBDIREKTORAT TATA KELOLA E-GOVERNMENT DIREKTORAT E-BUSINESS DIREKTORAT PEMBERDAYAAN INFORMATIKA DIREKTORAT PEMBERDAYAAN INDUSTRI INFORMATIKA DIREKTORAT KEAMANAN INFORMASI

Melayani dengan ramah 3 3 Komunikasi yang baik 3 4 Selalu konsisten enan rasa makanan/minuman 3 3 Selalu berinovasi dan kreatif 4 3 Menu yang bervariasi 4 3 Pembagian tugas jelas 4

Pada era globalisasi ini masyarakat lambat laun berkembang, namun kemajuan teknologi tidak selalu berdampak positif, tetapi juga dapat berdampak negatif.

Lagu-lagu seperti ini biasanya terkesan magis seolah-olah perasaan pendengaranya ingin dibawa ke alam atas (alam maya) dimana para dewa bersemayam. Dalam pengolahan unsur-unsur