ANALISIS KAJIAN STILISTIKA PUISI
(
ُلَمَحلا َو ىَلْيَل
)MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH Dirasah Syi’riyah
Yang dibina oleh Ibu Nur Anisa Ridwan, Dra.,M.Pd
Oleh :
Rian Tri Ahmadi (130231616447)
UNVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA ARAB Mei 2016
1. Stilistika
Menurut Krida Laksana (dalam Mahliatussikah 2015: 125), Stilistika adalah (1) ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra, (2) ilmu intersedisipliner linguistik pada penelitian gaya bahasa. Slamet Muljana (dalam Mahliatussikah 2015: 125) mengemukakan bahwa stilistika itu pengetahuan tentang kata berjiwa. Kata berjiwa adalah kata yang dipergunakan dalam cipta sastra yang mengandung perasaan pengarangnya. Tugas stilistika adalah menguraikan kesan pemakaian susun kata dalam kalimat kepada pembacanya. Penyusunan kata dalam kalimat menyebabkan gaya kalimat, disamping ketetapan pemilihan kata, memegang peranan penting dalam cipta sastra.
Berdasarkan uraian diatas stilistika adalah ilmu tentang gaya bahasa. Hal ini seperti pengertian dalam Kamur Besar Bahasa Indonesia (KBBI 1988: 859), stilistika yaitu bukan hanya ilmu tentang penggunaan bahasa dan gaya bahasa didalam kesusastraan saja, melainkan juga studi bahasa dalam bahasa meskipun ada perhatian khusus pada bahasa kesusastraan.
Akan tetapi stilistika itu tidak hanya merupakan studi gaya bahasa dalam kesusastraan saja, melainkan juga studi gaya bahasa dalam bahasa pada umumnya meskipun ada perhatian khusus pada bahasa kesusastraan yang paling sadar dan paling kompleks seperti yang diungkapkan oleh G. W. Turner (1977: 7-8). Turner mengemukakan bahwa stilistika adalah bagian linguistik yang memusatkan perhatian pada variasi dalam penggunaan bahasa. Dikemukakannya bahwa stilistika berarti studi gaya yang menyarankan bentuk suatu ilmu pengetahuan atau paling sedikit berupa studi yang metodis.
2. Gaya Bahasa dan Fungsinya
Berdasarkan langsung tidaknya makna, Keraf (2002: 129) membagi gaya bahasa (figure of speech) kedalam dua bagian, yaitu gaya bahasa retoris dan gaya bahasa kiasan. Adapun berdasarkan struktur kalimatnya (sintaksis), gaya bahasa menurut Gorys Keraf (2002: 124-128) terdiri atas klimaks, antiklimaks, pararelisme, antitesis, dan repetisi.
Bahasa kiasan dimasukkan dalam pembahasan kalimat karena penyelidikan terhadap bahasa kiasan tidak terlepas dari kedudukannya dalam suatu kalimat tertentu. Bahasa kiasan dapat digunakan penyair sebagai salah satu cara untuk menimbulkan efek kepuitisan (Pradopo, 2002a: 62). Bahasa kiasan merupakan salah satu sarana untuk membangkitkan imajinasi. Degan permasaan dan perbandingan serta penggunaan majas yang lain, seorang penyair ingin memperjelas maksud dan menjelmakan imajinasinya itu (Tarigan, 1984: 32). Bahasa kiasan mengiaskan atau mempersamakan sesuatu hal dengan hal yang lain supaya gambaran menjadi jelas, lebih menarik dalam hidup (Pradopo, 2002a: 62). Gaya bahasa retoris semata-mata merupakan penyimpangan dari konstruksi biasa untuk mencapai efek tertentu. Adapun gaya bahasa kiasan merupakan penyimpangan yang lebih jauh, khususnya dalam bidang makna (Keraf, 2002: 129).
3. Pengertian Puisi
Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis yang artinya penciptaan. Dalam bahasa Inggris, padanan kata puisi ini adalah poetry yang erat dengan –poet dan -poem. Mengenai kata poet, Coulter menurut Tarigan (dalam Ahmad: 2008) menjelaskan bahwa kata poet berasal dari Yunani yang berarti membuat atau mencipta. Dalam bahasa Yunani sendiri, kata poet berarti orang yang mencipta melalui imajinasinya, orang yang hampir-hampir menyerupai dewa atau yang amat suka kepada dewa-dewa.
Herman J. Waluyo (dalam Kasandika: 2008) mendefinisikan bahwa Puisi adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya.
Membaca puisi pada dasarnya merupakan usaha melakukan kontak lahir batin
makna dalam puisi. Mengapa hal tersebut diperlukan? Karena banyak puisi yang bersifat "menyembunyikan makna" dibalik baris-baris kata dan bait.
Dari sudut pandang bahasa, secara konvensional bahasa memiliki konsep Dwi-Tunggal: bentuk dan arti. Kata tertentu memiliki arti tertentu secara harfiah. Namun kata-kata yang digunakan pada puisi mengandung arti "tambahan" dengan memanipulasi bahasa dan memanfaatkan potensi yang ada pada bahasa. Kata-kata didalam puisi dapat membawa arti yang "ambiguous" dan dapat terjadi multiinterpretasi pada puisi yang sama (puisi dapat diinterpretasikan lebih dari satumacam). Menganalisis puisi berarti berusaha mengambil atau menemukan arti biasa maupun arti "tambahan" yang dikandung puisi tersebut. Disamping memahami arti atau makna puisi, kegiatan analisis juga berusaha untuk melihat struktur/ unsur-unsur puisi.
4. Kajian Stilistika terhadap puisi Laila wa al-qamal a. Teks Puisi
ُلَمَحلا َو ىَلْيَل
ِج ْرَملا ِهْجَو يِطَغُي َنْيَح
لَمَح ُكِلْمَت ىىَلْيَل ْتَناَك
ىليل قفاري لمحلا ناك
ىليل بحصي تراس ينأ
ادبأ ادبأ اهكرتيي
ادحأ اهاوس ديري سيل
نوردت له . . حابص تاذ
؟ضيبلا لمحلا لعف اذام
؟ضيبلا لمحلا لعف اذام
نوناقلل قرخب ماق
ةسردملل ىليل قفار
ةسردملا يف ىضوف تبد
باذجلا ولحلا يلمح اي
بابلا فلخ دعققأو جرحأ
روسلا ءارو نيكسملا
رودي ّلظ , جواري لظ
ىليل يتأت ىتح بقري
ىليل تداع دق يذ يه اه
Laila dan anak biri -biriDulu Laila mempunyai anak biri – biri Berbulu putih seperti salju
Dulu anak biri – biri mendampingi Laila Kemanapun berjalan menyertai Laila Tidak pernah meninggalkanya tidak pernah Tidak menginginkan yang lain daripadanya
Suatu pagi . . apakah kamu tahu
Apa yang dilakukan anak biri – biri yang putih? Apa yang dilakukan anak biri – biri yang putih? Berdiri dilubang dengan isyarat
Menjadi teman laila disekolah
Merangkak kebingungan di dalam sekolah Wahai biri – biriku yang manis mempesona Saya keluar dan duduk dibelakang pintu
Orang miskin dibelakang pagar
Tinggal berpindah – pindah, tinggal di lantai bawah Mengamati sampai datang laila
Ini dia sosok laila kembali
a. Analisis Puisi
Pada baris pertama sampai ke-tiga, penyair menggunakan gerak alur logika dengan mengemukakan pertanyaan dan jawaban.
kata- kata yang bukan arti sebenarnya, melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan yaitu pada kata ”
ُجْلّثلا”
(salju) dalam konteks ini penyair menggambarkan bulu anak biri – biri yang putih seperti salju, makna yang di maksud penyair yaitu bulu anak biri – biri tersebut putih, bersih dan lembut seperti salju.Kemudian pada baris “
ِج ْرَملا ِهْجَو يِطَغُي َنْيَح “
penyair menggunakan gaya bahasa Alegori karena pada baris ini metafora mengalami perluasan makna kata dalam cerita singkat yang mengandung kiasan (waktu menutupi permukaan padang rumput). Sehingga mengalami perluasan kata dari baris sebelumnya. Yang lebih memperluaskan gambaran tentang salju.Pada bait pertama, baris pertama dan baris ke empat terdapat gaya bahasa repetisi
للَمَح ُكِلْمَت ىىَلْيَل ْتَناَك
ُجْلّثلا َلْثِم ُضَيْب
َأ ٌفوُص
ِج ْرَملا ِهْجَو يِطَغُي َنْيَح
لَمَح ُكِلْمَت ىىَلْيَل ْتَناَك
dimana perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang di anggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Repetisi memiliki Nilai yang tinggi dalam oratori dan ia lahir dari kalimat yang berimbang. Pengulangan kalimat pada konteks ini di maksudkan untuk memperjelas gambaran arti dari puisi yang berarti (dulu Laila memiliki anak biri – biri) Sehingga lebih menekankan pada masa lampau Laila memilik anak biri – biri dan juga untuk memperjelas kalua Laila memiliki anak biri - biri.
“Laila” sehingga lebih jelas tujuan dari ungkapan yang ditulis ditujukan untuk Laila. Selain itu pada bait kedua pada baris pertama dan kedua juga terdapat pararelisme pada ungkapan “
ناك
ىليل قفاري لمحلا
” dan “ىليل بحصي تراس ينأ
” pada kata “ ungkapan ini penyair menjelaskan dan memberi gambaran tentang keadaan yangterjadi pada waktu pagi hari. Kemudian pada bait ketiga pada ungkapan “لمحلا لعف اذام
؟ضيبلا
”
tersebut penyair menggunakan gaya bahasa repetisi yang merupakan pengulangan bunyi, suku kata, kata, atau bagian kalimat yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. Di dalam teks tersebut tujuan repetisi untuk memperjelas ungkapan pertaanyaan yang menanyakan tentang yang dilakukan biri – biri.
Pada bait ke empat penyair menggunakan gaya bahasa pararel, yaitu gaya bahasa yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakain kata atau frasa – frasa yang menduduki fungsi yang sama dalam bentuk gramatikal yang sama. Gaya bahasa pararekl terdapat pada ungkapan “
ىليل قفاري لمحلا ناك
” pada bait ke -2 dan bait ke-4 pada ungkapan “Pada bait ke-Lima penyair menggunakan gaya bahasa antonomasia yang merupakan bentuk khusus dari sinekdok yang berwujud penggunaan sebuah epiteta, gelar resmi atau jabatan untuk menggantikan nama diri yaitu pada ungkapan “
روسلا ءارو نيكسملا
” terdapa pada kata “نيكسملا
” yang merupakan gambaran terhadap orang yang tidak memiliki harta dan kekuasaan.DAFTAR PUSTAKA
Kridalaksana, Harimurti. 1983. Kamus Linguistik. Cetakan ke-2. Jakarta: Gramedia.