• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Surat Dakwaan Tentang Korupsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Contoh Surat Dakwaan Tentang Korupsi"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Contoh Surat Dakwaan Tunggal

1. Ditahan Penyidik Kepolisian Resort Jakarta Selatan tanggal 1 Febuari 2008 sampai dengan tanggal 10 Maret 2008.

2. Perpanjangan Penahanan oleh Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan tanggal 11 Maret 2008 sampai dengan tanggal 11 Juni 2008.

3. Ditahan Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan tanggal 12 Juni 2008 sampai dengan tanggal 12 Juli 2008.

4. Ditahan Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan 12 Juli 2008 sampai dengan sekarang. DAKWAAN:

Bahwa ia Terdakwa Agus Triansyah Bin Herman sejak tanggal 1 Januari 2008 sampai tanggal 30 Januari 2008 atau setidak‐tidaknya suatu hari pada bulan Januari 2008, bertempat di Jalan

Perbuatan terdakwa telah melanggar sebagaimana diatur dan diancam dengan Pasal 338 KUHP.

1 Agustus 2008

(2)

NOTA KEBERATAN

(EKSEPSI)

Atas Surat Dakwaan Dalam Perkara Pidana

Nomor Register Perkara: 113/Pid.B/XII/2015/PN Mataram

Atas nama terdakwa :

WIMROH PUTUT WIJAYA

Dakwaan Primair: Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Dakwaan Subsidair: Pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana A. PEDAHULUAN

Majelis hakim yang kami muliyakan

Saudara jaksa penuntut umum serta hadirin persidangan yang kami hormati,

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji sukur kehadrat tuhan yang maha esa karena dengan nikmat kesehatan yang diberikannya, kita semua yang hadir dalam persidangan ini dapat mengikuti peroses persidangan yang mulia ini.

(SELEBIHNYA DIANGGAP TELAH DIBACAKAN)

B. ALASAN KEBERATAN

(3)

KEBERATAN ATAS DAKWAAN

1.

Pemeriksaan yang Cacat Hukum

Dalam hubungan dengan proses penerapan hukum (pemeriksaan) guna pembuatan BAP yang menyangkut Saudari Sonya Solatiah, kami menilai bahwa pemeriksaan tingkat penyidik, klien kami tidak mendapat bantuan hukum yang sebenarnya. Padahal dalam pasal 54 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana menyebutkan dengan tegas, bahwa :

"Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum selama dalam waktu dan setiap tingkat pemeriksaan"

Dan pasal 27 ayat (2) huruf a Peraturan Kapolri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Implementasi Prinsip dan Standard Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Tugas Polri menyatakan,

"...dalam melakukan pemeriksaan terhadap saksi, tersangka atau terperiksa, petugas dilarang memeriksa saksi, tersangka atau terperiksa sebelum didampingi oleh penasihat hukumnya, kecuali atas persetujuan yang diperiksa".

Oleh karena itu selama pemeriksaan tingkat pertama, klien kami Saudari Sonia Solatiah tidak mendapat haknya, maka pemeriksaan (BAP) tersebut dapat dikatakan cacat hukum.

Dengan demikian menurut kami, surat dakwaan terhadap Saudari Sonya Solatiah juga cacat hukum, sebab surat dakwaan tersebut disusun berdasarkan BAP yang cacat hukum.

2. Surat Dakwaan Tidak Jelas (Obscur Libellum)

(4)

Undang Hukum Pidana dan dakwaan Subsidair pasal 338 Kitab Undang-Undang Hukum pidana sangat tidak memenuhi rasa keadilan, karena dalam pasal-pasal tersebut adalah delik pembunuhan, sedangkan yang menjadi unsur delik pembunuhan adalah “adanya niat untuk membunuh” sedangkan seperti yang sama-sama telah diketahui, kasus posisi peristiwa pidana ini adalah Terdakwa Sonya Solatiah ingin bertemu dengan Korban Sarpin Rizalno pada tangga dasar Gedung Barat Fakultas Hukum Universitas Mataram, Jl. Majapahit No. 62 Mataram, niat terdakwa Sonya Solatiah bertemu Korban adalah untuk meminta Korban Sarpin Rizalno melamar dan menikahinya, sehingga tidakada niat untuk membunuh korban.

C. PENUTUP

Ketua Majlis Hakim Yang Terhormat, Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati, Hadirin Sidang yang Kami Hormati

Berdasarkan uraian di atas, Kami berkesimpulan, bahwa:

1) Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Adalah Cacat Hukum.

2) Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Tidak Memenuhi Syarat Materil.

Oleh karena itu, kami mohon kepada Ketua Majlis Hakim untuk memberikan putusan, yaitu menyatakan batal demi hukum atau setidak-tidaknya menolak surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum, karena surat dakwaan tersebut merupakan abscurum libeleum.

Mataram, 17 Mei 2015

Hormat kami,

(5)

Contoh Pledoy

NOTA PEMBELAAN No. Reg Perkara: 12/Pid.B/10/2008

Atas Nama Terdakwa FIRMANSYAH bin FIRMAN UTINA

Kepada Yth.

Majelis Hakim Pemeriksa Perkara A Quo

Yang bertandatangan dibawah ini, 1. Kevin Eduard Matindas, S.H.,M.H 2. Hilman Fathoni, S.H.

Kesemuanya adalah advokat pada kantor pengacara Matindas & Rekan, yang berkantor di Perumahan Bandung Indah Blok A Nomor 3 RT 1 RW 7 Kota Bandung, dalam hal ini berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 22Oktober 2008 bertindak sebagai Penasihat Hukum untuk dan atas nama Terdakwa:

Nama : Firmansyah bin Firman Utina Tempat Lahir : Boyolali

Umur/Tanggal Lahir : 23 tahun / 21 Juli 1985 Jenis Kelamin : Laki – Laki

Kebangsaan : Indonesia

Tempat Tinggal : Perumahan Surya Indah Blok E Nomor 6 RT 2 RW 13, Desa Nanggeleng, Kecamatan Cicaheum, Kota Bandung

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan Buruh

Dalam Perkara ini Terdakwa didakwa dengan dakwaan yang berbentuk Subsidair – Kumulatif, dengan uraian sebagai berikut:

KESATU

Primair : Pasal 340 jo.Pasal 65 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

(6)

Pidana (KUHP) DAN

KEDUA

Pasal 181 joPasal 65 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Setelah membaca dan mempelajari Surat Dakwaan dan juga Surat Tuntutan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, maka kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa, sesuai dengan ketentuan Pasal 182 Ayat (1) huruf b Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), akan mengajukan nota pembelaan dengan resume sebagai berikut.

Dakwaan Pertama Primair

1. Unsur “Barangsiapa”

Dalam surat tuntutannya, Jaksa Penuntut Umum dalam membuktikan unsur “barangsiapa” hanya dengan argumentasi bahwa Terdakwa Firman bin Utina dalam persidangan dalam keadaan sehat dan tidak ada satupun alasan yang ditemukan dalam diri terdakwa untuk meniadakan atau menghapuskan kesalahan Terdakwa. Tentunya argumentasi seperti ini kurang pantas untuk disampaikan dalam pengadilan untuk membuktikan unsur dalam suatu tindak pidana.Tentunya Jaksa Penuntut Umum sebagai seorang sarjana hukum, dapat memikirkan argumentasi yang lebih cerdas untuk membuktikan unsur tersebut.

Berdasarkan Pasal 340 KUHP, unsur “barangsiapa” bukan merupakan delik inti, tetapi hanya sebagai elemen delik yang menunjukan subjek hukum yang didakwa melakukan tindak pidana yang pembuktiannya bergantung kepada pembuktian unsur delik lainnya.

Dengan demikian unsur “barangsiapa” TIDAK TERBUKTI SECARA SAH DAN MEYAKINKAN.

2. Unsur “Dengan Sengaja Dan Direncanakan Terlebih Dahulu”

Unsur kesengajaan dalam rumusan tindak pidana merupakan salah satu unsur yang terpenting. Berkaitan dengan unsur kesengajaan ini, maka apabila dalam rumusan tindak pidana terdapat perbuatan dengan sengaja atau biasa disebut opzettelijk, maka unsur kesengajaan ini meliputi semua unsur lain yang dibelakangnya harus dibuktikan.

(7)

Jika dikaitkan dengan teori kehendak yang dirumuskan oleh Von Hippel, maka dapat dikatakan bahwa yang dimaksud sebagai “dengan sengaja” adalah kehendak membuat suatu perbuatan dan kehendak untuk menimbulkan suatu akibat dari perbuatan itu atau akibat dari pebuatanya tersebut yang menjadi maksud dari dilakukanya perbuatan itu. Maka pembuktian adanya unsur kesengajaan dalam pelaku melakukan tindakan melanggar hukum sehingga perbuatanya itu dapat dipertanggungjawabkan kepada si pelaku hanya dikaitkan dengan keadaan serta tindakan si pelaku pada waktu ia melakukan perbuatan melanggar hukum yang dituduhkan kepadanya tersebut.

Tersedianya waktu yang cukup sejak timbulnya kehendak sampai dengan pelaksanaan kehendak itu.Merupakan syarat yang bersifat relatif.Persoalanya adalah bukan lamanya waktu.Tersedianya waktu yang cukup mengandung pengertian bahwa dalam tempo waktu yang tersedia itu, pelaku masih dapat berpikir dengan tenang.Jadi persoalanya tidak pada masalah lamanya waktu, tetapi persoalan lamanya waktu yang cukup itu lebih mengarah pada penggunaan waktu yang tersedia itu.Artinya, apakah dalam waktu yang tersedia itu benar-benar telah dapat untuk berpikir dengan tenang atau tidak.Sekalipun masalah tersedianya waktu yang cukup itu tidak menunjuk pada persoalan lamanya waktu, tetapi tersedianya waktu yang cukup tersebut, tidak boleh menunjuk pada suatu waktu yang terlalu singkat.Sebab apabila terlalu singkat kesempatan untuk berfikir dengan tenang tersebut mungkin tidak terjadi.

Tidak mungkin rasanya seseorang dapat berpikir dengan tenang dalam waktu yang singkat, biasanya dalam waktu yang sangat singkat itu orang justru berfikir secara tergesa-gesa, panik dan tidak terencana.Apabila waktu yang tersedia itu tidak cukup dan diikuti pula dengan perasaan takut, khawatir dan sebagainya. Dalam waktu yang demikian, jelas sama sekali tidak menggambarkan suasana batin yang tenang.

Berdasarkan uraian tersebut terkait dengan “dengan sengaja”, bisa dikatakan bahwa jika ada hubungan antara batin pelaku dengan akibat yang timbul karena perbuatanya itu atau ada hubungan lahir yang merupakan hubungan sebab antara perbuatan pelaku dengan akibat yang dilarang itu, maka hukum pidana dapat dijatuhkan kepada si pelaku atas perbuatan pidananya itu. Sebab pertanggungjawaban pidana atas perbuatannya secara jelas dapat ditimpakan kepada pelaku.Tetapi jika hubungan kausal tersebut tidak ada maka pertanggungjawaban pidana atas perbuatan pidananya itu tidak dapat ditimpakan kepada pelakunya itu sehingga hukuman pidana tidak dapat dijatuhkan kepada pelakunya itu.

Terkait konteks “dengan rencana terlebih dahulu”, maka apabila pikiran-pikiran untuk membunuh tersebut dalam keadaan marah, tidak tenang, waktu yang terlalu singkat, yang berakibat akan berfikir secara tergesa-gesa, panik, dan tidak terencana, dan dalam suatu suasana kejiwaan yang tidak memungkinkan untuk berfikir dengan tenang, maka disitu tidak ada unsur perencanaan.

(8)

3. Unsur “Menghilangkan Nyawa Orang Lain”

Yang dimaksud dengan unsur ini adalah perbuatan menghilangkan nyawa orang lain itu haruslah merupakan perbuatan yang positif atau aktif walaupun dengan perbuatan sekecil apapun. Jadi perbuatan tersebut haruslah diwujudkan secara aktif dengan gerakan sebagian anggota tubuh. Oleh karenanya perbuatanya dapat berupa bermacam-macam perbuatan. Dimana perbuatan tersebut berujung dengan timbulnya suatu akibat hilangnya nyawa orang sebagai persyaratan mutlak.

Dalam unsur “merampas nyawa orang lain” terdapat sifat obyektif dan subyektif, sifat obyektif yaitu dilihat dari perbuatanya yang menghilangkan nyawa dengan obyek orang lain. Sifat subyektif yaitu dalam perbuatan menghilangkan nyawa orang lain terdapat syarat-syarat yang harus dipatuhi, yaitu adanya wujud perbuatan, adanya suatu kematian orang lain, dan adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan dan akibat kematian orang lain.

Dengan Demikian, Unsur “Menghilangkan Nyawa Orang Lain”,TIDAK TERBUKTI SECARA SAH DAN MEYAKINKAN.

SUBSIDAIR

1. Unsur “Barangsiapa”

Unsur “Barangsiapa” telah diuraikan dalam analisis yuridis Dakwaan Primair diatas.

2. Unsur “Menghilangkan Nyawa Orang Lain”

Unsur “Menghilangkan Nyawa Orang Lain” telah diuraikan dalam analisis yuridis Dakwaan Primair diatas.

DAKWAAN KEDUA

1. Unsur “Setiap Orang”

Unsur “Setiap Orang” telah diuraikan dalam analisis yuridis unsur “barangsiapa” Dakwaan Primair diatas.

2. Unsur “Menyembunyikan Kematian”

Untuk membuktikan unsur ini, harus dititik-beratkan kepada maksud dari Terdakwa untuk menyembnyikan korban, hal ini juga menunjukan bahwa Terdakwa juga harus memiliki rencana untuk menyembunyikan mayat korban.

(9)

Melihat kepada kondisi psikologis Terdakwa pada saat itu yang beradadalam suasana shock, panik dan sedang berada dalam kondisi emosi tinggi, maka sangatlah tidak mungkin Terdakwa dapat memenuhi 3 (tiga) syarat tersebut. Sehingga sudah tentu Terdakwa tidak memiliki rencana, ataupun maksud untuk menyembunyikan kematian.

Oleh karena itu unsur “Menyembunyikan Kematian Korban”, TIDAK TERBUKTI SECARA SAH DAN MEYAKINKAN.

Karena terdakwa didakwa dengan dakwaan subsidair - kumulatif, maka dengan tidak terbuktinya salah satu unsur dsalam dakwaan pertama dan/atau dakwaan kedua, maka seluruh dakwaan yang diajukan kepada terdakwa, TIDAK TERBUKTI.

PERMOHONAN

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam persidangan dan juga analisis yang telah kami paparkan, maka kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa dengan segala kerendahan hati kami, memohon kepada Majelis Hakim Pemeriksa Perkara A Qou untuk menjatuhkan Putusan dengan amar sebagai berikut:

PRIMAIR

1. Menyatakan bahwa Terdakwa Firmansyah bin Firman Utina, tidak bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum.

2. Membebaskan Terdakwa Firmansyah bin Firman Utina dari seluruh dakwaan dan tuntutan hukum.

3. Memulihkan hak terdakwa dalam hal kemampuan, kedudukan, harkat, dan martabatnya. 4. Membebankan biaya perkara kepada negara.

SUBSIDAIR

Apabila Majelis Hakim pemeriksa perkara a quo berpendapat lain, maka kami memohon agar Majelis Hakim dapat menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya (Ex Aequo Et Bono).

Demikianlah Nota Pembelaan ini kami bacakan dan serahkan pada hari Senin, 8 Desember 2008 di Pengadilan Negeri Bandung.Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati dan memberikan bimbingan kepada Majelis Hakim, agar dapat menjatuhkan putusan yang seadil-adilnya dan membawa manfaat bagi semua pihak.

Hormat Kami, Penasihat Hukum Terdakwa

(10)

Kevin Eduard Matindas, S.H., M.H Hilman Fathoni, S.H.

Contoh Putusan Pidana

P U T U S A N

Nomor : 29/Pid/2011/PT.SULTRA

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara di Kendari yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara pidana dalam tingkat banding, telah menjatuhkan putusan seperti tersebut dibawah ini dalam perkara terdakwa :

Nama lengkap : RITMANTO ALS RIT Bin RATA Tempat lahir : Meluhu

Umur/Tgl.lahir : 22 Tahun/18 Pebruari 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki;

: Indonesia;

: Kelurahan Meluhu, Kecamatan Melulu, Kabupaten Konawe : Islam;

: Mahasiswa;

Terdakwa tidak didampingi Penasehat Hukum ; Terdakwa tidak pernah ditahan

Pengadilan Tinggi tersebut ;

Setelah membaca :

1.Penetapan Wakil Ketua Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara tanggal 4 Mei 2011 No. 29/Pen.Pid/2011/PT.Sultra tentang penunjukan Majelis Hakim yang akan memeriksa dan mengadili perkara tersebut dalam tingkat banding ;

2.Berkas perkara dan surat-surat yang berhubungan serta turunan resmi putusan Pengadilan Negeri Unaaha tanggal 29 Maret 2011 Nomor : 222/Pid.B/2010/PN.Unh dalam perkara tersebut diatas ;

Menimbang, bahwa berdasarkan surat dakwaan Jaksa Penuntut Umum tanggal 6 Desember 2010 No.Reg.Perk: PDM-306/Rp.9/Ep/11/2010 Terdakwa didakwa sebagai berikut :

(11)

Bahwa ia Terdakwa RITMANTO Als.RIT Bin RATA pada hari Kamis tanggal 25 Februari 2010 sekira pukul 11.00 Wita atau setidak-tidaknya pada waktu tertentu dalam bulan Februari tahun 2010, bertempat di Kel. Melulu Kec. Melulu Kab. Konawe atau setidak-tidaknya pada waktu tertentu yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Unaaha yang berwenang memeriksa dan mengadili perkaranya, telah melantarkan orang lain yakni WIDYA PRANASTUTI (isteri terdakwa) dalam lingkup rumah tangganya sesuai dalam kutipan akta nikah nomor : 11/04/III/2010 tanggal 25 Februari 2010.

Adapun perbuatan terdakwa dilakukan dengan cara sebagai berikut

Berawal pada waktu dan tempat sebagaimana tersebut di atas, ketika terdakwa RITMANTO Als.RIT Bin RATA telah menikahi saksi korban WIDYA PRANASTUTI secara sah menurut hukum, akan tetapi sejak pernikahan tersebut terdakwa langsung pergi meninggalkan saksi korban yang merupakan isteri sah dari terdakwa dan tidak memberikan kehidupan, perawatan atau pemeliharaan kepada saksi korbansehingga saksi korban merasa keboratan dan melaporkan perbuatan terdakwa ke Polsek Wawotobi untuk diproses secara

Perbuatan terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 49 huruf a UU RI No.23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah

Tangga.---Menimbang, bahwa berdasarkan surat tuntutan Jaksa Penuntut Umum tertanggal 08 Maret 2011 No.Reg.Perkara: 306/RP-9/Ep/11/2010 Terdakwa telah dituntut sebagai berikut :

1. Menyatakan terdakwa RITMANTO Als.RIT.Bin RATA bersalah menelantarkan orang lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 49 a ayat 1 UU No. 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga ;

2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan pidana penjara selama 7 (tujuh) bulan dengan perintah terdakwa untuk ditahan di Rutan ;

(12)

- Satu(1) buah surat nikah warna biru dengan nomor : 11/04/III/2010, atas nama WIDYA PRANANTUTI dan RITMANTO Bin RATA. Dikembalikan kepada yang berhak

4. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,-(dua ribu rupiah).

Menimbang, bahwa berdasarkan atas tuntutan tersebut, Pengadilan Negeri Unaaha telah menjatuhkan putusan yang amarnya berbunyi sebagai berikut :

1. Menyatakan Terdakwa RITMANTO.Als. RIT Bin RATA telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Menelantarkan Orang Lain Dalam Rumah

Tangga”;---2. Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa RITMANTOAls. RIT Bin RATA oleh oleh karena itu dengan pidana penjara selama 10 (sepuluh) bulan

;---3. Menetapkan barang bukti berupa :

- Satu(1) buah surat nikah warna biru dengan nomor : 11/04/III/2010, atas nama WIDYA PRANANTUTI dan RITMANTO Bin RATA. Dikembalikan kepada yang berhak yaitu RITMANTO atau WIDYA

PRANASTUTI;---4.Membebankan Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 2.000,-(dua ribu rupiah)

;---Menimbang, bahwa terhadap putusan tersebut Terdakwa telah menyatakan permintaan banding dihadapan Panitera Pengadilan Negeri Unaaha pada tanggal 30 Maret 2011 sebagaimana ternyata dari Akta permintaan banding Nomor : 02/Akta.Pid/2011/PN.Unh dan permintaan banding tersebut telah diberitahukan dengan cara seksama kepada Jaksa Penuntut Umum pada tanggal 7 April 2011

(13)

;---Menimbang, bahwa atas memori banding terdakwa tersebut, Jaksa Penuntut Umum tidak mengajukan Kontra memori banding

;---Menimbang, bahwa oleh karena itu disamping pertimbangan-pertimbangan yang memberatkan yang telah dipertimbangkan oleh Majelis Hakim Tingkat Pertama, maka menurut Majelis hakim Pengadilan Tinggi hal-hal lain yang memberatkan terdakwa sehingga memperberat hukuman bagi terdakwa adalah sebagai berikut :

1. Bahwa terdakwa ternyata adalah seorang Mahasiswa Fakultas Kejuruan dan Ilmu Pendidikan pada Universitas Lakidende, calon pendidik atau calon Intelektual dimasa depan yang seharusnya tidak berbuat hal yang demikian

;---2. Maksud terdakwa melaksanakan perkawinan secara sah semata-mata hanya untuk menghindarkan diri dari tahanan Kepolisian atas laporan korban dan keluarganya karena terdakwa telah mengakui menyetubui korban sebanyak empat kali sebelum terjadinya perkawinan tetapi tidak mau mempertanggung jawabkan perbuatannya

;---3. Bahwa dari fakta persidangan ternyata pula terdakwa tidak sayang

lagi sama isterinya

(korban)

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas, Majelis Hakim Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara menolak alasan-alasan yang dikemukakan oleh terdakwa/Pembanding dalam memori bandingnya pada halaman 3 (tiga) pada pokoknya menyebutkan terdakwa melaksanakan perkawinan karena terpaksa untuk mengikuti dan memenuhi keinginan orang tua saja dan terdakwa belum siap/layak untuk berumah tangga karena terdakwa masih kuliah dan belum memiliki pendapatan dan masih dibiayai oleh orang tua, sehingga terdakwa tidak menghendaki perkawinannya dengan

(14)

berbuat ternyatatidak mau bertanggung jawab, mahkota seorang wanita, tidak ada harganya bagi terdakwa, seolah-olah barang mainan saja

;---Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbagan tersebut diatas, maka putusan Pengadilan Negeri Unaaha haruslah diperbaiki sekedar mengenai pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa, sedangkan putusan selebihnya dapat dikuatkan, yang amarnya sebagaimana tersebut dibawah ini

:-Menimbang, bahwa karena terdakwa dijatuhi pidana maka kepadanya dibebani membayar biaya perkara dalam kedua tingkat peradilan

;---Mengingat pasal 241/KUHAP dan Undang-Undang No.23 Tahun 2004 tentang Pengahapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga serta ketentuan-ketentuan hukum lain yang bersangkutan dengan perkara ini

;---M E N G A D I L I

- Menerima permintaan banding dari terdakwa

;--- Memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Unaaha tanggal 29 Maret 2011 Nomor 222/Pid.B/2010/PN.Unh sekedar mengenai pidana yang dijatuhkan kepada terdakwa sehingga amarnya berbunyi sebagai berikut ;

- Menghukum terdakwa RITMANTO Als.RIT Bin RATA, oleh karena itu dengan pidana penjara selama 1 (satu) tahun dan 6 (enam)

bulan;--- Menguatkan putusan Pengadilan Negeri Unaaha tersebut untuk selebihnya

;--- Membebankan biaya perkara kepada terdakwa dalam kedua tingkat peradilan, sedang ditingkat banding sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah)

(15)

Ketua Majelis dengan, R.YULIANA RAHADHIE,SH danH. DASNIEL, SH masing-masing sebagai Hakim Anggota, berdasarkan Penetapan Wakil Ketua Pengadilan Tinggi sulawesi Tenggara tanggal 4 Mei 2011 Nomor: 29/Pen.Pid/2011/PT.Sultra untuk memeriksa dan mengadili perkara ini dalam tingkat banding dan putusan tersebut diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum pada hari Selasa tanggal 24 Mei 2011, oleh Hakim Ketua Majelis tersebut dengan dihadiri Hakim-Hakim Anggota, serta dibantu oleh : MUUMA Panitera Pengganti pada Pengadilan Tinggi tersebut, tanpa dihadiri Jaksa Penuntut Umum dan Terdakwa ;

Hakim Anggota ; Hakim Ketua ;

Ttd Ttd

R.YULIANA RAHADHIE,SH H. HERMAN NURMAN,SH.,MH

Ttd Ttd

H. DASNIEL, SH.

Panitera Pengganti : Ttd

M U U M A

Untuk turunan sesuai aslinya Pengadilan Tinggi Sulawesi Tenggara

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan surat dakwaan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparatur kejaksaan dalam hal ini Jaksa Penuntut Umum selaku penuntutan dalam perkara pidana baik umum maupun

Salah satu prinsip pemeriksaan terdakwa dalam peradilan pidana menurut Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) mengharuskan penuntut umum “menghadirkan” terdakwa di

Apakah kualifikasi tindak pidana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum terhadap terdakwa dalam Pasal 340 KUHP sudah tepat oleh Putusan Nomor: 279/Pid.B/2006/PN.Pks

Bahwa surat dakwaan adalah dasar pemeriksan sidang pengadilan yang diajukan oleh jaksa penuntut umum, surat dakwan tidak serta merta terjadi dengan sendirinya, yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbuatan pidana yang dilakukan terdakwa adalah tindak pidana perkosaan terhadap anak kandung sebagaimana dakwaan jaksa penuntut

Jika dalam konteks surat dakwaan yang dibuat oleh Jaksa Penuntut Umum yang menjuncto dengan Pasal 55 ayat (1) ke 1 KUHP kurang tepat, karena turut serta

viii ABSTRAK PERAN PENUNTUT UMUM DALAM MEMBUAT SURAT DAKWAAN MENURUT KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM ACARA PIDANA OLEH ALBERT SUHENDRA Surat dakwaan adalah surat atau akte otetik dibuat

Dakwaan Jaksa Penuntut Umum Dakwaan jaksa penuntut umum pada putusan Pengadilan Negeri Medan nomor 6/Pid.Sus-PRK/2022/PN.Mdn yaitu: Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 14