• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN Praktek Kerja Lapangan.docx (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN Praktek Kerja Lapangan.docx (2)"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tumbuhan merupakan gudang berbagai jenis senyawa kimia serta beragam jenis sifat atau ciri-ciri yang dimilikinya yang dimanfaatkan sebagai suatu tumbuhan obat. Hal semacam ini mempunyai hubungan yang baik dengan objek yang dituju. Dalam hal ini, manusia yang kemudian dimanfaatkan untuk dikembangbiakkan atau dibudidayakan sebagai suatu usaha atau bisnis tumbuhan obat yang dapat mendatangkan banyak keuntungan serta memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat khususnya sebagai konsumen.

(2)

digunakan oleh sebagian masyarakat dengan khasiat yang teruji empiris.

Penggunaan obat-obatan walaupun dalam bentuk yang sederhana tidak diragukan lagi sudah berlangsung sejak jauh sebelum adanya sejarah yang ditulis karena naluri orang-orang primitif untuk menghilangkan rasa sakit pada luka dengan merendamnya dalam air dingin atau menempelkan daun segar pada luka tesebut atau menutupinya dengan lumpur, hanya berdasarkan pada kepercayaan. Orang-orang primitif belajar dari pengalaman dan mendapatkan cara pengobatan yang satu lebih efektif dari yang lain, dari dasar permulaan ini pekerjaan terapi dengan obat dimulai. Namun seiring dengan berkembangnya zaman penggunaan obat-obatan sudah mulai memasuki tahap modern misalnya dengan menggunakan alat-alat canggih akan tetapi penggunaan obat secara primitif tidak boleh dilupakan karena dari sinilah awal semuanya.

(3)

penyakit, ternyata pengobatan herba lebih efektif memberikan solusi penyembuhan dibandingkan dengan pengobatan menggunakan bahan kimia. Beberapa penyakit tersebut diantaranya penyakit-penyakit cardiovascular (penyakit yang berhubungan dengan darah dan jantung) serta penyakit saraf. Keunggulan pengobatan herba terletak pada bahan dasarnya yang bersifat alami sehingga efek sampingnya dapat ditekan seminimal mungkin, meskipun dalam beberapa kasus dijumpai orang-orang yang alergi terhadap herba. Namun, alergi tersebut dapat juga terjadi pada pengobatan medis.

.2 Rumusan Masalah

Bagaimana cara pemeriksaan farmakognosi yang meliputi pemeriksaan morfologi, anatomi, organoleptik, dan Identifikasi kandungan kimia tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.).

1.3 Tujuan Penelitian

a. Mendeskripsikan kandungan kimia tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)

b. Mendeskripsikan khasiat tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)

(4)

d. Mendeskripsikan efek samping dari penggunaan tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)

1.4 Manfaat Penelitian

Bagi mahasiswa penelitian ini dapat menambahkan wawasan dan ilmu pengetahuan tentang Farmakognosi yang kelak dapat berguna di masa yang akan datang.

(5)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Tumbuhan

2.2.1 Sistematika Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.) (www.plantamor.com)

Kingdom : Plantae

(6)

Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Ageratum

Spesies : Ageratum conyzoides L.

.1.2 Nama Daerah Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.) Adapun nama daerah dari tanaman Bandotan yaitu Sumatera: Bandotan, daun tombak, siangit, tombak jantan, siangik kahwa, rumput tahi ayam. Jawa: babadotan, Bandotan leutik, Bandotan beureum, Bandotan hejo, jukut bau, kibau, Bandotan, berokan, wedusan, dus wedusan, dusbedusan, tempuyak. Sulawesi: dawet, lawet, serri jepang, rukut manoe, rukut weru, sopi (http://www.iptek.net.id).

2.1.3 Morfologi Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.) (http://farmakoseumi.blogspot.com)

Bandotan tergolong ke dalam tumbuhan terna semusim, tumbuh tegak atau bagian bawahnya berbaring, tingginya sekitar 30-90 cm, dan bercabang.

(7)

berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau.

Akar tumbuhan Bandotan ini adalah berakar tunggang dan tumbuhan Bandotan ini merupakan tumbuhan dikotil. Bunganya bermajemuk berkumpul 3 atau lebih, berbentuk malai rata yang keluar dari ujung tangkai, warnanya putih. Panjang bonggol bunga 6-8 mm, dengan tangkai yang berambut.

Buahnya berwarna hitam dan bentuknya kecil. Habitat dan budidaya Bandotan dapat diperbanyak dengan biji. Bandotan berasal dari Amerika tropis. Jika daunnya telah layu dan membusuk, tumbuhan ini akan mengeluarkan bau tidak enak.

.1.4 Anatomi Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.) (http://farmakoseumi.blogspot.com)

Tumbuhan Bandotan ini merupakan tumbuhan dikotil dengan xylem primer terletak di pusat akar dan berbentuk seperti bintang, sedangkan floem primer terletak di sebelah luar xylem primer. Mempunyai tipe kolateral terbuka (antara xylem dan floem terdapat kambium).

(8)

Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis atas terdiri dari 1 lapis sel berbentuk segi empat, kutikula tebal berbintik-bintik, stomata sedikit, rambut penutup terdiri dari 2 sel sampai 5 sel. Epidermis bawah terdiri dari satu lapis sel berbentuk segi empat, kutikula tebal berbintik-bintik, stomata lebih banyak daripada epidermis atas, rambut penutup terdiri dari 2 sel sampai 5 sel, lebih banyak dari epidermis atas. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel, jaringan bunga karang terdiri dari 3 tau 4 lapis sel, terdapat sel sekresi dan sel yang berisi tetes minyak. Berkas pembuluh tipe kolateral. Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas dan epidermis bawah berbentuk tidak beraturan, dinding bergelombang, stomata tipe anomositik.

.1.5 Kandungan Kimia Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.)

Herba Bandotan mengandung asam amino organacid, pectic substance, minyak atsiri, kumarin, ageratochromene, friedelin, β-sitosterol, stigmasterol, tanin, sulfur, dan potasium klorida. Akar mengandung minyak atsiri, alkaloid, dan kumarin (http://www.iptek.net.id).

(9)

menghentikan perdarahan (hemostatis), peluruh haid (emenagog), peluruh kencing (diuretik), dan peluruh kentut (kaiminatit), mengobati malaria, sakit tenggorokan, radang paru (pneumonia), radang telinga tengah, diare, disentri, mulas, muntah, perut kembung, keseleo, pegal linu. Daun Bandotan dapat digunakan pula sebagai insektisida nabati. Akarnya berkhasiat untuk mengatasi demam. Herba Bandotan ini berasa sedikit pahit, pedas, dan bersifat netral (http://www.iptek.net.id).

Setelah melakukan penelitian didapatkan fakta bahwa di daerah Sulawesi khususnya di daerah Parepare tumbuhan Bandotan ini digunakan sebagai obat luka dan di daerah lainpun yaitu di Bogor memanfaatkan tumbuhan ini sebagai obat luka pula.

.1.7 Bioaktifitas Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.) (http://farmakoseumi.blogspot.com)

(10)

Ekstrak daun Bandotan dalam minyak kelapa dosis 20 % tidak memberikan efek penyembuhan luka. Namun pada dosis 40% dan 80% dapat menyembuhkan luka secara nyata sesuai dengan peningkatan dosis. Bahkan efek penyembuhan luka pada dosis 80% tidak berbeda nyata dengan yodium povidon 10%. .2 Tinjauan Tentang Pemeriksaan Farmakognostik

.2.1 Pengertian dan Sejarah Farmakognosi

Istilah Farmakognosi pertama kali dicetuskan oleh C.A. Seydler (1815), seorang peneliti kedokteran di Haalle Jerman, dalam disertasinya berjudul Anelecta Pharmacognostica. Farmakognosi berasal dari bahasa Yunani, pharmacon yang artinya "obat" (ditulis dalam tanda petik karena obat disini maksudnya adalah obat alam bukan obat sintetis) dan agnosis yang artinya pengetahuan. Jadi, farmakognosi adalah pengetahuan tentang obat-obat alamiah (Ahmad, 2008).

(11)

.2.2 Ruang lingkup Pemeriksaan Farmakognostik

.2.2.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman (Steenis, 1972) Dalam melakukan suatu determinasi tanaman itu membutuhkan alat-alat khusus dalam mengolah tanaman Bandotan tersebut. Disamping itu bahan-bahan tumbuhan tidak lupa pula untuk turut disertakan dalam penentuan determinasi ini yang meliputi beberapa eksemplar yang kalau dikumpulkan memberi gambaran yang lebih lengkap.

Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan berdasarkan bentuk morfologi tanaman melalui uraian tanaman atau ciri-ciri umum tanaman secara lengkap serta tak lupa pula dari segi pengelompokan atau klasifikasi tanaman yang mempermudah dalam menentukan kunci determinasi tanaman tersebut.

(12)

Pembuatan herbarium tanaman dilakukan dengan mengumpulkan seluruh bagian tanaman yang utuh (akar, batang, daun) termasuk bagian-bagian khusus tanaman seperti bunga, buah dan biji, bila tidak dikumpulkan secara lengkap akan susah untuk mengidentifikasinya serta jangan sekali-kali mengambil tanaman pada waktu yang berbeda kemudian dikumpulkan menjadi satu, itu akan membuat herbarium memberikan hasil yang tidak baik.

Herbarium kering adalah tumbuhan yang diambil akarnya dan dibersihkan dengan air, setelah kering kita masukkan ke dalam lipatan karton kemudian tumbuhan diatur sedemikian rupa, jangan sampai ada yang rusak pada bagian tumbuhan, daun diatur agar terlihat permukaan daun atas dan bawah kemudian dipress herbarium di atas kertas koran dengan kemudian dikeringkan pada sinar matahari atau dipanaskan dalam oven listrik pada suhu 60-70 o C sampai materi kering dan siap untuk ditempel pada karton herbarium.

(13)

.2.2.2 Morfologi Tanaman (Tjirisoepomo, 1979)

(14)

mengapa bagian-bagian tubuh tumbuhan mempunyai bentuk dan susunan yang beraneka ragam tersebut. .2.2.3 Anatomi Tanaman (Tjirisoepomo, 1979)

Pemeriksaan ciri anatomi menggunakan mikroskop dilakukan terhadap irisan melintang atau membujur dari jaringan tumbuhan atau pemeriksaan serbuk/bagian tumbuhan yang telah dikeringkan. Cara pemeriksaan ini dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan meristem, epidermis gabus, parenkim, klorenkim, sklerenkim, floem dan xylem), sel batu, trikomata, kristal kalsium oksalat, dan sebagainya. Tumbuhan pada umumnya mempunyai ciri morfologi dan anatomi yang spesifik dan dapat digunakan sebagai penciri bagi tumbuhan tersebut.

.2.2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Tanaman (Asni, 2009) a. Uji dengan reaksi warna dilakukan terhadap hasil

(15)

trakinon bebas, fenol, saponin, flavanoid, karbohidrat, glikosida, glikosida, antrakinon, dan steroid contohnya: asam sinamat dipisahkan dalam bentuk kristal dari tolu balsam setelah didihkan dengan air kapur + HCl + kalium permanganat terbentuk benzaldehid.

b. Uji reaksi pengendapan dilakukan dengan melihat warna endapan yang terjadi contohnya uji alkaloid. c. Mikrosubmasi untuk konstituen mudah menyublin

dalam bentuk Kristal dilakukan uji KLT dan reaksi warna.

.2.2.5 Pemeriksaan Mutu dan Standarisasi

Pemeriksaan mutu simplisia terdiri atas pemeriksaan (MMI Edisi V, 1995):

1. Organoleptik yaitu pemeriksan warna, bau, dan rasa bahan/simplisia.

2. Makroskopik yaitu memuat uraian makroskopik mengenai bentuk ukuran, warna, dan bidang patahan/irisan.

(16)

 Jaringan primer (epidermis, corteks, endodermis, caspari, perisikel, silinder pusat dan empulur).

 Jaringan sekunder (periderm, felogen, dan ritidom).

 Perubahan susunan silinder pusat b. Jaringan pada daun terdiri dari:

 Tipe stomata

 Jenis rambut (rambut penutup dan rambut kelenjar).

c. Jaringan pada daun, batang, dan akar terdiri dari:  Tipe idioblas

 Tipe sel sklerenkim .3 Tinjauan Tentang Simplisia

.3.1 Pengertian Simplisia (Ditjen POM, 1979)

Pengertian simplisia menurut Farmakope Indonesia Edisi III adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah dikeringkan.

(17)

1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman ialah isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya, dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni.

2. Simplisia hewani adalah simplisia berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.

3. Simplisia mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelican (mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.

Selain ketiga jenis simplisia di atas juga terdapat hal lain, yaitu benda organik asing yang disingkat benda asing adalah satu atau keseluruhan dari apa-apa yang disebut dibawah ini: 1. Fragmen merupakan bagian tanaman asal simplisia selain

bagian tanaman yang disebut dalam paparan makroskopik atau bagian sedemikian nilai batasnya disebut monografi. 2. Hewan asing merupakan zat yang dikeluarkan oleh hewan,

kotoran hewan, batu tanah atau pengotor lainnya.

(18)

fragmen hewan, atau kotoran hewan tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir, atau cendawan, atau menunjukkan adanya zat pengotor lainnya; pada perhitungan penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam, kadar abu yang larut dalam air, sari yang larut dalam air, atau sari yang larut dalam etanol didasarkan pada simplisia yang belum ditetapkan susut pengeringannya.

Sedangkan susut pengering sendiri adalah banyaknya bagian zat yang mudah menguap termasuk air, tetapkan dengan cara pengeringan, kecuali dinyatakan lain, dilakukan pada suhu 105o hingga bobot tetap.

Agar simplisia yang kita butuhkan bermutu baik, maka dilakukan pemeriksaan mutu simplisia yang bertujuan agar diperoleh simplisia yang memenuhi persyaratan umum yang ditetapkan oleh Depkes RI dalam buku resmi seperti materi medika Indonesia, Farmakope Indonesia, dan ekstra Farmakope Indonesia.

.3.3 Cara Pembuatan Simplisia (Ditjen POM, 1985)

Pembuatan simplisia merupakan proses memperoleh simplisia dari alam yang baik dan memenuhi syarat-syarat mutu yang dikehendaki.

(19)

Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat (mesin). Apabila pengambilan dilakukan secara langsung (pemetikan) maka harus memperhatikan keterampilan si pemetik, agar diperoleh tanaman/bagian tanaman yang dikehendaki, misalnya dikehendaki daun yang muda, maka daun yang tua jangan dipetik dan jangan merusak bagian tanaman lainnya, misalnya jangan menggunakan alat yang terbuat dari logam untuk simplisia yang mengandung senyawa fenol dan glikosida. 1. Waktu pengumpulan atau panen

Kadar kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan oleh waktu panen, umur tanaman, bagian tanaman yang diambil dan lingkungan tempat tumbuhnya.

Pada umumnya waktu pengumpulan sebagai berikut: a. Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan

sebelum buah menjadi masak, contohnya daun Athropa belladonna mencapai kadar alkaloid tertinggi pada pucuk tanaman saat mulai berbunga. Tanaman yang berfotosintesis diambil daunnya saat reaksi fotosintesis sempurna yaitu pukul 09.00-12.00.

(20)

c. Buah dipetik dalam keadaan tua, kecuali buah mengkudu dipetik sebelum buah masak.

d. Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna. e. Akar, rimpang (rhizoma), umbi (tuber), dan umbi lapis

(bulbus), dikumpulkan sewaktu proses pertumbuhannya terhenti.

2. Bagian Tanaman

a. Klika batang/klika/korteks

Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaliknya dengan cara berselang-seling dan sebelum jaringan kambiumnya, untuk klika yang mengandung minyak atsiri atau senyawa fenol gunakan alat pengelupas yang bukan terbuat dari logam.

b. Batang (caulis)

Batang diambil dari cabang utama sampai leher akar, dipotong-potong dengan panjang dan diameter tertentu.

b. Kayu (Lignum)

Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kulitnya dan potong-potong kecil.

(21)

Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik satu persatu secara manual.

d. Bunga (Flos)

Tergantung yang dimaksud, dapat berupa kuncup atau bunga mekar atau mahkota bunga atau daun bunga, dapat dipetik langsung dengan tangan.

e. Akar (Radix)

Bagian yang digunakan adalah bagian yang berada di bawah permukaan tanah, dipotong-potong dengan ukuran tertentu.

f. Rimpang (Rhizoma)

Tanaman dicabut, rimpang diambil dan dibersihkan dari akar, dipotong melintang dengan ketebalan tertentu. g. Buah (Fructus)

Dapat berupa buah yang masak, matang atau buah muda, dipetik dengan tangan.

h. Biji (Semen)

Buah yang dikupas kulit buahnya menggunakan tangan atau alat, biji dikumpulkan, dan dicuci.

i. Bulbus

Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar dengan memotongnya.

(22)

Pencucian dan sortasi basah dimaksudkan untuk membersihkan simplisia dari benda-benda asing dari luar (tanah, batu, dan sebagainya), dan memisahkan bagian tanaman yang tidak dikehendaki. Pencucian dilakukan bagi simplisia utamanya bagian tanaman yang berada di bawah tanah (akar dan rimpang) untuk membersihkan simplisia dari sisa-sisa tanah yang melekat.

3. Pengeringan

Tujuan pengeringan pada tanaman atau bagian tanaman adalah:

a. Untuk mendapatkan simplisia yang awet, tidak rusak dan dapat digunakan dalam jangka relatif lama.

b. Mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan oleh jamur atau bakteri karena terhentinya proses enzimatik dalam jaringan tumbuhan yang selnya telah mati. Agar reaksi enzimatik tidak dapat berlangsung, kadar air yang dianjurkan adalah kurang dari 10 %.

c. Mudah dalam penyimpanan dan mudah dihaluskan bila ingin dibuat serbuk.

(23)

Tergantung dari kandungan zat aktif simplisia, pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Sinar matahari langsung, terutama pada bagian tanaman yang keras (kayu, kulit biji, biji dan sebagainya) dan mengandung zat aktif yang relatif stabil oleh panas)

2. Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari secara langsung, umumnya untuk simplisia bertekstur lunak (bunga, daun dan lain-lain) dan zat aktif yang dikandungnya tidak stabil oleh panas (minyak atsiri).

b. Pengeringan buatan

Cara pengeringan dengan menggunakan alat yang dapat diatur suhu, kelembaban, tekanan atau sirkulasi udaranya.

.3.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia

Pemeriksaan mutu simplisia terdiri atas (Amin, 2009): 1. Identifikasi meliputi pemeriksaan

(24)

rasa yang dimaksudkan untuk dijadikan petunjuk mengenal simplisia nabati sebagai syarat baku.

b. Mikroskopik yaitu membuat uraian mikroskopik paparan mengenai bentuk ukuran, warna, dan bidang patahan atau irisan.

c. Mikroskopoik yaitu membuat paparan anatomi penampang melintang simplisia fragmen pengenal serbuk simplisia.

d. Tetapan fisika, meliputi pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titik lebur, rotasi optik, mikrosublimasi, dan rekristalisasi.

e. Kimiawai meliputi reaksi warna, pengendapan, penggaraman, logam, dan kompleks.

f. Biologi meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan angka kuman, pencemaran, dan percobaan terhadap hewan.

2. Analisis bahan meliputi penetapan jenis konstituen (zat kandungan), kadar konstituen (kadar abu, kadar sari, kadar air, kadar logam), dan standarisasi simplisia.

(25)

.4 Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia Secara Kemotaksonomi .4.1 Penggolongan Tanaman Berdasarkan Kemotaksonomi

Pengolongan tumbuhan Bandotan ini merupakan suku atau family compositae atau asteraceae atau tumbuhan yang mempunyai daun bersilang dan berhadapan. Bandotan ini merupakan herba terna semusim, tegak atau berbaring dan dari bagian ini keluar akarnya. khususnya di Indonesia tumbuhan ini merupakan tumbuhan pengganggu yang terkenal (http://farmakoseumi.blogspot.com).

.4.2 Kegunaan Umum Tanaman Berdasarkan Kemotaksonomi

Kegunaan Umum dari tanaman Bandotan ini adalah mengobati luka luar dengan cara daun-daunnya digulung kecil lalu ditempelkan pada luka (http://www.iptek.net.id).

.4.3 Cara mengidentifikasi Kandungan Kimia Simplisia (Amin, 2012)

a. Reaksi warna

1. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat P, terjadi warna coklat kehijauan.

(26)

3. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5% b/v dalam etanol, terjadi warna hijau.

4. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes amonia (25%) P, terjadi warna coklat kehijauan.

5. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v, terjadi warna hijau kecoklatan. b. Reaksi pengendapan

Alkaloid Merupakan senyawa organik yang mengandung unsur nitrogen dan bersifat basa. Senyawa ini dijumpai pada golongan tanaman leguminosae, rubiaceae, ladoceae, dan liliaceae. Untuk menentukan adanya alkaloid maka ditimbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml asam klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan di atas penangas air selama 2 menit, dinginkan dan saring, pindahkan masing-masing 3 tetes filtrat pada dua kaca arloji:

1. Tambahkan 2 tetes mayer LP pada kaca arloji pertama, terbentuk endapan menggumpal berwarna putih

2. Tambahkan 2 tetes bouchardat LP pada kaca arloji kedua, terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam c. Kromatografi Lapis Tipis

(27)

partisi menggunakan lempeng berukuran 7 x 3 cm, yang dilapisi oleh silica gel sebagai fase adsorben atau disebut fase diam dan eluen berupa campuran beberapa pelarut atau fase gerak yang dapat memisahkan senyawa kimia yang dapat memisahkan senyawa kimia dengan baik.

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS, DAN SKEMA KERJA

1.1 Kerangka Konseptual

Obat tradisional Bandotan aktivitas farmakologi Indonesia mengobati luka

Pemeriksaan

Farmakognosi Bioaktivitas Praklinik Invitro dan invivo

Kandungan Kimia dan Identifikasi Kemotaksonomi

Pengembangan Obat tradisional dan Fitofarmako

(28)

.2 Hipotesis

(29)
(30)

BAB 4

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

4.1 Bahan, Alat dan Instrumen Praktikum

4.1.1 Bahan Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L)

 Ageratum Folium

4.1.2 Bahan Kimia

a. Aquadest

b. Ekstrak Metanol c. FeCl3

d. HCl e. Iod

4.1.3 Alat

(31)

2. Cutter 3. Deg gelas 4. Mikroskop 5. Objek gelas 6. Pipet tetes 7. Pipet volume 8. Silet

9. Toples

4.2 Lokasi Praktikum

Desa Lemoe Kecamatan Bacukiki Kabupaten Parepare Provinsi Sulawesi Selatan.

4.3 Prosedur Praktikum

4.3.1 Pemeriksaan Farmakognostik

4.3.1.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman

Menentukan kunci determinasi tanaman dilakukan berdasarkan bentuk morfologi melalui pendekatan hubungan kekerabatan tanaman (suku dan genus), kunci determinasi tanaman sebagai mana yang dicantumkan dalam buku resmi.

4.3.1.1.1 Morfologi Tanaman

(32)

4.3.1.1.2 Anatomi Tanaman

Pemeriksaan anatomi di Laboratorium, yaitu anatomi akar, batang, dan daun serta mencari bentuk stomata dengan membuat preparat setipis mungkin di atas objek gelas yang ditutupi deg gelas dengan ditetesi air atau kloralhidrat, dan diamati serta digambar anatominya di bawah mikroskop.

4.3.1.2 Pemeriksaan Simplisia

4.3.1.2.1 Pengambilan simplisia

Pengumpulan simplisia dilakukan dengan menggunakan tangan karena tumbuhan Bandotan sangat mudah untuk dipetik dan pengambilannya juga harus saat daunnya tidak terlalu mudah atau terlalu tua. Dipetik sampel yang berada di darat tepatnya di desa Lemoe Kecamatan Bacukiki Kota Parepare dengan mengambil secara utuh dari akar, batang, dan daun. Kemudian diawetkan dan dimasukkan ke dalam toples untuk dilakukan uji praktikum laboratorium untuk diamati morfologi dan anatominya pada mikroskop.

(33)

Simplisia yang telah dikumpulkan kemudian dicuci untuk membersihkan simplisia dari kotoran atau debu dan memisahkan tanaman itu sendiri dari yang tidak dikehendaki saat pencucian. Setelah dicuci dan dibersihkan dari debu dan kotoran, sampel dipotong kecil-kecil kemudian dikeringkan.

Pengeringan yang digunakan pada percobaan ini ialah pengeringan alamiah yakni dengan bantuan sinar matahari atau diangin-anginkan. Untuk bagian tanaman yang keras, seperti batang dan akar pengeringan dilakukan di bawah sinar matahari. Untuk bagian tanaman yang lunak seperti daun cukup diangin-anginkan.

4.3.1.2.3 Pemeriksaan Mutu Simplisia

(34)

b. Makroskopik yaitu memuat paparan mengenai bentuk dari simplisia, ukuran, warna serta bidang patahannya. Misalnya untuk simplisia yang memiliki ukuran serbuk yang relatif besar dengan warna yang berbeda-beda

c. Mikroskopik yakni memuat paparan

anatomis mengenai fragmen pengenal serbuk simplisia. Pemeriksaan fragmen serbuk menggunakan mikroskop dan pada serbuk simplisia ditambahkan kloralhidrat di atas objek gelas, kemudian ditutup dengan deg gelas.

4.3.2 Identifikasi Kandungan Kimia

4.3.2.1 Minyak Atsiri

a.Diletakkan serbuk sampel di atas objek gelas b.Ditetesi dengan air

c. Diamati di bawah mikroskop

4.3.2.2 Tanin

a.Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi b.Ditambahkan dengan larutan (FeCl3) sebanyak 1-3 tetes

apabila berwarna hijau berarti mengandung tanin

(35)

a.Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi b.Ditambahkan 10 ml air panas, kemudian didinginkan

dan dikocok hingga timbul buih

c. Ditambahkan (HCl 2N) sebanyak 3 tetes, apabila buih tetap ada berarti mengandung saponin

4.3.2.5 Karbohidrat

a.Dimasukkan serbuk sampel ke dalam tabung reaksi b.Ditambahkan dengan larutan (Iod 0,1 M) sebanyak 3

tetes apabila berwarna biru hitam berarti mengandung amilosa, biru violet atau ungu menandakan adanya amilopektin

BAB 5

(36)

5.1 Identifikasi dan Determinasi Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L)

Kunci determinasi tanaman dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas tanaman yang dipakai, menghindari kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan bahan sehingga tanaman yang diambil benar-benar tanaman srigading. Determinasi dilakukan dengan berpedoman pada buku “Flora untuk Sekolah di Indonesia “ karangan Van Stenis (1992). Adapun kunci determinasi dari tanaman Bandotan adalah: 1b...2b…3b…4b…6b…7b…9b…10b…11b…12b…13b…14b… 15a…109b…119b…120b…128b…129b…135b…136b…39b…140b… 142b…143b…146b…154b…155b…156a…157b…161b…Asteraceae. 5.2 Morfologi Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L)

Daunnya bertangkai, letaknya saling berhadapan dan bersilang (compositae), helaian daun bulat telur dengan pangkal membulat dan ujung runcing, tepi bergerigi, panjang 1-10 cm, lebar 0,5-6 cm, kedua permukaan daun berambut panjang dengan kelenjar yang terletak di permukaan bawah daun, warnanya hijau. Batangnya bulat berambut panjang dan akar tumbuhan Bandotan ini adalah berakar tunggang. 5.3 Anatomi Tumbuhan (Ageratum conyzoides L)

(37)

kutikula tebal berbintik-bintik, stomata lebih banyak daripada epidermis atas, rambut penutup terdiri dari 2 sel sampai 5 sel, lebih banyak dari epidermis atas. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel, jaringan bunga karang terdiri dari 3 tau 4 lapis sel, terdapat sel sekresi dan sel yang berisi tetes minyak. Berkas pembuluh tipe kolateral. Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas dan epidermis bawah berbentuk tidak beraturan, dinding bergelombang, stomata tipe anomositik.

5.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia a. Organoleptik

1) Warna : Hijau tua 2) Bau : Aromatik, khas 3) Rasa : Agak pahit b. Makroskopik

Helaian daun umumnya utuh, warna hijau sampai hijau tua atau hijau kelabu, berbentuk bundar telur, panjang 3 cm sampai 4 cm, lebar 1 cm sampai 2,5 cm, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, pinggir daun beringgit, tangkai daun 0,5 cm sampai 3 cm, tulang daun pada permukaan atas dan bawah berambut, daun muda agak berambut rapat, warna rambut keputih-putihan, tulang daun menyirip. c. Mikroskopik

(38)

tebal berbintik-bintik, stomata lebih banyak dari pada epidermis atas, rambut penutup terdiri 2 sel sampai 5 sel, lebih banyak dari epidermis atas. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel; terdapat sel sekresi dan sel yang berisi tetes minyak. Berkas pembuluh tipe kolateral. Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas dan epidermis bawah berbentuk tidak beraturan, dinding bergelombang, stomata tipe anomisitik.

1. Minyak Atsiri Air Hijau tua Hijau tua +

2. Tanin FeCl3

Hijau tua

kecoklatan Hitam _

3. Saponin HCl 2 N Berbuih

Tidak berbuih

_

4. Karbohidrat Iodine 0,1 M

(39)

Dalam rangka pembangunan di bidang kesehatan yang luas dan merata, obat tradisional perlu dikembangkan dan secara berangsur-angsur agar dapat menunjang upaya pelayanan kesehatan masyarakat. Obat yang berasal dari bahan alam telah lama dikenal dan dimanfaatkan oleh manusia dan sampai sekarang ini masih digunakan dan dipercaya oleh masyarakat karena keampuhannya dalam mengobati berbagai penyakit. Sehubungan dengan hal tersebut muncul berbagai macam dalam mencari dan menemukan bahan-bahan alam khususnya tumbuhan untuk dimanfaatkan sebagai sumber bahan obat dan usaha meminimalisasi kekurangannya.

Pada percobaan ini, dilakukan pemeriksaan mutu simplisia (Organoleptis, Makroskopik, Mikroskopik) dan Identifikasi kandungan kimia. Untuk organoleptis, yaitu pemeriksaan warna, bau, dan rasa dari simplisia, yang dimana tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.) memiliki warna hijau tua kecoklatan, bau khas, dan rasa agak pahit.

Makroskopik, yakni memuat paparan mengenai bentuk dari simplisia, ukuran, warna serta bidang patahannya. Bandotan (Ageratum conyzoides L.)

memiliki helaian daun berwarna hijau, berbentuk bundar telur, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, pinggir daun beringgit, ulang daun pada permukaan atas dan bawah berambut, daun muda agak berambut rapat, warna rambut keputih-putihan, tulang daun menyirip.

(40)

segi empat, kutikula tebal berbintik-bintik, stomata lebih banyak dari pada epidermis atas, rambut penutup terdiri 2 sel sampai 5 sel, lebih banyak dari epidermis atas. Mesofil meliputi jaringan palisade terdiri dari 1 lapis sel; terdapat sel sekresi dan sel yang berisi tetes minyak. Berkas pembuluh tipe kolateral. Pada sayatan paradermal tampak epidermis atas dan epidermis bawah berbentuk tidak beraturan, dinding bergelombang, stomata tipe anomisitik.

Dalam Identifikasi Kimia tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides

L.), dilakukan pengujian minyak atsiri, tanin, saponin, karbohidrat, dan glikosida umum. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, daun Bandotan positif mengandung minyak atsiri dan glikosida umum.

BAB 7

(41)

7.1 Kesimpulan

Hasil pemeriksaan farmakognostik dan identifikasi kandungan kimia tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L,) telah diperoleh data dan dapat diberikan kesimpulan sebagai berikut:

1. Bandotan (Ageratum conyzoides L.) memiliki helaian daun berwarna hijau, berbentuk bundar telur, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, pinggir daun beringgit, tulang daun pada permukaan atas dan bawah berambut, daun muda agak berambut rapat, warna rambut keputih-putihan, tulang daun menyirip.

2.Pada pemeriksaan anatomi didapatkan bahwa bentuk stomata dari tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.) adalah stomata tipe anomisitik.

3.Pada Identifikasi kandungan kimia, tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.) mengandung minyak atsiri dan glikosida umum.

4. Setelah melakukan penelitian didapatkan fakta bahwa di daerah Sulawesi khususnya di daerah Parepare tumbuhan Bandotan ini digunakan sebagai obat luka.

7.2 Saran

(42)
(43)

DAFTAR PUSTAKA

Amin, A.,dkk. 2012. Penuntun Praktikum Farmakognosi I. Universitas Muslim Indonesia: Makassar

Depkes RI. 1995. Materia Medika Indonesia Jilid IV. Depertemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: DepKes

Dodi, Ahmad Fauzi. 2008. Manfaat Tanaman Obat. EDSA Mahkota: Jakarta Gunawan, Didik dkk. 2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi) Jilid I. Penebar

Swadaya: Jakarta http://www.iptek.net.id

http://farmakoseumi.blogspot.com

Steenis, Van dkk. 2006. Flora. Pradya Paramita: Jakarta

Tjitrosoepomo, Gembong. 1979. Morfologi Tumbuhan. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

Tjirisoepomo, gembong. 1979. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Gambar

Gambar. 3.1 Skema kerangka konseptual Bandotan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan bahan b-panel dapat menunjang perancangan fasad bangunan yaitu dalam aspek fungsional sebagai dinding dapat dibuat bukaan, dapat

Hasil ini didukung oleh hasil penelitian sebelumnya di Kota Surakarta tahun 2008 oleh Kustini, yang menyatakan bahwa ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat

Berdasarkan uji statistik dengan spearman rho dengan signifikan α < 0,05 didapatkan hasil α = 0,000 yang nilainya lebih kecil dari α = 0,05 maka dapat

PERBANDINGAN VIDEO PEMBELAJARAN BERBASIS MOTION GRAPHIC DENGAN MEDIA POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN DASAR DESAIN GRAFIS SMK PROGRAM..

Sedangkan pengelupasan dengan metode mekanik, tidak membutuhkan proses pembuatan sampel yang lama namun dapat menghasilkan ketebalan lapisan yang sama atau memungkinan mendapat

sehingga tidak bisa dipungkiri juga seiring pertumbuhan kendaraan lalu lintas yang sangat menunjang seluruh aktifitas masyarakat kota palembang. Kemacetan lalu lintas

Berdasarkan hasil analisis kesalahan penggunaan kata sifat i-keiyoushi dan na-keiyoushi pada penulisan sakubun mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang Tingkat II

2.1.6 Tinjauan Remaja Yang melakukan tidak Kriminal pembegalan Secara sosiologis tindak kriminal pembegalan yang dilakukan oleh remaja merupakan suatu pola tingkah laku