• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DAN HASIL PADI SAWAH VARIETAS INPARI 1 YANG DIBERI AGRISIMBA The Growth, Yield Components and Rice Yield to Inpari 1 Varieties is Advised of Agrisimba

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DAN HASIL PADI SAWAH VARIETAS INPARI 1 YANG DIBERI AGRISIMBA The Growth, Yield Components and Rice Yield to Inpari 1 Varieties is Advised of Agrisimba"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN, KOMPONEN HASIL DAN HASIL PADI SAWAH VARIETAS INPARI 1 YANG DIBERI AGRISIMBA

The Growth, Yield Components and Rice Yield to Inpari 1 Varieties is Advised of Agrisimba

Oleh:

Karsidi Permadi1, Sunjaya Putra1dan I.N.P. Aryantha2

1

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat, Jl. Kayuambon No. 80 Lembang

2

Pusat Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha No. 10 Bandung

Alamat korespondensi: Sunjaya Putra (putrasunjaya@yahoo.com)

ABSTRAK

Pupuk anorganik yang terus menerus diberikan pada setiap musim tanam padi dapat mencemari lingkungan selain produktivitas lahan menurun dan berpengaruh juga terhadap produktivitas padi menjadi rendah. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan produktivitas padi selain memberikan pupuk anorganik diperlukan penambahan mikroba probiotik lokal seperti Agri Simba yang mampu memperbaiki kesuburan tanah sehingga penggunaan pupuk kimia berkurang. Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Agri Simba terhadap pertumbuhan, komponen hasil dan hasil padi sawah varietas Inpari 1. Pengkajian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat ulangan. Perlakuan Agri Simba disusun berdasarkan tingkat pemberian takaran 5; 10; 15; dan 20 l/ha. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa pemberian Agri Simba berpengaruh baik pada pertumbuhan tinggi tanaman. Hasil gabah kering tertinggi dicapai pada tingkat pemberian 10 l/ha Agri Simba sebanyak 11,20 t/ha GKG, dan terendah diperoleh pada takaran 5 l/ha Agri Simba sekitar 10,05 t/ha GKG. Hasil gabah kering giling maksimum dicapai pada tingkat pemberian 12,81 l/ha Agri Simba. Komponen hasil yang mendukung terhadap hasil gabah adalah jumlah gabah per malai yang berkorelasi nyata.

Kata kunci : Inpari 1, Agri Simba

ABSTRACT

In organic fertilizers are continuously given to each rice-planting season can pollute the environment other than declining land productivity and decrease the productivity of rice. Therefore, in an effort to increase rice productivity in addition to inorganic fertilizer required with local probiotic microbes such as Agri Simba is capable of improving soil fertility, so the use of chemical fertilizers is reduced. The aim of this experiment was the effect of the use of Agri Simba on growth, yield components and yield rice varieties Inpari 1. The experiment are using a randomized block design (RAK) with four replications. Agri Simba treatment based on the level of dose 5; 10; 15; and 20 l / ha. The results of the experiment indicates that administration of Agri Simba good effect on plant height growth. The highest dry grain yield achieved at the level of 10 l / ha Agri Simba as much as 11.20 t / ha paddy, and obtained at the lowest dose of 5 l / ha Agri Simba about 10.05 t / ha paddy. Maximum dry milled grain yield achieved at the level of 12.81 l / ha Agri Simba. Components that support the results of grain yield is the amount of grain per panicle were correlated real

Keywords : Inpari 1, Agri Simba

PENDAHULUAN

Bahan makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar masih dari beras,

termasuk komponen utama dalam

ketahanan pangan nasional. Oleh karena itu, masalah padi atau perberasan akan

(2)

terutama di lahan-lahan sawah irigasi melalui revolusi hijau. Penciri dari revolusi hijau dengan munculnya varietas unggul baru (VUB) yang sangat reponsif terhadap pemupukan anorganik sebagai input eksternal. Padahal dengan penggunaan pupuk kimia yang terus menerus pada tanaman padi seperti pupuk N, P dan K dapat mempercepat pengurasan kadar hara lain di tanah seperti S, Zn dan Mg serta merusak keseimbangan biota tanah. Dengan kata lain lahan menjadi sakit, di

samping menimbulkan pencemaran

terhadap lingkungan dan masyarakat. Ini dikarenakan penggunaan pupuk organik yang terabaikan hanya untuk mengejar hasil yang tinggi sehingga kadar bahan organik tanah menurun menyebabkan produktivitas lahan rendah (Las et al.,

2002 dan Hidayati, 2003).

Selain itu, untuk kebutuhan pupuk kimia pada tanaman padi sawah setiap

tahun mengalami peningkatan, dan

mahalnya harga pupuk akibat dicabutnya subsidi sehingga biaya produksi semakin bertambah. Kondisi tersebut terjadi

penurunan produktivitas yang

menyebabkan pendapatan petani semakin berkurang (Arafat et al., 2004). Salah satu cara untuk memperbaiki kualitas kandungan hara tanah dan mengurangi pemakaian pupuk kimia, tetapi produksi padi tetap meningkat dan pendapatan petani bertambah diperlukan adanya

penambahan bahan organik baik berupa jerami padi insitu atau kompos maupun pupuk organik. Pemberian pupuk organik yang berupa kompos jerami padi mampu meningkatkan hasil gabah padi sebesar 48% dibanding kontrol (Anwar et al.,

2006). Untuk penyediaan kebutuhan pupuk organik yang mudah diperoleh petani dan terdapat disekitarnya adalah jerami padi insitu. Namun jerami padi umumnya oleh petani dibakar atau ditumpuk di pinggiran petakan jarang dibuat kompos. Dengan demikian untuk

mengatasi permasalahan tersebut

(3)

Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan Agri Simba terhadap pertumbuhan, komponen hasil dan hasil padi varietas Inpari 1.

METODE PENELITIAN

Pengkajian ini dilaksanakan di daerah pengairan pedesaan di desa Tanjung

Sari, Kecamatan Pondok Salam,

Kabupaten Purwakata, Jawa Barat pada

MK 2009. Perlakuan menggunakan

rancangan acak kelompok (RAK) dengan empat ulangan. Perlakuan adalah penggunaan Agri Simba dengan takaran 5, 10, 15, dan 20 l/ha.

Persiapan lahan menggunakan sistem olah tanah minimum (OTM), dimana jerami padi hasil panen dipotong-potong dan disebarkan secara merata terus digenangi air atau direndam pada ketinggian 10 cm kemudian disemprotkan Agri Simba yang berfungsi sebagai bahan pembusuk jerami diberikan sesuai dengan masing-masing takaran perlakuan. Volume penyemprotan sebanyak 20 l air per satu liter Agri Simba, dan ditambah 0,5 kg

urea. Apabila jerami telah busuk

dilakukan satu kali rotari kemudian diratakan sehingga tanah melumpur dengan baik. Varietas padi yang digunakan adalah Inpari 1 bersertifikat dengan kelas benih FS. Tanam pada umur bibit 15 hari setelah sebar (HSS), jumlah bibit 2 tanaman/lubang, dengan jarak tanam 22

cm x 22 cm. Ukuran petak perlakuan 5 m x

6 m. Pemupukan dasar pertama

menggunakan pupuk NPK ponska dengan takaran 200 kg/ha yang diberikan pada umur 10 hari setelah tanam (HST), untuk pemupukan berikutnya menggunakan pupuk urea yang diberikan berdasarkan hasil pengamatan bagan warna daun (BWD), yang dimulai pada fase pertumbuhan anakan aktif sampai keluar malai dengan interval 10 hari sekali. Apabila hasil BWD <4 maka diberikan pupuk urea sebanyak 100 kg/ha. Pengendalian gulma dilakukan dua kali yaitu pada umur 20 dan 35 hari setelah tanam (HST). Untuk pencegahan hama dan penyakit secara pengendalian hama terpadu (PHT), walaupun menggunakan insektisida dengan takaran anjuran.

Data yang dikumpulkan diantaranya pertumbuhan tinggi tanaman dan jumlah anakan pada umur 35 dan 55 hari setelah tanam (HST), komponen hasil (jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, bobot 1000 butir gabah isi pada k.a 14%), dan hasil gabah kering giling (GKG) pada k. a 14% (t/ha).

(4)

yang mencapai hasil maksimum. Hubungan antara komponen hasil (jumlah malai per rumpun, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, dan bobot 1000 butir gabah isi) dengan hasil gabah kering giling dianalisis secara regresi berganda yang dilanjutkan dengan regresi bertatar (stepwise).

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan

Kondisi topografi lokasi pengkajian berlereng atau berteras yang memiliki pH tanah masam (5,36), Kadar N-total (0,25%) termasuk sedang, C-Organik (2,03%) termasuk sedang, C/N ratio rendah (8,0), dan kandungan P (65,05 mg/100 g tanah) termasuk sangat tinggi, sedangkan kandungan K (11,77 mg/100 g tanah) dikatagorikan rendah (Soepartini et al.,

1995). Untuk kandungan Ca-dd (1,04 me/100 g tanah) termasuk sangat rendah, Mg-dd (2,52 me/100 g tanah) termasuk tinggi, K-dd (0,05 me/100 g tanah) termasuk sangat rendah, sedangkan KTK (kapasitas tukar kation) termasuk sedang ( 23,48 me/100 g tanah). Sedangkan kadar Fe (16,11 mg/100 g tanah) dan Zn (1,60 mg/100 g tanah) masing-masing termasuk sedang dan cukup. Untuk kelas tektur tanah termasuk Liat ( 12 % pasir, 35% debu dan 53% liat) (Hardjowigeno, 1987). Oleh karena itu, di lokasi pengkajian perlu ditambahkan unsur hara terutama pupuk N

dan K, serta diberikan Agri Simba sebagai pupuk organik yang mampu membusukan jerami in situ untuk mendapatkan hasil maksimum.

Pertumbuhan Tanaman

Berdasarkan analisis uji statistik pemberian Agri Simba mempengaruhi pertumbuhan tinggi tanaman yang nyata baik pada umur 30 maupun pada umur 55 hari setelah tanam (HST). Oleh karena itu, pada pemberian Agri Simba dengan takaran 5 l/ha mampu memberikan pertumbuhan tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan perlakuan lainnya baik pada umur 30 dan 55 HST. Pertumbuhan tinggi tanaman yang tertinggi dicapai oleh perlakuan Agri Simba dengan takaran 5 l/ha yaitu 58,25 cm dan 63,08 cm masing-masing pada umur 30 dan 55 HST. Sedangkan pertumbuhan tinggi tanaman terendah 45,52 cm dan 59,40 cm masing-masing diperoleh pada perlakuan 15 l/ha Agri Simba pada tanaman berumur 30 HST dan petak perlakuan dengan takaran 20 l/ha Agri Simba pada tanaman berumur 55 HST. Sedangkan untuk pertumbuhan jumlah anakan/rumpun baik pada tanaman berumur 30 HST maupun pada umur 55 HST tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (Tabel 1).

Komponen Hasil

(5)

Tabel 1. Tinggi tanaman dan jumlah anakan pada umur 30 dan 55 HST dari pengkajian padi sawah varietas Inpari 1 yang diberi Agri Simba di desa Tanjung Sari, kecamatan Pondok Salam, kabupaten Purwakarta, MK 2009.

Takaran Agri Simba (l/ha)

Tinggi Tanaman (cm) Jumlah anakan

30 HST 55 HST 30 HST 55 HST

5,0 58,25 a 63,08 a 20,38 a 32,58 a

10,0 54,44 b 60,40 b 19,44 a 30,00 a

15,0 45,52 c 60,08 b 25,13 a 30,67 a

20,0 45,56 c 59,40 b 21,63 a 30,67 a

Rerata 50,94 60,74 21,64 30,97

KK (%) 5,08 6,35 10,93 7,60

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

Tabel 2. Jumlah malai, jumlah gabah per malai, persentase gabah isi, bobot 1000 butir gabah isi dan hasil gabah kering ging kadar air 14% (t/ha) dari pengkajian padi sawah varietas Inpari 1 yang diberi Agri Simba di desa Tanjung Sari, kecamatan Pondok Salam, kabupaten Purwakarta, MK 2009.

Takaran Agri Simba

(l/ha)

Jumlah malai per rumpun

Jumlah gabah per

malai

Persentase gabah isi

(%)

Bobot 1000 butir gabah isi

(g)

Hasil gabah k.a 14%

(t/ha)

5,0 34,33 a 117,18 b 95,23 b 26,18 a 10,05 b

10,0 32,09 a 135,28 a 97,24 a 26,42 a 11,20 a

15,0 32,00 a 128,11 ab 97,21 a 26,65 a 10,42 b

20,0 32,50 a 123,89 ab 97,25 a 25,79 a 10,25 b

Rerata 32,73 126,12 96,73 26,26 10,48

KK (%) 7,76 5,19 4,39 2,15 6,86

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji DMRT pada taraf 5%.

dan bobot 1000 butir gabah isi. Sedangkan untuk komponen hasil lainnya seperti peubah jumlah gabah/malai dan persentase gabah isi dipengaruhi nyata oleh pemberian Agri Simba (Tabel 2). Walaupun demikian, untuk peubah bobot 1000 butir gabah isi dari varietas ini termasuk salah satu ciri-ciri varietas yang baik apabila dapat menghasilkan bobot gabah kering 1000 butir sekitar 25 g. Dikarenakan bobot gabah setiap biji yang terbentuk secara sempurna didukung oleh

proses fisiologi yang baik. Di mana suplai unsur hara esensial terpenuhi selama proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta diduga juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti temperatur, kelembaban dan intensitas cahaya matahari yang berperan dalam menentukan besar kecilnya bentuk gabah bernas dan banyak sedikitnya baik jumlah gabah maupun persentase gabah isi yang terbentuk (Permadi et al., 2003, dan Vergara, 1995

(6)

Simba dengan takaran 10 l/ha memberikan jumlah gabah/malai terbanyak sekitar 135,28 butir/malai dan terendah dicapai pada pemberian Agri Simba dengan takaran 5 l/ha sekitar 117,18 butir/malai.

Pada takaran ini (5 l/ha Agri Simba) juga mendapatkan persentase gabah isi terendah yaitu 95,23%. Menurut Toha dan Permadi (1990) dalam Permadi et al. (2006), rendahnya komponen hasil seperti

variabel persentase gabah isi

mengakibatkan hasil gabah yang dicapai menjadi rendah. Menurut Hastini dan Permadi (2007), semakin banyak jumlah malai yang dihasilkan maka berpengaruh pada pembentukan jumlah gabah dan persentase gabah isi yang semakin menurun. Untuk itu, pemberian Agri Simba pada takaran 10 hingga 20 l/ha mendapatkan persentase gabah isi lebih tinggi dan berpengaruh nyata dibanding perlakuan 5 l/ha (Tabel 2).

Hasil gabah kering kadar air 14%

Pemberian Agri Simba

memperlihatkan pengaruh yang nyata terhadap hasil gabah kering giling pada kadar air 14% (Tabel 2). Oleh karena itu, pemberian Agri Simba pada takaran 10 l/ha menunjukkan perbedaan yang nyata dengan perlakuan lainnya. Untuk perlakuan Agri Simba pada takaran 5, 15 dan 20 l/ha tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap hasil gabah kering giling. Hasil gabah kering giling tertinggi

dicapai oleh perlakuan pada penggunaan Agri Simba dengan takaran 10 l/ha sebesar 11,20 t/ha, dan hasil gabah kering giling terendah diperoleh perlakuan pada aplikasi Agri Simba dengan takaran 5 l/ha sekitar 10,05 t/ha (Tabel 2). Pada pengkajian ini tingkat produktivitas tanaman di atas 5 t/ha GKG dikarenakan mempunyai bobot 1000 butir gabah isi lebih tinggi dari 25 g (Imran, 2007).

Kemudian hubungan antara hasil gabah kering giling dengan pemberian Agri Simba membentuk persamaan regresi kuadratik yang nyata. Model persamaan regresi kuadratik yang terbentuk sebagai berikut:

Y = 8,852 + 0,333 X - 0,013 X2 R2= 0,472*

Untuk mendapatkan hasil maksimum maka dari persamaan regresi kuadratik di atas bila dx/dy = 0. Oleh karena itu, persamaannya adalah sebagai berikut :

0 = 0 +0,333 – 2 (0,013) X 0,026 X = 0,333 maka

X = 0,333 : 0,026 = 12,81 dimana X adalah takaran Agri Simba (l/ha). Dengan demikian padi sawah varietas Inpari 1 dapat mencapai hasil maksimum pada pemberian Agri Simba sekitar 12,81 l/ha (Gambar 1).

Tingginya hasil padi dipengaruhi oleh meningkatnya komponen-komponen hasil seperti jumlah malai/rumpun (X1),

(7)

Gambar 1. Hubungan antara pemberian Agri Simba dengan hasil gabah kering giling varietas Inpari 1 pada kadar air 14%.

Tabel 3. Korelasi antara peubah-peubah komponen hasil dan hasil gabah kering kadar air 14% dari pengkajian padi sawah varietas Inpari 1 yang diberi Agri Simba di Desa Tanjung Sari kecamatan Pondok Salam, kabupaten Purwakarta pada MK 2009. z

Peubah X1 X2 X3 X4 Y

Jumlah malai/rumpun (X1) 1

Jumlah gabah/malai (X2) 0,067 1

Persentase gabah isi (X3) -0,362 0,582* 1

Bobot 1000 butir gabah isi (X4) 0,136 0,065 -0,360 1

Hasil gabah kering k.a 14% t/ha (Y) -0,234 0,748** 0,333 0,102 1

Keterangan : rtab 5%= 0,482

isi (X3), dan bobot 1000 butir gabah isi

(X4). Berdasarkan analisis regresi linier

berganda antara hasil gabah dengan komponen hasil memberikan persamaan dugaan sebagai berikut :

Y = 27,493 – 105 X1* + 0,064 X2*

– 0,224 X3– 0,003 X4

R2= 0,740**

Dari persamaan regresi linier berganda di atas dua variabel yang menunjukkan nyata yaitu jumlah malai/rumpun (X1) dan

jumlah gabah/malai (X2). Persamaan ini

mempunyai keeratan dengan hasil sebesar 74% dan hanya 26% kemungkinan dipengaruhi oleh faktor lain yang belum diketahui.

Kemudian untuk mengetahui

keterandalan komponen hasil yang menunjang terhadap hasil digunakan analisis regresi bertatar (Stepwise). Hasil analisisnya memberikan persamaan model dugaan sebagai berikut :

Y = 6,711 – 0,063 X1+ 0,046 X2*

R2 = 0,641*

Dari persamaan regresi bertatar di atas hanya satu variabel yaitu jumlah gabah/malai (X2) yang nyata. Oleh karena

itu, komponen hasil yang menunjang terhadap hasil gabah padi sawah untuk varietas Inpari 1 adalah jumlah gabah/malai (X2). Akan tetapi komponen

(8)

hasil ini juga memberikan korelasi nyata terhadap hasil (Tabel 3). Hasil ini sesuai dengan pendapat Sutaryo et al, (2003 dan 2005), peubah jumlah gabah/malai merupakan salah satu komonen hasil yang banyak mendukung terhadap tingginya hasil gabah per hektar.

KESIMPULAN

1. Penggunaan Agri Simba berpengaruh baik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada umur 30 dan 55 hari setelah tanam (HST).

2. Hasil gabah kering giling pada kadar air 14% (GKG) tertinggi dicapai pada tingkat pemberian Agri Simba 10 l/ha sebesar 11,20 t/ha. Sedangkan hasil gabah kering giling terendah diperoleh pada pemberian 5 l/ha sekitar 10,05 t/ha.

3. Pemberian Agri Simba dapat mencapai hasil maksimum GKG pada takaran 12,81 l/ha.

4. Sedangkan komponen hasil yang mendukung terhadap hasil gabah padi sawah untuk varietas Inpari 1 adalah jumlah gabah/malai yang berkorelasi nyata.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada sdri Dika Kadarwati, AMd, dan sdr Nur Fajar, AMd yang telah banyak membantu pelaksanaan dilapangan dan

pengumpulan data maupun analisis data pengkajian tersebut. Kemudian kepada bapak Apud Sukayat sebagai kordinator penyuluh pertanian lapangan tingkat kecamatan Pondok Salam, Kabupaten Purwakarta yang memberi kemudahan pelaksanaan pengkajian dilapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, K., S. Sabiham, B. Sumawinata, A. Sapei, dan T. Alihamsyah. 2006. Pengaruh kompos jerami terhadap kualitas tanah, kelarutan Fe2+ dan SO42- serta produksi padi pada tanah sulfat masam. Jurnal Tanah dan Iklim, 24:29-39.

Arafat, Hasanuddin, dan Nasrudin. 2004. Pengaruh pemupukan NPK dan jerami terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah. Jurnal Agrivigor, 3(3):220-226.

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. PT Mediyatama Saran Perkasa. Jakarta, 220p

Hastini, T., dan K. Permadi. 2007. Pengujian beberapa varietas unggul baru padi di dataran tinggi

berpengairan teknis. Jurnal

Agrivigor, 7(1):26-31.

Hidayati, U. 2003. Menuju pertanian berwawasan lingkungan. Warta Litbang Pertanian, 25(4).

Imran, A. 2007. Potensi hasil enam varietas unggul baru padi. Jurnal Agrivigor,7(1):69-77.

Las, I., A. K. Makarim, H. M. Toha, dan A. Gani. 2002. Panduan teknis pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu padi sawah irigasi. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian, Jakarta. 37 p. Permadi, K., H.M. Toha, dan K. Pirngadi.

(9)

NPK-Badak (20-10-10) pada pertumbuhan dan hasil padi sawah varietas Way

Apoburu. Jurnal Agrivigor,

3(2):113-127.

Permadi, K., H.M. Toha, dan K. Pirngadi. 2006. Pengaruh populasi tanaman terhadap hasil beberapa varietas unggul padi sawah pada dua musim tanam. Jurnal Agrivigor, 5(2):125-134.

Soepartini, M., J. Sri Adiningsih, Moersidi, S., Nurjaya, dan Supardi, A. 1995. Status Hara P dan K serta Kebutuhan TSP dan KCl Padi Sawah di Lombok. Dalam. Risalah Seminar

Perbaikan Teknologi Tanaman Pangan di Propinsi Nusa Tenggara Barat. Balittan Malang. Edisi Khusus5:72-107.

Sutaryo, B., Aziz Purwanto, dan Nasrullah. 2003. Heterosis standar hasil gabah dan analisis lintasan beberapa kombinasipersilangan padi pada tanah berpengairan teknis. Jurnal Ilmu Pertanian, 10(2):70-78.

Sutaryo, B., Aziz Purwanto, dan Nasrullah. 2005. Seleksi beberapa kombinasi persilangan padi untuk ketahanan terhadap keracunan aluminium.

Gambar

Tabel 1. Tinggi tanaman dan jumlah anakan pada umur 30 dan 55 HST dari pengkajian padisawah varietas Inpari 1 yang diberi  Agri Simba di desa  Tanjung Sari, kecamatanPondok Salam, kabupaten Purwakarta, MK 2009.
Gambar 1. Hubungan antara pemberian Agri Simba dengan hasil gabah kering giling varietasInpari 1 pada kadar air 14%.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil konfirmasi tersebut desain akhir yang dihasilkan telah memenuhi persyaratan serta dianggap dapat menyampaikan informasi layanan dan fasilitas RSI

Teknik penyusunan dan/atau bentuk Keputusan Presiden, Keputusan Pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan Keputusan Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat, Keputusan

Nasionalisme merupakan nilai luhur Pancasila yang perlu dimiliki peserta didik sebagai generasi penerus bangsa untuk mengisi kemerdekaan dan mampu memberikan

¿OOHU CaCO menaikkan ketahanan pukul nano- komposit polipropilen, namun semakin tinggi jumlah QDQR¿OOHU CaCO yang ditambahkan akan menurunkan ketahanan pukul.

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, terbukti bahwa terdapat perbedaan yang signifikan model pembelajaran Thinks Pair Share ( TPS ) dan Talking Stick

Pada pemeriksaan nervus kranialis akan didapatkan adanya parese dari nervus fasialis yang menyebabkan bibir mencong, tidak dapat memejamkan mata dan adanya nyeri

Karena cuaca yang dingin dan mereka pada umumnya petani, orang di kampungku jarang yang mandi pagi.. Buat apa mandi pagi, karena setelah itu akan kotor lagi bekerja di

KRIYA FSRD MP3EI 183,450,000 DIPA DIKTI MULTI TAHUN USULAN BARU, DARI LAMA 2 TAHUN 353,250,000 2,626,911,000 JUMLAH TOTAL USULAN DANA HIBAH PENELITIAN FSRD ISI DENPASAR