Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-106, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram
PENGARUH PENGURANGAN DOSIS PUPUK POSFOR TERHADAP KOMPONEN
HASIL BERBAGAI GALUR PADI GOGO BERAS MERAH
(Dose Reduction Effect of Phosphorus Fertilizer on Yield Components of Various
Strains of Upland Brown Rice)
Siti Zainab
1, Wayan Wangiyana
2, I Gusti Putu Muliartha Aryana
2 1Mahasiswa Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Universitas Mataram
2Staf Pengajar Program Magister Pengelolaan Sumberdaya Lahan Kering Universitas Mataram
Jl. Pendidikan No. 37 Mataram
1
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Unsur hara P (Posfor) sangat penting bagi tanaman padi gogo beras merah. Tanaman padi yang
kekurangan P akan memberikan produksi yang rendah. Oleh karena itu, penelitian ini telah dilakukan,
dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk P terhadap komponen hasil galur padi gogo
beras merah dengan melaksanakan percobaan pot di rumah plastik dari bulan Februari sampai Mei
2016. Percobaan dirancang menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 2 faktor
perlakuan yaitu: dosis pupuk P yaitu tanpa pupuk P (d
1), 100 kg SP36/ ha (d
2) dan 200 kg SP36/ ha
(d
3); faktor galur padi gogo beras merah yang terdiri dari 8 galur yaitu AMP-G1, AMP-G2, M-G3,
AMP-G4, M-G5, M-G6, M-G7 dan M-G8. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Dosis pupuk P
rendah yaitu dosis pupuk SP36 100 kg/ ha memberikan bobot gabah berisi (15,23 g/ pot) dan bobot
100 butir gabah (3,03 g/ 100 butir) lebih tinggi dibandingkan pemberian dosis pupuk SP36 200 kg/ ha.
(2) Perbedaan galur memberikan komponen hasil padi gogo beras merah yang berbeda, yang mana
bobot gabah berisi per rumpun dan bobot 100 butir gabah tertinggi pada galur M-G7 (18,55 g/pot dan
3,20 g/100 gabah).
(3) Respon antar galur padi gogo beras merah bervariasi terhadap pemberian
berbagai dosis pupuk SP36, yang mana galur yang memberikan hasil tertinggi pada dosis pupuk P
rendah yaitu dosis pupuk SP36 100 kg/ ha adalah galur AMP-G1, M-G6 dan M-G7 untuk bobot gabah
berisi dan galur M-G6, M-G7 dan M-G9 untuk bobot 100 butir gabah.
ABSTRACT
Phosphorus is one of the most important things for upland brown rice.
Rice plants that low P
will provide low production.
Therefore, this research was aimed to
the effect of P fertilizer dosage on
the yield components of upland brown rice
. The experiment was conducted in a plastic housing from
February to May 2016. The experiment design was a Randomized Block Design (RBD) with 2 factors,
namely: P fertilizers i.e; without P fertilizer (d
1), 100 kg SP36/ hectare (d
2), and 200 kg SP36/ hectare
(d
3). The other factor is strain with 8 levels, i.e: AMP-G1, AMP-G2, M-G3, AMP-G4, M-G5, M-G6,
M-G7 dan M-G8. Results show that: (1)
Low dosage of P fertilizer SP36 100 kg / ha gave the weight
of grain containing (15,23 g / pot) and 100 grain weight (3.03 g / 100 egg) higher than SP36 fertilizer
200 kg / ha. (2) Different strains give different yield components of brown rice, which grain weight
contains per clump and weight of the highest 100 grains on M-G7 strain (18.55 g / pot and 3.20 g /
100 grain). (3) The response between the upland brown rice varies with the provision of various doses
of SP36 fertilizer, which is the highest yield of low fertilizer dosage ie SP36 100 kg / ha fertilizer is
AMP-G1, M-G6 and M- G7 for grain weight contains and M-G6, M-G7 and M-G9 strains for weight
of 100 grains of grain.
Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-106, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram
PENDAHULUAN
Padi (
Oryza sativa
L.)
merupakan bahan
pangan pokok di Indonesia, sedangkan padi
beras merah dikonsumsi oleh kalangan tertentu
karena bernilai kesehatan tinggi. Padi beras
merah
mengandung
karbohidrat,
lemak,
protein, serat, mineral dan antosianin (pigmen
merah yang terkandung dalam lapisan kulit)
Antosianin adalah senyawa fenolik yang
termasuk kelompok flavonoid dan berfungsi
sebagai antioksidan berperan penting bagi
tanaman
itu sendiri
maupun kesehatan
manusia. Antioksidan bagi kesehatan manusia
berperan untuk mencegah penyakit hati
(
hepatitis),
kanker usus, stroke, diabetes,
sangat
esensial
bagi
fungsi
otak
dan
mengurangi pengaruh penuaan otak (Muliarta,
2014). Selain kandungan gizi yang dimiliki
beras merah, seratnya yang relative lebih
mudah dicerna dalam usus manusia juga
merupakan salah satu keunggulan lain yang
dimiliki beras merah (Muliarta, 2015). Saat ini
kebutuhan beras merah terus meningkat
sejalan dengan kesadaran masyarakat tentang
manfaat kesehatan (Muliarta, 2015).
Pada
tahun
2013,
produksi
padi
mencapai 2.193.698 ton menurun menjadi
2.116.637 pada Tahun 2014 atau menurun
3,51% (BPS, 2015). Pertambahan jumlah
penduduk yang sangat cepat menyebabkan
ketersediaan beras yang bersumber dari
produksi dalam negeri tidak dapat mencukupi
kebutuhan nasional, sehingga penyediaan
beras dari impor menjadi alternatif untuk
memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, yang
mana pada Tahun 2015 total impor beras
sebanyak 861.601 ton, yang diimpor dari
Negara Vietnam, Thailand, Tiongkok, India
dan Pakistan (BPS, 2017).
Menurunnya produksi padi disebabkan
oleh beberapa faktor, yang salah satunya
adalah konversi lahan pertanian yang subur
menjadi perumahan, di NTB sampai mencapai
2000 ha Tahun 2009 sampai 2016 dengan
lokasi paling banyak di perkotaan (Republika,
19 Januari 2016). Oleh karena itu, perlu
pemanfaatan lahan marginal seperti lahan
kering yang tersedia cukup luas di Nusa
Tenggara Barat (NTB) yakni mencapai
1.807.463 ha atau 84% dari luas wilayah NTB
(Suwardji
et al.
, 2004). Oleh karena itu
budidaya padi gogo beras merah di lahan
kering dapat menjadi sektor unggulan untuk
pengembangan pertanian, namun pertanian
lahan kering banyak memiliki kendala antara
lain: lahan kering yang ada di NTB memiliki
ekosistem yang rapuh (
fragile
) dan mudah
terdegradasi, ketersediaan air tanah yang
terbatas, lapisan olah tanah yang dangkal,
mudah tererosi dan teknologi yang diadopsi
dari teknologi lahan basah yang tidak sesuai
untuk lahan kering, tingkat kesuburan yang
rendah (Suwardji dan Tejowulan, 2003).
Lahan sawah maupun lahan kering masih
banyak
kendala
dalam
memperbaiki
pertumbuhan padi baik dari segi unsur hara
dalam tanah dan varietas padi yang digunakan.
Salah satu cara memperbaiki pertumbuhan
padi baik dengan penggunaan pupuk yang
tepat dan varietas unggul baru. Pemupukan
merupakan salah satu kegiatan yang penting
dalam
budidaya
untuk
meningkatkan
produktivitas tanaman. Pemberian pupuk
kedalam tanah bertujuan untuk menambah
atau
mempertahankan
kesuburan
tanah,
kesuburan
tanah
dinilai
berdasarkan
ketersediaan unsur hara di dalam tanah, baik
hara makro maupun hara mikro. Pemberian
pupuk ke dalam tanah akan menambah satu
atau lebih unsur hara tanah dan ini akan
mengubah
keseimbangan
hara
lainnya
(Silalahi
et al
., 2006). Hara Nitrogen (N),
Posfor (P) dan Kalium (K) merupakan unsur
Utama yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
tanaman padi. Unsur P merupakan unsur hara
makro yang diperlukan oleh tanaman, yang
berperan penting dalam berbagai proses
kehidupan
seperti
fotosíntesis,
respirasi,
transfer dan penyimpanan energi, pembelahan
dan
pembesaran
sel
dan
metabolisme
karbohidrat dalam tanaman (Salisbury dan
Ross, 1995).
Kurang tersedianya unsur hara terutama
unsur P di lahan kering pada pH tanah yang
tinggi yaitu 8 seperti di lahan kering Lombok
Timur, sehingga unsur P banyak terikat oleh
Ca
(Musleh,
2016).
pH
yang
tinggi
menyebabkan pemupukan P dengan dosis
yang tinggi tidak sejalan dengan peningkatan
produktivitas padi yang tinggi (Stoate
et al.,
Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-119, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram
hasil tanaman padi lebih tinggi pada perlakuan
pupuk
TSP
dengan
dosis
100
kg/ha
dibandingkan dengan perlakuan pupuk TSP
dengan dosis 200 kg/ ha pada galur yang
berbeda, sehingga diperlukan pengurangan
dosis pupuk P untuk mengetahui galur-galur
yang dapat berproduksi optimal dengan
pemupukan P yang efesien. Dari uraian di atas,
maka penggunaan varietas yang efisien dalam
menyerap P merupakan salah satu strategi
yang dapat menjamin produksi padi secara
berkelanjutan. Oleh karena itu, telah dilakukan
penelitian
yang
berjudul
“
pengaruh
pengurangan
dosis
pupuk
p
terhadap
komponen hasil dari berbagai galur padi gogo
beras merah
”.
METODE PENELITIAN
Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan adalah
contoh tanah, benih padi gogo beras merah,
pupuk Urea, pupuk SP36, pupuk KCl, dan
Pestisida. Alat-alat yang digunakan adalah alat
di lapangan (cangkul, sabit, meteran, plang
dan tali rafia, ember) dan alat tulis menulis.
Tempat dan Waktu Percobaan
Percobaan ini dilaksanakan di rumah
plastik,
Kebun
Percobaan
Universitas
Mataram
Fakultas
Pertanian
di
Desa
Nyurlembang Kecamatan Narmada Kabupaten
Lombok
Barat
dan
dilanjutkan
di
Laboratorium
Produksi
Benih
Fakultas
Pertanian Universitas Mataram mulai dari
bulan Februari
–
Mei 2016
Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan
adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK).
Rancangan ini dipilih karena tanah yang
digunakan sebagai media tanam berasal dari 3
lokasi
sumber
tanah
dengan
riwayat
penanaman berbeda yaitu blok 1 (bekas
pertanaman jagung), blok 2 (bekas pertanaman
ubi kayu) dan blok 3 (bekas pertanaman
kacang
tanah);
sedangkan
rancangan
perlakuan yang digunakan adalah perlakuan
faktorial yang terdiri dari 2 faktor yaitu:
(galur M-G8) dan g8 (galur M-G9). Perlakuan
merupakan kombinasi kedua faktor yang
diulang 3 kali, sehingga diperoleh 72 unit
percobaan.
Pelaksanaan Percobaan
Benih padi gogo beras merah yang
digunakan dalam penelitian ini adalah benih
yang merupakan hasil koleksi dari Program
studi
Pemuliaan
Tanaman
Universitas
Mataram. Benih direndam selama 24 jam yang
diberikan ZPT Atonik dengan konsentrasi 1
cc/ liter air, kemudian benih ditiriskan dan
diperam selama 24 jam. Sehari sebelum
penanaman pot yang sudah diisi tanah disiram
terlebih
dahulu
untuk
meningkatkan
kelembaban. Padi gogo adalah padi yang
toleran
terhadap
kekeringan,
sehingga
penanaman dilakukan dengan cara menugal 4
benih yang sudah berkecambah per lubang
tanam, yang mana sebelum penanaman lubang
tanam yang telah disiapkan terlebih dahulu
ditaburi Furadan 3G. selanjutnya dilakukan
penjarangan setelah tanaman berumur satu
minggu dengan meninggalkan 2 tanaman yang
tumbuh sehat.
Pemeliharaan Tanaman
Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-119, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram
tanaman. (3) Pengairan: pengairan dilakukan
dengan menyiram tanaman sebanyak 220 ml
air per pot. Penyiraman dilakukan setiap hari
pada pagi hari sampai 10 hari sebelum panen.
(4) Pengendalian OPT: pengendalian hama
belalang,
dilakukan
dengan
cara
menyemprotkan insektisida desis 244 e,
selanjutnya pengendalian hama ulat dilakukan
dengan cara menyemprotkan insektisida Skor
dan hama tikus dengan cara memberikan
umpan. (5) Pemanenan: pemanenan dilakukan
setelah tanaman padi mencapai masak penuh
dengan kriteria 80% sudah menguning dari
tiap populasi setiap unit percobaan.
Variabel Pengamatan
Variabel
pengamatan
meliputi:
(1)
Tinggi tanaman (cm): pengamatan tinggi
tanaman dilakukan pada umur 90 hari setelah
tanam (hst), dengan cara mengukur tinggi
tanaman dari pangkal batang sampai ujung
tertinggi tanaman padi gogo beras merah. (2)
Jumlah anakan (batang): pengamatan jumlah
anakan dilakukan pada saat tanaman berumur
90 hst, dengan cara menghitung jumlah anakan
per rumpun pada setiap pot. (3) Jumlah daun
(helai): pengamatan jumlah daun dilakukan
pada saat tanaman berumur 90 hst, dengan
cara menghitung jumlah daun tanaman pada
setiap pot. (4) Jumlah malai atau anakan
produktif per rumpun (malai): pengamatan
jumlah malai dilakukan setelah panen, dengan
cara menghitung jumlah malai per rumpun. (5)
Panjang malai (cm): pengamatan panjang
malai dilakukan setelah panen, dengan cara
mengukur panjang malai dari buku pertama
pada pangkal malai sampai ujung malai. (6)
Bobot gabah berisi per rumpun (gram):
p
engamatan bobot gabah berisi dilakukan
setelah panen, dengan cara menghitung
jumlah butir gabah berisi per rumpun dan
(7) Bobot 100 butir gabah (gram):
p
engamatan 100 butir gabah dilakukan setelah
panen, dengan cara menimbang 100 butir
gabah berisi yang diambil dari masing-masing
pot sebanyak tiga kali
,
sehingga dilakukan tiga
kali penimbangan kemudian hasilnya
dirata-ratakan.
Analisis Data
Selanjutnya
data
semua
hasil
pengamatan
dianalisis
secara
statistik
menggunakan analisis ragam (ANOVA) pada
taraf nyata 5%, jika terdapat beda nyata pada
faktor dosis pupuk P, faktor galur padi gogo
beras merah dan interaksi antara dosis pupuk P
dengan galur padi gogo beras merah dilakukan
uji lanjut menggunakan Beda Nyata Jujur
(BNJ) pada masing-masing faktor perlakuan
pada taraf nyata yang sama.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Rangkuman Hasil Analisis Keragaman
(ANOVA)
Berdasarkan hasil analisis keragaman
tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan
per rumpun, jumlah malai, panjang malai,
bobot gabah berisi dan bobot 100 butir gabah
per malai, menunjukkan bahwa
masing-masing faktor perlakuan yaitu dosis pupuk P
dan beberapa galur padi gogo beras merah
menunjukkan pengaruh yang nyata pada
beberapa parameter pengamatan. Selain itu,
dari hasil analisis keragaman juga dapat
diketahui bahwa terdapat interaksi yang nyata
antar dosis pupuk P dengan beberapa galur
padi
gogo
beras
merah
(Tabel
1).
Tabel 1. Rangkuman hasil analisis ragam (ANOVA) pada beberapa parameter pengamatan Tanaman
Padi Gogo Beras Merah
Parameter
Blok
Posfor
Galur
P x G
Tinggi Tanaman
ns
s
s
s
Jumlah Daun
ns
s
s
s
Jumlah Anakan
s
ns
s
ns
Jumlah Malai
s
ns
ns
ns
Panjang Malai
ns
s
ns
ns
Bobot Gabah Berisi
ns
s
s
s
Bobot 100 Butir Gabah
s
s
s
s
Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-106, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa blok
percobaan
memberikan
pengaruh
yang
berbeda nyata terhadap jumlah anakan, jumlah
malai dan bobot 100 butir; faktor pupuk P
memberikan pengaruh yang berbeda nyata
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang
malai, bobot gabah berisi dan bobot 100 butir
gabah; faktor galur memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun, jumlah anak, bobot gabah berisi
dan bobot 100 butir gabah; dan interaksi antara
faktor dosis pupuk P dengan beberapa galur
padi gogo beras merah memberikan pengaruh
yang berbeda nyata terhadap tinggi tanaman,
jumlah daun, bobot gabah berisi per rumpun
dan bobot 100 butir gabah.
Pengaruh Interaksi
Hasil pengamatan dan analisis sidik
ragam menunjukkan bahwa pengurangan dosis
pupuk P dan galur padi gogo beras merah
berinteraksi dalam mempengaruhi komponen
hasil tanaman yaitu bobot gabah berisi dan
bobot 100 butir gabah (Tabel 2).
Tabel 2. Pengaruh interaksi terhadap bobot gabah berisi dan bobot 100 butir gabah
Galur
Bobot Gabah Berisi (g/ pot)
Bobot 100 Butir Gabah (g)
Padi
Dosis Pupuk SP36 (kg/ ha)
Dosis Pupuk SP36 (kg/ ha)
0
100
200
BNJ
0,050
100
200
BNJ
0,05AMP-G1 8,9 C b 15,3 B a
9,1 B b
2,31 B c
2,80 AB b 3,55 A a
AMP-G2 15,8 B a 14,3 B a
7,7 B b
2,58 B b
2,91 AB a 2,59 B a
M-G3
12,9 AB a 10,6 C b
11,4 B ab
2,15 B b 2,58 B a
2,61 B a
AMP-G4 13,2 B a
11,7 AB
ab
8,5 B b
1,9
3,32 A a 2,62 B b
2,50 B b
0,26
M-G6
16,1 B b 20,2 A a 10,8 B c
3,11 A a 3,60 A a
2,53 B b
M-G7
21,9 A ab 23,4 A a 10,3 B b
3,31 A b 3,85 A a
2,44 B c
M-G8
11,9 AB a 11,2 AB a 11,4 B a
3,05 A a
2,57 B b
2,57 B b
M-G9
12,4 AB c 15,2 B b 17,8 A a
2,78 AB b 3,27 A a
2,88 B b
BNJ
0,054,2
0,56
Keterangan: Angka yang diikuti oleh huruf kecil yang sama (horizontal) tidak berbeda nyata pada uji BNJ0,05 untuk faktor dosis dan Angka yang diikuti oleh huruf besar yang sama (vertikal) tidak berbeda nyata pada uji BNJ0,05 untuk faktor galur padi gogo beras merah.
Tabel 2 menunjukkan bahwa
masing-masing galur padi gogo beras
merah
memberikan respon bobot gabah berisi yang
berbeda terhadap pengurangan dosis pupuk P,
yang mana galur AMP-G1, M-G6 dan M-G7
memberikan bobot gabah berisi lebih tinggi
pada pemberian dosis pupuk SP36 100 kg/ ha
dibandingkan dengan dosis 200 kg/ ha;
selanjutnya galur lainnya yaitu AMP-G2,
M-G3, AMP-G4 memberikan respon negatif
terhadap pemberian pupuk SP36 yang mana
bobot gabah berisi lebih tinggi pada perlakuan
tanpa pemberian pupuk SP36 dibandingkan
perlakuan dengan pemberian dosis pupuk
SP36 100 kg/ ha dan 200 kg/ ha; sedangkan
galur M-G8 tidak memberikan respon terhadap
pemberian pupuk SP36 yang mana bobot
gabah berisi sama pada perlakuan tanpa
pemberian pupuk SP36 dengan perlakuan
pemberian pupuk SP36 dosis 100 kg/ ha dan
200 kg/ ha dan galur M-G9 memberikan bobot
gabah berisi paling tinggi pada pemberian
dosis pupuk SP36 200 kg/ ha dibandingkan
pada perlakuan tanpa pemberian pupuk SP36
dan perlakuan dosis pupuk SP36 100 kg/ ha.
Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-119, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram
100 kg/ ha dibandingkan dengan dosis 200 kg/
ha; selanjutnya galur lainnya yaitu AMP-G1
dan M-G3 memberikan respon yang sama
terhadap pemberian pupuk SP36 pada dosis
100 kg/ ha dan 200 kg/ ha; sedangkan galur
AMP-G4 dan M-G8 memberikan respon
negatif terhadap pemberian pupuk SP36, yang
mana bobot 100 butir gabah lebih tinggi pada
perlakuan tanpa pemberian pupuk SP36
dibandingkan dengan perlakuan pemberian
dosis pupuk SP36 100 kg/ ha dan 200 kg/ ha;
dan galur AMP-G1 memberikan bobot gabah
berisi paling tinggi pada pemberian dosis
pupuk SP36 200 kg/ ha dibandingkan pada
perlakuan tanpa pemberian pupuk SP36 dan
perlakuan dosis pupuk SP36 100 kg/ ha.
Tingginya hasil bobot gabah berisi dan
bobot 100 butir gabah beberapa galur padi
gogo beras merah yang dipupuk dengan dosis
100 kg SP36/ ha diduga karena adanya faktor
genetik
dan
lingkungan
yang
mempengaruhinya. Faktor genetik tersebut
berasal dari jenis galur padi gogo beras merah
yang ditanam dan faktor lingkungan adalah
dosis pemupukan P, yang mana dari penelitian
ini diketahui bahwa galur padi gogo beras
merah yang paling efesien pupuk P adalah
galur M-G7. Galur ini memberikan bobot
gabah berisi dan bobot 100 butir gabah paling
tinggi dengan dosis 100 kg SP36/ ha. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian Alavan
et al.
(2015), bahwa tinggi rendahnya hasil tanaman
sangat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor
internal
dan
eksternal.
Faktor
internal
dipengaruhi oleh sifat genetik dan faktor
eksternal dipengaruhi oleh lingkungan.
Gardner (1991), juga melaporkan bahwa
tinggi rendahnya
hasil tanaman sangat
dipengaruhi oleh genetik tanaman seperti umur
tanaman, morfologi tanaman, daya hasil,
kapasitas menyimpan cadangan makanan,
ketahanan terhadap hama dan penyakit, iklim,
tanah dan faktor biotik. Menurut Nazirah
(2008), jumlah gabah per malai sangat
dipengaruhi oleh varietas tanaman padi.
Perbedaan varietas mempengaruhi perbedaan
dalam
keragaman
penampilan
tanaman.
Sudarman (2004) juga menyatakan bahwa
galur padi gogo yang berbeda menunjukkan
tingkat toleran cekaman P yang berbeda
sehingga daya hasil padi antar galur berbeda.
Pengaruh Pengurangan Dosis Pupuk P
Hasil pengamatan dan analisis sidik
ragam menunjukkan bahwa pengurangan dosis
pupuk P memberikan pengaruh pada beberapa
parameter pengamatan yaitu tinggi tanaman,
jumlah daun, panjang malai, bobot gabah
berisi dan bobot 100 butir gabah, namun tidak
berpengaruh terhadap jumlah anakan dan
jumlah malai. Artinya, pada dosis pupuk P
rendah yaitu 100 kg/ ha maka tinggi tanaman,
jumlah daun, panjang malai, bobot gabah
berisi dan bobot 100 butir gabah pada tanaman
padi
gogo
beras
merah
lebih
tinggi
dibandingkan dengan perlakuan dosis 200 kg/
ha.
Hal
ini
mengindikasikan
bahwa
pengurangan dosis pupuk P berpengaruh
positif untuk meningkatkan produksi beras
merah. Hasil uji lanjut pengaruh dosis pupuk
SP36 terhadap komponen hasil padi gogo
beras merah disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3. Pengaruh dosis pupuk SP36 terhadap panjang malai, bobot gabah berisi dan bobot 100 butir
Dosis
Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-119, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram
Tabel
3
menunjukkan
bahwa
pengurangan
dosis
pupuk
P
dapat
meningkatkan panjang malai, bobot gabah
berisi dan bobot 100 butir gabah, yang mana
hasil tertinggi diperoleh pada dosis 100 kg
SP36/ ha yaitu panjang malai sebesar 18,85
cm, bobot gabah berisi 15,23 g/ pot dan bobot
100 butir gabah sebesar 3,03 g/ 100 butir.
Hasil ini menunjukkan bahwa pada dosis
pupuk P rendah maka panjang malai, bobot
gabah berisi dan bobot 100 butir gabah tinggi,
sedangkan jika dosis pupuk P ditambah maka
panjang malai, bobot gabah berisi dan bobot
100 butir gabah rendah.
Oleh karena itu, berdasarkan hasil
penelitian ini dapat dikatakan bahwa untuk
memperoleh komponen hasil padi gogo beras
merah maksimal di lahan kering, sebaiknya
dosis pupuk P (SP36) dikurangi dari dosis
anjuran 300 kg SP36/ ha menjadi 100 kg
SP36/ ha, karena pemberian dosis pupuk P
yang tinggi dapat menurunkan komponen hasil
padi gogo beras merah di lahan kering. Hal ini
sejalan dengan hasil yang dilaporkan Stoate
et
al.
(2001), bahwa pemberian dosis pupuk P
yang tinggi tidak sejalan dengan ketersediaan
P dalam tanah karena sebagian besar P terikat
oleh Al, Fe dan Ca, sehingga penggunaan
pupuk P menjadi tidak efesien.
Pengaruh Perbedaan Galur Padi Gogo
Beras Merah
Hasil pengamatan dan analisis sidik
ragam menunjukkan bahwa perbedaan galur
memberikan pengaruh yang berbeda pada
beberapa parameter pengamatan yaitu tinggi
tanaman, jumlah daun, panjang malai, bobot
gabah berisi dan bobot 100 butir gabah, namun
tidak berpengaruh terhadap jumlah anakan dan
jumlah malai. Pengaruh pengurangan dosis
pupuk P terhadap tinggi tanaman, jumlah
daun, panjang malai, bobot gabah berisi dan
bobot 100 butir gabah disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Jumlah Anakan, Jumlah Malai dan Panjang Malai Padi Gogo Beras
Galur
TT
(cm)
JD
(helai)
JA
(batang)
BGB
(g/ pot)
B100
(g/ 100)
AMP-G1
86,06
bc
62,00
ab
23,33
a
11,07
c
2,89
abc
AMP-G2
81,28
c
52,89
bcd
16,78
b
12,62
bc
2,69
cd
M-G3
85,89
bc
59,89
ab
16,44
b
11,64
bc
2,45
d
AMP-G4
91,44
ab
57,56
abc
20,78
ab
11,11
c
2,81
bc
M-G6
91,33
ab
43,67
d
17,89
b
15,69
Ab
3,08
ab
M-G7
95,83
a
47,33
cd
16,00
b
18,55
a
3,20
a
M-G8
93,50
ab
58,89
abc
20,33
ab
11,47
c
2,73
bcd
M-G9
93,83
ab
67,67
a
19,44
ab
15,15
abc
2,97
abc
BNJ
0,058,00
11,70
5,08
4,17
0,36
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ 5%.
Tabel 4 menunjukkan bahwa perbedaan
galur memberikan pengaruh yang berbeda
terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
anakan, bobot gabah berisi dan bobot 100 butir
gabah. Tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah
anakan, bobot gabah berisi dan bobot 100 butir
gabah tertinggi berturut-turut ditunjukkan oleh
galur M-G7 (95,83 cm), M-G9 (93,83 helai),
AMP-G1 (23,33 batang), M-G7 (18,55 g/ pot)
dan M-G7 (3,20 g/ 100 butir). Hasil ini
menunjukkan bahwa galur yang berbeda
berpengaruh terhadap komponen hasil padi
gogo beras merah. Hal ini diduga karena galur
yang berbeda memiliki sifat genetik yang
berbeda.
Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-119, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram
nasional (IR64), maka diketahui bahwa
Genotipe yang memberikan indikasi paling
stabil adalah G5 (A4). Genotipe ini mampu
menghasilkan gabah 3.60 ton/ha. Genotipe
yang memiliki daya adaptasi khusus di
lingkungan tercekam kekeringan adalah G2
(A1) dan G3 (A2) yang memiliki rerata hasil
gabah berturut-turut 2.93 dan 2.11 ton/ha.
Genotipe yang memiliki daya adaptasi khusus
di lingkungan gogo adalah G1 (A0) dan G4
(A3) yang memiliki rerata hasil gabah
berturut-turut 4.43; 4.44 ton/ha.
Abdullah (2009), juga menyatakan bahwa
jumlah anakan per rumpun yang terlalu
banyak akan mengakibatkan tidak semua
anakan menghasilkan malai dan atau masa
masak yang tidak serempak, sehingga akan
menurunkan produktivitas dan mutu beras.
Jumlah anakan yang sedikit juga merupakan
kendala
dalam
meningkatkan
produksi
terutama di daerah tropis, karena serangan
hama dan penyakit akan mengakibatkan
kehilangan hasil.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang
telah diuraikan di atas maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut yaitu: (1) Dosis
pupuk P rendah yaitu dosis pupuk SP36 100
kg/ ha memberikan bobot gabah berisi (15,23
g/ pot) dan bobot 100 butir gabah (3,03 g/ 100
butir) lebih tinggi dibandingkan pemberian
dosis pupuk SP36 200 kg/ ha. (2) Perbedaan
galur memberikan komponen hasil padi gogo
beras merah yang berbeda, yang mana bobot
gabah berisi per rumpun dan bobot 100 butir
gabah tertinggi pada galur M-G7 (18,55 g/pot
dan 3,20 g/100 gabah). (3) Terdapat pengaruh
interaksi pengurangan dosis pupuk P dengan
galur padi gogo terhadap komponen hasil padi
gogo beras merah. Artinya respon antar galur
padi gogo beras merah bervariasi terhadap
pemberian berbagai dosis pupuk SP36, yang
mana galur yang memberikan hasil tertinggi
pada dosis pupuk P rendah yaitu dosis pupuk
SP36 100 kg/ ha adalah galur AMP-G1, M-G6
dan M-G7 untuk bobot gabah berisi dan galur
M-G6, M-G7 dan M-G9 untuk bobot 100 butir
gabah.
DAFTAR PUSTAKA
Alavan A., Rita H. dan Erita H., 2015.
Pengaruh
Pemupukan
terhadap
Pertumbuhan beberapa Varietas Padi
Gogo
(
Oryza sativa
L
.).
J Florek 10:
61-68.
Abdullah,
B.,
2009.
Perakitan
dan
Pengembangan Varietas Padi Tipe
Baru.
Padi:
Inovasi
Teknologi
Produksi.
Buku
1.
Balai
Besar
Penelitian Tanaman Padi.
Sukamandi.
67-89.
Badan Pusat Statistik, 2015.
Produksi Padi
Tahun 2015
. https://www.bps.go.id.
Diunduh 02 Februari 2016.
Badan Pusat Statistik, 2017.
Impor Beras
.
https://www.bps.go.id.
Diunduh
02
Maret 2017.
Gardner, F. P., R. B., Pearce dan R. L.
Mitchell, 1991.
Fisiologi Tanaman
Budidaya.
Terjemahan dari:
Physiology
of Crop Plants
. Jakarta: University of
Indonesia Press. 428h.
Muliarta, A., 2014.
Teknik Pemuliaan Khusus
Padi Gogo Beras Merah.
Mataram:
Jurnal SAINTA Volume 1 Nomor 2 (2017): 60-119, p-ISSN 2580-4235 Faperta UNW Mataram