ASAS-ASAS HUKUM KELUARGA
Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Dalam Mata Kuliah Pengantar Hukum Keluarga Program Studi Hukum
Keluarga Islam (HKI) Jurusan Syariah
Oleh : MUHAMMAD FAKRI
NIM : 01171191
HARMAWATI NIM : 01171181
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN ) BONE
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Dalam makalah ini kami membahas mengenai”asas-asas hokum keluarga ”. Atas dukungan yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan terima kasih.
Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Akhir k ata, tia da gading yang tak retak, demikin d engan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Watampone, 25 april 2018
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PEDAHULUAN
A. Latar belakang 1 B. Rumusan masalah 1 C. Tujuan masalah 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Asas-asas hukum Keluarga 2
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terbentuknya suatu keluarga itu karena adanya perkawinan. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk sebuah keluarga (rumah tangga) yang bahagia. Sehingga Keluarga dalam arti sempit artinya yaitu sepasang suami istri dan anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan itu, tetapi tidak mempunyai anak-anak juga bisa dikatakan bahwa suami istri merupakan suatu keluarga.
Sedangkan definisi hukum kekeluargaan secara garis besar adalah hukum yang bersumber pada pertalian kekeluargaan. Pertalian kekeluargaan ini dapat terjadi karena pertalian darah, ataupun terjadi karena adanya sebuah perkawinan. Hubungan keluarga ini sangat penting karena ada sangkut paut nya dengan hubungan anak dan orang tua, hukum waris, perwalian dan pengampuan.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa saja asas-asas dari hukum keluarga ? C. Tujuan masalah
Adapun tujuan masalahnya adalah :
BAB II
mempunyai seorang istri, seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami.
Monogami adalah suatu bentuk perkawinan / pernikahan dimana si suami tidak menikah dengan perempuan lain dan si isteri tidak menikah dengan laki-laki lain. Jadi singkatnya monogami merupakan nikah antara seorang laki dengan seorang wanita tanpa ada ikatan pernikahan lain.
Asas Perkawinan dalam Hukum Islam adalah monogami. Ketentuan itu terdapat dalam al-Qur’an surat an-nisa’ ayat 3, yang artinya :
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak/wanita yang yatim (bila kamu mengawininya.). maka kawinilah wa nita-wanita lain yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kernudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka kawinlah seorang saja, atau budak budak yang kamu miliki. Yang demikian itulah lebih dekat kepada tidak berbuat zalim”.
Ayat diatas mengingatkan para laki-laki jika laki-laki yang hendak melakukan poligami tersebut khawatir atau takut tidak bisa berbuat adil terhadap wanita yang
dinikahinya, maka laki-laki itu tidak boleh mengawini wanita tersebut. Ia wajib kawin dengan wanita lain yang ia senangi, seorang istri sampai dengan empat. dengan syarat ia marnpu berbuat adil terhadap istri-istrinva. Dan jika ia takut tidak bisa berbuat adil terhadap istri-istrinya, maka ia hanya boleh beristri seorang, dan ini pun ia tidak boleh berbuat zalim terhadap istrinya.
Asas Monogami telah diletakkan oleh Islam sejak 15 abad yang lalu sebagai salah satu asas dalam Islam yang bertujuan untuk landasan dan modal utama guna membina kehidupan rumah tangga yang harmonis, sejahtera dan bahagia. Karena itu, hukum asal dalam perkawinan menurut Islam adalah monogami, sebab
persatuan harta benda yang dimilikinya.3
5. Asas tidak dapat di bagi-bagi
Asas tak dapat dibagi-bagi,yaitu suatu asas yang menegaskan bahwa dalam tiap perwalian hanya terdapat seorang wali. P engecualian dari asas ini adalah :
1. Jika perwalian itu dilakukan oleh ibu sebagai orang tua yang hidup lebih
lama maka kalau ia kawin lagi, suaminya menjadi wali serta/wali peserta.5
2. Jika sampai ditunjuk pelaksana pengurusan yang mengurus barang-barang
dari anak di bawah umur di luar Indonesia.6
6. Asas prinsip calon suami istri harus telah matang jiwa raganya.
7
7. Asas Monogami terbuka/pol igami terbatas
Asas monogamy terbuka/poligami terbatas, asas yang mengandung makna bahwa seorang suami dapat beristri lebih dari seorang dengan iz in dari pengadilan
setelah mendapat izin dari istrinya dengan dipenuh hinya syarat-syarat yang ketat.8
Mahkamah Konstitusi (MK) menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU Perkawinan) yang menyatakan bahwa asas perkawinan adalah monogami, dan poligami diperbolehkan dengan alasan, syarat, dan prosedur tertentu tidak bertentangan dengan ajaran islam dan hak untuk membentuk keluarga, hak untuk bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, dan hak untuk bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif sebagaimana diatur dalam UUD 1945.
hal-hal yang telah dipahami Rasulullah, sahabat-sahabatnya, tabi’in, dan jumhur ulama muslimin tentang hukum-hukum berikut:
1. Boleh berpoligami paling banyak hingga empat orang isteri.
6 Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: Sinar Grafika,2008) 7 Pasal 7 UU No.1 Tahun 1974
2. Disyariatkan dapat berbuat adil diantara isteri-isterinya. Barangsiapa yang belum mampu memenuhi ketentuan diatas, dia tidak b oleh mengawini wanita lebih dari satu orang. Seorang laki-laki yang sebenarnya meyakini dirinya tidak akan mampu berbuat adil, tetapi tetap melakukan poligami, dikatakan bahwa akad nikahnya sah, tetapi dia telah berbuat dosa.
3. Keadilan yang diisyaratkan oleh ayat diatas mencakup keadilan dalam tempat tinggal, makan dan minum serta perlakuan lahir batin.
4. Kemampuan suami dalam hal nafkah kepada isteri kedua dan anak-anaknya. 8. Asas perkawinan agama
Asas perkawinan agama, asas yang mengandung makna suatu perkawinan hanya sah apabila dilaksanakan sesuai dengan hukum agama dan kepercayaannya
masing-masing.9
10 Zulfa Djoko Basuki,Kompilasi Bidang Hukum Kekeluargaan,( Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun asas-asas hokum keluarga adalah sebagai berikut :
1. Asas monogamy
7. Asas monogamy terbuka atau poligami terbatas
8. Asas perkawinan agama
9. Asas perkawinan sipil
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat kita, terutama dalam memahami hokum keluarga islam khususnya “asas-asas hokum keluarga”. Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi bahasa, sistematika penulisan, dan lain lain. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Pasal 27 BW dan pasal 3 UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan
Pasal 28 KUHPerdata dan pasal 6 UU No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan
Pasal 119 KUH Perdata
Pasal 31 UU Nomor 1 Tahun 1974
Pasal 351 KUHPerdata
Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), (Jakarta: Sinar Grafika,2008) Pasal 7 UU No.1 Tahun 1974
Pasal 3 ayat (2) jo Pasal 4 dan 5 UU No.1 Tahun 1974
Pasal 31 UUNo.1 Tahun 1974 tentang perkawinan