• Tidak ada hasil yang ditemukan

pandangan keristen tentang poligami stud

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "pandangan keristen tentang poligami stud"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN ETIKA KERISTEN TENTANG

POLIGAMI

MAKALAH ETIKA KRISTEN

Di susun oleh : ABRAHAM SEMBIRING

NIM : 213510006

TEKNIK INFORMATIKA

FAKULTAS ILMU KOMPUTER UNIVERSITAS METHODIST INDONESIA 2014

(2)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah initepat pada waktunya yang membahas tentang PANDANGAN ETIKA KERISTEN TENTANG POLIGAMI sebagai tugas mata kuliah Etika.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah tentang PANDANGAN ETIKA KERISTEN TENTANG POLIGAMI.

Dengan ini penulis mempersmbahkan makalah ini dengan penuh rasa terimakasih, Semoga makalah ini dapat bermanfaat sekaligus dapat menjadi inspirasi bagi pembaca.

Medan , 26 maret 2014

i.

(3)

Halaman KATA

PENGANTAR...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I. PENDAHULUAN...1

1.1. Latar belakang masalah...1

1.2. Tujuan Penelitian...2

1.3. Manfaat penelitian...3

BAB 2. LANDASAN TEORI...3

2.1. Pengertian poligami...3

2.2. Jenis poligami...4

2.3. Poligami menurut agama...5

2.3.1. HINDU...6

2.3.2. BUDHA...7

2.3.3. KRISTIANI...8

2.3.4. ISLAM...9

2.4. Poligami menurut Mahkamah Konstitusi Indonesia...10

2.5. Pandangan alkitab mengenai poligami...4

2.6. Efek buruk praktek poligami menurut alkitab...5

2.7. Yesus meluruskan poligami...6

BAB 3. KESIMPULAN DAN SARAN...11

4.1. Kesimpulan...12

4.2. Saran...13

DAFTAR PUSTAKA...14

i BAB 1

(4)

1.1. LATAR BELAKANG

Berbicara tentang poligami, ini bukan lagi merupakan pembicaraan yang baru di kenal dan hal yang baru pada kehidupan manusia , akan tetapi masalah poligami belakangan ini masih saja menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai di kalangan masyarakat yang menjadi perhatian publik.

Dikalangan agama Kristen, Poligami dilarang. Alkitab Perjanjian Lama menyebutkan bahwa Allah menciptakan satu pria (Adam) dan satu wanita (Hawa) untuk melahirkan keturunan. Adanya poligami dicatat dimulai dari anak Kain bernama Lamech, Kain adalah anak Adam yang berdosa membunuh Habel saudaranya. Jadi penyimpangan poligami terjadi sejalan dengan penolakan manusia akan firman Allah. Sekalipun kemudian poligami dipraktekkan juga di kalangan tertentu di Israel, umumnya bani Israel terlebih setelah pembuangan di Babil menganut monogami. Umat kristen berada dalam konteks budaya Yahudi (termasuk budaya Yunani & Romawi) yang bercorak monogami, dan ajaran Yesus dan para rasul juga mengarah kepada monogami dengan mengacu pada penciptaan Adam dan Hawa, dan perjodohan merupakan pembentukan satu kesatuan daging yang melibatkan hanya dua pihak. Waktu itu kawin lagi berarti menceraikan yang pertama, dan Yesus menyebut kawin lagi sebagai perzinahan (Matius 19:3-9).

Rasul Paulus juga menyebutkan perkawinan sebagai hubungan monogami yang mencerminkan kesatuan umat dengan Tuhan yang esa. Poligami dan perceraian adalah percabulan dan karena umat adalah rumah Roh Kudus, maka kita harus memuliakan Allah dengan tubuh kita (1 Korintus 6:12 – 7:16). Lebih lanjut, rasul Paulus menggambakrkan pernikahan suami-isteri sebagai bersifat monogami mengacu pada hubungan Kristus dengan jemaat, dan kasih dan hormat merupakan penyatu dan dasar kehidupan suami-isteri (Efesus 5:22-33), dan ditengah budaya dimana ada orang-orang berpoligami dan ada orang-orang bertobat yang semasa kafir berpoligami, para pemimpin jemaat diharuskan menjadi teladan dengan beristeri satu saja (1 Timotius 3:2)

1.2. Tujuan penulisan

 Dengan memahami alkitab dengan benar kita dapat menghargai makna perkawinan yang sesungguhnya.

 Untuk memberikan jawaban yang tepat kepada orang kristen dan non kristen yang memiliki pemahaman yang kurang tepat tentang poligami.

 Mengetahui sifat dari melakukan poligami.

(5)

2.1. Pengertian poligami

poligami adalah alternatif atau substitute bagi perzinahan, yaitu daripada berzinah lebih baik berpoligami. Kelihatannya dibalik poligami demikian ada motivasi nafsu seksual yang tidak teratasi sehingga poligami menjadi saluran. Studi lain menyebutkan bahwa mereka yang berpoligami juga banyak yang berzina kalau alasannya dorongan seksual yang berlebihan dan ini bukan alasan yang tepat bagi pembenaran poligami. Perzinahan adalah sesuatu yang tercela dimata semua agama Allah, karena itu menutupi perzinahan dengan poligami bukan cara yang bijak, sebab menikah siri tanpa memberi tahu isteri pertama sudah berarti berzinah. Pernah seorang ulama berdakwah di hotel, langsung ia mengajak seorang jamaah wanita untuk masuk kekamar hotel malamnya dan diperisteri secara siri, setelah berhubungan badan si ‘siteri’ diceraikan, ini jelas perzinahan sekalipun menikah secara siri dengan wali yang sah secara agama (padahal cuma beberapa jam demi tersalurnya gejolak syahwat).

Dibalik semua itu faktor keadilan adalah faktor yang paling tidak dimiliki manusia. Apakah adil kalau isteri kedua dinikahi secara siri (yang tidak memiliki hak sama didepan hukum dengan isteri resmi), lebih lagi biasanya pernikahan itu dilakukan diam-diam dan baru setelah menikah siri maka isteri diberitahu dan dimintai persetujuannya. Dalam hal ini isteri pertama di ‘fait-accomply’ tanpa daya atau isteri pertama yang tidak mau dimadu kemudian minta cerai.

Poligami adalah sistem perkawinan yang salah satu pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yg bersamaan.[1] Dalam antropologi sosial, poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan). Hal ini berlawanan dengan praktik monogami yang hanya memiliki satu suami atau istri. 2.2. Jenis poligami

Terdapat tiga bentuk poligami, yaitu:

 Poligini merupakan sistem perkawinan yang membolehkan seorang pria memiliki beberapa wanita sebagai istrinya dalam waktu yang bersamaan.[2]

 Poliandri adalah sistem perkawinan yang membolehkan seorang wanita mempunyai suami lebih dari satu orang dalam waktu yang bersamaan.[3]

 Pernikahan kelompok bahasa Inggris: group marriage) yaitu kombinasi poligini dan poliandri.

Ketiga bentuk poligami tersebut ditemukan dalam sejarah, tetapi poligini merupakan bentuk yang paling umum terjadi. Walaupun diperbolehkan dalam beberapa kebudayaan, poligami ditentang oleh sebagian kalangan. Terutama kaum feminis menentang poligini, karena mereka menganggap poligini sebagai bentuk penindasan kepada kaum wanita.[4]

(6)

Hindu

Poligini dan poliandri dilakukan oleh sekalangan masyarakat Hindu pada zaman dulu. Namun, pada praktiknya dalam sejarah, hanya raja dan kasta tertentu yang melakukan poligami. Poligami mungkin juga terjadi karena terpaksa yang dilakukan karena berbagai alasan, misalnya karena tidak mempunyai keturunan atau tujuan politik Raja-Raja Hindu.[5]

Kitab Hindu

Kitab-kitab Hindu secara jelas melarang poligami. Manawa Dharmasastra yang digunakan sebagai pegangan hukum Hindu, Buku ke-3 (Tritiyo ‘dhayayah) pasal 5 berbunyi:

"Asapinda ca ya matura, sagotra ca ya pituh, sa prasasta dwijatinam, dara karmani maithune."

"Seorang gadis yang bukan sapinda dari garis-garis ibu, juga tidak dari keluarga yang sama dari garis bapak dianjurkan untuk dapat dikawini oleh seorang lelaki dwijati."

Tafsirnya adalah, perkawinan yang dianjurkan adalah antara satu orang gadis dan satu orang lelaki di mana keduanya tidak mempunyai hubungan darah yang dekat. Istilah dwijati ditafsirkan sebagai seorang lelaki yang telah menyelesaikan pelajaran (kuliah) dan mendapat pekerjaan atau mandiri.[5]

Pada Rgveda X.27.12 tertulis:[5]

"Kiyati yosa maryato vadhuyoh, pariprita panyasa varyena, bhadra vadhur bhavati yat supesah, svayam sa mitram vanute jane cit."

"Gadis-gadis tertarik oleh kebaikan yang unggul dari para lelaki yang hendak mengawininya, seorang gadis beruntung menjadi pemenang dari pilihan seorang lelaki dari kumpulannya."

Poliandri Drupadi dengan kelima Pandawa

Poliandri yang dilakukan Drupadi dalam Mahabharata tidak dipandang sebagai perkawinan yang didasari pada kebutuhan sex, tetapi lebih ditekankan pada ajaran etika, yaitu mentaati perintah Dewi Kunti agar panca Pandawa selalu bersatu dan selalu berbagi dengan saudara-saudara yang lain.[5]

(7)

Buddhisme

Dalam agama Buddha, perihal poligami tidak dijelaskan dalam aturan secara langsung, karena Sang Buddha tidak menetapkan hukum religius apapun berkaitan dengan kehidupan rumah tangga, namun yang ada adalah nasehat-nasehat berharga tentang bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga yang terpuji.[6] Buddha Sidharta Gautama tidak menetapkan hukum religius yang berkaitan dengan kehidupan rumah tangga, melainkan memberikan nasihat tentang bagaimana menjalani kehidupan rumah tangga yang terpuji. Walaupun Buddha tidak menyebutkan apapun tentang jumlah istri yang dapat dimiliki seorang pria, ia dengan tegas menyatakan bahwa seorang pria yang telah menikah kemudian pergi ke wanita lainnya yang tidak dalam ikatan perkawinan, hal tersebut dapat menjadi sebab keruntuhannya sendiri. Ia akan menghadapi berbagai masalah dan rintangan lainnya.[6]

Ajaran Buddha hanya menjelaskan suatu kondisi dan akibat-akibatnya. Orang-orang dapat berpikir sendiri mana yang baik dan mana yang buruk. Bagaimanapun juga, jika hukum negara menetapkan bahwa pernikahan haruslah monogami, hukum tersebut harus dipatuhi.[6]

Kristiani

Gereja-gereja Kristiani umum, seperti Kristen Protestan, Katolik, dan Ortodoks, menentang praktik poligami. Namun, beberapa aliran Kristen memperbolehkan poligami dengan merujuk pada kitab-kitab kuno Yahudi. Gereja Katolik merevisi pandangannya sejak masa Paus Leo XIII pada tahun 1866 yakni dengan melarang poligami yang berlaku hingga sekarang.

Rujukan yang digunakan umat Kristiani mengenai poligami adalah Kitab Injil Markus 10:1-12 yang berbunyi:

(8)

(10:11) Lalu kata-Nya kepada mereka: "Barangsiapa menceraikan istrinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinaan terhadap istrinya itu. (10:12) Dan jika si istri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zina."

Islam

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Poligami dalam Islam

Islam pada dasarnya berkonsep monogami dalam aturan pernikahan, tetapi memperbolehkan seorang pria beristri lebih dari satu (poligini).[rujukan?] Islam

memperbolehkan seorang pria beristri hingga empat orang istri dengan syarat sang suami harus dapat berbuat adil terhadap seluruh istrinya [8].

Poligami dalam Islam baik dalam hukum maupun praktiknya, diterapkan secara bervariasi di tiap-tiap negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam. Di Indonesia terdapat hukum yang memperketat aturan poligami untuk pegawai negeri, dan sedang dalam wacana untuk diberlakukan kepada publik secara umum. Tunisia dan Turki adalah contoh negara Arab yang tidak memperbolehkan poligami.

2.4. Poligami menurut Mahkamah Konstitusi Indonesia

Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (UU Perkawinan) yang menyatakan bahwa asas perkawinan adalah monogami, dan poligami diperbolehkan dengan alasan, syarat, dan prosedur tertentu tidak bertentangan dengan ajaran Islam dan hak untuk membentuk keluarga, hak untuk bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, dan hak untuk bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif sebagaimana diatur dalam UUD 1945 sebagaimana diutarakan dalam sidang pembacaan putusan perkara No. 12/PUU-V/2007 pengujian UU Perkawinan yang diajukan M. Insa, seorang wiraswasta asal Bintaro Jaya, Jakarta Selatan pada Rabu (3/10/2007).

Insa dalam permohonannya beranggapan bahwa Pasal 3 ayat (1) dan (2), Pasal 4 ayat (1) dan (2), Pasal 5 ayat (1), Pasal 9, Pasal 15, dan Pasal 24 UU Perkawinan telah mengurangi hak kebebasan untuk beribadah sesuai agamanya, yaitu beribadah Poligami. Selain itu, menurut Insa, dengan adanya pasal-pasal tersebut yang mengharuskan adanya izin istri maupun pengadilan untuk melakukan poligami telah merugikan kemerdekaan dan kebebasan beragama dan mengurangi hak prerogatifnya dalam berumah tangga dan merugikan hak asasi manusia serta bersifat diskriminatif.

(9)

Tujuan perkawinan sebagaimana dikemukakan ahli Muhammad Quraish Shihab dalam sidang sebelumnya yang dikutip dalam pertimbangan hukum putusan, adalah untuk mendapatkan ketenangan hati (sakinah). Sakinah dapat lestari manakala kedua belah pihak yang berpasangan itu memelihara mawaddah, yaitu kasih sayang yang terjalin antara kedua belah pihak tanpa mengharapkan imbalan (pamrih) apapun, melainkan semata-mata karena keinginannya untuk berkorban dengan memberikan kesenangan kepada pasangannya.

Menurut Shihab, sifat egoistik, yaitu hanya ingin mendapatkan segala hal yang menyenangkan bagi diri sendiri, sekalipun akan meyakitkan hati pasangannya akan memutuskan mawaddah. Itulah sebabnya, demi menjaga keluarga sakinah adalah wajar jika seorang suami yang ingin berpoligami, terlebih dahulu perlu meminta pendapat dan izin dari istrinya agar tak tersakiti. Di samping itu, izin istri diperlukan karena sangat terkait dengan kedudukan istri sebagai mitra yang sejajar dan sebagai subjek hukum dalam perkawinan yang harus dihormati harkat dan martabatnya.

Muhammad Quraish Shihab menyatakan bahwa asas perkawinan yang dianut oleh ajaran Islam adalah asas monogami. Poligami merupakan kekecualian yang dapat ditempuh dalam keadaan tertentu, baik yang secara objektif terkait dengan waktu dan tempat, maupun secara subjektif terkait dengan pihak-pihak (pelaku) dalam perkawinan tersebut.

Terkait dengan salah satu syarat poligami yang terpenting, yaitu adil, pendapat Ahli Huzaemah T. Yanggo yang dikutip dalam pertimbangan hukum putusan, menyatakan bahwa kaidah fiqh yang berlaku adalah pemerintah (negara) mengurus rakyatnya sesuai dengan kemaslahatannya. Oleh karena itu, menurut ajaran Islam, negara (ulil amri) berwenang menentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh warga negaranya yang ingin melakukan poligami, demi kemaslahatan umum, khususnya mencapai tujuan perkawinan.

Mengenai adanya ketentuan yang mengatur tentang poligami untuk WNI yang hukum agamanya memperkenankan perkawinan poligami, hal ini menurut MK adalah wajar. Oleh karena sahnya suatu perkawinan menurut Pasal 2 ayat (1) UU Perkawinan apabila dilakukan sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Sebaliknya, akan menjadi tidak wajar jika UU Perkawinan mengatur poligami untuk mereka yang hukum agamanya tidak mengenal poligami. Jadi pengaturan yang berbeda ini bukan suatu bentuk diskriminasi, karena dalam pengaturan ini tidak ada yang dibedakan, melainkan mengatur sesuai degan apa yang dibutuhkan, sedangkan diskriminasi adalah memberikan perlakuan yang berbeda terhadap dua hal yang sama.

2.5. Pandangan alkitab mengenai poligami

(10)

menambah jumlah anak yang lahir yang mengakibatkan ekonomi juga makin terbagi oleh lebih banyak penduduk (biasanya yang menganut faham literal kitab suci juga menolak keluarga berencana sehingga menghasilkan banyak anak yang dianggap sebagai rejeki ilahi). Memang sang ulama kondang yang membuat berita itu mengatakan salah satu alasannya adalah menolong janda yang kesulitan ekonomi. Alasan ini mengundang kritik pendakwah wanita yang mengatakan mengapa tidak mencari janda yang tua yang sudah tidak berdaya, mengapa hanya janda yang lebih muda dan cantik dari isteri pertamanya? Memang benar, menolong orang perlu dilakukan tanpa pamrih, kita dapat menolong dengan membagikan harta kita kepada keluarga yang kesulitan tetapi apa perlu harus dibalas dengan menguasai tubuh si perempuan, apalagi dengan demikian si isteri muda akan melahirkan anak-anak lagi. Argumentasi lain adalah bahwa poligami adalah alternatif atau substitute bagi perzinahan, yaitu daripada berzinah lebih baik berpoligami. Kelihatannya dibalik poligami demikian ada motivasi nafsu seksual yang tidak teratasi sehingga poligami menjadi saluran. Studi lain menyebutkan bahwa mereka yang berpoligami juga banyak yang berzina kalau alasannya dorongan seksual yang berlebihan dan ini bukan alasan yang tepat bagi pembenaran poligami. Perzinahan adalah sesuatu yang tercela dimata semua agama Allah, karena itu menutupi perzinahan dengan poligami bukan cara yang bijak, sebab menikah siri tanpa memberi tahu isteri pertama sudah berarti berzinah. Pernah seorang ulama berdakwah di hotel, langsung ia mengajak seorang jamaah wanita untuk masuk kekamar hotel malamnya dan diperisteri secara siri, setelah berhubungan badan si ‘siteri’ diceraikan, ini jelas perzinahan sekalipun menikah secara siri dengan wali yang sah secara agama (padahal cuma beberapa jam demi tersalurnya gejolak syahwat). Dibalik semua itu faktor keadilan adalah faktor yang paling tidak dimiliki manusia. Apakah adil kalau isteri kedua dinikahi secara siri (yang tidak memiliki hak sama didepan hukum dengan isteri resmi), lebih lagi biasanya pernikahan itu dilakukan diam-diam dan baru setelah menikah siri maka isteri diberitahu dan dimintai persetujuannya. Dalam hal ini isteri pertama di ‘fait-accomply’ tanpa daya atau isteri pertama yang tidak mau dimadu kemudian minta cerai.

Ada yang menyalahkan presiden dan wakilnya yang kok ‘mengurusi urusan keluarga orang.’ Mungkin sepintas kelihatannya sederhana sebagai campur tangan pemerintah terhadap kehidupan pribadi warga dalam hal membentuk keluarga, tetapi kalau kita melihatnya dalam konteks yang lebih luas dalam tatanan sosial-kemasyarakatan, kita dapat memaklumi mengapa hal itu merupakan kewajiban pemerintah untuk mengatur, soalnya kalau poligami diresmikan dan disahkan pemerintah, apalagi kalau beristeri sampai empat, bisa dibayangkan buntutnya dimana tunjangan isteri pegawai negeri bakal menjadi bengkak yang tentu akan membebani anggaran belanja nasional. Apalagi, kalau kebiasaan poligami makin meluas dan mendorong orang lebih banyak korupsi untuk memenuhi biaya keluarga yang membengkak.

(11)

Allah. Sekalipun kemudian poligami dipraktekkan juga di kalangan tertentu di Israel, umumnya bani Israel terlebih setelah pembuangan di Babil menganut monogami. Umat kristen berada dalam konteks budaya Yahudi (termasuk budaya Yunani & Romawi) yang bercorak monogami, dan ajaran Yesus dan para rasul juga mengarah kepada monogami dengan mengacu pada penciptaan Adam dan Hawa, dan perjodohan merupakan pembentukan satu kesatuan daging yang melibatkan hanya dua pihak. Waktu itu kawin lagi berarti menceraikan yang pertama, dan Yesus menyebut kawin lagi sebagai perzinahan (Matius 19:3-9).

Rasul Paulus juga menyebutkan perkawinan sebagai hubungan monogami yang mencerminkan kesatuan umat dengan Tuhan yang esa. Poligami dan perceraian adalah percabulan dan karena umat adalah rumah Roh Kudus, maka kita harus memuliakan Allah dengan tubuh kita (1 Korintus 6:12 – 7:16). Lebih lanjut, rasul Paulus menggambakrkan pernikahan suami-isteri sebagai bersifat monogami mengacu pada hubungan Kristus dengan jemaat, dan kasih dan hormat merupakan penyatu dan dasar kehidupan suami-isteri (Efesus 5:22-33), dan ditengah budaya dimana ada orang-orang berpoligami dan ada orang-orang bertobat yang semasa kafir berpoligami, para pemimpin jemaat diharuskan menjadi teladan dengan beristeri satu saja (1 Timotius 3:2).

Sejarah Perjanjian Lama banyak menjelaskan dampak ketidak-adilan dan permusuhan dalam keluarga-keluarga poligami yang akan dirasakan sampai keturunan mereka yang jauh. Kita melihat permusuhan keturunan Lut yang sekalipun bebas dari dosa Sodom & Gomorah, kemudian berpoligami dengan kedua putrinya karena alasan langkanya pria yang mendiami kota yang sudah dihancurkan oelh hukuman Tuhan. Kedua keturunan Amon dan Moab terlibat permusuhan yang berkelanjutan. Kita melihat kasus Yakub yang berpoligami dimana keturunannya saling bersaing dan berperang sampai pada keturunan jauh mereka.

Contoh khas poligami yang tidak mungkin adil bisa kita lihat dalam diri Abraham yang beristeri Sarah dan Hagar dan beberapa lainnya. Keturunan Ishak (dari Sarah) dan Ismael (dari Hagar) menjadi musuh bebuyutan sampai sekarang yang terbatas Alkitab memperkenankan umat kawin lagi, syaratnya cukup berat, yaitu bila pasangan meninggal atau berzinah, namun firman Tuhan juga mengajarkan agar dalam pernikahan ada pengampunan bila pasangan sekali waktu terjatuh dalam dosa. Pertobatan dan pengampunan harus menjadi bagian dari perkawinan dan rasul Paulus memberi petunjuk bahwa sekalipun ada bahaya perzinahan, daripada berpoligami sebaiknya seseorang membujang bila pasangannya meninggal (sekalipun kawin lagi karena kematian/perzinahan pasangan dibolehkan).

(12)

Amerika Serikat, tetapi itu tidak menutup anugerah Allah baginya, asalkan ia bertobat dan tidak mengulang kembali perbuatan dosanya.

Ada penelitian di Amerika dimana dijumpai kenyataan bahwa satu dari tiga pernikahan di Amerika berakhir dengan perceraian dan satu dari tiga pernikahan diwarnai dengan perzinahan. Yang menarik adalah yang sepertiga sisanya yang tetap menjalankan pernikahan monogami dengan kesetiaan tercatat banyak berasal dari kalangan umat yang beriman konservatif yang masih mempercayai Alkitab sebagai firman Allah yang perlu diyakini dan dipatuhi.

Alkitab memaparkan banyak masalah terjadi seputar kehidupan berpoligami, justru masalah-masalah itu dihadapi oleh beberapa nabi itu sendiri, apalagi hanya manusia biasa saja. Mulai dari kisah Lamekh yang identik dengan kekerasan, Abraham-Hagar yang menimbulkan perselisihan, Yakub-Rahel/Lea adanya iri hati, Musa yang menimbulkan masalah dengan Harun/Maryam, Salomo terpengaruh isteri-isterinya & Daud yang menjadi kalap. Memang benar tidak secara tegas dinyatakan mereka salah berpoligami, tetapi dampak dari poligami itu menimbulkan banyak masalah. Sehingga potret ini memberi makna mendalam bahwa poligami bukanlah standar moral ideal, karena para nabipun mengalami banyak masalah dengan hal ini.

2.6. Efek buruk praktek poligami menurut alkitab

Juga janganlah ia mempunyai banyak isteri, supaya hatinya jangan menyimpang; (Ulangan 17:17a)

Praktek poligami dikenal di kehidupan bangsa Israel kuno, hal ini bica dibaca di

Hukum Poligami dan Praktek Poligami di dalam Alkitab, namun tidaklah disetujui oleh Firman Elohim, amanat YAHWEH pada kitab Taurat Musa yang kelima di atas jelas berkata banyak isteri dapat menyimpangkan hati suami.

Alkitab mencatat efek-efek buruk atas kehidupan berpoligami, efek buruk ini menimpa baik pada pria pelaku poligami dan juga keluarga besarnya bahkan melanda masyarakat yang berhubungan dengannya.

Pria pertama yang melakukan praktek poligami adalah Lamekh, generasi kelima dari Kain, dan Kain ialah anak pertama Adam dan Hawa. Alkitab mencatat bahwa Kain adalah pria yang tidak bertanggung jawab, sombong dan pembunuh adik kandungnya sendiri. Kain tidak memiliki hati pertobatan di dalam hidupnya sekalipun telah dikutuki oleh YAHWEH.

Ketika korbanya tidak diterima oleh YAHWEH, langkah yang ia ambil adalah membunuh adiknya, bukannya intropeksi/ memeriksa diri sendiri tapi meluaskan roh iri hati dan kesombongan di dalam hidupnya. (Kejadian 4:3-8)

(13)

tidak tahu! Apakah aku penjaga adikku?” (4:9). Ia dikutuk menjadi petani pengembara yang tidak beruntung (4:14).

Lamekh mengambil isteri dua orang; yang satu namanya Ada, yang lain Zila. (Kejadian 4:19)

Kejahatan dan sikap buruk Kain terbawa kepada Lamekh. Pada suatu hari Lamekh pulang kerumahnya dan menyatakan kesombongannya hatinya didepan kedua istrinya: Berkatalah Lamekh kepada kedua isterinya itu: “Ada dan Zila, dengarkanlah suaraku: hai isteri-isteri Lamekh, pasanglah telingamu kepada perkataanku ini: Aku telah membunuh seorang laki-laki karena ia melukai aku, membunuh seorang muda karena ia memukul aku sampai bengkak; sebab jika Kain harus dibalaskan tujuh kali lipat, maka Lamekh tujuh puluh tujuh kali lipat.” (Kej 4:23-24)

Pada Kejadian pasal enam, firman YAHWEH tertulis, “Ketika dilihat YAHWEH, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata, maka menyesallah YAHWEH, bahwa Ia telah menjadikan manusia di bumi, dan hal itu memilukan hati-Nya. (6:5-6). Pasal ketujuh tertulis, semua mahluk yang hidup terpaksa dimusnahkan oleh air bah, hanya keluarga Nuh yang tersisah, delapan orang.

Abraham, Sarah dan Hagar

Singkat cerita, manusia kembali bertambah banyak melalui ketiga anak-anak Nuh. Dan kejahatan kembali menguasai hati manusia. Elohim menyisihkan Abram – yang di kemudian hari Ia rubah namanya menjadi Abraham (Bapa Orang Percaya), sama sebagaimana Ia telah menyisihkan Nuh untuk maksud-Nya yang kudus dan mulia (Kejadian pasal 12).

Kitab Yesaya 5:12, berkata bahwa Abraham sendirian ketika ia dipanggil Elohim untuk rencana-Nya yang besar, dan kemudian Elohim memberikan kepadanya seorang istri, Sarah. Namun Sarah yang tidak mengerti rencana Elohim dan arti kata“satu tubuh” (Kejadian 2:24-25 dan Matius 19:4-5), ia dengan hikmat duniawinya sendiri mencoba menolong Elohim Yang Mahakuasa memberikan budak Mesirnya, Hagar, menjadi “satu tubuh” dengan suaminya Abram. Apa yang terjadi dari hasil pekerjaan penyetekan Sarah ini? Tentu Anda telah tahu. Kekacauan! Sebab ”satu tubuh” dengan ”benda asing di dalam sebuah tubuh” adalah dua hal yang berbeda! ”Satu tubuh” yang benar ialah seperti tangan atau kaki Anda sendiri yang melekat pada badan Anda, itu menyenangkan dan bermanfaat, itulah pekerjaan YAHWEH. Sedangkan ”benda asing di dalam sebuah tubuh” adalah seperti tangan atau kaki seekor binatang yang dicangkokkan pada tubuh Anda, ini tidak menyenangkan dan membawa masalah pada tubuh Anda, inilah pekerjaan manusia.

Ingat bahwa YAHWEH tidak memberikan kepada Adam seekor binatangpun ketika Ia melihat Adam tidak memiliki teman yang sepadan, Ia menciptakan Hawa.

(14)

Sarah susah dan cemburu, tapi juga menghasilkan kekacauan pernikahan Abraham dan Sarah.

Lebih parah dari kedua masalah intern diantara ketiga orang ini ialah – apa yang Dunia alami sekarang:

 Pertikaian yang berkepanjangan antara keturunan Sarah (bangsa Israel melalui Ishak, Yakub) dengan keturunan Hagar (bangsa Arab melalui Ismail), dan ribut masalah Tanah Perjanjian.

 Aniaya yang berkepanjangan dari orang Muslim (pengikut ajaran Muhammad) terhadap orang Kristen (pengikut ajaran Yahshua Ha Mashiah)

 Kekacauan di segala pelosok dunia oleh karena Muhammad mengajari pengikutnya untuk menundukan semua bangsa di bawah kekuasaan Allah. Daud dan Batsyeba (istri dari Uria, tentara Daud) dan putranya Absalom

Alkitab mencatat bahwa dosa Daud yang paling besar adalah ia menginginkan istri orang lain. Ia tidak puas dengan dua istri yang ia telah miliki (1Sam 30:5), akibatnya ia terjerumus di dalam rencana pembunuhan atas tentaranya sendiri yang sangat setia kepadanya (2 Samuel 11).

Menginginkan dan memiliki istri orang lain, seperti yang Daud lakukan ini, adalah perkara besar di mata YAHWEH:Beginilah firman YAHWEH, Elohim Israel ,Mengapa engkau menghina YAHWEH dengan melakukan apa yang jahat di matanya .

Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. (2Sam 12:9-10)

Parahnya praktek poligami Anda bisa gambarkan sebagai berikut: Daud adalah ahli strategi perang dan raja terbesar di Israel, daerah kekuasaannya sampai Syria dan sebagian Yordan (2 Samuel 5 dan 8).

Efek buruk praktek poligami Daud membuat rumah tangga sendiri porak poranda, Alkitab mencatat bahwa anak-anak Daud dari istri-istrinya ribut yang mengakibatkan banyak putra Daud mati ditangan orang-orangnya Absalom, putranya Daud dari anak perempuan raja Gesur (Syria) yang ditaklukannya (2Samuel 13). Raja Daud tidak menyangka bahwa anaknya sendiri, Absalom, adalah musuh dalam selimut, berencana membunuhnya dan merencanakan dirinya sendiri raja atas Israel. (pasal 15 dan 17).

Salomo dan para istrinya.

(15)

dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon, dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata YAHWEH, dan ia tidak dengan sepenuh hati mengikuti YAHWEH, seperti Daud, ayahnya. (1Ki 11:3-6)

Betapa buruknya praktek poligami bisa dilihat disini, Alkitab berkata tentang kebijaksanaan Salomo sebagai berikut: Dan Elohim memberikan kepada Salomo hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir di tepi laut, sehingga hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir. (1Raja 4:29-30). Efek buruk praktek poligami dapat membuat pria yang sangat bijaksana bisa menjadi orang bodoh: menyembah benda mati alias berhala!

Buah dari Poligami adalah hilangnya keharmonisan pada pasangan suami-istri pertama. Kecembuan dan persaingan yang tidak sehat akan terjadi di antara istri-istri yang dipoligami, dan menjalar kepada anak-anak mereka. Alkitab di Perjanjian Lama membuktikan itu.

Oleh sebab itu dari sejak semula, dan sampai sekarang, YAHWEH tetap melarang umat-Nya berpoligami.

2.7. Yesus meluruskan poligami

Yesus meluruskan pandangan tentang poligami dan tidak membiarkan orang-per-orang mengikuti nafsu-diri dan tegar-tengkuknya untuk mencari-cari celah berpoligami.

Sampai sekarangpun, manusia tidak berhenti berdalih bahwa poligami itu adalah bagian dari perbuatan mulia, sejajar dengan menolong, "mensedekah-kan" dirinya kepada perempuan yang belum mandiri atau para janda, atau menyeimbangkan statistik porsi wanita yang jumlahnya lebih banya ketimbang jumlah pria, dst…

Pendalihan bahkan belanjut dengan membawa keabsahan sejumlah nama-nama nabi-nabi dan raja yang berpoligami yang dicatat dalam Alkitab. Padahal poligami nabi-nabi dan praktek menceraikan istri dimasa lalu tidaklah berarti bahwa Allah pernah melegalkan hal tersebut. Tak ada sepotongpun Firman dan izin Allah untuk itu. Yesus meluruskannya dan menuding asal-usul kesalahan ini sebagai akibat dari ketegaran hati manusia yang cenderung memaksakan perceraian dan poligami :

*Matius19:4-8

(16)

19:6 Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia." 19:7 Kata mereka kepada-Nya: "Jika demikian, apakah sebabnya Musa memerintahkan untuk memberikan surat cerai jika orang menceraikan isterinya?"

19:8 Kata Yesus kepada mereka: "Karena ketegaran hatimu Musa mengizinkan kamu menceraikan isterimu, tetapi sejak semula tidaklah demikian.

Ayat 5 adalah pengulangan dari Firman di: *Kejadian2:24

LAI TB, Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.

Terbukti sampai kinipun orang-orang tetap sama memaksakannya dengan pelbagai dalil.

BAB 3

3.1. Kesimpulan

Poligami Adalah sebuah sistem sosial yang berbeda-beda interpretasi dan implementasinya antara beberapa masyarakat, disesuaikan dengan Budaya dan Agama dari masing Masyarakat, dan berkembang sejarahnya dari masa ke masa, seperti halnya di Agama Kristen yang awalnya Boleh menjadi tidak diperbolehkan. Dalam islam dibolehkan, tetapi setelah melihat realitas Poligami ada juga sebagian ulama mengharamkannya. Dalam agama hindu, tidak melarang juga tidak menyarankan poligami. Kalau dalam agama budha poligami dianggap sebagai keserakahan (tidak dianjurkan). Sedangkan agama yahudi hampir sama sejarahnya dengan kristen, awalnya diperbolehkan namun kini dilarang.

Dinamika Pro – kontra Poligami ini akan selalu berjalan seiring dengan perkembangan sistem sosial masyarakat.. Karena bila dikaji lebih teliti lagi, dampak dan realitas sejarah Poligami dari dulu hingga sekarang tidak selamanya menuai kontroversi.

3.2. Saran

(17)
(18)

DAFTAR PUSTAKA

(1) http://gumilar69.blogspot.com/2013/12/makalah-poligami-bab-ii.html

(2) http://id.wikipedia.org/wiki/Poligami

(3) http://id.wikipedia.org/wiki/Poligami#Poligami_dalam_agama

(4) http://www.google.com/url?

sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&ved=0CDEQFjAB &url=http%3A

%2F%2Fwww.lontar.ui.ac.id%2Ffile%3Ffile%3Ddigital%2F125391-

306.842%25203%2520TRI%2520p%2520-

%2520Pendahuluan.pdf&ei=B8xYU6PYKMTIrQeJ-YDgBw&usg=AFQjCNFpr_An-

PqmR6phufj-a7J7q3WAPQ&sig2=kIRHqt3YRsih63ZdD1losA&bvm=bv.65397613,d.bmk

(5) http://www.sarapanpagi.org/yesus-meluruskan-poligami-dan-kawin-cerai-vt713.html

Referensi

Dokumen terkait

2.9.1 Melakukan Diagnosa ( Diagnosing ) Langkah selanjutnya pada penelitian ini adalah mendiagnosa jaringan LAN di Laboratorium Universitas Bina Darma yaitu dilakukan

Selain berkontribusi secara bisnis, perusahaan seharusnya juga berkontribusi secara sosial melalui implementasi Corporate Social Responsibility (CSR). Banyak pengertian tentang

strategi pemasaran yang maksimal,maka diharapkan akan menarik minat masyarakat atau nasabah sehingga mereka bisa mengambil keputusan untuk menabung atau menggunakan

dapat mengetahui cara pemisahan golongan V... Teori dasar II. Reagensia harus dipakai dalam suasana netral atau sedikit basa. Senyawa-senyawa ini harus dihilangkan sebelum memulai

Efektif tanggal 1 Januari 2012 PPSAK No. 44 "Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat" dalam Paragraf 47 – 48 dan 56 – 61” Pencabutan standar ini mengubah penyajian

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa F hitung lebih kecil dari F tabel sehingga pemberian pakan (rumput dan eceng gondok) dengan berbagai perlakuan (fermentasi

Uji Statistik dapat dijelaskan bahwa Ambiguitas peran berpengaruh terhadap Kinerja karyawan PT, Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) cabang Manado dengan nilai

1) Seseorang yang memiliki riwayat perjalanan ke Timur Tengah (negara terjangkit) dalam waktu 14 hari sebelum sakit kecuali ditemukan etiologi/penyebab penyakit lain. 2)