• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN, IMPLEMENTASI DAN KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. ANGGARY PASHA DEWANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEBIJAKAN, IMPLEMENTASI DAN KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. ANGGARY PASHA DEWANI"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

ANGGARY PASHA DEWANI

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

(2)

ANGGARY PASHA DEWANI. Policy, Implementation, and Communication Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Under the Guidence of TITIK SUMARTI.

The objectives of the study were to analyze CSR policy and programs, community participation, benefits of programs, and CSR communication of PT Indocement at Citeureup – Bogor. For this purpose, this study gained primary and secondary data on CSR policy and programs, community participation and its benefit, and types of CSR communication of PT Indocement. The results show that PT Indocement had properly formulated the policy and programs of CSR based on vision, mision and objectives of the company in line with the principle of the Triple Bottom Lines, which covers economic, social and environmental aspects Some CSR programs for the betterment of the local community have been done by PT Indocement. The participation of the target groups on the two selected trainings (motor cycle training, and paper bag waste training) was high; and the participants got benefits from that trainings, in terms of gain relevance knowledge and skills, and job oportunity (economy). Several types of commuciation used by PT Indocement to communicate the CSR policy and program implementations e.g. annual report, company profile, internal meeting and discussions, print media, electronic media (include website), and direct communication with the stakeholders such as seminar, meeting and Bilikom. Bilikom is a coordination and communication forum of the stakeholders at the village level was done every three months which was done effectively.

Keywords: CSR policy, community participation, CSR benefits, and CSR communication

(3)

ANGGARY PASHA DEWANI. Kebijakan, Implementasi dan Komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Dibimbing oleh TITIK SUMARTI.

Selain berkontribusi secara bisnis, perusahaan seharusnya juga berkontribusi secara sosial melalui implementasi Corporate Social Responsibility (CSR). Banyak pengertian tentang CSR, namun pada hakekatnya adalah komitmen perusahaan untuk memberikan dampak positif dan mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan perusahaan bagi kesejahteraan masyarakat dan lingkungan dengan tetap memperhatikan aspek triple bottom lines. PT Indocement merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang memiliki komitmen dalam mengimplementasikan CSR.

Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) menganalisis kebijakan CSR PT Indocement berdasarkan prinsip triple bottom lines (3P); 2) mengidentifikasi partisipasi peserta dalam implementasi Program CSR PT Indocement; 3) menganalisis manfaat program CSR dan hubungannya dengan tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program CSR; dan 4) mengidentifikasi bentuk komunikasi CSR PT Indocement kepada stakeholders.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui tingkat partisipasi peserta program dalam implementasi program CSR, tingkat manfaat yang diperoleh dan keefektifan kegiatan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi). Pendekatan kualitatif (wawancara terstruktur) digunakan untuk memahami secara mendalam tentang kebijakan CSR PT Indocement, implementasi program CSR serta bentuk komunikasi CSR kepada stakeholders.

Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer meliputi identitas responden, partisipasi dalam program (perencanaan, pelaksanaan dan monitoring), manfaat partisipasi dalam program (pengetahuan, keterampilan, ketenagakerjaaan, dan ekonomi), bentuk komunikasi CSR kepada stakeholders, keefektifan Bilikom. Data sekunder meliputi gambaran umum perusahaan, visi, misi dan tujuan perusahaan, kebijakan dan program CSR.

Pemilihan responden penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling), yaitu empat responden masing-masing untuk pelatihan montir sepeda motor dan pelatihan membatik limbah kertas semen serta 30 responden (yang terbagi kedalam enam desa binaan) untuk kegiatan Bilikom. Sedangkan informan kunci adalah Public and General Affair Division Manager dan CDO Departement Head. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang yang dianalisa secara deskriptif dengan didukung hasil wawancara. Penelitian dilakukan di PT Indocement unit operasi Citeureup, yang terletak di Jalan Mayor Oking Jaya Atmajaya, Citeureup-Bogor

Hasil penelitian menunjukkan bahwa PT Indocement telah menetapkan komitmen dan kebijakan CSR secara tertulis lalu diimplementasikan ke dalam berbagai kegiatan dan program. Secara tertulis, kebijakan CSR PT Indocement telah mempertimbangkan prinsip triple bottom lines yaitu turut memperhatikan

(4)

Tingkat partisipasi peserta adalah tinggi pada tahap pelaksanaan dan monitoring. Sedangkan pada tahapan perencanaan, peserta dalam kedua pelatihan tersebut menunjukkan nilai yang rendah atau tidak ada keterlibatan sama sekali. PT Indocement dalam merencanakan program pelatihan ini dikatakan bersifat top down karena masyarakat atau peserta tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan perencanaan program.

Hubungan antara tingkat partisipasi peserta dalam implementasi dan tingkat manfaat yang diperoleh adalah negatif. Hal tersebut ditunjukkan dengan semakin tinggi tingkat partisipasi maka semakin rendah tingkat manfaat yang diperoleh dan sebaliknya. Hal ini selain disebabkan faktor internal peserta (kurang motivasi dan berusaha), juga kurangnya pendampingan dari pihak Bilik setelah pelatihan tersebut selesai dilaksanakan.

PT Indocement melakukan berbagai upaya komunikasi diantaranya dalam bentuk laporan tahunan, media massa, pertemuan dalam seminar/presentasi/rapat/pameran, serta mengadakan kegiatan Bina Lingkungan dan Komunikasi (Bilikom). Bilikom oleh masyarakat sudah dirasakan efektif (baik) dalam menjalin hubungan komunikasi, menyampaikan informasi dan hasil terkait program CSR PT Indocement (dalam hal ini program lima pilar). Namun Bilikom sebagai forum komunikasi yang dapat memfasilitasi kebutuhan dan masalah masyarakat belum secara maksimal dilakukan dan cenderung hanya mensosialisasikan program. Selain itu, dalam pelaksanaan Bilikom belum pernah dikemukakan atau dilaporkan terkait dana CSR yang dialokasikan di setiap desa.

Sebagai saran, sebaiknya Renstra PT Indocement dapat diakses di website. Cakupan pelaporan CSR di dalam laporan tahunan lebih luas dan panjang. Peserta pelatihan montir sepeda motor di dampingi dan di fasilitasi untuk mengembangkan usaha motor sendiri yang akan meningkatkan peluang usaha, peluang kerja dan pendapatan. Juga memfasilitasi peserta pelatihan membatik llimbah kertas semen dalam menghadapi masalah pengadaan bahan baku (pewarna alami dan pemasaran hasil). Selanjutnya kegiatan Bilikom dibuat lebih menarik dan transparan bagi stakeholders.

(5)

PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk.

ANGGARY PASHA DEWANI

SKRIPSI

Sebagai Syarat untuk memperoleh Gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada

Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS

KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

(6)

Judul : Kebijakan, Implementasi dan Komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.

Nama Mahasiswa : Anggary Pasha Dewani NRP : I34052328

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Titik Sumarti, MS NIP. 19610927198601 2 001

Mengetahui Ketua Departemen Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Lala M. Kolopaking, MS NIP. 19580827198303 1 001

(7)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL KEBIJAKAN, IMPLEMENTASI DAN KOMUNIKASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) PT INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA Tbk. BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH (SKRIPSI) PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA.

Bogor, September 2009

ANGGARY PASHA DEWANI I34052328

(8)

Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Maret 1987 dari Ayah bernama Hardinsyah dan Ibu bernama Priyani Etsuri Putri. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara.

Pendidikan formal yang dilalui yaitu Sekolah Dasar (SD) di Towong State School pada tahun 1993-1994 dan pindah ke Sekolah Dasar Ironside State School pada tahun 1994-1996 di kota yang sama. Pendidikan SD ditamatkan pada tahun 1999 dari SD Polisi I Bogor. Selanjutnya melanjutkan pendidikan ke SMP Negeri 6 Bogor dan tamat tahun 2002. Pendidikan SMA diselesaikan di SMA Negeri 6 Bogor pada tahun 2005.

Pada tahun 2005, penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB (Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia (FEMA), Institut Pertanian Bogor. Menumpuh pendidikan S1 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dengan Minor Kewirausahaan Agribisnis.

Selama mengikuti pendidikan di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, penulis aktif sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA) sebagai sekretaris divisi Public Relation tahun 2007-2008. Selain itu, penulis aktif mengikuti berbagai kepanitian, pelatihan dan seminar tentang komunikasi, pengembangan masyarakat dan CSR antara lain Peran Media dalam Komunikasi, Community Development is Road to CSR, Leadership Training for Students on CSR (LET's CSR), dan Peran CSR dalam Pengentasan Kemiskinan.

Selain aktif dalam kegiatan non-kurikuler, penulis juga menjadi asisten dosen pada mata kuliah Komunikasi Bisnis bagi mahasiswa semester 6, 7 dan 8 Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat FEMA IPB dan Mahasiswa FAPET IPB pada tahun 2008 dan 2009.

(9)

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, petunjuk, dan nikmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Kebijakan, Implementasi dan Komunikasi Corporate Social Responsibility (CSR) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Topik penelitian dipilih dengan pertimbangan bahwa semakin berkembangannya konsep dan implementasi Corporate Social Responsibility (CSR) di Indonesia, dan kaitannya dengan bidang dipelajari di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini diarahkan untuk mengkaji bagaimana kebijakan, implementasi dan bentuk komunikasi stakeholders CSR PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dipilih karena merupakan perusahaan multinasioanal yang telah meraih salah satu penghargaan dalam ajang Indonesian CSR Awards 2008.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk hal yang lebih baik. Penulis berharap penulisan skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan, terutama untuk diri penulis sendiri.

Bogor, September 2009

(10)

Terwujudnya penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari peran dan kontribusi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Titik Sumarti, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan, saran serta motivasi selama penulisan skripsi.

2. Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama pada ujian skripsi penulis.

3. Ir. Anna Fatchiya, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji wakil departemen dan pembimbing akademik.

4. Papa dan Mama atas kasih sayang dan motivasi serta kepeduliannya pada pendidikan ananda sejak masa kecil sampai saat ini. Juga terima kasih kepada papa yang telah banyak memberi inspirasi dan solusi serta menjadi sparing patner diskusi dalam mewujudkan skripsi ini.

5. Adikku (Azri dan Amer) dan keluarga yang lainnya yang selalu setia memberikan motivasi. curahan doa dan cinta kasihnya selama ini baik secara moral dan fisik.

6. Pihak pimpinan maupun karyawan PT Indocement Tunggal Prakarsa, khususnya Bapak Kuky, Bapak Alex dan Ibu Via serta bagian CDO yaitu , Pak Toto, Ibu Lia, Pak Romi, Pak Sani, Pak Usman, Pak Yadi, Pak Arel, Pak Dadan, Pak Agus, Pak Dedi, Pak Bambang, Pak Fajar dan segenap pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

7. Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MS yang telah memberikan kesempatan penulis menjadi asistem pada mata kuliah Komunikasi Bisnis sehingga sebagian teori Komunikasi Bisnis penulis aplikasikan pada penelitian ini. 8. Teman satu bimbingan: Mora, Nunik dan Alam, yang telah memberikan

semangat dan bersedia bertukar pikiran.

9. Sahabatku tercinta: Metri, Icha, Away, Gilang, Ewen, Yayan, Furqon Mimi, Oji, Oel, Fahmi, Edu, Arya serta teman KPM42 lainnya yang telah

(11)

10. Sahabat yang sudah tujuh tahun setia menemaniku: Atieh, Ecie, Fauziah, Suci, Yuki, Trias, Dewi, Lulu, Dian. Terima kasih atas semangat, doa, motivasi baik moral maupun fisik.

11. Raditya Pradana yang selalu memberikan doa, semangat, motivasi dan kasih sayangnya.

12. Pimpinan Departeman Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor dan semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

(12)

DAFTAR ISI ... i DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR... vi BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 7

2.1 Corporate Social Responsibility (CSR) ... 7

2.1.1 Perkembangan dan Definisi CSR... 7

2.1.2 Prinsip dan Ruang Lingkup CSR... ... 9

2.2 Implementasi CSR. ... 14

2.2.1 Pengembangan Masyarakat dan Konsep Partisipasi dalam Implementasi CSR... 18

2.2.2 Manfaat Implementasi CSR ... 20

2.3 Komunikasi Stakeholders dalam CSR ... 21

2.3.1 Definisi dan Model Stakeholders... 21

2.3.2 Definisi dan Bentuk Komunikasi ... 24

2.3.3 Upaya Komunikasi Stakeholders dalam CSR... 26

2.4 Kerangka Pemikiran... 28

2.5 Hipotesis Penelitian... 31

2.6 Definisi Konseptual... 31

2.7 Definisi Operasional... 32

BAB III METODE PENELITIAN... 35

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 35

3.2 Pendekatan Penelitian ... 35

3.3 Pemilihan Responden Penelitian... 36

3.4 Data dan Teknik Pengumpulan Data... 37

(13)

BAB IV GAMBARAN UMUM PT INDOCEMENT... 40

4.1 Sejarah dan Perkembangan PT Indocement... 40

4.2 Visi, Misi, Moto dan Kebijakan PT Indocement ... 41

4.3 Struktur Organisasi PT Indocement ... 44

4.4 Prestasi PT Indocement... 45

4.5 Ikhtisar ... 47

BAB V KEBIJAKAN DAN PROGRAM CSR PT INDOCEMENT... 49

5.1 Pandangan dan Alasan PT Indocement Melakukan CSR ... 49

5.2 Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Lingkungan (Planet) ... 51

5.3 Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Sosial (People)... 53

5.4 Kebijakan CSR PT Indocement terhadap Ekonomi (Profit) ... 54

5.5 Program CSR PT Indocement di Unit Operasi Citeureup ... 58

5.6 Ikhtisar ... 65

BAB VI PARTISIPASI DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM... 66

6.1 Program Pelatihan Montir Sepeda Motor dan Pelatihan Membatik Limbah Kertas Semen... 66

6.2 Partisipasi Peserta dalam Tahap Perencanaan... 69

6.3 Partisipasi Peserta dalam Tahap Pelaksanaan ... 70

6.4 Partisipasi Peserta dalam Tahap Monitoring ... 72

6.5 Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi Program... 73

6.3 Ikhtisar ... 75

BAB VII MANFAAT DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM... 76

7.1 Manfaat Pengetahuan dan Keterampilan ... 76

7.2 Manfaat Ketenagakerjaan dan Ekonomi (Pendapatan) ... 77

7.3 Tingkat Manfaat yang Diperoleh Peserta... 78

7.4 Hubungan Tingkat Partisipasi dalam Implementasi dan Tingkat Manfaat ... 79

(14)

BAB VIII KOMUNIKASI CSR KEPADA STAKEHOLDERS... 82

8.1 Stakeholders PT Indocement ... 82

8.2 Bentuk Komunikasi Kepada Internal Stakeholders ... 83

8.3 Bentuk Komunikasi Kepada External Stakeholders ... 88

8.4 Kefektifan Bilikom (Bina Lingkungan dan Komunikasi) ... 90

8.5 Ikhtisar ... 96 BAB IX PENUTUP... 98 9.1 Kesimpulan ... 98 9.2 Saran... 99 DAFTAR PUSTAKA... 101 LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Manfaat Keterlibatan Komunitas dan Perusahaan

dalam CSR ... 21 Tabel 2. Definisi Operasional Terkait Tingkat Partisipasi

dalam Implementasi program ... 33 Tabel 3. Definisi Operasional Terkait Tingkat Manfaat

Implementasi program dan Keefektifan Bilikom ... 34 Tabel 4. Jenis Data, Uraian Data dan Sumber Data Penelitian... 38 Tabel 5. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR

PT Indocement pada Aspek Lingkungan (Planet) ... 55 Tabel 6. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR

PT Indocement pada Aspek Sosial (People)... 56 Tabel 7. Konsistensi Kebijakan dan Implementasi CSR

PT Indocement pada Aspek Ekonomi (Profit)... 57 Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Pelatihan

Berdasarkan Identitas ... 68 Tabel 9. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam

Tahap Perencanaan... 70 Tabel 10. Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam

Tahap Pelaksanaan ... 71 Tabel 11 Jumlah dan Persentase Partisipasi Peserta dalam

Tahap Monitoring ... 72 Tabel 12. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Peserta dalam

Implementasi Pelatian ... 74 Tabel 13. Tingkat Partisipasi Peserta dalam Implementasi

Pelatian... 74 Tabel 14. Jumlah dan Persentase Perubahan Pengetahuan dan

Keterampilan Peserta Pelatihan... 76 Tabel 15. Jumlah dan Persentase Perubahan Peluang Ketenagakerjaan

dan Ekonomi Peserta Pelatihan... 77 Tabel 16. Tingkat Manfaat yang Diperoleh Peserta Pelatihan... 78 Tabel 17. Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat

Peserta Pelatihan ... 79 Tabel 18. Hubungan Tingkat Partisipasi dan Tingkat Manfaat

dalam Implementasi Pelatihan ... 80 Tabel 19. Bentuk Komunikasi CSR Kepada Internal Stakeholders

(16)

Tabel 20. Bentuk Komunikasi CSR Kepada Internal Stakeholders

Berdasarkan Bentuk Komunikasi (Soehoet, 2002) ... 87 Tabel 21. Bentuk Komunikasi CSR Kepada External Stakeholders

Berdasarkan Bentuk Komunikasi (Candra, 2006) ... 90 Tabel 22. Bentuk Komunikasi CSR Kepada External Stakeholders

Berdasarkan Bentuk Komunikasi (Soehoet, 2002) ... 90 Tabel 23. Jumlah dan Presentase Stakeholders Bilikom

PT Indocement Berdasarkan Identitas Responden... 91 Tabel 24. Jumlah dan Presentase Pengetahuan Responden Bilikom

Terkait CSR PT Indocement ... 92 Tabel 25. Jumlah dan Presentase Persepsi Responden Terhadap

Komunikasi dalam Bilikom PT Indocement... 93 Tabel 26. Jumlah dan Presentase Keterlibatan Responden dalam

Bilikom PT Indocement ... 94 Tabel 27. Keefektifan Bilikom Berdasarkan Skoring... 94

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Piramida Ruang Lingkup CSR (Caroll, 2003) ... 11

Gambar 2. Lingkup CSR Menurut Committe Draft ISO 26000... 13

Gambar 3. Proses Implementasi CSR (Keraf, 1998) ... 16

Gambar 4. Kerangka Pemikiran Penelitian... 30

Gambar 5. Struktur Organisasi PT Indocement ... ... 46

Gambar 6. Proses Perumusan Program CSR PT Indocement ... 59

Gambar 7.Tahapan Pelaksanaan Program CSR PT Indocement... 60

(18)

1.1 Latar Belakang

Pembukaan UUD 1945 mengamanatkan tujuan pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia” (Republik Indonesia, 2000). Berdasarkan tujuan tersebut tampak jelas sejak 64 tahun yang lalu Negara Kesatuan Republik Indonesia telah mempunyai komitmen dalam upaya mensejahterakan masyarakat dan mencerdaskan bangsa, termasuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

Sejalan dengan komitmen tersebut, Pemerintah Indonesia ikut menandatangani Deklarasi Milenium pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bulan Sepetember tahun 2000 beserta 188 negara anggota PBB lainnya. Deklarasi ini menyepakati tujuan-tujuan pembangunan global yang tertuang dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals - MDGs) yang mengandung 8 tujuan. Delapan tujuan tersebut meliputi: 1) mengurangi kemiskinan dan kelaparan, 2) pendidikan dasar untuk semua, 3) meningkatkan kesetaraan gender serta pemberdayaan perempuan, 4) mengurangi kematian anak, 5) memperbaiki kesehatan ibu, 6) mengatasi HIV/AIDS, malaria dan penyakit lainnya, 7) memastikan pengelolaan lingkungan hidup secara berkelanjutan, dan 8) membangun jaringan kemitraan global (UNDP, 2002).

Pemerintah Indonesia sebagai salah satu negara yang menandatangani Deklarasi Milenium, mempunyai kewajiban untuk merealisasikan pencapaian MDGs sebelum tahun 2015. Sangat disadari bahwa pencapaian MDGs bukanlah hal yang mudah sehingga pemerintah Indonesia diharapkan serius dalam menangani berbagai masalah ekonomi, lingkungan dan sosial kemasyarakatan secara menyeluruh. Hal tersebut merupakan bentuk pemenuhan janji pemerintah kepada rakyat, terutama dalam upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Indonesia mengalami masalah kualitas hidup manusia yang ditunjukkan oleh

(19)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada tahun 1999 yang berada pada peringkat 99 dari 175 Negara (UNDP 2000) yang kemudian menurun menjadi peringkat 107 dari 177 Negara pada tahun 2007 (UNDP, 2008). Bahkan pada tahun 2007 peringkat IPM Indonesia jauh lebih buruk dibanding Negara tetangga seperti Malaysia (peringkat 63), Thailand (peringkat 78), Cina (peringkat 81) dan Philipina (peringkat 90) (UNDP, 2008).

Upaya pencapaian MDGs tidak hanya menjadi tanggungjawab pemerintah tetapi juga peranserta swasta dan masyarakat. Pemerintah berperan sebagi pelaku utama dalam hal regulasi dan penegakannya, pengawasan, penyediaan infrastuktur dasar, peningkatan kapasitas, dan fasilitasi program-program yang terkait upaya peningkatan kualitas hidup manusia. Masyarakat pun berperan penting dalam penyampaian aspirasi publik, membangun prakarsa-prakarsa bagi segenap stakeholders, pelaksanaan program dan kontrol sosial terhadap kebijakan dan program-program pembangunan

Sementara pihak swasta, yaitu dunia usaha memegang peran penting dalam menggerakkan ekonomi yang disertai dengan pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan, yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Oleh karena itu, dunia usaha sebagai mitra pemerintah dan masyarakat seharusnya dapat memberikan kontribusi dalam pencapaian MDGs melalui praktik CSR yang baik. Hal tersebut sesuai dengan pertemuan World Business Council for Sustainability Developement (WBCSD) di New York Tahun 2005, yang menghasilkan kesepakatan bahwa praktik CSR adalah wujud komitmen dunia bisnis untuk membantu PBB merealisasikan target MDGs. Selain alasan etika bisnis, pelaksanaan CSR di Indonesia juga didasari atas UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007 Pasal 74 Ayat 1 bahwa “ Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan” (Republik Indonesia, 2007). Dalam hal ini, Tanggungjawab Sosial dan Lingkungan adalah CSR

CSR merupakan komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas hidup pekerja dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas (WBCSD, 2005). CSR juga sebagai komitmen dunia usaha untuk melaksanakan kewajiban sosial

(20)

terhadap lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keseimbangan hidup ekosistem disekelilingnya (Depsos, 2005). Banyak pengertian tentang CSR, tetapi pada hakekatnya CSR adalah komitmen perusahaan dalam meminimalkan risiko negatif dan memaksimalkan manfaat dari kebijakan dan proram perusahaan bagi lingkungan fisik dan sosialnya. Oleh karena itu, suatu perusahaan seharusnya tidak saja memberikan dampak positif, berbuat kebajikan bagi kesejahteraan stakeholders, tetapi juga mengelola kegiatan untuk mengurangi dampak negatif yang mungkin ditimbulkan perusahaan (Hardinsyah, 2009).

Oleh karena itu indikator keberhasilan CSR tidak semata diamati dari segi finansial, tetapi juga dari segi perubahan-perubahan perilaku dan manfaat yang tercipta pada komponen ekonomi, sosial dan lingkungan (yang dikenal dengan sebutan triple bottom lines, yaitu profit, people, planet - 3P) sebagai akibat dari implementasi CSR. Kajian AIMS Consultant (2005) menyatakan bahwa menurut para pimpinan perusahaan yang diwawancarai, menyebutkan tujuan utama kegiatan CSR haruslah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat, baik baga karyawan, pekerja maupun konsumen dan masyarakat. Chamsyah (2007) juga menyatakan, bila perusahaan menjalankan praktik CSR dengan baik, sebagian masalah yang dihadapi bangsa ini seperti kemiskinan, pengangguran, keterbatasan pelayanan kesehatan dan pendidikan akan terselesaikan.

Hasil penilaian Indonesian CSR Awards 2008 juga memperlihatkan bahwa hampir semua perusahaan yang menjadi peserta Indonesia CSR Awards 2008 sudah melaksanakan CSR di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan dalam kerangka turut meningkatkan kesejahteraan dan kulitas hidup manusia. Indonesian CSR Awards 2008 diikuti oleh 20 perusahaan meliputi 38 topik program di bidang ekonomi, sosial dan lingkungan serta kombinasinya (Komite Ahli Indonesian CSR Award., 2008). Salah satu perusahaan yang meraih penghargaan Indonesian CSR Awards 2008 adalah PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (selanjutnya disebut PT Indocement). Oleh karena itu, menarik untuk dikaji lebih mendalam dan dikomunikasikan secara ilmiah bagaimana implementasi CSR PT Indocement tersebut.

(21)

1.2 Perumusan Masalah

Pencapaian MDGs merupakan wujud dari upaya pemerintah, swasta (dunia usaha) dan masyarakat dalam meningkatkan kualitas hidup manusia, baik secara ekonomi, sosial maupun lingkungan. Dibutuhkan kemitraan antara stakeholders untuk mencapai tujuan MDGs. Salah satu kontribusi sektor swasta dalam mengatasi permasalahan ini adalah melalui praktik Corporate Social Responsibility (CSR). Menurut UNDP dan IBLF (2003) seperti di kutip oleh Jalal (2007) mengemukakan tiga alasan kuat mengapa sektor swasta melalui CSR perlu berkontribusi dalam pencapaian MDGs yaitu: 1) perusahaan bisa mengelola risiko dari dampak operasinya, 2) perusahaan akan mendapatkan lingkungan yang baik untuk mendukung bisnisnya, dan 3) perusahaan akan mendapatkan berbagai peluang bisnis baru.

Pelaksanaan CSR akan memberikan manfaat yang besar jika CSR yang diimplementasikan berasal dari komitmen perusahaan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan berdasar prinsip triple bottom line (profit, people, planet - 3P). Namun, praktik CSR tidak cukup dengan kebijakan atau komitmen saja, melainkan juga didukung aksi nyata melibatkan partisipasi seluruh stakeholder pada dari tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi (Rudito dan Famiola, 2007). Melalui keterlibatan semua stakeholders maka diharapkan program CSR dapat dirasakan tepat sasaran dan tepat guna sesuai dengan kondisi, potensi dan kebutuhan stakeholders khususnya masyarakat setempat.

CSR juga menekankan pentingnya komunikasi yang baik dengan stakeholders. Hal ini didukung oleh pernyataan Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Bidang Kebijakan Publik, Perpajakan, dan Sistem Fiskal, Hariyadi B. Sukamdani, pada Kongres Pembangunan Manusia di Kalangan Dunia Usaha dalam Rangka Perwujudan CSR, bahwa CSR di Indonesia masih terkendala akibat komunikasi yang minimal antara perusahaan, pemerintah, dan masyarakat (Girsang, 2006). Kurang terjalinnya komunikasi dengan stakeholders dapat memicu terjadinya kesalahpahaman diantara stakeholders hingga dapat berbuah konflik sosial.

(22)

Tentu tidak ada perusahaan yang menginginkan terjadinya konflik sosial untuk itu prinsip transparansi dalam pengungkapan sosial sangat diperlukan. Seperti yang dikemukakan Ketua Umum IAMI Ali Darwin bahwa transparansi merupakan salah satu prinsip dari tata kelola perusahaan yang baik atau dikenal dengan istilah Good Corporate Governance – GCG (Sujatmiko, 2008). Pelaporan atau pengungkapan CSR tidak hanya mengungkapkan dampak positif yang diperoleh stakeholders melainkan transparansi terhadap pengelolaan dampak negatif atau risiko yang mungkin muncul akibat operasi perusahaan.

PT Indocement merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang memiliki komitmen dalam mengimplementasikan CSR, yang ditunjukkan dengan adanya Program Lima Pilar Pengembangan Masyarakat dan Sustainable Development Project (SDP). Program Lima Pilar meliputi: Pilar Pendidikan, Pilar Ekonomi, Pilar Kesehatan, Pilar Sosial, Budaya, Agama, dan Olahraga, serta Pilar Keamanan. Sedangkan Sustainable Development Project (SDP) merupakan program-program lingkungan dan ekonomi yang mendukung keberlanjutan bisnis, meliputi pengembangan Jatropha (jarak), Waste to Energy (pengelolaan sampah), Peternakan (kompos dan biogas), Local Purchase (pembelian produk lokal), Local Employee (rekuitment tenaga kerja lokal) dan Pengembangan UMKM (Indocement, 2009).

Berdasarkan hal tersebut, perlu dikaji lebih mendalam mengenai kebijakan dan implemetasi CSR PT Indocement serta cara pengkomunikasian kepada stakeholders. Selain itu, menarik untuk dikaji sejauhmana implementasi program CSR memberikan manfaat bagi masyarakat. Sehingga beberapa pertanyaan sebagai perumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah kebijakan CSR PT Indocement telah mempertimbangkan prinsip triple bottom lines (3P)?

2. Bagaimana partisipasi peserta dalam implementasi program CSR PT Indocement?

3. Bagaimana manfaat program CSR dan hubungannya dengan tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program CSR?

4. Bagaimana kebijakan dan implementasi CSR PT Indocement dikomunikasikan kepada stakeholders?

(23)

1.3 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis kebijakan CSR PT Indocement berdasarkan prinsip triple bottom lines (3P).

2. Mengidentifikasi partisipasi peserta dalam implementasi program CSR PT Indocement.

3. Menganalisis manfaat program CSR dan hubungannya dengan tingkat partisipasi peserta dalam implementasi program CSR PT Indocement. 4. Mengidentifikasi bentuk komunikasi kebijakan dan implementasi CSR PT

Indocement kepada stakeholders.

1.4 Kegunaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak yang berminat maupun terkait dengan kajian CSR, khususnya kepada:

1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai implemenatsi CSR dan contoh-contoh pengembangan inovasi dalam implementasi CSR.

2. Kalangan akademisi, guna menambah literatur kajian CSR dan inspirasi dalam proses pembelajaran CSR.

3. Kalangan swasta dan masyarakat, dapat memberikan tambahan pengetahuan mengenai implementasi CSR PT Indocement.

4. Kalangan pemerintah, memperoleh masukan dalam penyusunan pedoman implementasi dan pengkomunikasian kebijakan dan implementasi CSR.

(24)

Sejalan dengan topik dan tujuan skripsi, dalam bab tinjauan pustaka ini dipaparkan tentang CSR yang meliputi perkembangan dan definisi CSR serta prinsip dan ruang lingkup CSR. Dilanjutkan dengan pemaparan implementasi CSR yang meliputi pengembangan masyarakat dan konsep partispasi dalam CSR serta manfaat implementasi CSR. Kemudian diakhiri dengan review tentang komunikasi stakeholders dalam CSR yang meliputi definisi dan model stakeholders, definisi dan bentuk komunikasi, serta upaya komunikasi stakeholders dalam CSR.

2.1 Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1 Perkembangan dan Definisi CSR

Meskipun praktik Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggungjawab Sosial Perusahaan telah dikenal sejak dunia bisnis berkembang yang dikaitkan dengan peran perusahaan bagi masyarakat (Handy C, 2002), tetapi tinjauan akademik tentang CSR masih relatif baru. Secara global, perhatian akademisi terhadap CSR tergolong fenomenal sejak tahun 1950-an, termasuk tentang debat antara yang pro dan kontra terhadap CSR (Caroll, 2008). Khusus di Indonesia, kajian tentang CSR meningkat pesat sejak sepuluh tahun terakhir. Sejalan dengan perkembangan pesat implementasi CSR oleh banyak perusahaan, tumbuh pula berbagai kelembagaan yang berperan dalam memberikan bantuan teknis (konsultasi) tentang CSR, sistim pelaporan CSR, advokasi dan pengembangan masyarakat dalam kerangka implementasi CSR. Di dunia akademik telah lahir jurnal tentang CSR dan program studi atau peminatan bidang studi tentang CSR, serta berbagai kajian, diskusi dan pelatihan tentang CSR (Hardinsyah, 2008).

CSR berakar dari etika dan prinsip-prinsip yang berlaku di perusahaan dan di masyarakat. Etika yang dianut perusahaan merupakan bagian dari budaya perusahaan (corporate culture) dan etika yang dianut masyarakat merupakan bagian dari budaya masyarakat. Pemikiran yang mendasari CSR yang sering

(25)

dianggap inti dari etika bisnis adalah bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban ekonomis dan legal (shareholders) tapi juga kewajiban-kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders) yang jangkauannya melebihi kewajiban-kewajiban mencari keuntungan dan mentaati regulasi (Sedyono, 2002). CSR juga dapat dianggap sebagai bagian dari modal sosial di suatu organisasi. Dalam konteks perusahaan, tanggungjawab sosial ini disebut Corporate Social Responsibility (CSR). CSR bagian dari kewajiban moral perusahaan yang semestinya dilaksanakan tanpa regulasi pemerintah.

Secara sederhana CSR adalah berbuat kebajikan ke dalam dan keluar perusahaan (Caroll, 2003). Istilah CSR pertama kali muncul dalam diskursus akademik sejak munculnya tulisan Howard Rothmann Bowen berjudul Social Responsibility of the Businesman pada tahun 1953. Menurut Bowen tanggungjawab sosial perusahaan adalah kewajiban perusahaan dalam membuat kebijakan, pengambilan keputusan dan bertindak yang sesuai dengan kebutuhan dan harapan serta nilai-nilai masyarakat (Caroll, 2008).

Forum Ekonomi Dunia, melalui Global Governance Initiative, pada tahun 2005 mengajak lembaga-lembaga bisnis memikirkan soal pengentasan kemiskinan dalam CSR. Pertemuan World Business Council for Sustainability Development (WBCSD) di New York tahun 2005, yang menghasilkan kesepakatan bahwa praktik CSR adalah wujud komitmen dunia bisnis untuk membantu PBB merealisasikan target Millenium Development Goals (MDGs). Menurut WBCSD (2005), CSR adalah komitmen perusahaan berkontribusi pada pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan pekerja dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas guna meningkatkan kualitas hidupnya. Depsos (2005) mendefinisikan CSR sebagai komitmen dan kemampuan dunia usaha untuk melaksanakan kewajiban sosial terhadap lingkungan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga keseimbangan hidup ekosistem disekelilingnya.

Praktik CSR merupakan upaya sungguh-sungguh dari perusahaan untuk meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif operasinya dalam ranah ekonomi, sosial, dan lingkungan, terhadap seluruh pemangku kepentingannya, untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Endro,

(26)

2007). Oleh karena itu, suatu perusahaan seharusnya tidak hanya mengeruk keuntungan sebanyak mungkin, tetapi juga memberikan nilai yang bermakna, berbuat kebajikan dalam menggunakan sumberdaya manusia dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan fitrah manusia, yaitu dilahirkan bersih dan ingin berbuat yang terbaik bagi dirinya, orang lain dan lingkungannya (Mangkuprawira & Hubeis 2007).

Banyak definisi tentang CSR seperti yang diungkap Lockett (2006), akan tetapi pada prinsipnya CSR adalah komitmen atau upaya perusahaan untuk meminimalkan risiko dan memaksimalkan manfaat bagi para pemangku kepentingan (stakeholders) dari segi ekonomi, sosial dan lingkungan. Kendati CSR tidak mempunyai definisi tunggal, namun konsep CSR ini menawarkan sebuah kesamaan yaitu kepedulian terhadap peningkatan kesejahteraan melalui keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial serta lingkungan. Sehingga CSR dapat didefinisikan sebagai tanggungjawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan (stakeholders) untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (triple bottom line) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Wibisono, 2007).

2.1.2 Prinsip dan Ruang Lingkup CSR

Sejumlah institusi internasional telah me-release prinsip-prinsip dasar implementasi CSR, diantaranya dikemukakan Alyson Warhurst (1998) seperti dikutip oleh Wibisono (2007) sebagai berikut: 1) prioritas korporat, 2) manajemen terpadu, 3) proses perbaikan, 4) pendidikan karyawan, 5) pengkajian, produk dan jasa, 6) informasi publik, fasilitas dan operasi, 7) penelitian, 8) prinsip pencegahan, 9) kontraktor dan pemasok, 10) siaga menghadapi darurat, 11) transfer best practice, 12) memberi sumbangan, 13) keterbukaan, serta 14) pencapaian dan pelaporan.

John Elkington merumuskan Triple Bottom Lines (TBL) atau tiga fokus utama perusahaan dalam beroperasi, yaitu sosial (masyarakat), ekonomi dan lingkungan atau juga terkenal dengan sebutan people, profit and planet (3P). Ketiga hal ini berkaitan satu sama lain. Masyarakat tergantung pada ekonomi, dan

(27)

ekonomi tergantung pada masyarakat dan lingkungan, bahkan ekosistem global. Ketiga komponen TBL ini tidaklah stabil, melainkan dinamis tergantung kondisi dan tekanan sosial, politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan konflik kepentingan. TBL digunakan sebagai kerangka atau formula untuk mengukur dan melaporkan kinerja mencakup parameter-parameter ekonomi, sosial dan lingkungan dengan memperhatikan kebutuhan stakeholders serta shareholders guna meminimalkan kerusakan pada manusia dan lingkungan dari aktivitas (Wibisono, 2007) .

Caroll melihat tanggungjawab sosial perusahaan dalam empat kategori, (Caroll. 2003) yaitu:

1. Tanggungjawab Ekonomi (Economic Responsibilities)

Pada kenyataannnya tanggunng jawab ekonomi merupakan tanggungjawab sosial perusahaan. Bisnis sebagai sebuah institusi ekonomi dengan begitu harus memiliki orientasi untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat dan menjualnya dengan harga yang sesuai. Suatu perusahaan, untuk memenuhi tanggungjawab ekonomis haruslah menghasilkan laba sebagai fondasi untuk dapat mempertahankan eksistensinya dan berkembang. Tanggungjawab ekonomis ini merupakan hasrat paling natural dan primitif dari perusahaan sebagai organisasi bisnis guna mendapatkan keuntungan.

2. Tanggungjawab Hukum (Legal Responsibilities)

Pemerintah merumuskan peraturan perundangan, yang diharapkan ditaati oleh perusahaan. Masyarakat mengharapkan perusahaan akan melaksanakan misi ekonomisnya berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Ini merupakan tanggungjawab bisnis terhadap pemerintah dan masyarakat untuk mematuhi hukum. Jika bisnis tidak beroperasi sesuai hukum yang harus dipatuhi, maka pemerintah akan memproses melalui ketentuan hukum yang berlaku; sementara masyarakat melakukan kritik dan kontrol sosial.

3. Tanggungjawab Etika (Ethical Responsibilities)

Aspek hukum merupakan hal yang penting, tetapi dengan hukum saja belum tentu memadai untuk berbuat sesuatu yang pantas atau lebih pantas

(28)

(beyond legal). Apabila hukum tidak memadai maka tanggungjawab etikalah yang berperan. Tangung jawab etika merupakan semua praktik dan aktivitas yang diharapkan atau dilarang oleh anggota masyarakat; mencakup seluruh norma, standar, dan pandangan masyarakat seperti kejujuran, keadilan dan menjaga hubungan atau proteksi terhadap hal moral stakeholders.

4. Tanggungjawab Filantropi (Philanthropicl Responsibilities)

Hal ini dipandang sebagai tanggungjawab karena tanggungjawab ini disebabkan oleh adanya harapan masyarakat di dalam dunia bisnis. Aktivitas dilakukan dengan dasar sukarela, dituntun oleh keinginan dunia bisnis untuk terlibat di dalam kegiatan sosial yang tidak dimandatkan, tidak diminta oleh hukum dan secara umum tidak diharapkan oleh bisnis di dalam etika. Walaupun demikian, masyarakt memiliki pengharapan bahwa bisnis akan terlibat di dalam filantropi, dan dengan demikian kategori ini telah menjadi bagian dari kontrak sosial antara bisnis perusahaan dan masyarakat.

Selanjutnya oleh Caroll (2003), keempat lingkup tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) tersebut digambarkan dalam suatu bentuk piramida seperti disajikan pada Gambar 1 berikut:

(29)

Meskipun dengan istilah sedikit berbeda, Keraf (1998) juga mengungkap lingkup tanggungjawab sosial perusahaan yang serupa dengan konsep Caroll (2003). Menurut Keraf terdapat empat bidang yang termasuk sebagai lingkup tanggungjawab sisoal perusahaan. Empat bidang tersebut seperti yang dijelaskan oleh Keraf dibawah ini:

1. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentingan masyarakat luas untuk membantu memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Keterlibatan perusahaan yang semakin menjadi sorotan adalah keterlibatan sosial perusahaan dalam ikut memecahkan masalah ketimpangan sosial dan ekonomi sehingga menciptakan keadaan ekonomi dan sosial yang lebih seimbang.

2. Perusahaan mempunyai tanggungjawab moral dan sosial untuk mengejar keuntungan ekonomi karena hanya dengan itu perusahaan dapat dipertahankan dan semua karyawan serta pihak lain yang terkait bisa dipenuhi hak dan kewajibannya.

3. Memenuhi aturan hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat, baik yang menyangkut kegiatan bisnis maupun yang menyangkut kehidupan sosial pada umumnya. Sebagai bagian integral dari masyarakat, perusahaan punya kewajiban dan juga kepentingan untuk menjaga ketertiban dan keteraturan sosial.

4. Hormat pada hak dan kepentingan stakeholders atau pihak-pihak terkait yang punya kepentingan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan bisnis suatu perusahaan. Lingkup ini memperlihatkan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan adalah hal yang kongkret. Perusahaan secara moral dituntut dan menuntut diri untuk bertanggungjawab atas hak dan kepentingan pihak-pihak terkait, baik demi terciptanya suatu kehidupan sosial yang baik maupun demi kelansungan dan keberhasilan kegiatan bisnis perusahaan tersebut.

Saat ini pada tatanan internasional sedang disusun suatu pedoman tanggungjawab sosial, termasuk bagi implementasi CSR yang disebut ISO 26000. Dalam draft ISO 26000 terdapat tujuh aspek lingkup SR seperti disajikan pada Gambar 2 (ISO, 2007) berikut:

(30)

Gambar 2. Lingkup CSR Menurut Committee Draft ISO 26000

Setiap aspek dari ketujuh aspek SR tersebut terdiri dari berbagai komponen yang perlu menjadi perhatian oleh setiap oraganisasi, termasuk perusahaan dalam mengelola kebijakan dan program SR. Komponen-komponen dari setiap aspek SR tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tata Kelola Organisasi (Organizational Governance). Tata kelola organisasi dalam hal ini mencakup: a) Proses dan struktur pengambilan keputusan (transparansi, etis, akuntabel, perspektif jangka panjang, memperhatikan dampak terhadap pemangku kepentingan, berhubungan dengan pemangku kepentingan). b) Pendelegasian kekuasaan (kesamaan tujuan, kejelasan mandat, desentralisasi untuk menghindari keputusan yang otoriter).

2. Hak Asasi Manusia (Human Rights). Hak asasi manusia dalam hal ini mencakup: a) Nondiskriminasi dan perhatian pada kelompok rentan. b) Menghindari kerumitan. c) Hak-hak sipil dan politik. d) Hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. e) Hak-hak dasar pekerja.

3. Praktik Ketenagakerjaan (Labor Practices). Praktik ketenagakerjaan dalam hal ini mencakup: a) Kesempatan kerja dan hubungan pekerjaan. b)

(31)

Kondisi kerja dan jaminan sosial. c) Dialog dengan berbagai pihak. d) Kesehatan dan keamanan kerja. e) Pengembangan sumberdaya manusia. 4. Lingkungan (Environment). Lingkungan dalam hal ini mencakup: a)

Pencegahan polusi. b) Penggunaan sumberdaya yang berkelanjutan. c) Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. d) Perlindungan dan pemulihan lingkungan

5. Praktik Operasi yang Adil (Fair Operating Practices). Praktik operasi yang adil dalam hal ini mencakup: a) Anti korupsi. b) Keterlibatan yang bertanggungjawab dalam politik. c) Kompetisi yang adil. d) Promosi tanggungjawab sosial dalam rantai pemasok (supply chain). e) Penghargaan atas property rights.

6. Konsumen (Consumer Issues). Konsumen dalam hal ini mencakup: a) Praktik pemasaran, informasi dan kontrak yang adil. b) Penjagaan kesehatan dan keselamatan konsumen. c) Konsumsi yang berkelanjutan. d) Penjagaan data dan privasi konsumen. e) Pendidikan dan penyadaran. 7. Pelibatan dan Pengembangan Masyarakat (Community Involvement and

Development). Pelibatan dan pengembangan masyarakat dalam hal ini mencakup: a) Keterlibatan di masyarakat. b) Penciptaan lapangan kerja. c) Pengembangan teknologi. d) Kekayaan dan pendapatan. e) Investasi yang bertanggungjawab. f) Pendidikan dan kebudayaan. g) Kesehatan. h) Peningkatan kapasitas.

2.2 Implementasi CSR

Implementasi CSR pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: 1) Terkait dengan komitmen pemimpin perusahaan yang dituangkan berupa kebijakan perusahaan terkait CSR. 2) Menyangkut ukuran dan kematangan perusahaan. Perusahaan yang besar dan mapan lebih mempunyai potensi memberi kontribusi ketimbang perusahaan kecil dan belum mapan. 3) Regulasi dan sistem perpajakan yang diatur pemerintah.

Cara perusahaan memandang CSR atau alasan perusahaan menerapkan CSR bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori. 1) Sekedar basa-basi dan keterpaksaaan. Artinya CSR hanya dipraktikkan lebih karena faktor eksternal

(32)

(eksternal driven). 2) Sebagai upaya untuk memenuhi kewajiban (compliance). CSR diimplementasikan karena memang ada regulasi, hukum, dan aturan yang memaksanya. 3) Bukan lagi sekedar compliance tapi beyond compliance alias compliance plus. CSR diimplementasikan karena memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driven). Implementasi CSR itu merupakan langkah-langkah pilihan sendiri sebagai kebijakan perusahaan, bukan karena dipaksa oleh aturan ataupun tekanan dari masyarakat (Wibisono, 2007).

Implementasi CSR pada umumnya berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Hal ini tergantung pada kondisi internal perusahaan. Keraf mengasumsikan bahwa CSR dapat benar-benar terlaksana, memang dibutuhkan kondisi internal tertentu dalam perusahaan yang memungkinkan terwujudnya tanggungjawab sosial itu (Keraf, 1998). Keraf mengatakan bahwa letak penting tidaknya CSR dalam perusahaan ditempatkan pertama-tama pada kerangka nilai yang dianut oleh perusahaan, yaitu oleh pendiri perusahaan beserta Chief Executif Officer (CEO).

Tujuan dan misi CSR perusahaan ditentukan oleh nilai dalam perusahaan. Oleh karena itu, jika tanggungjawab sosial dianggap sebagai nilai yang harus dipegang teguh perusahaan, maka tanggungjawab sosial akan ikut menentukan tujuan dan misi perusahaan. Setidaknya ada tiga alasan penting mengapa kalangan perusahaan mesti merespon dan mengembangkan isu CSR sejalan dengan operasi usahanya. 1) Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat. 2) Kalangan bisnis dan masyarakat sebaiknya memiliki hubungan yang bersifat simbiosa mutualisme. 3) Kegiatan tanggungjawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam atau bahkan menghindari konflik sosial.

Tujuan dan misi perusahaan selanjutnya akan menentukan strategi perusahaan. Strategi umumnya menetapkan dan menggariskan arah yang akan ditempuh oleh perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya demi tercapainya tujuan dan misi sesuai dengan nilai yang dianut perusahaan. Selanjutnya strategi yang didasrkan pada tujuan dan misi diwujudkan kedalam struktur organisasi perusahaan. Setelah nilai, tujuan dan misi, strategi dan struktur organisasi ditentukan, maka dilaksanakan CSR kemudian dilakukan evaluasi.

(33)

Evaluasi dari pelaksanaan tanggungjawab sosial perusahaan disebut sebagai audit sosial. Menurut Keraf, dalam kaitan dengan CSR, sejauh dianggap sebagai sebuah nilai dan misi yang harus diwujudkan, audit sosial itu bermaksud menilai dan mengukur kinerja perusahaan dalam kaitan dengan berbagai masalah sosial yang ingin ikut diatasi oleh perusahaan itu. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat bahwa CSR merupakan seperangkat kebijakan dan program yang terintegrasi ke dalam kegiatan usaha perusahaan yang dapat dilaksanakan melalui proses berikut (Gambar 3):

Gambar 3. Proses Implementasi CSR (Keraf, 1998)

Namun pada umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan pertahapan implementasi CSR sebagai berikut (Wibisono, 2007):

1. Tahap Perencanaan

Tahap ini terdiri dari 3 langkah utama yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR

(34)

secara efektif. Pada tahap membangun CSR manual, dilakukan melalui bencmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif dan efisien.

Tahap Pelaksanaan 2.

apat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti

3.

konsisten dari waktu ke waktu untuk

4.

ilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk

ra atau mekanisme perenca

Pada tahap ini terd

pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi terdiri dari 3 langkah utama yaitu sosialisasi, pelaksanaan dan internalisasi.

Tahap Pemantauan dan Evaluasi Tahap ini perlu dilakukan secara

mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi.

Tahap Pelaporan Pelaporan perlu d

keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

Menurut Wibisono (2007) terdapat 3 alternatif ca

naan implementasi program CSR, yaitu: 1) Bottom Up Process, program berdasar pada permintaan beneficiaries yang kemudian dilakukan evaluasi oleh perusahaan. 2) Top down Process, program berdasar pada survei atau pemeriksaan seksama oleh perusahaan yang disepakati oleh beneficiaries. 3) Partisipatif, program dirancang bersama antara perusahaan dan beneficiaries.

(35)

2.2.1 Pengembangan Masyarakat dan Konsep Partisipasi dalam

embangan masyarakat berkenaan dengan upaya pemenu

Tjokroamidjojo (1992) seperti dikutip oleh Kriyantono (2006), partisip

at merupakan proses dimana masyarakat ikut serta engam

Implementasi CSR Secara khusus peng

han kebutuhan orang-orang yang tidak beruntung atau tertindas, baik yang disebabkan oleh kemiskinan maupun oleh diskriminasi berdasarkan kelas sosial, suku, gender, jenis kelamin, usia dan kecacatan (Suharto, 2005). Pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya menolong anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerjasama, mengidentifikasi kebutuhan bersama dan kemudian melakukan kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Pengembangan masyarakat seringkali diimplementasikan dalam bentuk: a) Proyek-proyek pembangunan kesejahteraan sosial yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam memenuhi kebutuhannya. b) Kampanye dan aksi sosial yang memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipengaruhi oleh pihak-pihak lain yang bertanggungjawab (Panye dalam Suharto, 2005).

Menurut

asi masyarakat pada hakekatnya adalah keterlibatan masyarakat dalam menentukan arah dan strategi kebijakan kegiatan, menikmati dan ikut memanfaatkan hasilnya secara adil. Koentjaraningrat (1974) seperti dikutip oleh Kriyantono (2006), mengatakan bahwa partisipasi berarti memberi sumbangan dalam turut menentukan arah atau tujuan pembangunan, dimana ditekankan bahwa partisipasi itu adalah hak dan kewajiban bagi setiap masyarakat. Jadi, partisipasi dapat diartikan keterlibatan masyarakat untuk berperanserta secara aktif dalam suatu kegiatan.

Partisipasi masyarak

m bil bagian dalam pengambilan keputusan. Ditinjau dari segi kualitas, partisipasi sebagai masukan kebijaksanaan, strategi, komunikasi, media pemecahan publik dan terapi sosial. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan dikelompokkan menjadi 4 tahap, yaitu: 1) partisipasi dalam tahap perencanaan, 2) partisipasi dalam tahap pelaksanaan, 3) partisipasi dalam tahap pemanfaatan hasil pembangunan, dan 4) partisipasi dalam tahap pengawasan. Manfaat partisipasi peserta dalam suatu pelatihan, secara teoritik ditentukan oleh banyak faktor,

(36)

terutama faktor ketertarikan (interest), kualitas pengetahuan dan keterampilan yang dilatihakan, rasa memilki dan tanggungjawab, percaya diri, motivasi dan kebanggaan akan program, dan faktor waktu dan biaya implememtasi hasil pelatihan (Cornell University, 2006).

Program pengembangan masyarakat merupakan salah satu bagian dari pelaksa

dan Budimanta (2003) ada tiga alasan mengapa perusah

Izin lokal dalam mengembangkan hubungan dengan masyarakat lokal. Izin

2. program community

naan program CSR. Program pengembangan masyarakat sebagai salah satu upaya implementasi CSR antara lain dilatarbelakangi oleh (Kadar dalam Sari, 2006): 1) Adanya penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi yang bersifat eksploitatif, ekspansif, akumulatif. 2) Perusahaan menempatkan dirinya lebih kuat daripada masyarakat sehingga berdampak pada terjadinya peminggiran masyarakat. 3) Perusahaan adalah entittas sosial di samping sebagai entitas bisnis sehingga harus mempunyai social responsibility. 4) Timbulnya ketidaknyamanan (discomfort) dan ketidakseimbangan antara masyarakat dan perusahaan (Kadar dalam Aprilianti, 2008).

Menurut Rudito

aan dan pemerintah melakukan community development dalam CSR, yaitu:

1.

lokal merupakan hal yang mutlak perlu dilakukan perusahaan dalam rangka melanggengkan kegiatan di wilayah hak ulayat masyarakat lokal sebagai bagian dari masyarakat, sehingga izin lokal mempunyai kedudukan yang sama pentingnya dengan legalitas dari Nasional dan Pemerintah. Dengan izin lokal maka perusahaan dapat meminimalkan resiko pengeluaran biaya lebih banyak terhadap kelompok anggota masyarakat yang tergolong miskin yang ada di lokasi.

Mengatur dan menciptakan strategi ke depan melalui

development. Dengan beradapatasinya perusahaan dengan kehidupan sosial budaya masyarakat lokal maka perusahaan dapat memperoleh dan menciptakan strategi pengembangan usahanya melalui kerjasama yang proaktif. Reputasi hubungan baik antara perusahaan dengan masyarakat lokal dalam community development dapat menciptakan kesempatan usaha yang baru. Terciptanya mata rantai suplai dan usaha diantara masyarakat

(37)

yang ada dan perusahaan dapat melanggengkan kehidupan beroperasinya perusahaan.

Program co

3. mmunity development sebagai cara untuk membantu

2.2.2 anfaat Implementasi CSR

dapat ditinjau dari sisi perusahaan dan stakeho

ono (2007) menyusun konsep tentang

pemenuhan sasaran usaha. Sasaran-sasaran tersebut termasuk menangani isu pembangunan yang dapat secara langsung berakibat pada usaha perusahaan, seperti kesehatan masyarakat, pendidikan, membangun hubungan positif dengan pemerintah daerah dan pemerintah pusat, memfasilitasi konsultasi umum dan komunikasi antara perusahaan dan masyarakat lokal dalam isu-isu usaha.

M

Manfaat implementasi CSR

lders. Ketika diskusi diarahkan pada implementasi CSR dalam konteks pengembangan masyarakat, maka manfaat CSR akan bisa dilihat lebih spesifik bagi perusahaan dan bagi masyarakat. Beberapa manfaat penerapan tanggungjawab sosial bagi perusahaan dapat diidentifikasi diantaranya (Wibisono, 2007): 1) Mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan. 2) Mendapatkan lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan untuk terus dapat beroperasi. 3) Mereduksi risiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan yang harmonis dengan para stakeholders perusahaan. 4) Melebarkan akses terhadap sumber daya. 5) Membentangkan akses menuju market. 6) Mereduksi biaya, misal dengan upaya mengurangi limbah melalui proses daur ulang ke dalam siklus produksi. 7) Memperbaiki hubungan dengan stakeholders. 8) Memperbaiki hubungan dengan regulator. 9) Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan. 10) Peluang mendapatkan penghargaan.

Rogovsky (2000) seperti dikutip oleh Wibis

manfaat keterlibatan masyarakat dan perusahaan dalam implementasi program CSR, seperti disajikan pada Tabel 1 sebagai berikut:

(38)

Tabel 1. Manfaat Keterlibatan Masyarakat dan Perusahaan dalam CSR

Manfaat bagi perusahaan Manfaat bagi Masyarakat

1. Re ik ial sosial-7. 8. 1. Pe 2. personal s putasi dan citra yang lebih ba

2. Lisensi untuk beroperasi secara sos 3. Bisa memanfaatkan pengetahuan dan

tenaga kerja lokal

4. Keamanan yang lebih besar 5. Infrastruktur dan lingkungan

ekonomi yang lebih baik

6. Menarik dan menjaga personel yang kompeten untuk memiliki komitmen yang tinggi

Menarik tenaga kerja, pemasok, pemberi jasa dan mungkin pelanggan lokal yang bermutu

Laboratorium pembelajaran untuk inovasi organisasi

luang penciptaan kesempatan kerja, pengalaman kerja dan pelatihan pendanaan

Pendanaan investasi masyarakat, pengembangan infrastruktur 3. Keahlian komersial

4. Kompetisi teknis dan

individual pekerja yang terlibat 5. Representatif bisnis sebagai juru

promosi bagi prakarsa-prakarsa masyarakat.

Selain itu, menurut Sisworahardjo (2008) ada tiga manfaat keterlibatan masyar

2.3 omunikasi Stakeholders dalam CSR

perti dikutip oleh Wibisono (2007), mendef

akat dalam pelatihan, yaitu 1) pengetahuan dan keterampilan, 2) mengembangkan peluang kerja, dan 3) investasi dan modal bisnis. Perusahaan ingin meraih manfaat sosial dan ekonomi dari kegiatan CSR dan masyarakat juga demikian tetapi dalam hal yang berbeda. Adanya saling manfaat ini seharusnya menciptakan hubungan sinergi yang baik antara perusahaan dan masyarakat dalam implementasi CSR.

K

2.3.1 Definisi dan Model Stakeholders Wheelen dan Hunger (2003) se

inisikan stakeholders sebagai pihak-pihak atau kelompok yang berkepentingan, baik langsung maupun tidak langsung terhadap eksistensi atau aktivitas perusahaan dan karenanya kelompok-kelompok tersebut mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perusahaan. Selanjutnya, Rhenald Kasali (2005) membedakan stakeholders ke dalam lima kelompok sebagai berikut:

(39)

1. takeholders Internal dan Eksternal

keholders yang berada di dalam

2.

holders primer, stakeholders

3.

keholders tradisional karena

4.

mihak organisasi. Opponents

5.

s dalam melakukan complain atau

yang komprehensif direncanakan dan dilaksanakan bagi kesejah

S

Stakeholders internal adalah sta

lingkungan organisasi, misalnya karyawan, manajer dan pemegang saham. Sedangkan stakeholders eksternal adalah stakeholders yang berada di luar lingkungan organisasi, seperti pemasok, konsumen, masyarakat, pemerintah, pers, licensing partner dan lain-lain.

Stakeholders Primer, Sekunder dan Marjinal Stakeholders yang paling penting dsebut stake

yang kurang penting disebut stakeholders sekunder dan yang bisa diabaikan disebut stakeholders marjinal.

Stakeholders Tradisional dan Masa Depan Karyawan dan konsumen dapat disebut sta

saat kini sudah berhubungan dengan organisasi. Sedangkan stakeholders masa depan adalah stakeholders pada masa yang akan datang diperkirakan akan memberikan pengaruhnya pada organisasi.

Proponents, Opponents, dan Uncommitted Proponents adalah stakeholders yang me

adalah stakeholders yang menentang organisasi sedangkan uncommitted adalah stakeholders yang tidak peduli terhadap organisasi.

Silent Majority dan Vocal Minority Dilihat dari aktivitas stakeholder

mendukung perusahaan, tentu ada yang menyatakan penentangan atau dukungannya secara vocal (aktif) namun ada pula yang menyatakan secara silent (pasif).

Praktik CSR

teraan stakeholders, baik ke dalam maupun ke luar perusahaan. Salah satu wujud nyata CSR terhadap stakeholder internal misalnya dengan memperhatikan dan memenuhi hak-hak dan kepentingan karyawan, pegawai, atau buruh seperti dengan memberikan upah minimum, tunjangan, bonus, pensiun dan cuti serta mengembangkan dan menerapkan sistem manajeman keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan dan keluarga (Tjager, 2003).

(40)

Sedangkan CSR terhadap stakeholder eksternal perusahaan dapat dilakuk

kutip oleh Solihin (2009) menekankan pentingnya mempe

dapat mendukung atau mengh

d

ahwa tujuan akhir dari suatu korporasi adalah keberhasilannya di pasar. Oleh sebab itu, perusahaan an misalnya terhadap suplier, konsumen, masyarakat sekitar perusahaan dan masyarakat luas seperti program-program community development (CD) dan lingkungan berkelanjutan. Program kesehatan masyarakat, pendidikan, air bersih dan sanitasi lingkungan, penghijauan, pengelolaan sampah dan limbah, pengembangan agribisnis merupakan contoh-contoh program pengembangan masyarakat (Ibrahim, 2005).

Dill (1983) seperti di

rhitungkan peran yang dapat dilakukan stakeholders dalam mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh manajer perusahaan. Menurut Dill, selama ini berbagai perusahaan menganggap bahwa pandangan maupun inisiatif stakeholders dapat diperlakukan sebagai sesuatu yang berada di luar perusahaan (eksternalitas) bagi perencanaan strategis dan proses manajemen. Misalnya, para stakeholder hanya diperlakukan sebagai data yang membantu manajemen merumuskan keputusan, atau sebagai kendala hukum dan sosial yang akan membatasi keputusan manajer. Perusahaan masih enggan untuk menerima pemikiran yang menyatakan bahwa stakeholders di luar perusahaan bisa saja berperan aktif dalam pembuatan keputusan manajemen.

Stakeholders memiliki kekuasaan yang riil yang

alangi perusahaan di dalam mencapai tujuannya. Selain itu, di dalam mengejar tujuannya perusahaan dapat membuat keputusan yang memiliki dampak bagi stakeholders. Oleh karenanya, perusahaan harus dapat mengelola hubungan dengan stakeholders agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Manajemen stakehol ers menunjukkan bagaimana perusahaan mengelola hubungan dengan stakeholders serta membuat berbagai keputusan sehingga dapat meminimalisasi dampak buruk keputusan perusahaan terhadap para stakeholder, dimana keputusan-keputusan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. Berman (1999) seperti dikutip oleh Solihin (2009) mengidentifikasi adanya dua model manajemen stakeholders yaitu:

1. Strategic Stakeholder Management Model Model ini didasari oleh suatu asumsi b

(41)

harus mengelola stakeholders sebagai bagian dari lingkungan perusahaan untuk memastikan agar perusahaan dapat memperoleh pendapatan dan laba sesuai dengan target.

Intrinsic Stakeholder Commitment Model Model ini mengasumsikan

2.

bahwa hubungan antara manajer perusahaan ada komitmen moral dan bukan

2.3.2

tilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis k bersama. Kemudian beberapa pakar dan ahl

son)

(pembe emahaman dan interpretasi komunikan (penerima pesan).

dengan stakeholders lebih didasarkan kep

berdasarkan keinginan perusahaan untuk memanfaatkan para stakeholder untuk mencapai tujuan perusahaan yakni memaksimalkan laba.

Definisi dan Bentuk Komunikasi Is

yang berarti sama atau menjadikan mili

i komunikasi mendefinisikan komunikasi sebagai berikut (Soehoet, 2002): 1. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan

atau informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G).

2. Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu orang ke orang lain (Davis).

3. Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain (Schram,W)

4. Komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna (Donald Byker dan Loren J Ander

Komunikasi dikatakan efektif apabila maksud dan inti pesan komunikator ri pesan) sama dengan p

Adapun tujuan dari komunikasi menurut Hewitt (1981) seperti yang di kutip oleh Soehoet (2002) adalah: 1) mempelajari atau mengajarkan sesuatu, 2) mempengaruhi perilaku seseorang, 3) mengungkapkan perasaan, 4) menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain, 5) berhubungan dengan orang lain, 6) menyelesaikan sebuah masalah, 7) mencapai sebuah tujuan, 8) menurunkan ketegangan/menyelesaikan konflik, dan 9) menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain. Bentuk komunikasi antarmanusia dapat dibedakan menjadi komunikasi personal, komunikasi kelompok, dan komunikasi massa sebgai berikut (Candra, 2006):

(42)

1. Komunikasi Personal

Komunikasi personal mencakup: 1) Komunikasi intrapersonal adalah g berlangsung dalam diri seseorang. 2) Komunikasi

2.

proses komunikasi yang berlangsung anusia. Komunikasi kelompok terbagi atas: 1)

3.

da yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media

dibedak n, pelaku komunikasi,

pasang

2.

proses komunikasi yan

antarpersonal adalah proses komunikasi yang berlangsung antara individu satu dengan individu yang lainnya.

Komunikasi Kelompok

Komunikasi kelompok merupakan pada suatu kelompok m

Komunikasi kelompok kecil yaitu proses komunikasi yang berlangsung dan dimungkinkan terjadi dialog, seperti dalam kegiatan ceramah, diskusi panel, kuliah, seminar dan lain-lain. 2) Komunikasi kelompok besar yaitu komunikasi yang berlangsung dan tidak dimungkinkan terjadi dialog, seperti kampanye, rapat raksaksa, demonstrasi mahasiswa dan lain-lain. Komunikasi Massa

Komunikasi masssa merupakan jenis komunikasi yang ditujukan kepa sejumlah khalayak

cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Seperti pers (surat kabar, tabloid, majalah dan lain-lain), radio, televisi, film, website, dan lain-lain.

Selain itu, menurut Soehoet (2002) bentuk atau macam komunikasi dapat an berdasarkan cara penyampaian, bentuk kemasa

an komunikasi dan arah komunikasi yang akan dijabarkan sebagai berikut: 1. Cara Penyampaian. Cara penyampaian dibedakan antara: 1) Komunikasi

lisan dan tertulis. Komunikasi lisan terjalin apabila pihak-pihak yang terlibat berbicara satu sama lain sedangkan komunikasi tertulis dilakukan melalui tulisan/gambar. 2) Komunikasi langsung dan tidak langsung. Komunikasi langsung umumnya terjadi tanpa menggunakan alat atau face to face. Sedangkan komunikasi tidak langsung umumnya menggunakan alat seperti telepon, radio dll.

Bentuk Kemasan. Bentik kemasan dibedakan menjadi komunikasi verbal dan nonverbal.

(43)

3. Pelaku Komunikasi. Pelaku komunikasi dibedakan menjadi komunikasi formal dan informal.

nal dan interpersonal.

h terjadi apabila pesan yang

2.3.3

orsing & Schultz (2006) mengemukakan tiga strategi komunikasi CSR rusahaan yang menggelar program

sahaan yang melaksanakan CSR d

4. Pasangan Komunikasi. Pasangan komunikasi dibedakan menjadi komunikasi intraperso

Arah Komunikasi. Arah komunikasi dibedakan menjadai komunikasi satu arah dan timbal balik. Komunikasi satu ara

disampaikan tidak dapat, tidak ingin atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberi umpan balik sedangkan komunikasi timbal balik terjadi apabila dapat memberikan respon atas pesan.

Upaya Komunikasi Stakeholders dalam CSR M

yaitu: 1) informing, 2) responding, dan 3) involving. Pe

-program CSR, idealnya membuat laporan CSR sebagai fase akhir setelah serangkaian proses panjang dilewati sejak perencanaan, pelaksanaan, monitoring, hingga evaluasi program. Manfaatnya, selain bisa digunakan untuk bahan evaluasi terpadu, juga bisa menjadi alat komunikasi dengan stakeholders. Menyangkut pelaporan (reporting), di Eropa sendiri telah cukup lama mengeluarkan praktik dan pelaporan CSR. Pada tahun 1975, misalnya, The Accounting Standards Steering Committee of The Institute of Chartered Accountant di Inggris, mengeluarkan pedoman bagi perusahaan untuk melakukan pelaporan informasi tentang sosial dan lingkungan. Namun, aspek pelaporan sosial baru bergaung di tahun 1990an setelah stakeholders kian menuntut agar perusahaan tak hanya membuat laporan keuangan menyangkut profit, tapi juga laporan yang transparan seputar hubungan perusahaan dengan aspek sosial dan lingkungan (Caroll, 2008). Selanjutnya juga dikenal pelaporan CSR yang disebut Sustainabilty Report, Corporate Social Responsibility Report dan lain-lain.

Review yang dilakukan Crane, A et al. (2008) menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu secara global semakin banyak peru

an mengkomunikasikan kegiatan CSR. Secara global, lebih dari 50% perusahaan besar mempublikasikan laporan kegiatan CSR secara terpisah dari laporan keuangan perusahaaan atau disebut sebagai stand-alone CSR report.

Gambar

Tabel 1.    Manfaat Keterlibatan Komunitas dan Perusahaan
Tabel 20.  Bentuk Komunikasi CSR Kepada Internal Stakeholders
Gambar 1. Piramida Ruang Lingkup CSR (Caroll, 2003)
Gambar 2. Lingkup CSR Menurut Committee Draft ISO 26000
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari pernyataan diatas, penulis dapat simpulkan bahwa dilihat dari sisi pelaku akad jual beli, transaksi jual beli kain tenun secara online yang dilakukan

1. Drs.Soeprijadi,Mh um 10. Dr.Ir.Ika Sartika,MT APBN, Alokasi Anggaran LPM IPDN.. Pengabdian Masyarakat Perdesaan di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Pengabdian Masyarakat

This research aims at finding out the correlation between the mastery of present tense and the ability I writing descriptive text of the eighth grade students of SMP N

Pada titrasi 2 Metode titrasi ini dapat digunakan untuk memisahkan campuran yang terdiri dari dua cairan yang saling melarut sempurna yaitu air dan asam asetat

Pestisida yang disemprotkan dan yang sudah berada di dalam tanah dapat terbawa oleh air hujan atau aliran permukaan sampai ke badan air penerima berupa sungai yang jika tidak

Memaksimalkan keuntungan perusahaan jika menggunakan G-CESS ,meningkatkan produktivitas dengan mencegah kondisi abnormal peralatan dan fasilitas listrik serta mencegah penurunan

Dari total 25 sampel diantaranya 21 sampel feses kelelawar, 3 sampel feses sapi, dan 1 sampel buah yang tergigit kelelawar menunjukkan hasil yang negatif hasil deteksi

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,taufik dan hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh