• Tidak ada hasil yang ditemukan

DETEKSI VIRUS NIPAH PADA FESES KELELAWAR (PTROPUS SP) DENGAN REVERSE TRANSCRIPTASE PCR (RT- PCR) DI KABUPATEN MAROS, INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DETEKSI VIRUS NIPAH PADA FESES KELELAWAR (PTROPUS SP) DENGAN REVERSE TRANSCRIPTASE PCR (RT- PCR) DI KABUPATEN MAROS, INDONESIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

DETEKSI VIRUS NIPAH PADA FESES KELELAWAR (PTROPUS SP) DENGAN REVERSE TRANSCRIPTASE PCR (RT- PCR) DI

KABUPATEN MAROS, INDONESIA

NIPAH VIRUS DETECTION IN BATS (PTROPUS SP) WITH REVERSE TRANSCRIPTASE PCR (RT-PCR) IN MAROS,

INDONESIA

Muhammad Fadhlullah Mursalim, Mochammad Hatta, Rizalinda Sjahril

Bagian Mikrobiologi, Biomedik Pascasarjana, Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi :

Muhammad Fadhlullah Mursalim Program Studi Biomedik

Pascasarjana Universitas Hasanuddin Makassar, 90245

No.HP: 08114192288

(2)

Abstrak

Virus Nipah (Genus Henipavirus) adalah penyakit zoonosis yang baru muncul dan mengakibatkan penyakit parah pada manusia telah ditemukan pada kelelawar genus Pteropus. Penelitian ini betujuan untuk melihat keberadaan adanya virus Nipah pada feses kelelawar ( Pteropus sp) di kabupaten Maros, Indonesia. Di mana tujuan khususnya untuk menganalisa keberadaan virus Nipah. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin. Sampel berupa feses kelelawar diambil sebanyak 21 sampel, 3 sampel feses sapi, dan 1 sampel dari buah yang tergigit kelelawar. Pada penelitian digunakan teknik Reverse Transcriptase-Polimerase Chain

Reaction ( RT-PCR ) konvensional untuk pengujian sampel.Hasil penelitian ini menunjukkan seluruh

sampel yang diperiksa dengan Reverse Transcriptase-PCR menunjukkan hasil yang negatif. Studi awal terhadap sampel feses yang di ambil di Desa Parangtinggia, Kabupaten Maros ini tidak menunjukkan adanya keberadaan virus Nipah pada feses kelelawar. Keberadaan reactor positif juga tidak terdapat pada sampel feses sapi dan buah bekas gigitan kelelawar yang didapatkan dari daerah tersebut.

Kata kunci : Virus Nipah, Pteropus sp, Reverse Transcriptase-PCR

Abstract

Nipah virus (NiV) (Genus Henipavirus) is a recently emerged zoonotic virus that causes severe disease in humans and has been found in bats of the genus Pteropus.This research aimed to determine and to analyze the existence of Nipah virus (Pteropussp) in bats faecal in Maros regency, Indonesia. This research was conducted at the laboratory of microbiology, faculty of medicine, Hasanuddin University. The samples were taken from bats faecal as many as 21 samples, 3 samples were taken from faecal of cows, and one sample of fruit which had bitten by bats. This research used conventional technique of Reserve Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) to test these samples. The result of this research indicated that all samples examined by RT-PCR were negative. Early research’s samples on faecal taken in Parangtinggia village, Maros regency, did not indicate the existence of Nipah Virus in bats faecal. The existence of positive reactor was not also found in faecal samples from cattle and remaining fruits which have bitten by bats from this area.

(3)

PENDAHULUAN

Beberapa tahun terakhir ini penyakit zoonosis di dunia cenderung meningkat karena adanya kemajuan teknologi, perubahan aktivitas manusia dan ekosistem. Salah satu penyakit yang pernah muncul adalah penyakit Nipah di negara tetangga, Malaysia. Virus Nipah pertama kali diisolasi dari pasien yang menderita ensefalitis di daerah Sungai Nipah, Malaysia pada tahun 1998. Wabah Nipah pertama kali dilaporkan di Malaysia pada bulan September 1998 (Johara et al., 2001). Sejak saat itu sampai dengan bulan April 1999, penyakit Nipah telah menyebabkan 105 orang meninggal dunia dan 1,1 juta ekor babi dimusnahkan. Penyakit ini kemudian menyebar ke Singapura, dan menginfeksi sebelas orang pekerja di rumah potong hewan yang menangani babi yang berasal dari Malaysia yang telah terinfeksi virus Nipah.

Meskipun mekanisme penularan penyakit ini belum banyak diungkap, tetapi kelelawar diduga merupakan reservoir yang baik bagi penularan virus Nipah (Wang et al., 2000). Sejak terjadinya wabah di Malaysia tahun 1998, Nipah muncul kembali di Banglades dan India, yang menyebabkan kematian pada manusia. Kelelawar jenis Pteropus hypomelanus and Petropus vampyrus merupakan induk semang alami untuk Nipah di Malaysia. Selain di Malaysia, di beberapa Negara lainnya di Asia, telah terdeteksi adanya antibodi dan virus Nipah pada Pteropus sp. Nipah ditemukan pada banyak spesies kelelawar buah, diantaranya adalah Pteropus hyomelanus, Pteropus vampyrus, Pteropus giganticus, Pteropus lylei, Cynopterus brchyotis, Eonycteris spelaea, Hipposideros larvatus dan Scotophilus insectivorous kuhlii. Kelelawar buah dari genus Pteropus seperti Pteropus vampyrus dan Pteropus hypomelanus di Malaysia dan Pteropus lylei yang ditemukan di bagian Indochina merupakan induk semang alami virus Nipah (Chua, 2010).

Hal ini terlihat dari ditemukannya virus Nipah dari urin dan saliva kalong genus Pteropus tersebut. Keberadaan Pteropus sp, tersebut menyebar di seluruh dunia, sehingga ada dugaan kuat bahwa Virus Nipah dan hubungan virus telah lama berada pada Pteropus sp (Rahman et al., 2013). Henipavirus, virus Hendra (HEV) dan virus Nipah (NIV), dengan kelelawar yang dikenal sebagai reservoir alami mereka. Antibodi dan asam nukleat terhadap henipavirus telah ditemukan pada

(4)

sampel feses Eidolon helvum, spesies kelelawar buah tertua di dunia, di Ghana (Hayman et al., 2011)

Menurut Johara et al (2001), berdasarkan pemeriksaan serologis menemukan bahwa kelelawar buah (Ptropus vampyrus) merupakan reservoir natural virus Nipah yang terjadi di Malaysia (Johara et al., 2001). Johara et al (2001), juga memperlihatkan bahwa di Malaysia, 5-32% kelelawar pemakan buah mempunyai antibodi terhadap virus Nipah dengan prevalensi tertinggi ditemukan pada spesies Pteropus hypomelanus.Situasi penyakit Nipah di Indonesia saat ini telah di jabarkan oleh Sendow et al (2005), yang menyatakan bahwa secara serologis babi di Indonesia masih bebas terhadap infeksi Nipah. Sedangkan antibodi terhadap Nipah dapat terdeteksi pada kalong Ptropus vampyrus di provinsi Sumatera Utara, Kalimantan dan Jawa.

Penelitian yang dilakukan oleh Sendow et al (2013), di Sumatera, Indonesia dengan mengambil sampel berupa urin, swab faring, dan serum darah menunjukkan adanya positif antibodi virus nipah dalam jumlah kecil di daerah tersebut. Hal ini diakibatkan letak geografis dari pulau sumatera dengan Malaysia. Berdasarkan uraian di atas penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi adanya virus Nipah pada kelelawar (Pteropus sp) di Kabupaten Maros, Indonesia dengan menggunakan reverse transcriptase PCR (RT-PCR) .

BAHAN DAN METODE Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional laboratorik dimana peneliti melakukan deteksi virus Nipah yang terdapat pada sampel feses kelelawar (Ptropus sp), feses sapi, dan buah yang tergigit kelewar (Pteropus sp) tanpa memberikan perlakuan dengan pengujian secara in vitro .

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari tahun 2015. Pengambilan sampel dilakukan di desa Parangtinggia Kabupaten Maros. Pemeriksaan sampel dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

(5)

Populasi dan Sampel

Populasi kelelawar yang diambil spesimennya adalah kelelawar yang terdapat di Kabupaten Maros tepatnya di desa Parangtinggia. Sampel yang diambil berupa spesimen feses. Sampel dalam penelitian ini menggunakan spesimen feses yang

kemudian disimpan pada suhu -20oC. Pada penelitian ini peneliti menggunakan

teknik pengambilan sampel secara tidak acak ( Non-random sampling). Sampel yang peneliti kumpulkan sebanyak 21 sampel feses kelelawar, tiga sampel feses sapi yang terdapat di sekitar populasi kelelawar, dan satu sampel dari buah yang tergigit kelelawar. Sampel feses diperoleh dengan metode swab feses kemudian sampel dimasukkan ke tube yang berisi larutan L6 dan selanjutnya dilakukan ekstraksi RNA. Setelah diperoleh produk amplifikasi melalui reverse transkriptase PCR(RT-PCR),

kemudian dilakukan gel elektroforesis dengan target bend 279 bp. Kemudian di visualisasikan dengan menggunakan transluminator ultraviolet untuk melihat hasil

amplifikasi. Pita molekul yang terlihat pada gel agarose menandakan adanya segmen DNA (Hatta & Henk , 2007).

HASIL PENELITIAN

Dari hasil pengambilan 24 sampel yang terdiri dari 21 sampel kelelawar (Pteropus sp), tiga sampel feses sapi, dan satu sampel buah bekas gigitan kelelawar, di lapangan yang telah diperiksa di laboratoium mikrobiologi fakultas kedokteran menunjukkan hasil negatif pada pemeriksaan reverse transcriptase PCR (RT-PCR) (Tabel 1).

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan sampel yang diuji reverse transcriptase PCR dari desa Parangtinggia, Kabupaten Maros ini tidak menunjukkan keberadaan antibodi terhadap virus Nipah . Sampel feses yang diperoleh di sekitar perkandangan dan rumah warga di mana disekitar pemukiman tersebut terdapat banyak pohon yang mana banyak bertengger kelelawar pada pagi sampai sore hari. Tidak ditemukannya reaktor positif terhadap virus Nipah di Kabupaten Maros ini belum dapat menyatakan Indonesia 100 % bebas dari infeksi virus Nipah. Terbatasnya lokasi sampling , jenis sampel, dan jumlah sampel yang diuji perlu dipertimbangkan. Pelajaran yang dapat di

(6)

ambil dari wabah nipah di Malaysia yaitu pada saat dilakukan studi retrospektif, ternyata infeksi virus Nipah telah terjadi pada tahun 1995, namun baru menimbulkan wabah yang cukup hebat pada awal tahun 1997 (Jasbir et al ., 1999).

Hasil penelitian ini menguatkan penelitian sebelumnya yang dilakukan Drexler et al (2009), di Kumasi Zoological garden, Ghana, dimana konsentrasi RNA di feces kelelawar yang diamati agak rendah dibandingkan dengan virus yang ditularkan melalui rute fecal-oral pada manusia.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari total 25 sampel diantaranya 21 sampel feses kelelawar, 3 sampel feses sapi, dan 1 sampel buah yang tergigit kelelawar menunjukkan hasil yang negatif hasil deteksi reverse transcriptase PCR (RT-PCR) terhadap keberadaan Virus Nipah di desa Parangtinggia, Kabupaten Maros, Indonesia. Studi awal terhadap sampel feses yang di ambil di desa parang tinggia, Kabupaten Maros ini tidak menunjukkan

adanya keberadaan virus Nipah pada feses kelelawar.Keberadaan reaktor positif juga

tidak terdapat pada sampel feses sapi dan buah bekas gigitan kelelawar yang didapatkan dari daerah tersebut . Tidak ditemukannya reaktor positif terhadap virus Nipah di Kabupaten Maros ini belum dapat menyatakan Indonesia 100 % bebas dari infeksi virus Nipah. Terbatasnya lokasi sampling , jenis sampel, dan jumlah sampel yang diuji perlu dipertimbangkan. Adapun saran yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah perlu adanya kontrol positif virus Nipah, yang merupakan kekurangan dalam penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Chua KB. (2010). Epidemiology, surveillance and control of Nipah virus infections in Malaysia. Malaysian J Pathol 2010; 32(2) : 69 – 73.

Drexler J.F., et al. (2009) Henipavirus RNA in African Bats. PLoS ONE 4(7): e6367. doi:10.1371/journal.pone.0006367.

Jasbir, S.,N. Muniandy, N.N Yeoh, H. Jamal & J. White. (1999). Retrospective study On Nipah virus infection in Pigs. Dalam W.C chee, Z. Idrus, H.Y. Wah , N. Abdullah & N.D. Mustaffa (penyunting). Proceeding of the national congress on animal health production 1999. Malaysia 405-408.

Johara et al. (2001) Serological evidence of infection with Nipah virus in bats (order Chiroptera) in Peninsular Malaysia. Emerging Infectious Diseases 7: 439–441.

(7)

Hatta M. & Henk L.S.(2007). Detection of Salmonella typhi by nested Polymerase Chain Reaction in blood, urine and stool samples. American J. Tropical Medicine Hygiene.vol : 76;139-143

Hayman D.T., et al. L. (2011). Antibodies to henipavirus or henipa-like viruses in domestic pigs in Ghana, West Africa. PloS one 6, e25256.

Rahman S.A., et al.(2013). Risk Factors for Nipah virus infection among pteropid bats, Peninsular Malaysia. Emerg Infect Dis19, 51-60.

Sendow I. & Adjid Abdul R.M. (2005). Penyakit Nipah dan Situasinya Di Indonesia. Balai Penelitian Veteriner : Bogor.

Sendow I., et al. (2013). Nipah virus in the fruit bat Pteropus vampyrus in Sumatera, Indonesia. PloS one 8, e69544.

Wang L.F., et al.(2000). The exceptionally large genome of Hendra virus: support for creation of a new genus within the family Paramyxoviridae. Journal of virology 74, 9972-9979.

(8)

Tabel 1. Hasil dari

r

everse transcriptase PCR sampel dari desa Parangtinggia Kabupaten Maros

Lokasi Tipe Sampel Jumlah Sampel Positif

Desa Parangtinggia Feses kelelawar 21 0 (0%)

Feses sapi 3 0 (0%)

Buah yang tergigit 1 0 (0%) Kelelawar

Total sampel Feses 24 0 (0%) Total gigitan buah 1 0 (0%)

Referensi

Dokumen terkait

Banda Aceh secara bedaya guna dan berhasjtguna, maka dipandang perlu membentukAsislen Sekretaris Kotamadya/ Daerah Tingkal ll Banda Aceh dengan merubah

Data dari lapangan tersebut diperoleh melalui diskusi serta melalui media elektronik yang fokus terhadap permasalahan.Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa

2) Pit type adalah sistem penambangan terbuka yang diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri yang letaknya pada suatu daerah yang relatif

Lapisan kuli bumi terdiri dari cairan panas, batuan semi liquid yang mempunyai sirkulasi yang sangat lambat.(Gross, 1990; Davies, 2001; Kenyo and Turcotte, 1987) Ketika bagian

Pada perlakuan A1B1 (kedalaman 30 cm) proses fotosintesis untuk pertumbuhan rumput laut terjadi lebih baik dibandingkan dengan perlakuan A1B2 (kedalaman 60 cm)

Ladder frame adalah bingkai yang digunakan pada susunan puncak dari scaffolding. Ladder frame terpasang hanya pada kedua sisi dari scaffolding yang berfungsi sebagai pembatas

Selain dari itu, dari sikap siswa itu sendiri yang dengan cara mengajar guru seperti ini sangatlah berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, yang mana semua orang tahu jika

11 Hal ini sesuai dengan yang terjadi pada pasien, dimana diagnosis artritis gout kronik ditegakkan pada pasien ini karena terdapat riwayat serangan berupa nyeri dan